BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Para ahli telah banyak mengungkapkan tentang pengertian belajar. Slameto (2003:2) berpendapat bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pengertian lain tentang belajar dikemukakan oleh Henry E. Garret dalam buku Sugiyono (2008:13) berpendapat bahwa, “Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Definisi di atas mengemukkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan perilaku itu dimanifestasikan dalam pola-pola respon yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini ialah segala aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh warga belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan ini berkaitan dengan perubahan tingkah laku warga belajar. Perubahan
11
tingkah laku ini meliputi kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemampuan tersebut dimiliki oleh warga belajar melalui pengalaman belajar. Belajar merupakan indikasi adanya perubahan dalam kerangka proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi tersebut berupa pencapaian hasil belajar Dasar Patiseri yang dapat dilihat pada minat mahasiswa untuk membuka usaha patiseri.
2. Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh Sudjana (2008:22) adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar siswa dinilai pada perubahan tingkah laku, menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat dikuasai siswa setelah menerima pembelajaran. Pernyataan itu dikuatkan oleh penjelasan yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam Dimyati dan Mujiono (2002 : 26) yaitu : a. Kemampuan kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Kemampuan afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. c. Kemampuan psikomotor, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Kemampuan ini dibagi kedalam tujuh aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbingan, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Hasil belajar selalu berkaitan dengan perubahan tingkah laku baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Mengacu pada pendapat Dimyati dan Mujiono (2002 : 26), penulis sarikan sebagai berikut : 12
1.
Kemampuan Kognitif (Cognitive domain) menurut Bloom dkk dalam Winkel (2007 : 245 ) yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi : a) Pengetahuan (knowledge), kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mencakup fakta, prinsip, dan metode yang diketahui. b) Pemahaman (comprehension), kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna. c) Penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. d) Analisis (analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. e) Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
2. Kemampuan Afektif (Affective domain) menurut Wohl, Bloom dkk dalam Winkel (2007 : 247) yaitu tahap-tahap perubahan sikap, nilai dan kepribadian setelah mendapatkan pengetahuan dari proses belajar yang meliputi : a) Penerimaan (receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
13
b) Partisipasi (responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang dating dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c) Penilaian/penentuan sikap (valuing), mengacu pada nilai atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. d) Organisasi (organization), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex), mencakup kemampuan untuk mengkhayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. 3. Kemampuan Psikomotor (Pyschomotoric domain) menurut Simpson dalam Winkel (2007: 249) yaitu kesatuan psikis yang dimenifestasikan dalam tingkah laku fisik (sekumpulan keterampilan dalam bidang tertentu) yang meliputi : a) Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskiminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. b) Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
14
c) Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). d) Gerakan yang terbiasa (mechanical respone), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. e) Gerakan yang kompleks (complex respone), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancer, tepat, dan efisien. f) Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. g) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Hal ini sesuai dengan
15
pendapat yang dikemukakan Hasil belajar yang telah diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memperkuat atau melemahkan hasil belajar tersebut. Menurut Slameto (2008: 54) bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu tersebut. Berikut uraian mengenai faktor intern dan faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar tersebut yang telah disarikan oleh penulis mengacu kepada pendapat Slameto (2008 : 54), adalah sebagai berikut : a. Faktor-Faktor Intern Faktor intern terbagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Faktor-faktor intern tersebut berperan penting untuk dapat mengoptimalkan hasil belajar yang telah dicapai oleh individu. 1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik pada seluruh tubuh dan terbebas dari penyakit, kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap belajarnya. Kegiatan belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatannya terganggu karena individu tersebut akan merasa cepat lelah, mengantuk, kurang bersemangat, mudah pusing dan gangguan-gangguan lain yang mempengaruhi fungsi indera serta tubuhnya. Oleh karena itu kesehatan harus dijaga dengan cara mengatur kegiatannya dalam bekerja,
16
belajar, istirahat, makan, olahraga dan ibadah agar proses belajar berjalan dengan lancar. b) Cacat Tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna pada tubuh. Keadaan tersebut dapat mengganggu proses belajar, oleh karena itu apabila individu mengalami cacat tubuh hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau menggunakan alat bantu agar proses belajar tetap berjalan. 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. a) Intelegensi Intelegensi merupakan kecakapan yang dimiliki individu untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, dan mengetahui konsep-konsep yang abstrak dengan efetif dan mempelajarinya dengan cepat. Individu yang memiliki intelegesi lebih tinggi dapat menangkap dan memahami materi yang diberikan dengan cepat. b) Perhatian Agar mendapatkan hasil belajar yang baik, maka individu harus memiliki perhatian terhadap bahan atau materi yang dipelajarinya. Apabila materi yang dipelajarinya tidak menimbulkan perhatian maka akan timbul kebosanan. Oleh karena itu, materi yang diberikan harus dapat menarik perhatian.
17
c) Minat Minat memberikan pengaruh yang besar terhadap belajar, proses belajar yang diikuti berdasarkan minat akan menimbulkan rasa senang dan puas dalam menjalankannya. Apabila kegiatan belajar diikuti tidak sesuai minat, maka kegiatan belajar yang dilakukan tidak akan berjalan dengan baik. d) Bakat Bakat atau aptitude merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Individu yang memiliki bakat pada bidang tertentu yang dipelajarinya akan lebih mudah untuk meyerap materi yang diberikan pada bidang tersebut. e) Motif Motif yang kuat sangat diperlukan dalam kegiatan belajar, untuk membentuk motif yang kuat tersebut dapat dilaksanakan dengan latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang dapat memperkuat sehingga dapat menjadi pendorong untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana alatalat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Individu yang sudah matang belum dapat melakukan kecakapannya sebelum melalui kegiatan belajar. Jadi untuk mendapatkan kecakapan tersebut tergantung dari kematangan dan belajar.
18
g) Kesiapan Kesiapan diperlukan setelah individu mencapai kematangannya sehingga siap untuk melakukan kecakapan. Jika kesiapan ada dalam diri individu, maka akan medapatkan hasil belajar yang lebih baik. 3) Faktor Kelelahan Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani berupa lemah dan lunglai tubuh dan timbul kecenderungan untuk mebaringkan tubuh, kelelahan rohani berupa kelesuan dan kebosanan sehingga menghilangkan minat dan dorongan untuk mendapatkan sesuatu. Oleh karena itu, agar dapat belajar dengan baik harus dapat menghindari terjadinya kelelahan dalam belajar. b. Faktor-Faktor Ekstern Faktor ektern yang datang dari luar individu dapat dibagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 1) Faktor Keluarga Kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
19
2) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi dan memotivasi peserta didik untuk belajar mencakup metode belajar, kurikulum, relasi pendidik dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat Faktor masyarakat berpengaruh terhadap belajar seseorang, dimana pengaruh tersebut terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. Faktor-faktor masyarakat tersebut meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Faktor-faktor tersebut harus mendapatkan pengawasan dari keluarga agar faktor-faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dalam kegiatan belajarnya. Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar dan hasil belajar individu dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor dari dalam individu itu sendiri (internal) dan dari luar individu (ekternal). Faktor-faktor tersebut dianggap dapat mempengaruhi hasil belajar individu karena faktor-faktor tersebut selalu dialami dan dilewati oleh individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh individu tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal yang dapat menentukan berhasil tidaknya kegiatan proses belajar mengajar khususnya dalam mata kuliah Dasar Patiseri
20
B. Tinjauan Umum Mata Kuliah Dasar Patiseri Mata kuliah Dasar Patiseri merupakan mata kuliah yang termasuk ke dalam Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK), yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa Program Studi Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI. Mata kuliah ini diberikan pada semester 3 dengan bobot 2 SKS. Kegiatan perkuliahan Dasar Patiseri terdiri dari pemberian materi dan praktek. 1. Tujuan Mata Kuliah Dasar Patiseri Tujuan perkuliahan Dasar Patiseri yang terdapat pada silabus Dasar Patiseri (2005:23) yaitu :“Mahasiswa yang telah selesai mengikuti perkuliahan ini diharapkan mampu memahami konsep Dasar Patiseri dan terampil membuat produk patiseri serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari”. Tujuan perkuliahan Dasar Patiseri tersebut merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah terjadinya proses pembelajaran yang akan dicapai oleh mahasiswa. Tujuan perkuliahan Dasar Patiseri di atas dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan Dasar Patiseri diharapkan bertambahnya pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam membuat produk patiseri.
2. Materi Mata Kuliah Dasar Patiseri Materi Mata Kuliah Dasar Patiseri merupakan komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Sudjana (2008 : 67) mengemukakan
21
bahwa, “bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan sejumlah materi yang akan diajarkan oleh guru kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Materi mata kuliah diharapkan dapat mendukung tercapainnya tujuan pembelajaran. Materi Mata Kuliah Dasar Patiseri harus dikuasai oleh mahasiswa, sehingga diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam membuka usaha patiseri. Uraian secara terperinci tentang materi teori Dasar Patiseri seperti yang tertuang dalam modul Dasar Patiseri (2005: 1-43) sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Pengertian dan Ruang Lingkup Dasar Patiseri Bahan, Sifat dan Fungsi Bahan Patiseri Peralatan hygiene dan P3K Dalam Pembuatan Produk Patiseri Daftar Konversi Ukuran, Temprature dan Tingkat Temprature Oven Klasifikasi Adonan dan Jenis-Jenis Produk Patiseri Macam-Macam Teknik Pembuatan Kue dan Roti Praktek Pembuatan Produk Patiseri Berdasarkan Klasifikasi Adonan pour better contohnya crepes, drop better contohnya muffin, stiff dough contohnya pie dan soft dough contohnya donat.
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Patiseri Patiseri dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah pastry. Patiseri berasal dari bahasa perancis yaitu patisserie. Pengertian patiseri dalam arti luas termasuk dalam jenis fancy bread, cake, pie dan tart. Patiseri merupakan sejenis makanan yang seluruhnya atau sebagian terbuat dari tepung terigu, gula, lemak dan bahan yang lain yang dipanggang dalam oven. Ruang lingkup patiseri meliputi : bahan, sifat dan fungsi bahan patiseri, peralatan Peralatan hygiene dan P3K Dalam Pembuatan Produk Patiseri, Daftar Konversi Ukuran, Temprature dan Tingkat Temprature Oven,
22
Klasifikasi Adonan dan Jenis-Jenis Produk Patiseri, Macam-Macam Teknik Pembuatan Kue dan Roti,Praktek Pembuatan Produk Patiseri Berdasarkan Klasifikasi Adonan pour better, drop better contohnya muffin, stiff dough dan soft dough. b. Bahan, Sifat dan Fungsi Bahan Patiseri Pengetahuan bahan, sifat, dan fungsi bahan patiseri penulis sarikan dari Modul Dasar Patiseri, Bandung (2005), yaitu : 1) Tepung terigu Tepung terigu merupakan hasil olahan dari gandum. Tepung terigu digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan produk patiseri. Tanpa tepung terigu kita tidak akan dapat membuat produk bakery dengan baik. Tepung terigu adalah bahan pokok untuk pembuatan produk patiseri. Tepung terigu dihasilkan dari gandum yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: a) Gandum keras (hard wheat), sangat cocok untuk pembuatan roti karena mengandung kadar protein tinggi dan memiliki sifat elastic yang tinggi karena mengandung gluten tinggi. b) Gandum Lunak (soft wheat), digolongkan menjadi dua bagian yaitu gandum merah (red wheat) dan gandum putih (white wheat). Gandum ini mengandung daya serap air yang rendah, sulit diaduk dan diragikan serta mengandung protein rendah. Gandum ini cocok untuk pembuatan cake dan cookies.
23
2) Gula Gula merupakan sumber kalori, fungsi gula dalam pembuatan aneka produk patiseri yaitu sebagai pemanis, pemberi warna, pemberi aroma, dan dapat digunakan untuk bahan pengawet. Jenis gula yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri pada umumnya adalah gula castor , gula pasir yang tergolong dalam white sugar dan palm sugar. Gula diperlukan pada pembuatan patiseri dengan fungsi utama adalah sebagai bahan pemanis, bahan nutrisi untuk kamir dalam melakukan proses fermentasi, membantu proses pembentukan krim, membantu dalam pembentukan warna kulit roti yang baik dan menambahkan nilai gizi pada produk. Gula juga memberikan efek melunakkan gluten sehingga cake yang di hasilkan lebih empuk. Fungsi gula dalam adonan patiseri yaitu: a) Memberi makanan pada ragi selama proses peragian berlangsung. b) Memberi rasa dan aroma c) Memberi kemampuan adonan untuk mengembang. d) Kulit roti menjadi bagus. e) Mengontrol waktu pembongkaran. Macam-macam gula yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri antara lain :
24
a) Brown sugar Brown sugar adalah gula yang diproses pembuatannya belum selesai. Atau gula yang kristalnya dilapisi molases (sirup berwarna cokelat yang muncul dalam proses pembuatan gula). b) White sugar terdiri dari : (1) Cubes sugar paling baik untuk membuat gula rebus (sugar boiling), dibuat dari liquor gula yang berkualitas bagus dan kemudian baru dibersihkan. (2) Granulated sugar, berbentuk kristal yang agak kasar, sesuai untuk membuat sugar boiling, cakes dan sponge. (3) Castrol sugar, adalah nama dari gula pasir yang sangat halus, terdapat di BritaniaDinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. (4) Icing sugar (sugar icing, Jenis ini sesuai untuk membuat bath buns dan untuk dressing fancy tea bread. c) Honey Honey atau madu menyerupai sirup yang kental, diperoleh dari madu tawon (lebah) yang berasal dari nektar (air madu) yang menempel pada bunga. Nektar mengandung 80% air dan 20% gula, minyak, dan zat harum-haruman. d) Glukose Di dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Corn Syrup,yang diolah dengan merebus starch (pati) jagung dengan air sehingga kemudian berubah
25
menjadi gelatin (kental seperti agar-agar). Asam-asaman yang tidak begitu keras (weak acid) dibubuhkan untuk mengubahnya menjadi gula. Sirup yang kental ini kemudian dimasukkan ke dalam vacum pans sampai kadar airnya tinggal kurang lebih 15%. e) Fondant Fondant adalah gula yang dimasak dengan tambahan 10% glukosa untuk mencegah pengkristalan pada permukaannya. Fondant harus digunakan pada suhu tubuh untuk mendapatkan penampilan yang mengilap. f) Gula palem Gula Palem adalah gula aren yang berbutir halus. Sebaiknya jangan mengganti brown sugar dengan gula palem, karena aromanya yang berbeda dan kue yang dihasilkan akan berbeda. Jika terpaksa,Brown Sugar dapat digantikan dengan campuran gula pasir dan gula palem dengan perbandingan 1 : 1 tetapi aroma dan asanya tetap akan berbeda. 3) Lemak (Shortening) Fungsi lemak dalam pembuatan roti yaitu sebagai pengempuk, membantu pengembangan susunan fisik yang dibakar, selain itu berfungsi untuk memperbaiki remah roti dan menahan air. Menurut hand out mata kuliah Dasar Patiseri (2005:7) lemak dibagi menjadi 2 yaitu : a) Mentega (butter) adalah lemak hewani yang dibuat dari susu. Mentega yang bermutu baik harus memiliki tekstur lembut, aromanya segar, tidak tengik,
26
dan warnanya keputih-putihan atau kuning pucat. Terdapat dua macam mentega yaitu unsalted butter atau mentega yang memiliki rasa tawar dan salted butter atau mentega yang mempunyai rasa asin. b) Margarin merupakan lemak nabati yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan dengan cream susu yang dijernihkan, dan dapat menjadi pengganti mentega karena mempunyai komposisi yang hamper sama. Margarin mempunyai warna yang lebih kuning dan aromanya tidak seharum mentega. 4) Telur Telur adalah bahan terpenting dalam pembuatan produk patiseri. Telur digunakan sebagai media pengempuk, pengembang, penambah rasa, pemberi warna dan menambah nilai gizi, selain itu telur mempunyai daya pengelmusian yang baik. Telur berfungsi mengikat bahan-bahan baku lainnya, seperti tepung terigu dan gula. Pilih telur yang sama besar dari bentuk, berat, ukuran, sehingga volume putih dan kuning telur seimbang. Telur yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri harus selalu telur yang baru. 5) Susu Susu adalah suatu emulsi dari bagian-bagian lemak yang sangat kecil dalam larutan protein cair, gula dan mineral-mineral. Susu berasal dari bahan cair hasil perahan hewan menyusui misalnya sapi, kambing, kerbau dan onta. Susu yang digunakan dalam pembuatan aneka produk patiseri yaitu susu cair dan susu bubuk. Susu dalam pembuatan produk patiseri berfungsi sebagai pemberi rasa lezat,
27
menaikkan nilai gizi, menambah kualitas produk patiseri menjadi lebih baik, memberi aroma dan warna produk patiseri menjadi lebih baik. Susu dapat menghasil produk lain yang dapat menjadi bahan untuk pembuatan produk patiseri seperti ; a) Whole milk disebut juga susu full cream, susu yang belum dipisahkan lemaknya. b) Pasteirised milk, susu yang dipanaskan mencapai 70% dan cepat didinginkan lagi. c) Skimmer milk merupakan produk samping dari pemisahan butterfat (lemak mentega) dari susu utuh/susu full cream, sehingga bebas dari lemak. d) Susu Evaporasi/Susu kental tawar (evaporated milk), jenis susu yang telah diuapkan sebagian airnya, hingga kental. Untuk menggunakannya tambahkan 2 bagian air. e) Butter Milk, cairan sisa pemrosesan mentega. Susu asam (sour milk), rasanya asam karena proses fermentasi. Fungsinya sama dengan buttermilk. f) Keju, merupakan hasil koagulasi, pembentukkan dan penggaraman, serta fermentasi dari susu sapi, domba, kambing, dan kerbau. Keju yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri diantaranya keju chedar dan keju parmesan. Jika di lihat dari teksturnya, ada dua jenis keju, yaitu keju yang lembut (soft cheese) yang memiliki kadar air 36-40 % contohnya keju chedar dan keju keras (hard cheese) dengan kadar air 25-36 % contohnya keju parmesan.
28
6) Garam Garam disebut juga dengan nama sodium clorida yang sangat berguna bagi tubuh. Garam terdiri dari 40% sodium (Na) dan 60% klorida (Cl). Kedua unsur ini merupakan unsur berbahaya jika dimakan secara terpisah. Garam digunakan untuk membangkitkan rasa lezat pada bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat cake dan produk-produk lainnya. 7) Bahan pengembang kimia Bahan
pengembang
atau
disebut
juga
dengan
peragian
yaitu
pengembangan bahan oleh udara, uap atau gas (CO2). Bahan pengembang yang digunakan pada pembuatan produk patiseri adalah bahan pengembang kimia atau peragi kimia berfungsi untuk menaikkan atau mengembangkan adonan sewaktu dipanggang. Jenis-jenis bahan peragi kimia antara lain: a) Baking powder adalah bahan tambahan makanan yang digunakan untuk mengembangkan adonan produk patiseri dibuat dari bahan yang sesuai dengan standar makanan. Baking powder terbuat dari baking soda yang dicampur dengan satu atau dua garam lebih asam, misalnya monokalsium fosfat monohidrat, dikalsium dihidrat, natrium aluminium sulfat atau natrium aluminium fosfat. b) Cream of tartar adalah potassium acid digunakan untuk menstabilkan dan menaikkan volume putih telur yang dikocok.
29
c) Baking soda digunakan pada adonan yang menggunakan bahan cokelat atau bahan lain yang rasa asam. Soda yang dimaksud adalah sodium bicarbonate yang berfungsi untuk mengontrol kegosongan gula tetapi penggunaannya hanya sedikit. Fungsi ragi dalam pembuatan roti dan kue adalah untuk memperingan adonan dan membangkitkan aroma serta rasa. 8) Bahan pemberi rasa dan aroma Bahan pewangi digunakan sebagai campuran untuk menimbulkan aroma dan rasa lezat. Bahan pewangi untuk pembuatan produk patiseri dibagi ke dalam 2 klasifikasi, yaitu : a) Alami (asli) Madu, sirup malt molase, buah segar giling, kokoa, dan coklat. Minyak sulingan buah sitrun seperti minyak jeruk limau (lemon) dan sari (ekstrak) vanili. b) Buatan (sintesis) Berfungsi menggantikan pemberi rasa yang asli, bahan pewangi buatan sebaiknya digunakan bersamaan dengan bahan pewangi asli untuk mendapatkan tingkatan rasa yang diinginkan.
30
c. Peralatan hygiene dan P3K Dalam Pembuatan Produk Patiseri 1) Peralatan Dalam Pembuatan Produk Patiseri Dalam pembuatan produk patiseri diperlukan peralatan yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Setiap waktu peralatan yang digunakan harus ada dalam keadaan baik sehingga hambatan tidak terjadi, tujuan tercapai dan pekerjaan menjadi lancar. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri, terdapat pada tabel 2.1
No
Tabel Gambar 2.1 Peralatan patiseri yang digunakan dalam pembuatan produk patiseri Gambar Kegunaan
1
Gelas ukur : untuk mengukur bahan kering dan cairan dalam jumlah lebih besar. Tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis bahan ukuran seperti stainless, gelas, plastik.
2
Timbangan, sangat membantu untuk mengukur berat tepung, guladan bahan – bahan lainnya
3
Sendok ukur : digunakan untuk mengukur bahan kering dan cairan dalam jumlah kecil. Biasanya tersedia dalam satuan set, terdiri daribeberapa ukuran (1/8 sdt sampai 1 sdm). Dough cutter dan plastik scraper untuk mengeruk, memotong, membersihkan sisa adonan padat atau makanan yang tertinggal pada permukaan datar seperti meja, nampan,
4
5
loyang juga pada mangkuk. Bentuknya pipih panjang terbuat dari bahan sintetis yang lentur, juga tersedia dari bahan stainless.
6
Oven untuk membakar berbagai macam kue
31
Lanjutan 2.1
No
Gambar
Kegunaan
6
Palette Spatula digunakan untuk meratakan, memoles, melapisi bahan seperti Cream, Buttercream, Coklat. Terbuat dari bahan stainless dengan gagang terbuat dari kayu.
7
Loyang untuk membuat kue seperti sponge cake, yang dapat dipisahkan antara pinggiran loyang dengan alas loyang
8
Piping bag siap pakai dapat dibeli di toko kue terbuat dari bahan plastik, kertas roti ataupun dari kain parasut
9
Dough Mixer Alat untuk membuat adonan kue, mengocok telur, mayonaise,dll. Alat pengaduknya dapat diganti-ganti tergantung pada bahan yang akan diaduk. Ayakan tepung (flour flour sieve) Untuk menyaring tepung terigu, gula halus, kacang-kacangan kacangan dalam bentuk berbagai ukuran. Bahan yang terbaik apabila ayakan terbuat dari kawat tahan karat. Whisking bowl Digunakan untuk tempat menyimpan dan mengaduk adonan. Terbuat dari bahan stainless steel, krom, nikel, dan baja.
10
11
12
Spuit (piping form)digunakan digunakan dengan kantong penyemprot untuk menghias dengan krim, adonan, atau bahan isian lain dengan banyak bentuk, seperti bulat dan bintang.
13
Spatula berfungsi untuk mengaduk adonan dan membersihkan sisa-sisa sisa adonan.
Sumber : Yogha (2005 : 15 15-23), (2005 :77-84)
32
No 1
2
3
4
5
6
Tabel Gambar 2.2 Alat Penyajian dalam Pembuatan Produk Patiseri Jenis peralatan Fungsi peralatan Dessert plate merupakan salah satu piring untuk menyajikan makanan penutup (dessert). ( Dessert plate biasanya digunakan untuk pudding, cake, dan makanan penutup lainnya. Dessert plate biasanya dipakai direstoran atau cake shop yang menjual produk patiseri. Alas kue biasanya digunakan untuk kue tart yang masih utuh dan sudah dihias dengan rapi. Alas cake bias terbuat dari karton atau bdari bahan triplek tipis yang sudah dibungkus dengan kertas aluminium foil foil.
Kemasan kue dari bahan dus ini biasanya digunakan untuk tempat cake, cookies atau produk patiseri lainnya. Biasanya digunakan sebagai hantaran pada keluarga dan kerabat, karena bentuknya yang menarik. Kemasan mika merupakan salah satu kemasan yang multi fungsi, baik dari ukuran maupun dari segi bentuk yang bermacam bermacam-macam. Kemasan mika biasanya digunakan untuk menaruh brownies, cup cake, praline, praline,dan tart.
Toples biasanya dipakai untuk menaruh kue kering (cookies).. Toples plastik lebih praktis dan lebih banyak digunakan oleh industri patiseri yang bergerak dibidang kue kering. Toples kaca biasanya digunakan untuk menaruh kue kering sebagai hantaran untuk kerabat dan teman dekat.
Sumber : Yogha (2005 : 15-23), (2005 :77-84)
33
a) Sanitasi, Hygiene P3K dalam pembuatan produk patiseri Sanitasi dan hygiene memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas produk yang dibuat atau dihasilkan. Keawetan produk makanan dipengaruhi oleh penerapan sanitasi dan hygiene yang baik. Sanitasi merupakan usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan
Hygiene adalah
usaha kesehatan prefentif yang menitikberatkan pada kesehatan dan kebersihan perorangandengan menunjukan kebersihan pakaian, rambut, kuku dan tangan.
b) Sanitasi Hygiene Bahan dan Alat Bahan dalam pembuatan produk patiseri harus dijaga agar tidak rusak karena faktor lingkungan. Penyimpanan bahan harus diperhatikan, sehingga tidak terkotori oleh serangga atau binatang pengerat. Bahan-bahan kering seperti gula, tepung terigu, susu disimpan dalam kemasan yang tertutup dan tidak ditempat yang panas. Peralatan makanan perlu dijaga kebersihannya setiap akan digunakan, karena dengan menjaga kebersihan peralatan makanan maka telah mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi makanan. Membersihkan peralatan makanan dengan baik, akan menghasilkan peralatan makanan yang bersih dan sehat.
34
c) Sanitasi Hygiene Tempat Kerja Sanitasi hygiene lingkungan dapur dapat dicapai dengan jalan menjaga sanitasi lingkungan dapur itu sendiri. Pada lingkungan yang bersih dan sehat, para pekerja dapat bekerja dengan tenang, aman, dan nyaman.
d) P3K dalam Pembuatan Produk Patiseri Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) sangat perlu dilakukan sebagai antisipasi awal pada kecelakaan. P3K dalam pembuatan produk patiseri harus disiapkan dari awal sebelum melakukan aktifitas pembuatan produk patiseri, sebagai pencegahan pada kecelakaan kerja.
d. Daftar Konversi Ukuran, Temprature dan Tingkat Temprature Oven Pada pembuatan produk patiseri sangat diperlukan ketelitian dalam jumlah takaran bahan. Kelebihan atau kekurangan takaran dari yang ditentukan akan mempengaruhi hasil produk patiseri, dan jika perbandingan takaran tidak sesuai ukuran maka dapat menyebabkan kegagalan. a. Konversi Ukuran Standar dan Ukuran Rumah Tangga (URT) Untuk Bahan Padat dan Cair.
35
Tabel 2.3 Ukuran standar dan ukuran rumah tangga (URT) bahan padat dan cair No 1
2
3
Ukuran Gelas Belimbing 1 gelas peres gula pasir 1 gelas peres gula halus 1 gelas peres tepung maizena 1 gelas peres tepung terigu 1 gelas peres cokelat bubuk 1 gelas peres mentega/margarine 1 gelas peres susu encer/air/santan Cangkir 1 cangkir rata gula pasir 1 cangkir rata gula halus 1 cangkir rata tepung terigu 1 cangkir rata tepung roti Cup 1 cup 1 cup tepung terigu 1 cup tepung roti kering 1 cup tepung gula pasir/halus tidak diayak 1 cup gula halus di ayak 1 cup gula palm 1 cup margarine/mentega 1 cup buah kering 1 cup susu encer/air/santan
4
5
Sendok Makan 1 sendok makan peres gula pasir 1 sendok makan peres gula halus 1 sendok makan peres tepung terigu 1 sendok makan peres margarine/mentega 1 sendok makan peres cokelat bubuk 1 sendok makan peres tepung maizena 1 sendok makan peres sirup/madu/selai 1 sendok makan buah-buahan kering Dasar 1 liter 1 kilogram 1 sendok teh 1 sendok makan 1 cup/gelas belimbing 1 pint (pt) 1 galon (U.S) 1 oz 1 pound
Sumber : Modul Dasar Patiseri (2005:24-25)
36
Jumlah 230 g 180 g 130 g 130 g 100 g 210 g 2,5 dl = 250 cc 250 g 155 g 125 g 60 g 1 gelas belimbing peres 150 g 150 g 250 g 175 g 175 g 175 g 175 g 2 dl = 200 cc 3 sendok teh 15 g 12 g 8g 15 g 6g 12 g 30 g 1000 cc 1000 g 5 cc 15 cc 250 cc 600 ml 3,8 liter/3800 ml 30 g 500 g
a) Konversi Temperatur Celcius dan Fahrenheit Tingkat temperatur yang digunakan dalam pembakaran seperti kemukakan oleh Lutour (2004:33) “menggunakan celcius (C) mempunyai titik 0 0C dan 100 0C titik didih, fahrenheit (F) mempunyai titik didih 212 0F dan titik cair 32 0F”. Tingkatan tempratur oven dalam pembuatan produk patiseri, dapat dilihat dalam tabel 2.4. Tabel 2.4 Konversi Tempratur Celcius dan Fahrenheit Temprature 0
0
F
250 275 300 325 350 375 400 425 450
C
120 140 150 160 170 180 200 220 230
Sumber: Modul Dasar Patiseri (2005:21)
b) Tingkat Temperatur Oven Tingkatan temperatur oven yang sesuai dengan tinggi rendahnya panas api yang dinyatakan dengan celcius dan fahrenheit, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.5 Konversi Tempratur Celcius dan Fahrenheit dan Tingkat Tempratur Oven Gas Mark (Tanda Gas) ¼ ½ 1 2 3 4 5 6 7 8 10
0
F
Tempratur 0 C 240 115 250 120 265 129 300 150 325 170 350 180 380 193 400 200 425 220 450 230 500 260
Sumber : Modul Dasar Patiseri (2005:25)
37
Heat of Oven (Panas Oven) Sangat lambat Sangat lambat Sangat lambat Lambat Cukup lambat Sedang Agak panas Agak panas Panas Sangat panas Sangat panas
Konversi tingkatan temperatur temp ratur oven sangat mempengaruhi proses pembakaran pada produk patiseri. Jika tempratur oven tidak memadai, produk patiseri tidak dapat mengembang sempurna.
e. Klasifikasi Adonan dan Jenis-Jenis Jenis Produk Patiseri Klasifikasi adonan dikemukakan dalam Modul Dasar Patiseri (2005:40-41) (2005:40 digolongkan menjadi dua golongan yang telah disarikan oleh penulis yaitu : 1. Adonan Better adalah adonan yang dikocok, bersifat kenyal dan berbentuk cair, contoh adonan crepes atau choux paste. Adonan better terbagi dua yaitu : a) Pour Better adalah adonan yang cukup cair apabila dituangkan akan mengalir dan tanpa terputus-putus. terputus Contoh adonan pour better adalah kue dadar atau crepes (gridle gridle cake). cake
Gambar 2.1 crepes Sumber : http://www.google.crepes.com
b) Drop Better yaitu adonan yang cukup kental jika dituangkan akan mengalir putus-putus. putus. Contoh adonan drop batter adalah cake dan muffin. muffin
Gambar 2.2 muffin Sumber : http://www. adonan+muffin.htm 38
2. Adoanan Dough adalah adonan yang diuli atau bersifat elastis. Adonan dough termasuk ke dalam kelompok adonan keras terdiri dari puff pastry, danish dan pie, croissant, strudel, short paste. Adonan dough terbagi dua kelompok yaitu : a) Soft dough adalah adonan yang diuli dan bersifat elastis apabila ditegakkan akan jatuh.
Gambar 2.3 Donat Sumber : http://www.adonan.donat.com
b) Stiff dough adalah adonan yang diuli apabila ditegakan akan kukuh atau tidak jatuh.
Gambar 2.4 Pie Sumber : http://www.adonan+pie+kecil.com
f. Metoda etoda Pembuatan Produk Patiseri Metode pembuatan produk patiseri terdiri dari metode pembuatan cake, metode pembuatan cookies,dan cookies metode pembuatan roti. 1) Metoda dan teknik pembuatan Cake a)
Conventional method of mixing adalah metoda yang menggunakan putih telur yang dikakukan untuk membuat cake menjadi mengembang.
39
b)
Muffin method of mixing adalah metode yang cukup menggunakan teknik pencampuran dengan gerakan ringan akan tetapi dengan waktu pengocokkan yang cukup lama.
c)
“Easy mix’ or ‘one bowl” method mixing adalah metode yang mencampurkan telur dan margarine atau lemak diwaktu terakhir pengocokan.
d)
Dough-Better Methode of Mixing, adalah metode yang memisahkan pengocokan bahan kering dan margarin dengan pengocok telur dengan cara memisah telur kuning dan putih dikocok sampai kaku.
2) Metoda dan teknik pembuatan Cookies a)
Dropped cookies pada umumnya mempunyai konsistensi adonan yang lunak dibandingkan dengan adonan lain. Seringnya juga disebut médium soft dough. Disebut Dropped cookies karena dicetak menggunakan cetakancetakan kecil atau diluncurkan menggunakan sendok. Biasanya digunakan loyang pingggiran pendek (baking sheet) dan menggunakan suhu 35003750Catau 4250 C lama pembajaran 5-30 menit.
b)
Rolled cookies adalah adonan yang harus selembut mungkin supaya mudah dibentuk bahkan adonan rolled cookies harus lebih lembek bila didiamkan (didinginkan selama 15-60 menit sebelum di roll). Apabila adonan ini menggunakan cetakkan “cutter” maka harus dicelupkan terlebih dahulu pada tepung agar tidak terlalu lengket.
40
c)
Sepread cookies adalah cookies yang dibakar dengan cara dihamparkan diloyang setelah setengah matang adonan cookies dipotong-potong.
d)
Sliced or ice box cookies adalah cookies yang dibentuk dengan cara menyimpannya terlebih dahulu dikulkas, setelah beku maka adonan dapat dipotong-potong sesuai selera.
e)
Pressed cookies or tea cookies adalah adonan cookies yang dimasukkan kedalam cetakkan ‘sawa’, sebelum dicetak harus didinginkan. Pengolahan atau pemasakan bahan makanan merupakan suatu proses
perubahan dari bahan makanan mentah atau setengah jadi menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi. Pengolahan produk patiseri yaitu crepes, muffin, pie dan donat terdiri dari membuat adonan dan teknik pengolahan, membuat adonan terdiri dari mencampur bahan dengan berurutan sesuai panduan resep dan adonan dibuat secara tepat dan benar sesuai dengan metode pembuatan.
C. Tinjauan Teori Terhadap Minat Mahasiswa 1. Pengertian Minat Minat merupakan faktor intern yaitu faktor yang terjadi dalam diri individu dan berpengaruh terhadap jenis belajar, karena dengan adanya minat mempelajari sesuatu maka terjadi rangsangan dalam diri untuk bisa mempelajari dan menguasai materi sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Slameto (2008 : 57) mengemukakan
bahwa
“Minat
adalah
41
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan”. Anggapan yang sama dikemukakan oleh Winkel (2007 :188, bahwa “Minat adalah kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari hal tersebut”. Pengertian minat menurut Slameto dan Winkel di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai minat terhadap objek tertentu, maka orang tersebut akan memberikan respon positif terhadap objek tersebut dan akan dengan sukarela tanpa paksaan menggeluti bidang yang diminatinya. Mahasiswa yang mempunyai minat membuka usaha dibidang patiseri ada kecenderungan untuk melakukan berbagai usaha dengan perasaan senang tanpa ada paksaan.
2. Jenis-Jenis Minat Menurut Surya,M (2003 : 99) mengelompokkan minat menjadi tiga macam, yaitu : a. Minat volunter, ialah minat yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya dari pihak pelajar tanpa ada pengaruh sengaja dari luar. b. Minat involunter, ialah minat dari luar diri pelajar dengan pengaruh suatu situasi yang diciptakan oleh pelajar. c. Minat non volunter, ialah minat itu menimbulkan sengaja dipaksakan atau diharuskan.
42
Ketiga minat di atas dapat disimpulkan bahwa minat volunter adalah mahasiswa memiliki keinginan untuk membuka usaha produk patiseri serta berusaha akan lebih giat lagi atas dasar kesadaran sendiri. Apabila dalam diri mahasiswa sejak awal telah tertanam minat untuk membuka usaha patiseri maka tidak diperlu lagi mendapatkan dorongan dari orang lain karena keinginan tersebut telah terlihat dari sikap mahasiswa seperti mengikuti belajar Dasar Patiseri dengan baik. Minat involunter yaitu minat yang belum timbul dalam diri seseorang dan perlu dipengaruhi oleh adanya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya. Misalnya dalam diri mahasiswa ada keinginan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan minat membuka usaha patiseri untuk menambah pengetahuannya. Minat non volunter yaitu minat yang sama sekali tidak ada dalam diri seseorang. Minat seseorang perlu dimotivasi agar timbul dari dirinya, contohnya mahasiswa pada awalnya sama sekali tidak berminat membuka usaha patiseri namun karena adanya kegiatan dari luar perkuliahan seperti membaca buku tentang sukses berwirausaha dalam bidang pelayanan makanan dan minuman, dan adanya fasilitas yang mendukung serta adanya peluang yang baik dalam jangka panjang terhadap bidang usaha patiseri dalam berwirausahan menyebabkan mahasiswa memiliki keinginan untuk membuka usaha patiseri. Jenis –jenis minat berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa minat dapat timbul dari dalam diri sendiri,akibat pengaruh orang lain serta adanya
43
keterpaksaan. Minat pada individu tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk karena pembawaan maupun faktor pengalaman.
3. Usaha Patiseri pada Mahasiswa Pendidikan Tata Boga Usaha patiseri adalah upaya mengerahkan tenaga pikiran untuk memproduksi patiseri (Subekti, S 2001 :1). Usaha patiseri merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk menciptakan suatu hasil produk patiseri. Usaha patiseri sebagai salah satu usaha bidang boga mempunyai masa depan cerah, krena produk patiseri banyak digemari oleh lapisan masyarakat dan usaha patiseri dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
4. Hasil Belajar Dasar Patiseri dan Pengaruhnya terhadap Minat Mahasiswa Membuka Usaha ditinjau dari kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Dasar Patiseri yang diperoleh dari hasil belajar diharapkan dapat berpengaruh terhadap minat usaha patiseri sehingga akan membantu kelancaran usaha patiseri yang dilakukan oleh mahasiswa. Pengaruh hasil belajar Dasar Patiseri terhadap minat usaha patiseri pada mahasiswa pendidikan tata boga meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
44
a. Hasil Belajar Dasar Patiseri dan Pengaruhnya terhadap Minat Mahasiswa Membuka Usaha Patiseri ditinjau dari Kemampuan Kognitif Hasil belajar yang bersifat kognitif (pengetahuan), Kemampuan kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Kemampuan kognitif terdiri dari : 1) Pengetahuan, berhubungan dengan mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. contohnya mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Dasar Patiseri. 2) Pemahaman, berhubungan dengan kemampuan untuk mengerti yang ditunjukkan dengan menafsirkan makna konsep. contohnya mahasiswa dapat memahami metode klasifikasi adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 3) Penerapan, berhubungan dengan kemampuan menerapkan bahan ajar yang telah dipelajari ke dalam situasi nyata. contohnya, mahasiswa dapat menerapkan metoda untuk membuat adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough yang berkualitas. 4) Analisis, berhubungan dengan kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Contohnya mahasiswa mampu menganalisis bahan untuk pembuatan produk adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough sesuai dengan langkah kerja.
45
5) Sintesis, berhubungan dengan kemampuan menghimpun bagian kedalam suatu keseluruhan. contohnya mahasiswa mampu menyusun langkah kerja dalam proses pembuatan produk adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 6) Evaluasi, berhubungan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud dan kriteria tertentu. Contohnya
mahasiswa
mampu memberikan penilaian terhadap hasil akhir pembuatan produk adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. b. Hasil Belajar Dasar Patiseri dan Pengaruhnya terhadap Minat Mahasiswa Membuka Usaha Patiseri ditinjau dari Kemampuan Afektif Hasil belajar yang bersifat afektif (sikap), Kemampuan afektif berkaitan dengan sikap, nilai interest, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Kemampuan afektif terdiri dari : 1) Penerimaan, merupakan keinginan yang memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Contohnya
mahasiswa menunjukkan kesadaran akan
pentingnya memperhatikan pakaian kerja yang bersih dengan atribut yang lengkap. 2) Partisipasi / respon, mencakup kerelaan untuk memperhatikan sesuatu. contohnya sikap mahaiswa dalam menyiapkan alat, dan menimbang bahan. 3) Penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai penelitian itu. Contohnya sikap
46
mahasiswa menekuni prosedur pembuat produk adonan pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 4) Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Contohnya mahasiswa memiliki kemampuan dalam mengorganisasi atau bekerjasama dengan orang lain sesuai dengan langkah kerja dalam membuat produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 5) Pembentukkan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilainilai kehidupan. Contohnya setelah mempelajari mata kuliah Dasar Patiseri mahasiswa mampu menggunakan bahan dan alat dalam pembuatan produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough sesuai fungsinya. c. Hasil Belajar Dasar Patiseri dan Pengaruhnya terhadap Minat Mahasiswa Membuka Usaha Patiseri ditinjau dari Kemampuan Psikomotor Hasil belajar yang bersifat psikomotor (keterampilan), Kemampuan psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan kemauan untuk bertindak setelah mahasiswa menerima pengalaman belajarnya, yaitu : 1) Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua atau lebih, berdasarkan cirri-ciri fisik yang khas pada masingmasing orang. Contohnya mahasiswa memiliki keterampilan dalam memilih dan menyiapkan bahan dan peralatan untuk pembuatan produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough.
47
2) Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. Contohnya mahasiswa memiliki keterampilan dalam mempersiapkan produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 3) Gerakan terbimbing, contohnya mahasiswa memiliki keterampilan menghias dan membentuk produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 4) Gerakan yang terbiasa, contohnya mahasiswa dapat membuat produk pour better, drop better, stiff dough dan soft dough. 5) Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru,seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Pembelajaran Dasar Patiseri bagi mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan tindakan membuka usaha patiseri. Peningkatan kemampuan yang diperoleh mahasiswa akan berbeda-beda, tergantung pada kesungguhan mahasiswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan tergantung pada minat setiap mahasiswa. Uraian teoritis tentang hasil belajar Dasar Patiseri dan pengaruhnya terhadap minat usaha patiseri akan dijadikan landasan teoritis untuk penelitian dengan judul “Pengaruh Hasil Belajar Dasar Patiseri Terhadap Minat Usaha Patiseri Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga”
48