BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Peran Guru Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dalam kehidupan bermasyarakat. (Mulyasa, 2008:39) Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian, apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni dalam bidang profesi tugas kemanusiaan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yakni melalui pemberian makanan yang bergizi, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. (Usman Uzer, 2009:6). Para guru seharusnya menekankan nilai atas aktivitas pembelajaran tertentu mendesain aktivitas ini dengan cara-cara yang membuat semua siswa yakin bahwa mereka akan sukses namun harus dibarengi dengan keadaan fisik anak itu sendiri, tanpa adanya tubuh yang kurang sehat maka akan timbul rasa malas sehingga tidak mampu beraktivitas sesuai yang diharapkan oleh guru. Sehingga perlu asupan gizi yang sehat untuk menyeimbangkan antara kesehatan tubuh dan kesehatan otak. (Parson, 2001:35) 7 berselera untuk makan sehingga orang tua sering Anak-anak usia dini sering tidak menjadi was-was. Dalam memberikan makanan pada anak, orang tua harus memperhatikan
porsi. Tidak perlu porsi maksimal disajikan dalam sekali makan. Cara lain yang juga dianggap baik ialah dengan mengizinkan mereka mengambil sendiri porsi yang mereka inginkan. Hal ini akan membuat anak merasa dihormati dan memiliki hak yang sama dengan orang dewasa (guru dan orang tua) saat di meja makan. Untuk memperkenalkan jenis makanan baru pada anak usia dini, guru harus memilih saat yang tepat untuk mengoptimalkan dalam memperkenalkan makanan yang bergizi bagi anak usia dini. (Depdiknas, 2002:21) Menurut Mulyasa, (2008:40) peran guru adalah sebagai seorang pengajar dan pembimbing. Guru dapat mengajarkan kepada anak usia dini bukan hanya pada pembelajaran mengenai kompetensi anak dalam berkreativitas saja tetapi harus dibarengi dengan pengenalan dan pemberianan makanan sehat yang banyak mengandung vitamin dan protein serta mengandung karbohidrat yang cukup. Sehingga menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani. Anak tidak akan berkembang dengan sendirinya tanpa diberikan asupan gizi. Dalam hal ini, orang tua juga sangat berperan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Menurut Usman Uzer, (2009:7) bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengambangkan keterampilan-keterampilan pada anak didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola terhadap para anak didiknya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya menjadi motivasi bagi anak didik dalam belajar. Bila guru atau pendidik dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah guru tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada anak didiknya. Peserta didik akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Tugas guru
dalam bidang kemanusiaan ini juga berfungsi dalam perkembangan dan pertumbuhan anak baik fisik maupun mental. Untuk itu guru harus menyediakan makanan yang bergizi dan seimbang sesuai dengan kebutuhannya. (Usman Uzer, 2009:7) Menurut Mulyasa, (2008:45) Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru, karena guru bukan saja mengajarkan tetapi mendidik dan membimbing anak usia dini, khususnya pada perkembangan dan pertumbuhan anak dalam kebutuhan gizi mereka. Guru dapat bekerja sama dengan orang tua dalam hal pemberian makanan bergizi, agar nantinya tidak hanya berakhir pada pengenalan saja tetapi dilaksanakan sesuai tahap perkembangan anak usia dini. (Mulyasa, 2008;46) Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran (Tini Sumartini, 2005 :47) antara lain: 1.
Guru berperan sebagai pengajar Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan kurikulum tanpa melihat minat anak. Semua anak dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai informasi tanpa melihat perbedaan bahkan meski anak tidak berminat pun guru harus tetap menyampaikan apa yang sudah dugariskan dalam kurikulum tersebut.
2.
Guru berperan membelajarkan anak Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak.
3.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal ini anak dapat dengan leluasa mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikirannya Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan yang efektif dan terbaik karena anak dapat berkembang secara utuh.
2.2 Hakikat Makanan Bergizi 2.2.1 Pengertian Menu atau Makanan Bergizi Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk sehari-hari. Kata ”menu” biasa diartikan ”hidangan”. Menu adalah makanan yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2005:70). Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita atau dapat disebut pula sebagai zat gizi, jadi makanan sehat sama dengan makanan bergizi. Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan sehat adalah Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin, Mineral, serat dan air. Karbohidrat adalah sumber energi bagi tubuh kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari contohnya nasi, roti, gandum, dll. Protein adalah zat yang pembangun dibutuhkan oleh tubuh pada reaksi kimia dalam metabolisme tubuh, mengganti selsel yang rusak dalam tubuh. Protein dibagi menjadi 2 yaitu protein nabati dan protein hewani. contoh protein nabati adalah Ubi jalar (Telo), singkong, kentang sedangkan contoh protein hewani adalah daging, ikan laut dll. (Saptawati, 2010:30) Menu atau makanan yang bergizi adalah menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
memelihara dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan
perkembangan (Almatsier, 2001:71) Pedoman umum gizi harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang berarti suatu daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Pola makanan sehat mulai dikembangkan pada tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna” (Sulistyoningsih, 2011: 23). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola makanan sehat yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2005: 51). Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda tergantung dari jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, berat badan, keadaan jasmani dan iklim. Malnutrisi adalah penyakit akibat salah takaran gizi atau akibat gizi yang tidak seimbang. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh. Piramida perbandingan jumlah zat gizi makanan yang seimbang Apabila perbandingan zat gizi tersebut terpenuhi dalam makanan sehari-hari, maka kesehatan tubuh dapat terjaga. KKP (kekurangan kalori dan protein) adalah gangguan karena kekurangan kalori dan protein. KKP yang berat disebut busung lapar. (Soedirman, 2000:43) 2.2.2 Pengenalan dan Pemberian Makanan yang Bergizi Beberapa jenis makanan untuk anak balita yang tentunya sangat sehat dan sangat diperlukan oleh buah hati, seperti kacang hijau. Kacang hijau menurut Hananto, (2002:52)
adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari
sebagai
sumber
di Indonesia menempati
bahan
urutan
pangan
ketiga
berprotein
terpenting
nabati
sebagai
tinggi.
tanaman
Kacang pangan
hijau legum,
setelah kedelai dan kacang tanah. Sebagai orangtua, pastinya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, khususnya soal makanan. Sebab, nutrisi yang sehat sangat penting bagi pertumbuhan anak, baik untuk fisiknya, body image, kecerdasan anak, aktivitas fisik sepanjang hari, maupun performa olahraga. Lebih dari itu, nutrisi sehat berperan dalam pencegahan penyakit. Dari 100 persen kebutuhan kalori anak, 55 persen di antaranya sebaiknya didapat dari karbohidrat (nasi, roti, mi). Sementara lemak (minyak, mentega) menyumbang 30 persen, dan 15 persen didapat dari protein (daging, telur, susu, kacang).( Saptawati, 2010:33) Makanan bergizi seimbang disajikan dalam menu empat sehat lima sempurna sebagai berikut: a. Makanan pokok (nasi, jagung, singkong, roti, dan sagu). b. Lauk pauk (daging, telur, ikan, tahu, dan tempe); c. Sayuran (bayam, kangkung, dan buncis); d. Buah-buahan (apel, mangga, pisang, dan papaya;. e. Susu sebagai makanan pelengkap. Selain memenuhi persyaratan empat sehat lima sempurna, dalam menyusun menu makanan bergizi seimbang perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. Bersih dan bebas kuman penyakit; b. Makanan mudah dicerna dalam tubuh; c. Bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan. (Soedirman, 2000:43)
2.2.3 Syarat-syarat Makanan Bergizi Syarat-syarat makanan bergizi atau Menu sehat yang harus diketahui adalah sebagai berikut. a. Pola makanan sehat
Pola makanan sehat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Susunan makanan yang dihidangkan dapat memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan juga aktivitas yang dilakukan. b. Aspek warna makanan sehat
Warna makanan sehat harus menarik sehingga dapat membangkitkan selera makan, namun penggunaan pewarna bahan tambahan makanan juga harus memperhatikan keamanannya dan diutamakan menggunakan pewarna alami. c. Tekstur dan konsistensi
Tekstur dan konsistensi makanan yang dihidangkan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan juga umur. Bentuk makanan bayi, lansia dan orang yang mengalami gangguan kesehatan khususnya pencernaan akan berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. d. Rasa dan Aroma
Aroma masakan yang kuat dikombinasikan dengan makanan yang tidak tajam baunya. e. Ukuran dan bentuk potongan
Adanya kreasi dalam bentuk potongan dapat membangkitkan selera makan.
f. Suhu
Pertimbangkan makanan yang harus dihidangkan panas atau dingin dengan menyesuaikan suhu lingkungan, udara atau iklim. g. Penyajian menarik
Bila perlu makanan disajikan dengan hiasan, selain itu disajikan dalam keadaan yang bersih, terhindar dari pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan. h. Tenaga dan waktu
Jenis hidangan yang akan disajikan disesuaikan dengan peralatan,kemampuan, tenaga dan waktu yang dimiliki oleh ibu/keluarga. (Sulistyoningsih, 2010:33). Makanan yang bergizi lengkap dan seimbang harus mengandung bahan makanan sumber tenaga yakni nasi, roti, kentang. Bahan makanan sumber zat pembangunan adalah Protein hewani (telur, ikan, daging, susu, keju); dan Protein nabati (tempe, tahu). Bahan makanan sumber zat pengatur adalah Sayuran seperti; bayam, buncis, wotel, tomat,Buah : pisang, pepaya, jeruk, apel. (Sulistyoningsih, 2010:34) Untuk membuat makanan yang bergizi lengkap dan seimbang perlu disusun dari ketiga golongan bahan makanan di atas, dan dapat ditambahkan jenis makanan yang dapat memperkaya rasa menu misalnya; minyak, mentega, gula. Banyaknya kalori yang harus dikomsumsi dan jumlah kalorinya disesuaikan dengan umur (Sulistyoningsih, 2010:34).
Pemberian gizi adalah perilaku yang dilakukan ibu dalam memberikan makanan pada anaknya (Sulistyoningsih, 2010:35) meliputi: a. Tindakan ibu dalam pemilihan makanan
Pemberian gizi dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan syarat bahan makanan yang akan digunakan sesuai dengan umur. Makanan tambahan yang baik menurut WHO (2005:11) adalah sebagai berikut : Kaya energi, protein dan mikronutrien (seperti zat besi, kalsium, zink, vitamin A, C, dan folat), serta bersih dan aman yakni; a). Tidak ada pathogen; b). Tidak ada bahan kimia berbahaya; c). Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras membuat anak tersedak; d). Tidak terlalu panas; e). Tidak terlalu pedas atau asin; f). Mudah dimakan oleh anak; g). Tersedia didaerah dan harganya terjangkau serta mudah disiapkan. b. Tindakan ibu dalam pengolahan makanan
Pilihlah cara pengolahan makanan yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi yaitu direbus, dikukus. Namun pada usia ini dapat dikenalkan cara kombinasi yaitu dipanggang atau digoreng asalkan tidak menghasilkan tesktur keras. Beberapa pilihan cara pengolahan kombinasi yaitu direbus dahulu kemudian panggang (perkedel panggang) atau dikukus, kemudian goreng (tempe dan tahu bacem).
c. Tindakan ibu dalam pemberian jadwal makanan Sesudah jumlah bahan makanan sehari dan frekuensi makan diketahui, kemudian bahan makanan tersebut dibagi untuk tiap kali makan. Selanjutnya bahan makanan tersebut dapat dimasak hidangan dan tersusunlah menu. d. Tindakan ibu dalam cara pemberian makanan
Cara memberikan makanan tambahan pada balita adalah sesuai dengan kebutuhan balita dengan menu makanan seimbang. Menu yaitu susunan hidangan yang terdiri atas satu atau beberapa macam masakan dan hidangkan pada suatu acara makan, misalnya menu sehari, menu makan pagi, makan siang, makan malam atau makan selingan. Hidangan yaitu satu atau beberapa jenis makanan yang disajikan untuk dimakan. Umumnya dalam menyusun menu sudah ditentukan besar porsi dari tiap hidangan sehingga nilai gizinya dapat ditentukan besar porsi dari tiap hidangan sehingga nilai gizinya dapat ditentukan. Perencanaan menu untuk Balita membutuhkan kehati-hatian karena pada usia tersebut perkembangan saluran pencernaan dan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna. Balita rawan terhadap penyakit infeksi termasuk yang ditularkan melalui makanan. Usia 1-5 tahun anak bersifat konsumen pasif yaitu makanannya tergantung pada yang disediakan ibu, sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan menu makanan yang bergizi lengkap dan seimbang. Pada usia ini rasa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga kesempatan ini harus ditangkap oleh ibu untuk memperkenalkan sedini mungkin berbagai jenis makanan yang beraneka ragam dalam rasa, warna dan tekstur. (Sulistyoningsih,2010:37) Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas
bangsa
di
Upaya peningkatan sumber
masa
depan
daya manusia
ditentukan harus
kualitas anak-anak
dilakukan
sejak dini,
saat
sistematis
ini. dan
berkesinambungan. Anak pra sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya di masa datang, guna mendukung keadaan tersebut di atas anak pra sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status gizi yang baik, dan anak pra sekolah dapat dijadikan perantara dalam penyuluhan gizi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya (Ditjen, 2001:1)
Syarat-syarat apa saja yang perlu dipenuhi oleh suatu bahan pangan agar dapat dibuat makanan yang sehat dan mudah diterima oleh anak-anak dan golongan rawan, karena mereka memerlukan banyak protein untuk pertumbuhan. Pertama, bahan pangan tersebut harus mengandung banyak protein, harganya murah, rasanya enak dan mudah pengolahannya. Dari segi penerimaan oleh si anak yang punya perut kecil, kandungan tinggi protein pada makanan amat penting, karena sebelum sampai kenyang makan, jumlah porsi makanan (misalnya satu mangkok kecil) sudah dapat menyediakan cukup protein yang diperlukan anak. Seperti mengkonsumsi kedelai yang sudah dijadikan tahu atau tempe dan dijadikan susu kedelai. Inilah salah satu makanan untuk memenuhi makanan sehat tanpa ada efek samping bagi anak usia dini. (Graaff, 2005:15)
2.2.4 Manfaat Makanan Bergizi Bagi Anak Usia Dini Manfaat makanan bergizi bagi anak adalah anak dapat berkembang dengan baik dan memiliki pola makanan yang sehat dan mudah di dapat serta harganya pun murah. Adapun orang tua yang tidak mampu dalam memberikan asupan gizi seimbang karena harganya mahal, maka anak-anak mereka pun tidak mendapatkan gizi yang seimbang. Tetapi sekarang sudah bisa didapatkan seperti makanan yang mengandung kedelai. Kedelai ini bisa di buat minuman yakni susu dan makanan, yang banyak mengandung zat protein. Maka kita sebagai orang tua tidak perlu mencari makanan dan minuman yang mahal seperti susu sereal yang paling banyak di konsumsi oleh orang-orang yang mampu membelinya. (Graaff, 2005:15). Adapun manfaat mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti memberikan makanan kacang hijau bagi tubuh adalah mampu meningkatkan kesuburan rambut buah hati kita jika rajin
mengkonsumsi saat masa kehamilan. Ini dikarenakan tingginya kandungan vitamin B dari kacang hijau tersebut. untuk mendapatkan manfaat dari kacang hijau, kita bisa membuat sari kacang hijau dengan mudah. Cukup rebus dengan sedikit santan dan gula jawa untuk memberikan rasa yang lezat. Dan juga boleh memberikan bubur kacang hijau untuk balita. Tentunya untuk bayi, buatlah yang benar – benar lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan si kecil yang masih dalam masa pertumbuhan. Apalagi pada anak usia 0-6 tahun, karena kacang hijau tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh anak. Dalam memberikan makanan kacang hijau kepada anak, bisa dibuat menjadi bubur kacang hijau yang lezat sehingga bisa disukai oleh anak kecil apalagi anak paling suka yang manis dan menarik tetapi dapat mengandung vitamin dan protein. (Hananto, 2002:56) Menurut (Depkes, 2007:12) bahwa Tidaklah sulit untuk menghidangkan makanan bergizi bagi anggota keluarga kita. Kita dapat dengan mudahnya menghidangkan makanan bergizi dari lingkungan sekitar kita. Melalui serangkaian pelatihan dalam memperkenalkan pengolahan pangan lokal yang disebut 'M3'. M3 singkatan dari "Mudah, Murah, Menyeluruh", yang berarti mudah didapat, harga murah, dan memiliki semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak. M3 terbuat dari kacang, padi, dan jagung. Bahan-bahan ini dipanggang sampai kering sebelum ditumbuk menjadi tepung. Tepung M3 bisa diolah menjadi bubur, biskuit atau minuman jus. Manfaat lain yang berkaitan dengan makanan bergizi adalah hidup sehat. Mengajarkan anak untuk hidup sehat adalah mulai dari yang terkecil, yaitu mencuci tangan sebelum makan, mencuci buah-buahan dan sayuran yang akan dikonsumsi. Hal ini harus dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya, agar terbiasa untuk hidup sehat. Dengan hidup sehat, pemenuhan gizi mereka juga akan terpenuhi, seperti mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein,
vitamin dan mineral. Kebersihan juga harus dijaga baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. (Santoso, 2008:42)
Akibat bagi anak yang tidak memenuhi makanan bergizi yakni kekurangan gizi. Kekurangan gizi bagi anak dapat menderita malnutrisi kering atau marasmus. Dengan kata lain, ia menderita kelaparan, tubuhnya kecil, sangat kurus dn lemah. Ia hanya sedikit lebih daripada tulang dan kulit. Sehingga anak ini memerlukan makanan lebih banyak mengandung zat energi dan zat tenaga. Malnutrisi kering disebabkan karena makanan tidak mencukupi sedangkan malnutrisi basah atau kwashiorkor disebabkan karena makanan kurang mengandung protein (Graaff, 2005:9) Sebagian anak sangat lemah dan berat badannya kurang serta mulai membengkak atau memperlihatkan tanda-tanda malnutrisi basah sekalipun mereka memperloleh cukup susu dan makanan jaringan pembentuk tubuh lain. Keadaan ini sering kali disebabkan karena mereka kurang memperoleh makanan pemberi energy, sehingga terjadi pembakaran protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan memperkuat tubuh mereka. Makanan tertentu membuat kenyang seperti sejenis pisang berwarna hijau dan harus dimasak dahulu sebelum dimakan) dan umbi-umbian (ketela, singkong, kedelai, dan lain-lainnya). Namun, makanan tersebut mengandung begitu banyak air dan serat, sehingga anak cepat merasa kenyang tanpa memperoleh makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energinya. Perutnya tidak boleh menanpung lebih banyak lagi, tetapi ia masih kelaparan. (Graaff, 2005:10)
Sangat penting agar anak-anak tersebut makan paling sedikit 3 kali sehari dan juga mendapatkan cemilan (makanan kecil), seperti kue, kolak, bubur kacang hijau, dll, makanan yang dimakan di antara waktu santap. Mencampurkan sedikit minyak sayur ke dalam makanan, kalau dapat membantu anak tersebut mengurangi makanan berampas dan memperbanyak makanan bergizi baik makanan pemberi energi maupun makanan yang kaya akan protein. (Graaff, 2005:39) 2.2.5
Pentingnya Makanan Bergizi bagi Anak Usia Dini Brom, (2005:120) menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai
salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit. (Brom, 2005:120) Menurut Santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, dan kurang olah raga Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji. Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik anak.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertangggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian makanan sehat, kurang baiknya pola konsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini. (Santrock, 2007:158) Seorang anak usia TK sedang mengalami tumbuh kembang yang amat pesat. Pada masa ini proses perubahan fisik, emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri maupun lingkungannya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak. Jika menyusun hidangan untuk anak, perlu diperhatikan kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh terhadap kesehatan dan kecerdasan anak. (Depkes, 2009:10-11) Untuk itu, perlu diperhatikan betul-betul dalam memberikan makanan pada anak, hendaknya makanan tersebut bisa menyehatkan dan memberi stimulus yang baik bagi perkembangan anak. Kecerdasan anak itu bergantung pada kesehatan dan gizinya, antara gizi dengan kesehatan dan kecerdasan itu saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Jika pola makan tidak bergizi maka akan mengganggu kesehatan serta kecerdasan. Sebaliknya, Pola makan yang bergizi akan meningkatkan kinerja otak yang baik, sedangkan kesehatan itu membuat si anak dapat berkonsentrasi mengingat sesuatu dan bergerak aktif sehingga menghasilkan anak yang cerdas. (Depkes, 2009:10-11)
Menurut Soemiarti, (2000:20) fungsi zat gizi sebagai sumber energi atau tenaga, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air, asam basa, dan mineral), serta mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Ada berbagai jenis zat makanan yang dibutuhkan tubuh di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral-mineral. Sulistyoningsih (2010:22) menjelaskan, bahwa usia 2-6 tahun pada usia ini anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Apalagi di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan makanan yang sehat secara rutin. Hal ini sangat menguntungkan seandainya ada anak yang susah makan dan dengan petunjuk tentunya anak akan mengikuti. Oleh karena itu program makan bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan karena ini merupakan modal dasar bagi pengertian anak supaya anak mau diarahkan pada pola makan dengan gizi yang baik. 2.3 Peran Guru dalam Mengenalkan Makanan Bergizi Bagi Anak Pendidik sudah harus mulai mengenalkan makanan sehat untuk anak. Di antaranya dengan memilih makanan yang rendah kalori dan rendah lemak. Perlu diketahui, satu gram lemak memberikan kalori dua kali lipat daripada karbohidrat. Minuman manis seperti soft drink atau sirup yang amat digemari anak-anak, sebaiknya mulai Anda batasi. Lebih sehat mengonsumsi buah segar, rasa manisnya didapat dari buah langsung. ( Saptawati, 2010:34) Kesimpulan dari penulis mengenai peran guru dalam mengenalkan makanan bergizi kepada anak adalah guru memberikan pembelajaran tentang macam-macam makanan bergizi dengan menjelaskan manfaat dari makanan seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu yang
memiliki nilai gizi seimbang kepada anak dan mengatur pola makan setiap hari. Guru menunjukkan makanan apa saja yang bisa dikonsumsi oleh anak berdasarkan usia dan tingkat perkembangkan anak. Bukan hanya mengenalkan makanan bergizi dan sehat, mengajarkan cara makan bergizi bagi anak juga bermanfaat, yakni makan diatur oleh rasa lapar dan berhenti sebelum kenyang. Orangtua memberi anak makan secara teratur, beri selingan snack dua jam sebelum makanan utama, dan imbangi makanan yang masuk dengan aktivitas fisik.Ajari anak untuk makan secara perlahan dan mengunyah dengan sempurna. Jangan membiasakan makan di hadapan televisi. Sebaliknya, jadikan waktu makan sebagai momen berkumpul bersama keluarga dan menceritakan keseharian yang dilalui. Dan yang terpenting, jangan sampai anak melewatkan sarapan. ( Saptawati, 2010:34) Pendidikan gizi bagi anak usia dini sangat penting dilakukan oleh guru. Karena dengan adanya pendidikan gizi ini, anak akan lebih mengenal berbagai macam makanan yang mengandung gizi seimbang dan sehat. Pendidikan gizi ini diartikan sebagai upaya membuat seseorang atau sekelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi bagi kehidupan. Pendidikan gizi adalah proses belajar-mengajar tentang apa itu gizi, bagaimana memilih makanan bergizi, manfaat gizi bagi kehidupan, dan sebagainya. Pendidikan gizi mempunyai tujuan akhir mengubah sikap dan tindakan ke arah kesadaran untuk melakukan pemenuhan kebutuhan gizi agar hidupnya sehat. Pendidikan gizi semestinya ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini baik oleh orang tua maupun guru. (Depkes, 2009:4) Materi pelajaran gizi mestinya menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tantang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru
dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua. (Depkes, 2009:4) Materi pelajaran tentang gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan/masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah yang sederhana dan mudah dikenal pula sehingga murid mudah menerimanya dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif. Dalam menyampaikan materi gizi, guru dapat memilih metode yang akan digunakan, apakah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen, atau pemberian tugas. Berbeda dengan metode ceramah ketika guru yang aktif menerangkan, dalam metode demonstrasi dan eksperimen guru dapat memperlihatkan sesuatu yang terkait dengan persoalan gizi di depan peserta didik. Di perkotaan, banyak pilihan cara untuk sosialisasi. Sementara di daerah perdesaan, apalagi di wilayah-wilayah terpencil, sosialisasi bisa dilakukan melalui jaringan komunikasi desa. (Depkes, 2009:5) Adapun indikator-indikator peran guru dalam pengenalan makanan bergizi menurut Saptawati (2010:37) adalah sebagai berikut: 1.
Menunjukkan macam-macam makanan bergizi pada anak seperti buah-buahan segar, susu, bubur kacang hijau, dan sayuran hijau.
2.
Mencuci buah-buahan dan sayuran sebelum dikonsumsi.
3.
Mengenalkan makanan bergizi seperti yang diatas dan menjelaskan manfaat makanan bergizi bagi tubuh.
4.
Perkenalkan kepada anak cara membedakan makanan yang masih bagus dan tidak bagus. Apalagi dalam mengkonsumsi buah, anak-anak tidak bisa membedakan mana buah yang masih segar dan mana buah yang sudah tidak layak dikonsumsi.