BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Tentang Air Air adalah salah satu kebutuhan esensial manusia yang ke dua setelah udara
untuk keperluan hidupnya. Manusia hanya bisa bertahan hidup selama kurang lebih tiga hari tanpa air. Untuk menciptakan suatu lingkungan hidup manusia yang bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi sanitasi lingkungan hidup manusia akan selalu dikaitkan dengan tersedianya air di daerah manapun di Indonesia bahkan di negara manapun di dunia ini selalu mempermasalahkannya. Persediaan air yang banyak dan dengan kualitas yang lebih baik, lebih cepat dan akan lebih cepat meningkatkan kemajuan derajat kesehatan masyarakat (Daud, 2004). Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal berada di atas permukaan bumi berbentuk cair dan akan membeku pada suhu nol derajat celcius (0oC) dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius (100oC). Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, dengan demikian semakin naik jumlah penduduk maka semakin naik pula laju pertumbuhan dan laju pemanfaatan seumber-sumber airnya. Beban pengotoran air juga sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan air bersih semakin langka. Karena pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting, pengelolaan sumber daya air sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas, (Soemirat, 2002).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Kusnaedi, 2004). Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau (Onny, 2004). Melalui penyediaan air bersih dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur artesis atau sumur dalam. Kemampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi manusia adalah hal yang sangat penting. Air, tanah dan manusia adalah hal yang tidak dapat dipisahkan (Rismunandar, 2005). Menurut Soemirat (2008) bahwa Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50% – 70% dari seluruh berat badan. Di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kekurangan air menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsurunsur yang ada di dalam cairan tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan orang dewasa perlu minum minimum 1,5–2 liter air sehari. Selain pentingnya air bagi di dalam tubuh manusia, air dibutuhkan bagi kehidupan, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu keperluan untuk kebutuhan domestik rumah tangga maupun kebutuhan dalam pertanian, industri,
perikanan, pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi, serta rekreasi (Pujiastuti,, dkk, 2007). Air juga merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang (Soemirat, 2008). Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003). Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat-syarat yang ditentukan sesuai dengan persyaratan kualitas air secara fisika, kimia dan biologi.
2.2
Sumber-Sumber Air Berdasarkan sumbernya air dapat digolongkan atas beberapa macam (Daud,
2005) : a.
Air Permukaan Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Kualitas
air hujan tergantung dari besar dan lamanya curah hujan sedangkan kualitas air hujan
adalah
dapat
dilihat
dari
keadaannya
apakah
belum
tercemar
(terkontaminasi) karena air hujan merupakan air murni (H2O), tapi air hujan yang turun kebumi biasanya mengandung bakteri, virus, jamur, debu atau kotorankototan lainnya yang ada diudara serta terbawa air hujan pada waktu awal terjadinya hujan. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotaran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotoranya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan seperti; air laut, danau, sungai, rawa-rawa, dam, sawah dan sebagainya.
b.
Air Tanah Air tanah terbagi atas air tanah air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air
tanag dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengadung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu yntuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini di sini berfungsi sebagai saringan. Disamoing penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air bersih untuk air minum melalui sumur-sumur dangkal. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan sumur dangkal ini adalah : 1)
Sumur harus diberi tembok rapat air 3,00 m dari muka tanah agar pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan.
2)
Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1 – 1,5 m untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3)
Pada lantai (sekelilingnya) harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur ini.
4)
Pangambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa keluar.
5)
Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengamanan setinggi 1,00 m. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai air sumur air
minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kualitas kurang cukup dan tergantung pada musim.
Air tanah dalam terdapat lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamannya sehingga dalam suatu saat kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didaptkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut sumur artetis. Jika air tak dapat ke luar dengan sendirinya maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsurunsur kimia tergantung pada lapisan-lapisan tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur maka air itu akan menjadi sadah karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg (HCO3)2. Jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan MN ((HCO3). c.
Air Angkasa Air angkasa adalah air yang terdapat di atmosfer bumi seperti air hujan, salju
dan embun. Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercapat terjadinya
korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. 2.3
Fasilitas Sumber Air Bersih Syarat-syarat fasilitas sumber air bersih seperti sumur, baik sumur dangkal
maupun sumur dalam (Daud, 2005). a.
b.
Sumur harus mempunyai jarak minimal 10 meter untuk tanah berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat dan bebatuan (batu cerdas) minimal 7,5 meter dari sumber pencemaran terutama dari septik tank. Sumur harus mempunyai bibir dengan ketinggian minimal 70 cm dari permukaan tanah Dinding sumur harus diplester dengan kedap air sedalam minimal 4 meter, dan campuran plesternya sebaiknya campuran sengan sekam padi. Sumur harus mempunyai lantai dengan ukuran minimal 150 cm x 150 cm. Sumur harus mempunyai saluran pembuangan air sepanjang minimal 20 meter. Sumur harus terbuka dan tidak boleh ada pohon diatasnya terutama pohon yang berdaun kecil.
c.
d. e. f.
2.4
Klasifikasi Air Air dapat diklasifikasikan ke dalam 5 kelas yaitu (Daud, 2005): 1. Air kelas I, yaitu air yang tidak perlu pengolahan, air tanah atau air laut, air permukaan dengan tidak ada kontaminasi 2. Air kelas II, yaitu air yang hanya perlu didesinfeksi, air tanah atau air permukaan dengan kemungkinan kontaminan kecil, jernih 3. Air kelas III, yaitu air perlu penyaringan disertai chorinasi (pre dan post cholinasi) semua sumber air yang memerlukan penyaringan untuk menjernihkan dan chlorinasi untuk desinfektan. 4. Air kelas IV, yaitu air perlu pengolahan lengkap selain penyaringan diperlukan pula chlorinasi dan presedimentasi.
5. Air kelas V, yaitu air yang perlu pengolahan spesifik misalnya air sumur harus mempunyai kedalaman minimal 4 meter. 2.5
Kualitas Air Bersih Menurut
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam (Waluyo, 2009). Adapun parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, yaitu: 2.5.1 Parameter Fisik Pada parameter fisik yang akan di uji pada penelitian ini yaitu: a.
Jumlah zat padat terlarut/TDS (Total Dissolved Solid)
TDS adalah ukuran jumlah materi yang terlarut dalam air. TDS ini menggunakan satuan ppm dengan nilai-nilai air bersih yang pada dasarnya berkisar dari 1-1500 ppm. Garam-garam terlarut seperti sodium, klorida, magnesium dan sulfat memberi kontribusi pada TDS. Konsentrasi yang tinggi dari TDS membatasi kesesuaian air sebagai sumber air bersih. Selain itu, konsentrasi TDS yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi kejernihan, warna dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Hartanto, 2007).
b.
Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen. Kekeruhan ini menggunakan satuan NTU
(Nephelometric Turbudity Unit) dengan nilai air bersih yang pada dasarnya masih dalam kategori maksimum pada dasarnya yaitu 25 NTU (Hartanto, 2007) c.
Suhu/Temperatur Suhu adalah ukuran energy gerakan molekul. Sehu merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran orgnisme. Proses metabolism hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relatife sempit, biasanya antara 0-40oC. Tetapi ada juga organisme yang mampu mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit dibawah batas-batas tersebut, misalnya ganggang hijau biru yang hidup pada suhu 85oC disumber air panas. Proses metabolism meningkat dua kali untuk kenaikan suhu 10oC. Kebanyakan organisme laut telah mengalami adapatasi untuk hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit dari pada kisaran total 0-40oC. Suhu air sebaiknya sejuk dan tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan serta mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak. Suhu ini menggunakan satuan oC (Derajat Celcius)
yang dapat di ukur dengan termometer air dengan temperatur udara yang masih dalam kategori maksimum pada dasarnya yaitu 20-60 oC (Soemirat, 2009). 2.5.2 Parameter Kimia Adapun parameter kimia yang akan di uji untuk kualitas air yaitu: a.
Derajat Keasaman (pH) atau Konsentrasi Ion Hidrogen Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5-9,0 Mg/L. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa (Agus, 2007). 2.5.3 Parameter Bakteriologis Ada dua parameter mikrobiologi yang akan diuji yakni (Waluyo, 2007): a.
Koliform total/Bakteri Coliform; bila air mengandung bakteri kelompok ini akan dapat mengakibatkan penyakit-penyakit saluran pencernaan.
b.
Koliform tinja/Bakteri E.Colli; air yang mengandung koliform tinja berarti air tersebut telah tercemar oleh tinja. Tinja ini sangat potensial untuk menularkan penyakit yang berhubungan dengan air. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air
tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi. Syarat fisik, antara lain: a. Air harus bersih dan tidak keruh b. Tidak berwarna apapun c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apapun e. Suhu antara 10-25 C (sejuk) f. Tidak meninggalkan endapan Standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial-ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. (Soemirat, 2008). Pada umumnya penentuan standar kualitas air minum tergantung pada (Suciastuti, 2001) : a.
Kondisi negara masing-masing.
b.
Perkembangan ilmu pengetahuan.
c.
Perkembangan teknologi
2.6. Kerangka Teori
Air Bersih
Kualitas Air Bersih
Sumber-sumber Air
Air Permukaan
Air Tanah
Air Angkasa
TDS
Kimia
Fisik
Kekeruhan
Suhu
Bakteriologis
E.Colli
pH
Coliform
2.7. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Parameter Fisik : 1. Temperatur (suhu). 2. Kekeruhan. 3. Jumlah Zat Terlarut (TDS) Parameter Kimia : Derajat Keasaman (pH) Parameter Biologi : 1. Coliform total 2. E.coli 3.
Keterangan:
:
Varibel Independen
:
Variabel Dependen
KUALITAS AIR SUMUR GALI