BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya dengan yang diteliti. Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini antara lain: Batu (1998)
dalam skripsi berjudul “Jenis-Jenis Kalimat dalam bahasa
Melayu Tamiang di Kecamatan Karang Baru” memaparkan bahwa kalimat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya yaitu: 1) Dari segi jumlah dan jenis klausa. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk. 2) Dari segi internal Kalimat sempurna dan tak sempurna. 3) Kalimat dari segi respon yang diharapkan 4) Kalimat dipandang dari segi aktor dan aksi. 5) Kalimat dari segi ada atau tidaknya unsur negativ pada frase verbal. 6) Kalimat dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar. 7) Kalimat dipandang dari segi posisi dan percakapan.
8
Selanjutnya Pangi (2014) dalam skripsi yang berjudul
”Kalimat Tanya
Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Loloda Suatu Analisis Kontrastif ” menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa tersebut: Persamaan kedua bahasa ini yaitu: a. Keduanya memiliki bentuk kalimat tanya ya atau tidak b.
Kalimat tanya dari kedua bahasa memiliki fungsi yang sama.
Perbedaanya yaitu: a. Pada penempatan kata tanya. b. Kalimat tanya bahasa Inggris memiliki kalimat tanya dengan akhiran kata. c. Bentuk kalimat tanya. d. Penggunaan kata tanya “who”. Tandy (2011) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat Tanya Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin” menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan dalam kedua bahasa tersebut yaitu: terdapat empat persamaan dan tiga perbedaan bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Persamaanya adalah kedua bahasa tersebut memiliki lima macam kalimat tanya dan kesemuanya mempunyai makna yang sama dengan membutuhkan jawaban yang sama. Kemudian perbedaan yang ditemukan adalah penggunaan kata bantu kalimat tanya dalam bahasa Inggris tergantung tenses, dalam bahasa Mandarin tidak. Akan tetapi perbedaan yang ditemukan di dalam kalimat bahasa Inggris bahwa penggunaan kata kerja bantu diletakkan sebelum subjek. Sementara di dalam bahasa Mandarin kata bantu diletakkan setelah subjek.
9
Lubis (2002) dalam tesis yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis”. Penelitian tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya dalam bahasa Mandailing. Adapun penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis mengkaji kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat. Penelitian ini difokuskan pada ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat. Kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat desa Secanggang ini ditandai dengan penggunaan dialek “e”. Sejauh ini, penulis menemukan kurangnya penelitian tentang kajian tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas kajian ini agar dialek tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas dan dapat dilestarikan sebagai wujud keanekaragaman dialek bahasa di Indonesia. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattien yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad, 1996/1997 dalam Putrayasa, 2008:1). Verhaar (2010:161) menjelaskan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan. 2.2.2 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
10
bunyi ataupun proses fonologi lainya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), tititk dua (:)tanda pisah (-), dan spasi (Alwi, 2003:311). 2.2.3 Kalimat Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dalam bahasa Indonesia terdapat paling tidak lima macam untuk mewujudkan tuturan interogatif. Kelima macam itu dapat disebutkan secara satu persatu sebagai berikut : (1) dengan membalik urutan kalimat, (2) dengan menggunakan kata apa atau apakah, (3) dengan menggunakan kata bukan atau tidak, (4) dengan mengubah intonasi kalimat dengan kalimat tanya tertentu, dan (5) dengan menggunakan katakata tanya tertentu ( Rahardi, 2005:77). Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat iterogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban ” ya ” atau ” tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca (Alwi, 2003:358). Chaer ( 2011: 350-356) menjelaskan mengenai kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Dilihat dari reaksi jawaban yang diharapakan dibedakan adanya: 1. Kalimat tanya yang meminta pengakuan atau jawaban: ya – tidak, atau
11
ya – bukan 2. Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur kalimat. 3. Kalimat tanya yang meminta alasan. 4. Kalimat tanya yang meminta pendapat atau buah pikiran orang lain. 5. Kalimat tanya yang menyuguhkan. a. Kalimat tanya yang meminta jawaban dalam bentuk pengakuan ya – tidak, atau ya – bukan dapat dibentuk dengan cara : (1) Memberi intonasi tanya pada sebuah klausa; dalam bahasa tulis intonasi tanya dilambangkan dengan nada tanya. Contoh:
-
Beirut diserang lagi oleh Israel?
-
Mereka bekerja sama dengan rakyat?
-
Suaminya guru SMP?
Kalimat jawaban untuk kalimat tanya jenis ini dapat dibuat dalam bentuk singkat, tetapi dapat juga dibentuk dalm bentuk lengkap. Misalnya jawaban untuk kalimat tanya di atas. - Ya atau
- Ya, Beirut diserang lagi oleh Israel. - Tidak
atau
- Tidak, mereka tidak bekerja sama dengan rakyat. -Bukan
atau
- Bukan, suaminya bukan guru SMP.
(2) Memberi kata tanya apakah di muka sebuah klausa. Contoh: - Apakah Beirut diserang lagi oleh Israel? - Apakah mereka bekerja sama dengan rakyat?
12
-Apakah suaminya guru SMP? Kalimat jawabanya sama dengan yang di atas. (3) Memberi partikel tanya kah pada bagian atau unsur kalimat yang ditanyakan. Dalam hal ini bagian kalimat yang diberi partikel kah itu lazim ditempatkan pada awal kalimat. Contoh: - Bekerja samakah mereka dengan rakyat? - Guru SMP-kah suaminya? - Benarkah dia akan datang? - Gelapkah ruangan ini? - Inginkah kamu ikut serta? Kalimat jawabannya juga sama strukturnya dengan kalimat jawaban untuk kalimat tanya di atas. b. Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa keterangan mengenai salah satu unsur kalimat dibentuk dengan bantuan kalimat kata tanya siapa, mana, berapa, dan kapan dan lazim pula disertai denagn partikel tanya –kah. Kata tanya ini diletakan pada bagian tempat kalimat yang akan ditanyakan. Tetapi biasanya susunan kalimat itu diubah dengan menempatkan kata tanya tersebut menjadi terletak pada awal kalimat. Misalnya: Klausa :
- Nama anak itu Ali
Kalimat :
- Nama anak itu siapa?
Tanya
- Siapa nama anak itu?
:
1. Untuk menanyakan orang atau yang diorangkan digunakan kata tanya siapa, dan lazim diletakkan pada awal kalimat. Kalau kata tanya siapa ini ditempatkan
13
pada awal kalimat, maka dapat diberi atau disertai partikel-kah; tetapi kalau ditempatkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel-kah. Contoh:
- Siapa orang yang duduk di sana itu? (Jawab: - Bapak Lurah atau
- Orang yang duduk di sana adalah Bapak Lurah ).
- Dengan siapa dia pergi ke Bogor? ( Jawab: - Dengan ayahnya Atau
- Dia pergi ke Bogor dengan ayahnya).
- Kepada siapakah surat itu kauberikan? ( Jawab: - Kepada Pak Guru). Atau
- Surat itu saya berikan kepada Pak Guru).
- Dari siapa kamu terima uang itu? ( Jawab: - Dari Ibu. atau
- Uang itu saya terima dari Ibu.)
- Siapakah penyiar televisi itu Idrus? ( Jawab: - Idrus atau
- Penyiar televisi itu Idrus).
- Oleh siapa dia diusir? ( Jawab: - Oleh ayah. atau
- Dia di usir oleh ayah).
2. Untuk menanyakan benda bukan orang atau yang diorangkan harus digunakan kata tanya apa, yang biasanya diletakkan pada awal kalimat. Kalau kata tanya apa ini diletakkan pada awal kalimat, maka dapat diberi atau disertai partikel –kah; tetapi kalau diletakkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel –kah.
14
Contoh:
- Apa isi lemari itu? ( Jawab: - Buku. atau
- Isi lemari ini adalah buku).
- Apa yang dapat kausumbangkan kepada mereka? ( Jawab: - Uang sejuta rupiah. atau
- Yang kusumbangkan adalah uang sejuta rupiah ).
- Dengan apa pintu rumah itu kau buka? (Jawab: atau
- Dengan kunci palsu. - Pintu rumah itu saya buka dengan kunci palsu).
- Dari apa kue ini dibuat? ( Jawab: - Dari terigu dan gula. atau
- Dari singkong di campur ubi dan kelapa ).
3. Untuk menanyakan keberadaan suatu benda harus digunakan kata tanya mana. Kalau kata tanya mana ini diletakkan pada awal kalimat boleh diberi partiker –kah, boleh juga tidak (tetapi lazimnya tidak ); kalau diletakkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel –kah. Contoh: - Mana buku itu? (Jawab: - Ada di tas saya. atau
- Sudah kukembalikan ke perpustakaan).
- Anakmu yang mana? ( Jawab: - Itu yang baju biru. atau - Oh, sudah tidak ada di sini). - Mana tamu-tamu itu? (Jawab: - Sudah pulang semua.
15
atau:
- Sebentar lagi datang.
4. Untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu benda harus digunakan kata tanya berapa yang biasanya ditempatkan pada awal kalimat. Jika ingin disertai dengan partikel tanya –kah, maka partikel –kah itu harus diletakkan di belakang kata bantu bilangan atau di belakang nama satuan benda tersebut. Contoh: - Berapa haraganya? ( Jawab: - Rp 2.000,0 atau
- Tidak mahal, hanya 2.000,0)
- Berapa meterkah tinggi monumen Nasional itu 1000
meter)
(Jawab: - 100 meter. atau
- Tinggi monumen Nasional itu 100 meter).
- Kertas yang kau perlukan berapa lembar? (Jawab: - Sepuluh lembar. atau
- Saya memerlukan sepuluh lembar).
5. Untuk menanyakan waktu harus digunakan kata tanya kapan atau bila yang biasanya diletakkan di awal kalimat. Dalam hal ini dapat juga disertai dengan partikel kah; tetapi bila kata tanya tersebut di letakkan pada akhir kalimat, maka partikel kah tidak perlu digunakan. Contoh: - Kapan kakakmu akan datang? (Jawab: - Nanti sore Atau
- Kakakku akan datang nanti sore)
- Kapankah Timor Timur berintegrasi dengan negara kita? (Jawab:
- Tahun 1976.
16
atau
- Timor Timur berintegrasi dengan negara kitapada
tahun
1976). -
Hutangmu akan kaubayar kapan? (Jawab: -
Besok
atau
hutangku akan kubayar besok).
-
Untuk menayakan permulaan terjadinya suatu peristiwa harus digunakan kata tanya sejak kapan; dan untuk menanyakan batas akhir terjadinya peristiwa harus digunakan kata tanya sampai kapan. Misalnya: - Sejak kapan anda memakai kacamata? -
Sampai kapan anda tetap membujang?
Jawaban dari kalimat tanya yang menggunakan kata tanya kapan masih bersifat umum. Umpamanya jawaban kalimat tanya di atas, dapat dijawab: -
Sejak tahun yang lalu
atau -
Sejak bulan yang lalu.
-
Sejak kecil.
Untuk mendapatkan jawaban yang pasti, harus digunakan atau disebutkan nama waktu yang ditanyakan. Misalnya: -
Sejak bulan apa dia belum membayar SPP?
-
Sampai bulan apa ibu mau membayar iuran televisi ini?
c. Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa ’ alasan’ dibentuk dengan bantuan kata tanya mengapa atau kenapa yang biasanya di letatakkan di awal kalimat dan boleh pula diberi partikel tanya kah. Kalau kata tanya mengapa atau kenapa di letakan pada akhir kalimat, maka partikel tanya-kah tidak dapat digunakan.
17
Contoh : -
Mengapa kamu sering terlambat? (Jawab: - Karena rumah saya jauh. Atau
-
-
karena sukar mencari kendaraanya).
Kenapa anak itu menangis saja? (Jawab: - Ditinggal ibunya. Atau
-
- Perutnya sakit).
Mengapa anjing dan kucing selalu berkelahi? (Jawab: atau
Entahla
- Menurut dongeng karena kucing pernah menipu anjing).
d. Kalimat tanya yang menanyakan proses atau menanyakan pendapat bentuk dengan bantuan kata tanya bagaimana, yang biasanya di letakkan pada awal kalimat, dan boleh pula diberi partikel tanya –kah. Tetapi kalau kata tanya bagaimana ini di letakkan pada akhir kalimat, maka partikel tanya –kah itu tidak perlu digunakan. Contoh: - Bagaimana cara mengangkut batu sebesar ini? (Jawab: - Dengan bantuan mesin kontrol. atau
- Ditarik beramai-ramai).
- Dulu dia pernah menipu kita, kalu sekarang dia menipu lagi bagaimna? (Jawab: - Kita laporkan kepada yang berwajib. atau - Tidak usah kita temui lagi dia) - Kalau kita dapat rumah dinas bagaimana dengan rumah ini? (Jawab: -
Kita kontrakkan saja.
atau - Sebaiknya kita jual; lalu uangnya kita pakai untuk beli mobil). e. Kalimat tanya yang menyuguhkan mengharapkan jawaban untuk menguatkan yang ditanyakan. Oleh karena itu, jawaban yang diharapkan adalah ’’ ya ’’ atau ’’
18
betul ’’, meskipun secara eksplisit kata ’’ ya ’’ atau ’’ betul ’’ itu tidak di ucapkan. Kalimat tanya ini dibentuk dari sebuah pertanyaan diikuti dengan kata ’’ bukan ’’ dan disertai dengan intonasi tanya. Contoh: -
Anda berasal dari Bogor, bukan?
-
Dia orang kaya, bukan?
-
Kamu sudah makan, bukan?
Meskipun penanya bermaksud meminta jawaban yang menyuguhkan, adakalanya jawaban yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, pertanyaan -
Kamu sudah makan, bukan?
Jawabnya mungkin berupa -
Jangankan makan, mandi saja belum.
Atau pertanyaan: -
Anda sudah punya anak, bukan?
Jawabnya mungkin berupa: -
Jangankan punya anak, kawin saja belum.;.l/
Catatan: Selain meminta jawaban kalimat tanya dapat juga digunakan untuk keperluan lain, misalnya: (1) Untuk menegaskan. Di sini diandaikan orang yang ditanya sudah mengetahui jawabanya sehingga dia tidak perlu menjawab lagi atau orang yang ditanya diandaikan tidak akan menjawab karena takut atau segan kepada penanya. Contoh: -
Benarkah imperialisme harus kita diamkan?
19
-
“ Siapakah yang tidak senang dengan kebijaksanaan kami?” tanya PakDirektur kepada anak buahnya.
(2) Untuk menyuruh atau memerintah secara halus. Contoh: - Apakah tidak sebaiknya kau menunggu dulu di luar? - Dapatkah anda menunjukan kartu identitas anda? (3) Untuk mengejek, misalnya seorang ayah bertanya kepada anaknya yang jatuh dari pohon, padahal sebelum itu sudah berkali-kali ayah memperingatkan anaknya itu agar jangan memanjat pohon. Dengan kalimat tanya berikut jelas si ayah bukan bertanya melainkan mengejek. Contoh: - Enak ya jatuh? - O, kamu jatuh? (4) Untuk menawarkan dagangan. Seperti biasa digunakan oleh penjaja koran, buabuahan, dan sebagainya di simpang jalan oleh para penumpang kendaraan. Contoh: - Korannya, Pak? - Jeruk, jeru? - Bu, sayang anak? Sayang anak? Ramlan (2010: 28-37) mengatakan bahwa kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita, perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi berita. Pola intonasi ialah: [2] 3 // [2] 3 2 # Di sini pola intonasi tanya digambarkan dengan tanda tanya. Misalnya: (23) Ahmad pergi ?
20
Kalimat di atas berbeda dengan kalimat berita hanya karena intonasinnya. Kalimat berpola intonasi tanya, sedangkan kalimat berita berpola intonasi berita. Contoh-contoh lain misalnya: (24) Anak-anak sudah bangun ? (25) Ayahnya belum pulang ? (26) Murid itu masih belajar ? Kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah dapat ditambahkan pada kalimat-kalimat tanya di atas. Kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan kecuali pada S. Di samping itu ada kecendrungan meletakkan bagian kalimat yang ditanyakan itu di awal kalimat. Misalnya: (29) Harus pergikah Ahmad ke Jakarta hari ini ? (29a) Haruskah Ahmad pergi ke Jakarta hari in ? (29b) Ke Jakartakah Ahmad harus pergi hari ini ? (29c) Hari inikah Ahmad harus pergi ke Jakarta? Kata apa dan apakah sebagai pembentuk kalimat tanya selalu terletak di awal kalimat. Misalnya: (30) Apa Ahmad pergi ? (30a) Apakah Ahmad pergi ? (31) Apa anak-anak sudah bangun ? (31a) Apakah anak-anak sudah pergi ? (32) Apa ayahnya belum pulang ? (32a) Apakah ayahnya belum pulang ? Kata bukan selalu diakhir kalimat, sebaliknya kata bukankah selalu di awal kalimat. Misalnya:
21
(36) Ahmad pergi, bukan ? (36a) Bukankah Ahmad pergi ? (37) Anak-anak sudah bangun, bukan ? (37a) Bukankah anak-anak sudah bangun ? (38) Ayahnya belum pulang, bukan ? (38a) Bukankah ayahnya belum pulang ? (39) Murid itu masih belajar bukan ? (39a) Bukankah murid itu masih belajar ? (40) Orang itu tidak tidur, bukan ? (40a) Bukankah orang itu tidak tidur ? (41) Kakaknya suka merokok, bukan ? (41a) Bukankah kakanya suka merokok ? Kalimat-kalimat tanya (23–24) di atas hanya kalimat memerlukan jawaban ya atau tidak, atau jawaban yang mengiakan atau menidakkan. Karena itu, kalimatkalimat tanya itu disebut kalimat ya–tidak. Di samping itu, terdapat kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang memberi penjelasan. Kalimat tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa. 1. Apa Kata tanya apa, dipakai untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan misalnya: (42) Petani itu membawa apa ? (43) Arsitek itu sedang merencanakan apa ?
22
(44) Dokter hewan itu memeriksa apa ? ( 45) Bapak guru mengajarkan apa ? (46) Anak itu melihat apa ? Apabila kata tanya apa itu dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimatkalimat (42–46) itu menjadi : (42a) Apa yang dibawa petani itu ? (43a) Apa yang sedang direncanakan arsitek itu ? (44a) Apa yang diperiksa dokter hewan itu ? (45a) Apa yang diajarkan bapak guru ? (46a) Apa yang dilihat anak itu ? Selain pemakaian di atas, kata tanya apa dipakai juga untuk menanyakan identitas, misalnya : (47) Anak itu membaca buku apa ? Dalam kalimat 47 di atas, kata tanya apa menanyakan identitas buku. Kata apa di situ tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Yang dapat di letakkan di awal kalimat ialah buku apa : (47a) Buku apa yang dibaca anak itu ? Contoh-contoh lain, misalnya: (48) Ia menyaksikan pertandingan apa ? (49) Itu anjing apa ? (50) Gedung yang tinggi itu gedung apa ? Seperti halnya kalimat (47), kalimat (48–50) di atas dapat di ubah menjadi : (48a) Ia menyaksikan pertandingan apa ? (49a) Anjing apa itu ?
23
(50a) Gedung apa gedung yang tinggi itu ? 2. Siapa Kata tanya siapa, dipakai untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan orang. Misalnya: (51) Siapa nama anak itu ? (52) Yang patut disembah siapa ? (53) Siapa yang menulis sirat ini ? (54) Siapa yang mencabut nyawa manusia ? (56) Sepeda siapa ini ? (57) Engkau mencari siapa ? 3. Mengapa Kata tanya mengapa, dipakai untuk menanyakan perbuatan. Misalnya: (58) Anak-anak itu sedang mengapa ? ( 59) Pegawai itu mengapa ? (60) Orang itu akan mengapa ? Sedang mengapa dan akan mengapa dapat dipendekatkan menjadi sedang apa dan akan apa sehingga di samping kalimat (58) dan (60) terdapat kalimat (58a) dan (60a) di bawah ini : (58a) Anak-anak itu sedang apa ? (60a) Orang itu akan apa ? Selain menanyakan perbuatan, kata tanya mengapa juga untuk menyatakan sebab. Misalnya : (61) Mengapa kepala kantor itu marah ? (62) Mengapa banyak mahasiswa tidak mengikuti kuliah hari ini ?
24
(63) Mengapa anak itu kemarin berjalan kaki saja ? 4.Kenapa Kata tanya kenapa, dipakai untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa: (64) Kenapa musuh tidak berani menyerang pertahanan tentara Indonesia ? (65) Kenapa Ahmad tidak pergi kesekolah ? (66) Kenapa ayahmu tidak mengijinkan ? 5.Bagaimana Kata tanya bagaimana, dipakai untuk menanyakan keadaan. Misalnya: (67) Bagaimana nasib anak itu ? (68) Studi anak saya bagimana ? (69) Ujianya bagaimana ? Selain menanyakan keadaan, kata tanya bagaimana dipakai pula untuk menanyakan cara, inilah cara suatu tindakan dilakukan atau cara suatu peristiwa terjadi. Misalnya: (70) Bagaimana pencuri bisa memanjat dinding setinggi itu ? (71) Bagaimana orang itu dapat menjadi kaya ? (72) Bagaimana utusan itu dapat sampai sepagi ini ? 6. Mana Kata tanya mana, dipakai untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada, dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan kemana menanyakan tempat yang dituju, misalnya: (73) Pengusaha itu bertempat tinggal di mana ? (74) Dari mana pelajar itu mendapat buku baru ?
25
(75) Nenek pergi ke mana? Kata tanya mana sering juga dipakai tanpa didahului kata depan di, dari, ke, untuk menanyakan tempat misalnya: (76) Dia orang mana ? (77) Buatan mana sepeda itu ? (78) Mana adik mu ? Selain menanyakan tempat, kata tanya mana sering juga dipakai untuk menanykan sesuatu atau seseorang dari suatu kelompok. Dalam hal ini kata tanya itu didahului oleh kata yang, menjadi yang mana, misalnya: (79) Sepedamu yang mana ? (80) Buku yang mana, yang kau inginkan ? (81) Rumah pedagang itu yang mana ? 7.Bilamana, Bila dan Kapan Ketiga kata ini dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya: (82) Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ? (83) Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan ? (84) Bila bapak guru akan pulang ? 8.Berapa Kata tanya berapa dipakai untuk menyatakan jumlah dan bilangan. Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang (1) terdiri atas satu kalausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau
26
pengingakaran. Dengan kata lain, kalimat dasar disini merupakan urutan unsur-unsur yang paling lazim dalam satu kalimat ( Alwi, 2003: 319). Berdasarkan pernyataan di atas, untuk menganalisis struktur kalimat tanya peneliti merujuk kepada pola struktur kalimat dasar yang dikemukakan oleh Alwi. Dalam satu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), keterangan (Ket) ) dapat terisi, tetapi paling tidak harus ada pengisi subjek dan predikat ( Alwik, 2003: 321). Dari hasil penjelasan di atas berdasarkan teori para ahli untuk menentukan ciri–ciri kalimat tanya penulis menggunakan teori Alwik dkk.Yaitu sebagi landasan teori dalam bahasa Melayu dialek Langkat di desa Secanggang. Sedangkan untuk menganalisis struktur kalimat tanya penulis juga menggunakan teori Alwik.
27