BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Penjasorkes merupakan istilah yang terdapat di dalam kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Istilah ini pada tahun 1983 oleh Majelis Permusyawarakatan Rakyat (MPR) dinamakan pendidikan jasmani dan olahraga. Kemudian pada tahun 1987 berdasarkan surat keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) istilah Pendidikan Olahraga dan Kesehatan diubah menjadi Pendidikan Jasmani. Menurut Rusli Lutan (2006: 1.5), Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktifitas jasmani, permainan dan atau olahraga. Sedangkan pengertian Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dalam kurikulum SD 1986 dalam Subagiyo (2007: 1.19): Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan jasmani dan rohani serta kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya agar tumbuh berkembang secara harmonis dan optimis sehingga mampu melaksanakan tugas bagi dirinya sendiri dan pembangunan bangsa. 9
Pendidikan Jasmani merupakan usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis, yang disusun oleh lembaga pendidikan yang berkompeten. Sebenarnya pendidikan jasmani dapat dilakukan di mana saja, tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai fasilitas memadai, sedang yang memberikan pendidikan jasmani pun tidak terbatas pada guru-guru olahraga atau pelatih olahraga saja, tetapi siapa saja dapat ikut serta memberikan pendidikan jasmani, misalnya orang tua, teman, perkumpulan pemuda, kelompok masyarakat. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani dalam penelitan ini adalah suatu proses pembelajaran yang melalui aktifitas jasmani yang dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, pengetahuan kesehatan,
perilaku
hidup
sehat
dan
kecerdasan
emosi.
Proses
pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, kognitif, dan efektif setiap siswa. 2. Pengertian Belajar, Mengajar, Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu kegiatan inti di sekolah. Berhasil tidaknya seorang siswa tergantung bagaimana proses belajar di sekolah
10
tersebut. Nana Sudjana (1991: 28) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Muhammad Uzer Usman (2008: 5), belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang di dapat dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar merupakan suatu yang kompleks, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan. Menurut Sugiyanto (2007: 7.34) mengatakan bahwa aspek-aspek kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui belajar adalah meliputi: 1. Ketrampilan intelektual 2. Kemampuan mengungkapkan informasi dalam bentuk verbal 3. Strategi berpikir 4. Ketrampilan gerak 5. Emosi dan perasaan Dari penjelasan tersebut menjadi lebih jelas bahwa belajar bisa menimbulkan perubahan-perubahan pada diri si pelajar. Perubahan yang terjadi dihasilkan dari pengalaman atau berbuat berulang, berarti bukan karena proses pertumbuhan kematangan, dan faktor-faktor 11
kondisional pada diri individu si pelajar. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat penting dalam kehidupannya. b. Pengertian Mengajar Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks tidak sekedar hanya menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Menurut Muhammad Ali (1992: 12), mengajar adalah: “Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”. Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan William H. Burton, yang menyatakan bahwa mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus) bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Muhammad Ali, 1992: 12). Bertitik tolak kepada pengertian tadi, burton memandang bahwa bahan pelajaran hanya sebgai bahan perangsang saja, sedangkan arah yang dituju oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran yang
12
diketahui siswa. Dengan strategi mengajar tertentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik dan dengan memberikan tugas atau latihan siswa diberi kesempatan untuk melakukan melakukan sesuatu. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dengan hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar (Moh Uzer Usman, 2008: 6). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa mengajar adalah merupakan tugas guru yang sangat unik, berhadapan dengan sekelompok siswa, yang merupakan makhluk hidup memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, dapat mandiri, berpribadi dan bermoral. c. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran
dewasa
ini
mengalami
perubahan
dan
perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya.
Pembelajaran
sekarang
ini
lebih
berorientasi
bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti
penataan
lingkungan,
menyediakan
alat
dan
sumber
pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa merasa 13
senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran menurut Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik
untuk
menyampaikan
ilmu
pengetahuan,
mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif da efisien serta dengan hasil optimal. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam mempelajari suatu keterampilan olahraga dibutuhkan cara belajar yang spesifik berbeda dengan belajar pada umumnya. Hal terpenting dalam belajar keterampilan hendanya dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Suatu keterampilan yang dipelajari secara terutur dan dilakukan secara berulang-ulang, maka akan terjadi perubahan dapa diri siswa yaitu, keterampilan akan dikuasai dengan
14
baik. Menurut Nana Sudjana (1991: 5) menyatakan, “ Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut.” Menurut pengertian sebelumnya di
atas,
pembelajaran
pendidikan jasmani pada umumnya merupakan sebuah hal yang komplek sehingga dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang tepat untuk menjalankannya. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari
pendidikan
secara
keseluruhan.
Sehingga
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui sebuah aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jadi, yang digunakan sebagai perantara pembelajaran disini adalah serangkaian aktifitas jasmani, permainan atau mungkin juga cabang olahraga. Melalui serangkaian kegiatan inilah seorang anak didik, dibina dan sekaligus dibentuk. Dikatakan dibina, karena yang ditumbuhkembangkan adalah potensinya. Dikatakan pembentukan, karena memang akan terjadi proses pembiasaan memalui seperangkat rangsang. 3. Pengertian Lompat Tinggi Lompat tinggi termasuk salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Menurut Djumidar
(2007: 1.3), atletik merupakan kegiatan
15
jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti; jalan, lari, lempar, lompat dan loncat. Gerakan-gerakan yang dilakukan dan terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan pada olahraga atletik. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu dari semua cabang olahraga. Atletik merupakan rangkaian aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan individu. Atletik juga merupakan sarana bagi pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya. Lompat tinggi adalah suatu gerakan yang diawali dengan lari, berkonsentrasi, dan menolak dengan salah satu kaki setinggi-tingginya untuk melewati mistar yang telah diinstal pada penompang tiang lompat dengan gaya tertentu. Menurut Djumidar (2007: 6.41), mendefinisikan “lompat tinggi adalah suatu rangkaian gerak untuk mengangkat tubuh ke atas dengan melalui proses berlari, menumpu, melayang dan mendarat”. Sedangkan menurut Muhajir (2007: 131), “Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan atas dalam upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat mungkin jatuh (mendarat)”. Tujuan lompat tinggi adalah melompat setinggitingginya dengan cara melewati mistar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut Eddy Purnomo (2011: 65), tujuan lompat
16
tinggi adalah si pelompat berusaha untuk menaikkan pusat masa tubuhnya (center of gravity) setinggi mungkin dan berusaha untuk melewati mistar lompat tinggi agar tidak jatuh. Pelaksanaan lompat tinggi ditentukan oleh sejumlah parameter, dan ini semuanya berkaitan dengan kemampuan biomotorik. Adapun biomotorik yang terpenting menurut Eddy Purnomo (2011: 65) adalah:
Kekuatan Lompat
Lompat
tinggi
Kecepatan
merupakan
nomor
Rasa Irama Koordinasi
individu
dengan
memperlombakan setinggi mana pelompat dapat melampaui mistar. Teknik dasar lompat tinggi adalah cara atau gaya untuk melakukan lompat tinggi yang benar sesuai dengan peraturannya yang bertujuan untuk melompat melewati mistar yang setinggi-tingginya. Keseluruhan teknik dasar lompat tinggi dapat dibagi atas teknik awalan, tolakan, melewati mistar, dan pendaratan. semua unsur teknik dasar lompat tinggi tersebut terkait erat satu sama yang lainnya. Hal ini karena tolakan yang efektif tergantung pada kecepatan dan irama awalan. Demikian pula tolakan yang efektif akan mempengaruhi seberapa tinggi mistar yang akan dilampaui, berikut ini beberapa teknik dasar lompat tinggi yaitu:
17
a. Awalan Awalan dan sudut awalan harus tepat, yang dimaksud dengan titik awalan adalah tempat berpijak atau berdiri permulaan sebelum pelompat mulai melakukan lari awalan. Mengenai besarnya sudut awalan tergantung dari masing-masing gaya. Misalnya gaya scots sekitar 300-350 dan gaya straddle sekitar 400-450, serta gaya flop sekitar 700-850 walaupun pada tiga langkah terahir mengecil sekitar 300. Langkah kaki dari pelan semakin dipercepat, dilakukan secara wajar dan lancar. Kecepatan lari pada akhir awalan tidak perlu dilakukan secara maksimal agar mendapat tolakan secara maksimal. b. Tumpuan Tumpuan dilakukan dengan kaki yang terkuat. Saat bertumpu harus tepat pada titik tumpu. Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan. Untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara mencoba berulang-ulang sejak dari menentukan titik awalan, sudut awalan, irama serta banyaknya langkah. c. Melayang/ Melewati Mistar Gerakan melayang di udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan dan gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya.
18
d. Pendaratan Pendaratan merupakan proses terakhir dari proses gerakan beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung dari masing-masing gaya. Ada dua prinsip yang harus diperhatikan, pertama pendaratan dilakukan secara sadar; kedua, pendaratan dilakukan dengan posisi badan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit atau cidera. Lompat tinggi dari segi teknik terus berkembang sejak dahulu sampai sekarang. Dalam nomor lompat tinggi kita mengenal beberapa macam gaya, yaitu : a) Gaya flop, b) Gaya guling perut/straddle, c) Gaya gunting, d) Gaya guling sisi. Menurut Eso Sumarso & Sumarya (2010: 76) ada beberapa macam gaya lompat tinggi di antaranya gaya gunting, guling sisi, guling perut, dan terlentang di atas mistar (flop). Berikut salah satu teknik gaya lompat tinggi yang sering diajarkan di sekolah dasar: a. Gaya Guling Perut (straddle) Gaya guling sering disebut juga dengan gaya anjing kencing. Diberi nama anjing kencing karena pada waktu melakukan pendaratan melakukan sikap seperti anjing yang sedang kencing. Dalam lompat tinggi gaya ini terbagi atas awalan, tolakan, sikap tubuh di atas mistar dan pendaratan.
19
1) Awalan Awalan dilakukan dengan mengambil tempat menyamping kira-kira 35-45 derajat. Langkah dalam melakukan awalan selalu ganjil ( 3 langkah,5 langkah,7 langkah, dan seterusnya). Cara mengukur jumlah langkah awalan dihitung mundur dari tempat melakukan tolakan. 2) Tolakan Tolakan
pada
lompat
tinggi
gaya
guling
dengan
menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan kaki ayun bagian luar. Berbeda dengan kaki tumpu pada lompat tinggi gaya flop. Pada gaya flop kaki tumpu adalah kaki bagian luar dan kaki ayun bagian dalam. Pada waktu melakukan tumpuan dan menolak pada gaya guling kaki ayun langsung melangkah ke atas untuk melompati mistar. 3) Sikap tubuh di atas mistar Tubuh di atas mistar dimulai setelah kaki ayun melangkah bersamaan dengan tolakan kaki tumpu menolak. Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan cepat dibalikkan serta kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada pundak dan kaki tolak dilipat, kemudian digerakkan dari samping ke atas. Saat tangan kanan dan kepala berada di bawah mistar, tangan kiri diayunkan dan dilipat di atas punggung supaya tidak menyentuh mistar.
20
4) Mendarat Bagian tubuh yang pertamakali mendarat adalah kaki ayun dan kedua tangan. Dengan pendaratan yang seperti ini, maka lompat tinggi model ini sering disebut lompat tinggi gaya anjing kencing.
Gambar 1. Teknik Lompat Tinggi Gaya Guling Perut (straddle) (Sunaryo Basuki, 1979: 110) Secara umum hal-hal yang harus diperhatikan/dilakukan pada waktu melakukan lompat tinggi antara lain: 1) Memperpanjang langkah akhir dan merendahkan titik-pusat gravitasi, 2) Bertolak dan angkat badan secara vertikal dengan gerakan lengan yang benar, 3) Ayunan kaki bebas tinggi-tinggi, 4) Tekuklah kaki penolak pada saat diangkat (ke atas), 5) Rendahkan kepala dan bahu pada saat melampaui mistar. 6) Buka keluar dengan kaki penolak untuk melampaui mistar. 4. Karakteristik Siswa Perlu disadari bahwa siswa sekolah dasar (SD) berbeda dengan anak siswa lanjutan (SLTP), perbedaan itu tampak pada ciri-ciri pertumbuhan, perkembangan fisik, psikis, sosial dan emosional. Alasan 21
inilah yang menyebabkan metode dalam pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan karakteristik usia anak tersebut. Menurut Samsudin (2008: 1.16) karakteristik jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 10-11 tahun (kelas 5 dan 6 SD) adalah sebagai berikut: Pada usia ini otot-otot lebih berkembang, mereka merasa sudah besar (dewasa) dalam kegiatan fisik, mereka menyukai permainan yang sifatnya aktif. Mereka telah memiliki otot-otot yang lebih baik (berkembang), tetapi perkembangan ototnya tidak sesuai dengan kekuatan otot, artinya anak-anak seusia ini kekuatan ototnya kurang sesuai dibanding dengan besar tubuhnya. Kemampuan fisik anak laki-laki sudah mulai dapat dibedakan dengan anak perempuan. Dengan semakin meningkat kemampuan fisik, reaksi serta koordinasi gerakan maka mereka telah mengerti tentang olahraga yang bersifat kompetitif. Dengan demikian, pada fase ini mereka sudah dapat diberikan jenis olahraga yang bersifat kompetitif pula, dalam olahraga misalnya adalah berlomba dalam bentuk lari estafet yang dimodifikasi. Karakteristik anak sekolah dasar yang memiliki kekhasan dalam bersikap yang diungkapkan melalui bermain. Karakteristik inilah yang harus diperhatikan untuk menjembatani antara keinginan guru dan anak. Agar pesan tersampaikan, maka guru harus dapat menggunakan pendekatan pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak didiknya dan perkembangan anak usia sekolah dasar. 5. Pemanfaatan Alat Kotak/Box dalam Pembelajaran Lompat Tinggi Alat bantu pembelajaran memiliki fungsi untuk menunjang tercapainya tujuan proses belajar mengajar dan sangat berguna untuk menunjang proses berpikir anak, agar dapat dengan segera memahami suatu bentuk gerakan atau urutan rangkaian suatu gerakan. Untuk
22
kepentingan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar (SD), alat yang dimaksud suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan di SD. Dengan demikian, alat untuk kepentingan pembelajaran jasmani dan kesehatan di SD adalah alat dalam bentuk yang sederhana, dan dapat dibuat sendiri baik oleh guru maupun murid. alat yang dimaksud itu dapat berupa dalam bentuk kotak/box yang digunakan dalam pembelajaran lompat tinggi. a. Bentuk Pembelajaran melalui Pemanfaatan Alat Kotak/Box Alat
kotak/box
merupakan
suatu
alat
latihan
untuk
meningkatkan keberanian, keaktifan dan kemampuan fisik khususnya pada bagian otot tungkai pada pembelajaran lompat tinggi. Pembelajaran menggunakan alat kotak/box dilakukan dengan cara belajar dengan materi lompatan ke depan melewati kotak/box sebagai alat untuk latihan melompat. Bentuk pembelajaran ini dilaksanakan menggunakan suatu bentuk permainan agar siswa tidak cepat bosan dan siswa aktif mengikutinya. Disisi lain pembelajaran melalui pemanfaatan alat kotak/box memungkinkan siswa untuk mendapatkan treatmen/latihan pada kondisi fisik yang dimilikinya dalam hal ini power tungkai. Karena pada dasarnya untuk melakukan lompatan setinggi mungkin diperlukan kemampuan otot khususnya pada bagian
23
tungkai dengan kekuatan yang baik. Juga teknik dasar lompat tingginya menjadi lebih baik. b. Tujuan Gerak 1) Untuk memberikan treatmen/latihan pada otot bagian tungkai secara drill atau pengulangan sehingga nantinya memiliki tingkat kemampuan kondisi fisik yang baik dan relatif bersifat permanen secara menetap. 2) Untuk memberikan treatmen/latihan teknik dasar lompatan secara drill atau pengulangan sehingga nantinya memiliki tingkat ketrampilan melakukan lompatan yang baik dan relatif bersifat permanen secara menetap. 3) Pengkondisian pada arah permainan, artinya memberikan ruang untuk berlatih/belajar lompatan sambil bermain tetapi sesuai dalam keadaan sebenarnya pada saat melakukan lompat tinggi. 4) Siswa menjadi lebih terangsang untuk melakukan lompatan sehingga siswa aktif dalam pembelajaran lompat tinggi. Kegiatan belajar lompat tinggi siswa pada sekolah dasar sebenarnya tidak harus selalu menggunakan alat lompat tinggi yang standar, yang penting guru harus mampu membangkitkan semangat siswa untuk melakukan berbagai aneka lompatan. Seringkali sekedar alat kotak/box yang ditumpuk dan pola-pola garis di lantai sudah cukup untuk merangsang anak untuk melakukan lompatan. Kotak/box yang ditumpuk, menjelma menjadi daya
24
tarik tersendiri bagi siswa sekolah dasar. Mereka akan terangsang untuk melakukan lompatan untuk melompati kotak/box yang ditumpuk. Alat-alat itu seolah-olah menjadi tantangan tersendiri bagi siswa untuk melakukan lompatan melewati kotak/box tersebut. Misalnya kotak/box yang rendah, alat itu akan tetap memelihara daya tariknya asal tidak menyebabkan timbulnya rasa takut dan potensi cidera, bila bagian kaki atau lengan terbentur benda tersebut. Salah satu ketrampilan dalam olahraga atletik khususnya lompat tinggi adalah ketrampilan lompatan setinggi mungkin untuk melewati mistar. Dan untuk melatih kerampilan ini dapat menggunakan alat kotak/box sebagai rintangan untuk dilompati siswa dan divariasikan dalam pembelajarannya. Dalam
pembelajaran
lompat
tinggi
menjadi
wahana
dalam
pembentukan teknik dasar. Para siswa biasanya terangsang untuk mencobanya, dengan cara bermain dan suasana yang menyenangkan. Sepanjang menyangkut lompat tinggi, bentuk pembelajarannya dapat berupa melompati alat kotak/box yang hasilnya tampak nyata, tujuan gerak ini memberikan pengalaman berhasil. Bila otot tungkai masih lemah, guru bisa memulai dengan menggunakan lompat kotak/box yang ketinggiannya +30 cm. Siswa bebas menggunakan kaki kanan atau kiri sebagai tumpuan untuk melompat. Ketinggian kotak/box itu bisa disesuaikan dengan kemampuan gerak anak. Kegiatan belajar mengajar lompat menggunakan alat kotak/box, sebagaimana pada gambar berikut.
25
Gambar 2. Melompati Alat Kotak/Box
Apabila latihan lompat melewati alat kotak/box disajikan dalam cara dan bentuk yang menarik, latihan ini merupakan kesempatan yang baik bagi tugas-tugas gerakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan melompat, ketangkasan melompat, dan irama lompatan. Manfaat dari alat kotak/box yang terbuat dari kayu bahwa ini tidak akan menyebabkan cidera atau luka dan aman bagi pelaku latihan. Hal ini memungkinkan meningkatkan kepercayaan atas kemampuan diri sendiri bertambah besar. Untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih tinggi lagi dapat ditambah ketinggian alat kotak/box dengan cara ditambah jumlah rintangan boxnya sesuai dengan prinsip-prinsip beban lebih.
Gambar 3. Melompati Kotak Dengan Gerak Kangkang (Djumidar, 2007: 6.43) 26
Pembelajaran dengan menggunakan alat kotak/box dilakukan dengan cara belajar dengan materi lompatan ke depan melewati box. Bentuk latihan ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan treatmen/latihan pada kondisi fisik yang dimilikinya dalam hal ini power tungkai. Karena pada saat melakukan lompatan diperlukan kemampuan otot khususnya pada bagian tungkai dengan kekuatan/power yang baik. Dengan demikian pemanfaatan alat
kotak/box
ini
dapat
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
meningkatkan ketrampilan lompatannya pada nomor lompat tinggi cabang olahraga atletik. B. Penelitian yang Relevan Wardo (2010), yang berjudul: Upaya meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya straddle dalam pendidikan jasmani melalui pendekatan modifikasi permainan siswa kelas V SD N Samirono tahun ajaran 2009/2010. Hasil pengujian hipotesis meggunakan Uji-t mendapat t sebesar 4,616 lebih besar dari t tabel sebesar 2,021 (4,616 > 2,021), ada perbedaan data sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan hasil bahwa model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi permaian dalam pendidikan jasmani memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat tinggi gaya straddle siswa kelas V SDN Samirono tahun ajaran 2009/2010. Latihan modifikasi permain yang dikemas secara menarik dengan menggunakan alat-alat yang bermacam memberikan motivasi kepada siswa untuk bergerak lebih aktif mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani cabang lompat tinggi gaya straddle.
27
C. Kerangka Berpikir Lompat tinggi adalah termasuk ke dalam lompatan vertikal, karena si pelompat berusaha memindahkan titik berat badan setinggi-tinginya dalam upaya melampaui suatu ketingian (mistar lompatan). Lompat tinggi memiliki tujuan yaitu untuk memproyeksikan gaya berat badan pelompat di udara dengan kecepatan bergerak ke depan secara maksimal untuk melewati mistar yang berada diantara kedua tiang. Ditinjau dari segi biomekanika gerak dalam olahraga, lompat tinggi melibatkan beberapa sikap gerak diantaranya: lari awalan, tumpuan, sikap badan diudara, dan pendaratan. Kesempurnaan dari teknik yang dilakukan sangat didukung sekali oleh kesiapan fisik yang optimal. Oleh sebab itu untuk melatih teknik yang sempurna diperlukan sekali latihan fisik yang relevan dan dapat menunjang gerak otot yang terlibat saat melakukan teknik lompatan. Dalam hal ini latihan fisik yang digunakan dalam pembelajaran lompat tinggi adalah untuk meningkatkan otot-otot tungkai, untuk usia sekolah dasar sangat disarankan dengan cara bermain sambil latihan, antara lain melompat melewati alat kotak/box. Karena dengan berlatih lompat tersebut kekuatan otot tungkai akan menjadi kuat koordinasi gerak juga meningkat. Gerakan lompat-lompat yang dilakukan secara berulang-ulang, teratur dan berirama secara langsung akan berpengaruh terhadap power tungkai. Belajar lompat tinggi melalui lompat melewati alat kotak/box merupakan kegiatan yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan lompat
28
tinggi. Hal ini secara realitis dapat dibuktikan karena dengan kegiatan bermain, secara tidak langsung anak melakukan aktifitas belajar gerak. Dengan aktifitas belajar gerak, maka anak akan bertambah kemampuan fisiknya dan ketrampilan geraknya. Bentuk gerakan lompat melewati alat bantu kotak/box akan memberikan pengaruh pada power kaki anak, karena dengan adanya rintangan yang harus dilewati anak berarti harus melompat untuk melewati kotak/box itu sebelum mendarat. Yang secara tidak langsung merupakan latihan power kaki pada anak. Dengan power kaki yang kuat maka secara langsung dapat meningkatkan kemampuan tolakannya dan akan memberikan hasil lompatan yang lebih baik. Dan suasana pembelajaran juga tidak membosankan, siswa akan merasa senang mengikuti pembelajaran lompat tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut penulis merancang pelaksanaan pembelajaran yang akan dibutuhkan sebagai pengamatan dalam mengetahui tingkat perkembangan dan keberhasilan dari alat yang diterapkan. Yang mana pembukuan tersebut adalah perwujudan penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dalam rangka upaya peningkatkan pembelajaran lompat tinggi melalui pemanfaatan alat kotak/box pada siswa kelas V di MI Ma’arif NU Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2011/2012.
29
Secara rinci diilustrasikan kerangka pemikiran penelitian seperti terlihat pada gambar berikut ini:
KONDISI AWAL
TINDAKAN
GURU/PENELITI Pembelajaran lompat tinggi belum menggunakan alat kotak/box (X)
SISWA Hasil KKM yang didapat rendah (Y)
SIKLUS Memanfaatkan latihan lompat melewati alat kotak/box yang didemonstasikan siswa dan guru mengamati
Memanfaatkan Menggunakan alat kotak/box dalam pembelajaran lompat tinggi
KONDISI AKHIR
Diduga (X) dapat meningkatkan (Y) pada siswa kelas V MI Ma’arif NU Patikraja
SIKLUS SELANJUTNYA Memanfaatkan alat kotak/box untuk melakukan gerakan koordinasi yang didemonstrasikan guru dan siswa melaksanakan
Gambar 4: Bagan ilustrasi kerangka fikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis yaitu: “ Melalui Pemanfaatan Alat Kotak/Box Dapat Meningkatkan Pembelajaran Lompat Tinggi Bagi Siswa Kelas V MI Ma’arif NU Patikraja Tahun Pelajaran 2011 / 2012”. 30