BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Menurut Mahmudi (2011, 196) menyatakan bahwa badan usaha milik
negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sumber dari penyertaan modal tersebut adalah APBN, kapitalisasi cadangan, dan sumber lainnya. Modal BUMN yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan menyebabkan pengelolaan BUMN dipisahkan dari sistem APBN. Dasar dari pengelolaan BUMN tersebut adalah prinsip-prinsip perusahaan (korporasi) dengan sistem manajemen dan akuntansi bisnis. Adapun maksud dan tujuan pendiriaan BUMN adalah. 1)
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan meningkatkan penerimaan keuangan negara.
2)
Mengejar keuntungan.
3)
Sebagai penyedia barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
4)
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
5)
Memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
8
Berdasarkan UU No.19 tahun 2003 tentang badan usaha milik negara (BUMN), terdapat dua bentuk BUMN yaitu persero dan perusahaan umum (Perum). BUMN yang berbentuk persero, selain mengikuti ketentuan UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN , juga harus tunduk pada UU No.1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Organ BUMN berbentuk persero terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi, dan komisaris. Untuk pemegang saham BUMN, diwakili oleh Menteri Keuangan dan Menteri Negara Investasi dan BUMN karena seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara. Pemerintah
dapat
memberikan
tugas
kepada
BUMN
untuk
menyelenggarakan kegiatan penyediaan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun harus tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN yaitu memperoleh laba. Agar BUMN yang melakukan kegiatan penyediaan barang dan pelayanan publik tidak mengalami kesulitan dalam keuangan, pemerintah memberikan pembiayaan (kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis dan komersial karena harga produk BUMN tersebut ditetapkan oleh pemerintah.
2.2
Penggolongan Biaya Menurut Supriyono (2010:18) akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan
informasi
biaya
yang
akan
digunakan
untuk
berbagai
tujuan,
dalam
menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Dalam mengelola perusahaan, manajemen memerlukan data-data biaya yang akurat sehingga dapat menentukan harga pokok produk dengan tepat.
9
Untuk menghitung harga pokok produk dengan tepat, perlu dilakukan penggolongan biaya sehingga dapat dipisahkan antara biaya produksi dengan biaya non produksi. Sugiyono (2012:13) menyatakan bahwa biaya dapat digolongkan menurut objek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan jangka waktu manfaatnya. 1) Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dasar penggolongan biaya menurut objek pengeluaran adalah nama objek pengeluaran. 2) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Ada tiga kelompok biaya dalam perusahaan manufaktur yaitu : (1) Biaya produksi yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi untuk dijual, dimana perubahan tersebut terjadi pada proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. (2) Biaya pemasaran yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan kegiatan pemasaran produk. (3) Biaya administrasi umum yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran. 3) Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam penggolongan ini, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
10
(1) Biaya langsung adalah biaya dimana manfaatnya dapat diidentifikasi kepada obyek atau pusat biaya tertentu. (2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya. 4) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas Dalam penggolongan ini, biaya dapat dikelompokkan menjadi: (1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah-ubah sebanding dengan perubahan yang terjadi pada volume kegiatan. (2) Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlahnya berubah namun tidak sebanding dengan perubahan yang terjadi pada volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap. (3) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap pada kisaran volume produksi tertentu. 5) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Biaya dalam penggolongan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) Pengeluaran modal yaitu biaya yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Contohnya pembelian aktiva tetap.
11
(2) Pengeluaran pendapatan yaitu biaya yang memiliki masa manfaat hanya pada periode akuntansi ketika terjadinya pengeluaran tersebut. contohnya biaya iklan.
2.3
Pengertian Harga Pokok Produksi Dalam menentukan harga jual suatu produk, perusahaan harus mengetahui
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang produk tersebut. Jumlah biaya produksi yang melekat pada barang jadi yang belum laku terjual disebut harga pokok produksi. Selain digunakan untuk menentukan harga jual, harga pokok produksi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya laba. Menurut Bustami dan Nurlela (2010:49), harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir. Adapun unsurunsur yang melekat pada harga pokok produksi meliputi. 1) Bahan baku yaitu bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. 2) Biaya tenaga kerja langsung yaitu upah yang diperoleh pekerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. 3) Overhead pabrik yaitu semua komponen harga pokok produksi yang timbul akibat proses pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi yang tidak dapat digolongkan ke dalam bahan baku dan tenaga kerja langsung.
12
2.4
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2012: 17) metode penentuan biaya produksi adalah cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variable costing. 1) Metode full costing Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam biaya produksi yang meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Berikut adalah unsur-unsur biaya yang terdapat dalam perhitungan harga pokok produksi menurut metode full costing.
Tabel 2.1 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap Harga pokok produksi
xxx xxx xxx xxx
+ xxx
Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Dalam metode full costing, unsur-unsur biaya yang berperilaku tetap (biaya overhead pabrik tetap) akan melekat pada harga persediaan dalam proses dan harga persediaan produk jadi yang belum laku terjual. Jika produk tersebut telah laku terjual, maka unsur biaya tersebut akan dianggap sebagai unsur harga pokok penjualan.
13
Perhitungan harga pokok produksi merupakan tahap awal dalam menentukan harga pokok produk. Maka dari itu, untuk perhitungan harga pokok produk dengan metode full costing adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penentuan Harga Pokok Produk dengan Metode Full Costing Harga pokok produksi Biaya administrasi umum Biaya pemasaran Harga pokok produk
xxx xxx xxx
+ xxx
Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
2) Metode variable costing Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel. Berikut adalah unsur-unsur biaya yang terdapat dalam perhitungan harga pokok produksi menurut metode variable costing.
Tabel 2.3 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Variable Costing Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Harga pokok produksi variabel
+ xxx
Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs sehingga biaya overhead pabrik tetap pada metode
14
variable costing tidak melekat pada produk dalam proses maupun produk yang belum laku terjual. Unsur biaya overhead pabrik tetap akan diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produk yang dimasukkan dalam kelompok biaya tetap. Maka dari itu, harga pokok produk dengan metode variable costing dihitung sebagai berikut.
Tabel 2.4 Penentuan Harga Pokok Produk dengan Metode Variable Costing Harga pokok produksi variabel Biaya administrasi umum variabel Biaya pemasaran variabel Biaya overhead pabrik tetap Biaya pemasaran tetap Biaya administrasi tetap Harga pokok produk
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
+ xxx
Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
2.5
Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Menurut Sugiyono (2012:121) Full costing adalah metode penentuan
harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun berperilaku variabel, dimana pembebanan ke produk didasarkan pada tarif yang telah ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Dengan demikian, pada produk jadi yang belum laku terjual, biaya overhead tetap akan melekat pada produk tersebut dan begitu pula dengan persediaan produk dalam proses. Pada metode full costing, ada kemungkinan terjadi pembebanan biaya overhead lebih maupun biaya overhead kurang. Hal ini terjadi karena biaya
15
overhead pabrik dibebankan kepada produk dengan menggunakan tarif yang ditentukan dimuka. Jika pada suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan biaya overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead tetap tidak mempunyai pengaruh pada perhitungan laba rugi sebelum produk yang diproduksi laku terjual. Namun, jika produk tersebut laku terjual pada periode diproduksinya produk tersebut, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih menjadi persediaan. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya yang berperilaku variabel ke dalam perhitungan harga pokok produk. Untuk biaya-biaya yang berperilaku tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk. Artinya, pada metode variable costing, biaya-biaya yang berperilaku tetap akan dibebankan pada periode terjadinya. Dengan demikian, biaya overhead tetap pada metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku terjual, baik itu persediaan produk jadi maupun persediaan produk dalam proses. Menurut metode full costing, biaya overhead pabrik baik variabel maupun tetap, masih dianggap sebagai aktiva sebelum barang tersebut laku terjual karena penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai pada saat produk yang diproduksi laku terjual. Sedangkan pada metode variable costing, penundaan biaya overhead pabrik tetap tidak disetujui karena penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat menghindari biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
16
2.6
Pengertian Harga Dalam ilmu ekonomi, pengertian harga mempunyai hubungan dengan
pengertian nilai dan kegunaan. Nilai adalah ukuran yang diberikan oleh suatu produk apabila produk tersebut ditukarkan dengan produk lainnya. Sedangkan kegunaan adalah atribut dari sebuah item yang memberikan tingkat kepuasan tertentu pada konsumen. Danang Sunyoto (2013:179) menyatakan bahwa ada beberapa pengertian harga yang diungkapkan oleh para ahli yaitu. 1) Menurut Michael J. Etzel, harga adalah nilai tukar yang disebutkan dalam mata uang atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar. 2) Menurut Indriyo Gitosudarmo, harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satu mata uang atau alat tukar, terhadap suatu produk tertentu. 3) Kotler mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah uang yang dibebankan pada suatu produk tertentu. Jadi, pengertian harga adalah sejumlah uang yang diperlukan dan dikeluarkan untuk memperoleh suatu barang atau jasa, dimana harga suatu barang atau jasa ditetapkan oleh perusahaan yang memproduksi hingga menjual barang atau jasa tersebut dengan tujuan untuk memaksimalkan laba sehingga perusahaan akan dapat bertahan dan memenuhi kelangsungan hidup perusahaan.
2.7
Menentukan Harga Jual Produk Mulyadi (2012:65) menyatakan bahwa perusahaan yang memproduksi suatu
produk secara masal, perhitungan biaya produksi dilakukan pada jangka waktu tertentu untuk mengetahui biaya produksi per satuan produk dan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya produksi dari periode
17
satu dengan periode lainnya yang disebabkan oleh fluktuasi unsur-unsur biaya yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi. Biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang digunakan dalam penetapan harga jual produk selain informasi mengenai biaya-biaya lain. Kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan pada biaya menggunakan formula penetapan harga jual berikut ini.
Tabel 2.5 Penetapan Harga Jual yang Didasarkan pada Biaya Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu Taksiran harga pokok produk per satuan Laba per unit produk yang diinginkan Taksiran harga jual per unit yang dibebankan kepada pembeli
xxx xxx + xxx xxx : xxx xxx + xxx
Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
2.8
Penentuan Harga Jual Produk yang Dihasilkan oleh Perusahaan yang Diatur dengan Peraturan Pemerintah Mulyadi (2005:363) menyatakan bahwa produk dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat luas seperti listrik, harga jualnya ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapkan. Biaya penuh masa yang akan datang yang digunakan sebagai dasar penentuan harga jual produk tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan full costing. Dengan menggunakan pendekatan full costing, wakil rakyat dapat menilai kewajaran dari biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual sehingga masyarakat dapat memperoleh produk dan pelayanan jasa pada
18
harga yang sewajarnya. Setiap kenaikan harga jual produk atau jasa yang diatur dengan peraturan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan ditinjau dari segi perhitungan biaya penuh yang dipakai sebagai dasar perhitungannya dan kewajaran laba yang ditambahkan diatas biaya penuh tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintan No.44 Tahun 2012, Proses penentuan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang diatur oleh peraturan pemerintah khususnya energi listrik dimulai dari negosiasi harga jual produk atau jasa antara perusahaan dan DPR, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Negosiasi tersebut didasarkan pada harga jual yang dihitung oleh perusahaan dengan mengajukan permohonan tertulis. Harga jual yang diajukan tersebut akan dinilai kewajarannya oleh DPR dengan memperhatikan ketersediaan dana untuk investasi, biaya pokok penyediaan, kaidah industri dan niaga yang sehat, kepentingan dan kemampuan masyarakat, serta keseimbangan kepentingan nasional, daerah, konsumen, dan perusahaan penyedia produk atau jasa. Menteri ESDM akan menetapkan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang diatur dalam peraturan pemerintah setelah DPR menyatakan harga jual tersebut disetujui. Jika harga jual tersebut dinyatakan tidak layak oleh DPR, maka DPR akan menentukan harga jual yang layak untuk produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan yang diatur oleh peraturan pemerintah dan menetapkan jumlah subsidi yang akan dikeluarkan untuk menutupi biaya operasional perusahaan tersebut.
19
2.9
Menentukan Laba atau Rugi Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai
perusahaan, utamanya melalui rasio pencapaian laba yang semakin meningkat. Menurut Supriyono (2010:175) besarnya kecilnya laba yang diperoleh suatu perusahaan dihitung dengan mempertemukan semua penghasilan yang diperoleh dari kegiatan perusahaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode akuntansi yang sama. Dalam kegiatan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi diperlukan tiga kelompok pengorbanan sumber ekonomi yaitu pengorbanan bahan baku, pengorbanan jasa tenaga kerja, dan pengorbanan jasa fasilitas. Dalam metode full costing, pengorbanan sumber ekonomi disajikan dalam tiga golongan pada laporan laba rugi yaitu : 1) Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran. 3) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran produk.
20
Tabel 2.6 Laporan Laba Rugi dengan Metode Full Costing Penjualan Harga pokok penjualan Persediaan awal produk jadi Harga pokok produksi Persediaan awal produk dalam proses Biaya produksi Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik
xx xx xx xx xx xx + xx + xx
Persediaan akhir produk dalam proses Biaya produksi Biaya produk yang tersedia dijual Persediaan akhir produk jadi Biaya penjualan Laba bruto Biaya usaha Biaya administrasi umum Biaya pemasaran
xx xx + xx xx xx xx
xx xx + xx -
Laba bersih usaha Pendapatan luar usaha Biaya diluar usaha
xx xx xx xx xx xx
Laba bersih sebelum pajak Pajak penghasilan Laba bersih setelah pajak Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Untuk metode variable costing, pengorbanan sumber ekonomi yang disajikan
dalam laporan
laba-rugi didasarkan
pada perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya yang disajikan dalam laporan laba-rugi menurut metode ini, dikelompokkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
21
Tabel 2.7 Laporan Laba Rugi dengan Metode Variable Costing Penjualan
xx
Biaya variabel Biaya penjualan variabel Persediaan awal produk jadi
xx
Biaya produksi variabel Persediaan awal produk dalam proses Biaya produksi variabel Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel
Persediaan akhir produk dalam proses Biaya produksi variabel Biaya produk yang tersedia untuk dijual Persediaan akhir produk jadi Biaya penjualan variabel Biaya administrasi umum variabel Biaya pemasaran variabel Total biaya variabel Laba kontribusi Biaya tetap Biaya overhead pabrik tetap Biaya administrasi umum tetap Biaya pemasaran tetap Total biaya tetap
xx
xx xx xx + xx + xx xx xx + xx xx xx xx xx + xx xx
xx xx xx + xx -
Laba bersih Sumber : Mulyadi. 2012. Akuntansi biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
22
xx -