19
BAB II INTERNALISASI SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF, DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEUR A.
Internalisasi
1.
Konsep Internalisasi Internalisasi secara etimologis, menunjukkan suatu proses. Internalisasi
diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 336). Teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi adalah pembinaan mendalam, menghayati nilai-nilai religius (agama) yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh, sedangkan sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam kerangka psikologis, internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian. Freud yakin bahwa superego, atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental (orang tua). (Chaplin, 2002 : 256). Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh, ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi (Muhaimin, 1996 : 153), yaitu: tahap transformasi nilai, tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh. Tahap transaksi nilai,
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal balik. Tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadianlah yang berperan secara aktif. Bila dikaitkan dengan perkembangan manusia, proses internalisasi harus berjalan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada perolehan atau perubahan diri manusia, termasuk didalamnnya pempribadian makna (nilai) atau implikasi respon terhadap makna, kata M. Asrori Ardiansyah, M.Pd. (2012).
2.
Konsep Belajar Proses Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor, Djamarah (2011: 175). Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Proses bersifat psikologis. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor luar individu. Noehi Nasution, dkk (1993: 3) dalam Djamarah (2011: 175), memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Ada unsur-unsur yang terlibat langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output, inviromental input, dan instrumental input.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Environmental Input
Raw Input
Learning Teaching Process
Output
Instrumental Input Bagan 2.1 Internalisasi proses belajar
Gagasannya adalah sebagai berikut, bahwa masukkan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukkan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki. 1)
Faktor lingkungan, dalam lingkunganlah seseorang hidup berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik. Interaksi dari kedua lingkungan alami dan sosial budaya. Keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar. Lingkungan alami lingkungan tempat tinggal, dan berusaha hidup di dalamnya. Lingkungan yang nyaman, sejuk, dan sehat mempengaruhi kesuksesan pembelajaran. Lingkungan sosial budaya, manusia adalah makhluk homo socius, berkecenderungan untuk hidup bersama. Saling membutuhkan dalam interaksi sosial. Tidak terlepas sebagai anggota
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
masyarakat, suku, budaya, bahasa, adat istiadat tertentu, sebagai ikatan sosial. Sistem sosial yang membentuk setiap pribadi tunduk pada normanorma sosial dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Lingkungan sosial budaya yang baik akan mempengaruhi perilaku individu dalam belajar. 2)
Faktor Instrumental setiap organisasi mempunyai tujuan yang akan dicapai. Pada tingkat kelembagaan, untuk mencapai tujuan maka diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayakan sesuai dengan fungsinya. Kurikulum, dipakai dalam merencanakan program pengajaran (a plan for learning) yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Materi, proses, penilaian terdapat dalam kurikulum. Kurikulum dianggap baik bila dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Program sekolah, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas
belajar
mengajar.
Keberhasilan
pendidikan
tergantung dari baik tidaknya program yang dirancang, program disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana. Program yang bersifat umum masih terdapat persamaan, tetapi untuk penjabaran program pendidikan menjadi bagian-bagian program kecil bagian dan subbagian ada perbedaan, tenaga, finansial, dan sarana prasarana merupakan awal perbedaan ini, sehingga melahirkan kualitas pengajaran yang berbeda. Program bimbingan konseling dan penyuluhan mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan belajar. Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah, sebagai tempat strategis belajar mengajar. Salah satu persyaratan gedung sekolah adalah ruang kelas, ruang
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah yang memadai. Semua untuk memberikan kemudahan pelayanan. Kelengkapan sekolah misalnya bukubuku di perpustakaan, sebagai laboratorium ilmu, menjadi sahabat dari pembelajar, buku pegangan, buku refrensi yang dapat menambah wawasan materi belajar mengajar. Buku-buku keguruan harus disediakan sebagai penunjang wawasan keguruan dan meningkatkan kompetensi. Alat peraga yang digunakan dan dibutuhkan tersedia dengan baik. Sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Seseorang akan dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar. Guru, seorang guru profesional lebih mengedepankan kualitas pengajaran dari pada materiil oriented. Kualitas kerja lebih diutamakan. Menurut M.I. Soelaeman (1985: 45) dalam Djamarah (2008 : 186) untuk menjadi guru yang baik itu tidak dapat diandalkan kepada bakat, hasrat (emansipasi) ataupun lingkungan belaka, namun harus disertai kegiatan studi dan latihan serta praktik/pengalaman yang memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan. Pengaruh hasil belajar tidak hanya dilatarbelakangi pendidikan/pengalaman mengajar, tetapi juga dipengaruhi sikap mental guru dalam memandang tugas yang diembannya. Seorang guru yang memandang profesi keguruan sebagai panggilan jiwa akan melahirkan perbuatan untuk melayani kebutuhan dengan segenap jiwa raga. Moto Ki Hajar Dewantara: tut wuri handayani, ing madya mngunkarso, ing ngarso sung tulodo.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
Mengikuti dari belakang, di tengah membina dan mendampingi, di depan memberi teladan. Secara formal jabatan guru dipandang sebagai jabatan fungsional yang tidak dipengaruhi oleh lintas struktural. Melalui self study diharapkan guru dapat meningkatkan kompetensi personal, profesional, dan sosial. 3)
Kondisi Fisiologis, (Noehi Nasution, dkk 1993 : 6 dalam Djamarah, 2008 : 189)
mengatakan
kondisi
fisiologis
sangat
berpengaruh
terhadap
kemampuan belajar seseorang. Selain itu kondisi panca indra yang baik. 4)
Kondisi Psikologis, faktor dari dalam diri menentukan intensitas belajar seseorang. Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses hasil belajar seseorang. Minat menurut Slameto 1991 : 182 dalam Djamarah (2008 : 191) mengatakan minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa minat
tidak
dibawa
sejak
lahir.
Minat
dapat
ditumbuhkan
dan
dikembangkan. Crow& Crow 1984 : 355 dalam Djamarah (2008 : 192) mengatakan
lamanya
minat
bervariasi
sesuai
dengan
kemampuan
menyelesaikan tugas berbeda-beda baik dari segi umur maupun masingmasing individu. Kecerdasan, merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Bakat, merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan menurut sunarto & Hartono (1999 : 119) dalam Djamarah 2008 ; 196. Motivasi adalah kondisi psikologis yang
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sedangkan
kemampuan kognitif dicapai melalui
persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses masuknya peran atau informasi ke dalam otak manusia, yang berhubungan dengan lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau. Ada dua hal mengingat yaitu mengenal kembali (recognisi)dan mengingat kembali (reproduksi). Berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi, tingkatan bepikir kognitif, skematis dan abstrak.
Bagan 2.2 Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Djamarah, 2012: 177)
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
3.
Teori Motivasi Belajar bertolak dari motivasi, motivasi untuk belajar adalah penting dalam
melakukan kegiatan belajar, karena sebagai pendorong yang dapat menghasilkan kegiatan bagi seseorang. Seseorang yang bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Motivasi sebagai pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk suatu kegaiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2008 : 95). Tujuan menjadi cita-cita yang ingin diraih dengan sekuat tenaga dan pikiran. Siapapun tidak menyangkal bahwa tanpa motivasi, seseorang tidak akan melakukan kegiatan belajar. Minat tanpa motivasi hanyalah sekedar minat. Para ahli sepakat bahwa minat adalah alat motivasi yang menetap dalam diri seseorang. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Sedangkan motivasi menurut Mc. Donald adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang berbentuk aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Motivasi merupakan faktor penentu dan berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Fungsi motivasi adalah pendorong timbulnya aktivitas, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin sukses, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar, begitupun sebaliknya. Djamarah (2008 : 96). Prinsip pemanfaatan hasil belajar, yaitu suatu cara mempertahankan ilmu pengetahuan yang telah diterima dari kegiatan belajar. Salah satu caranya adalah Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
dengan mengamalkan ilmu yang telah diterima untuk membantu sesama memecahkan masalah, dengan demikian ilmu yang telah dikuasai akan semakin berkembang dan tidak terlupakan. Cara lain dalam pemanfaatan ilmu adalah dalam bentuk diskusi, seminar, sarasehan, menulis di media
berupa artikel,
melakukan diskusi kecil-kecilan dengan teman sejawat, di tempat bekerja maupun dengan orang lain yang membutuhkan.
Bagan 2.3
B.
Hierarki kebutuhan Maslow
Rencana Langkah-Langkah Implementasi Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way, Tahap Starter 1 Tahun. Tahap/ Aspek
Deskripsi yang harus dicapai
Penggalian
Pimpinan sekolah memahami gambaran implementasi pendidikan entrepreneur K-12, Ciputra Way, melalui kunjungan ke setting sekolah yang menerapkan dan mengunjungi situs www.ciputra.org atau mendengarkan presentasi UCEC.
Eksplorasi
Pencerahan
Pimpinan sekolah mempunyai gambaran tentang Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way melalui konferensi, school leaders meeting atau melalui publikasi yang dikeluarkan UCEC. Mengenali kebutuhan pengembangan sekolah melalui penerapan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Pengolahan
Pimpinan sekolah membuat refleksi untuk mengambil
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Komunikasi
Perencanaan
Perencanaan
kesepakatan dengan mempelajari draft MOU yang disediakan oleh UCEC. Peneguhan
Pengelola sekolah membuat kesepakatan dengan UCEC tentang implementasi Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way melalui MOU.
Inventaris
Pimpinan sekolah menyusun agenda implementasi program pelatihan untuk guru bersama/tidak bersama tim UCEC berdasarkan refleksi yang dilakukan dengan menggunakan panduan Penilaian Diri Sekolah Pra-Program Starter. Pimpinan sekolah mempunyai rencana implementasi 1 tahun Program Pendidikan K-12,Ciputra Way melalui workshop pimpinan sekolah yang dipandu oleh tim UCEC. Pimpinan sekolah membuat kebijakan-kebijakan (seperti: pendekatan pembelajaran sistem penilaian, penggunaan sumber belajar, PR) untuk mendukung implementasi program. Melalui The Booster Training, semua guru mempunyai persepsi yang sama tentang filosofi pembelajaran serta pengetahuan dan kecakapan awal untuk memulai pembelajaran Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Ekspos Publik
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua dan membuat newsletter untuk mensosialisasikan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way yang akan diterapkan oleh sekolah.
Estimasi
Komunitas sekolah menentukan format perencanaan mengajar berdasarkan standar rencana pengajaran yang ditetapkan oleh UCEC. Sekolah mempunyai kalender akademik yang mengakomodasi prinsip-prinsip pendidikan entrepreneur dan kebutuhan pengembangan profesionalisme guru. Sekolah mengadakan sumber-sumber belajar yang dapat mendukung penerapan proses pembelajaran Program Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Kultur Kerja
Guru terbiasa untuk membuat perencanaan pembelajaran secara tim. Pimpinan sekolah dan guru bekerja berdasarkan acuan standar perilaku kepala sekolah dan guru yang dikeluarkan oleh UCEC.
Monitoring
Pimpinan sekolah mempunyai sistem support dan monitoring untuk mengoptimalkan implementasi Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Dokumentasi
Mempunyai sistem dokumentasi pelaksanaan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way dengan artifak dan data-data otentik.
Pendidikan orang tua
Sekolah menyelenggarkan kegiatan untuk orang tua agar mereka dapat membangun persepsi yang sama tentang standar best practices dan arah pengembangan sekolah.
Newsletter
Sekolah mempunyai newsletter untuk menginformasikan program sekolah ke komunitas orang tua.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Refleksi
29
Konferensi oleh siswa
Siswa mempunyai kesempatan melakukan konferensi (students led atau three way conference) untuk menjelaskan secara langsung tentang apa yang telah dipelajari oleh orang tua.
Evaluasi
Sekolah mendapat masukan dan pengakuan dari tim UCEC tentang pencapaian pelaksanaan program pendidikan entrepreneur K-12 Ciputra Way.
Peluang
Berdasarkan refleksi dan masukan dari UCEC, sekolah menentukan proses berikutnya yaitu pemantapan tahap starter atau implementasi tahap apprentice program pendidikan entrepreneur K-12 Ciputra Way.
Tabel 2.4 Implementasi Pendidikan Entrepreneurship
C.
Konsep Dasar Pembelajaran Entrepreneurship
1.
Pengertian Entrepreneur Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, entrepreneur adalah orang yang
pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkan, serta mengatur permodalan operasinya. Sedangkan menurut Raymond Kao, seorang pakar kewirausahaan, entrepreneur adalah orang yang menciptakan kemakmuran dan proses peningkatan nilai tambah melalui inkubasi gagasan, memadukan sumberdaya, dan membuat gagasan menjadi kenyataan. Sementara menurut Rhenald Kasali, entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah dan memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Karyanya dibangun berkelanjutan dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain. Entrepreneur sama saja dengan pengusaha, baik skala kecil maupun skala besar, orang yang berusaha sendiri secara mandiri dan tidak bekerja untuk orang
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
lain tetapi bekerja untuk diri sendiri. Entrepreneur menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi sebuah negara. Lawan entrepreneur adalah ambtenar. Ciri-ciri entrepreneur menurut Paulus Winarto dalam bukunya First Step to be an Entrepreneur (2010) adalah berani mengambil resiko, menyukai tantangan, punya daya tahan yang tinggi, punya visi jauh ke depan, selalu berusaha memberikan yang terbaik. Perkembangan entrepreneur dapat dilihat dari segi pendidikan, bahwa di semua jenjang pendidikan terutama Perguruan Tinggi sudah mulai diajarkan tentang kewirausahaan. Dalam kekuasaan dari kaum agamawan, dan rohaniwan, kemudian berpindah kepada para politikus, dan saat ini kekuasaan dipegang oleh para pengusaha (entrepreneur). Basis utama entrepreneur adalah manusia kreatif. Ciri-ciri manusia kreatif dengan ciri sebagai berikut: selalu berusaha bekerja lebih baik, pencetus paradigma, mempunyai pemikiran Inkuitif, mempunyai kebiasaan bertindak, mempunyai jawaban alternatif, suka berpikir lunak, mencoba kemustahilan, melihat kesalahan sebagai peluang, mempunyai humor dan santai, toleran terhadap hal yang dilematis, meninjau dunia luar, berani berpikir berbeda, terbuka terhadap gagasan baru, mudah menerima perubahan, termotivasi untuk menemukan solusi terbaik (Zimmerman dan Hart, DePorter dan Hernacki, serta Roger Van Oech dalam Spiritualitas Entrepreneur, Hendra & Riana, 2008: 41-45). Sedangkan sikap seorang entrepreneur menurut Hendra & Riana (2008: 48-51), “mulai dengan belajar dan keberanian mengambil resiko, menjadi orang kreatif, fleksibel, dan cepat tanggap terhadap perubahan. Perhatikan tujuan pribadi,
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
lakukanlah apa yang ingin dilakukan, bangkitkan ide dan hasrat untuk segera memulai dan mengoperasikannya, lihat kembali pengalaman kerja, miliki pengetahuan dasar berbisnis, bertanyalah pada hati nurani, miliki komitmen untuk melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya, miliki komitmen untuk meraih sukses”. Pembelajaran entrepreneurship merupakan sebuah rangkaian proses atau tahapan belajar untuk membentuk perilaku mencipta dan berinovasi berdasarkan peluang-peluang yang ditemukan dan hasilnya berdampak baik untuk orang lain dan lingkungan. Proses pembentukan perilaku mencipta dalam pendidikan entrepreneurship merupakan sebuah rangkaian yang didahului dengan proses pembentukan pemahaman terhadap pola atau model yang sudah ada. Proses pembentukan perilaku mencipta merupakan sebuah proses pengembangan karakter, kecakapan (skills) dan pemahaman secara seimbang dan terintergrasi. Proses pembelajaran yang terintegrasi dan holistik akan optimum kalau ada usaha untuk mendekatkan peserta didik ke realitas-realitas problematik yang ada di masyarakat, sesuai dengan topik atau tema yang dipelajari. Proses pembelajaran akan berdampak baik pada peserta didik kalau mereka terlibat aktif dalam; menentukan arah dan target belajar; membangun pemahaman, kecakapan dan karakter; serta mengenali kekuatan dan hal-hal yang harus ditingkatkan. Proses pembelajaran mengakui perbedaan dalam memahami konsep dan mendorong peserta didik menemukan cara untuk mengembangkan gagasan baru baik secara kolaborasi maupun individu. Hasil belajar akan optimal kalau proses
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
pembelajaran mendukung peserta didik percaya diri untuk melakukan tindakantindakan belajar yang didasarkan pada rasa ingin tahu dan ekspektasi yang tinggi.
2.
Hubungan
Pembelajaran
Entrepreneurship
dengan
Kurikulum
Nasional Kurikulum inti (core) sekolah dikembangkan berdasarkan ekspektasi kurikulum Nasional 2006 dan menekankan pada aspek konsep dan mendukung peserta didik untuk mengembangkan skills dan karakter. Karakteristik kurikulum tersebut adalah: 1.
Mendukung peserta didik untuk bereksplorasi agar mereka dapat melihat sesuatu di balik fakta.
2.
Mendukung peserta didik mencari dan menemukan cara.
3.
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan dan mengkonstruksi fakta baru.
4.
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memilih sumbersumber belajar.
5.
Memberikan
kesempatan
untuk
pengembangan
ICT
(Information
Communication Technology) lintas kurikulum. 6.
Mendorong penggunaan Bahasa Inggris lintas Kurikulum.
7.
Mendorong terciptanya pendekatan pembelajaran terintegrasi atau interdisipliner.
8.
Mendorong terlaksananya proses penilaian otentik dengan pendekatan yang bervariasi dan berkesinambungan.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
3.
Tujuan Pendidikan Entrepreneurship Tujuan program pembelajaran entrepreneurship adalah mendidik generasi
baru yang peka dan peduli pada kesejahteraan dan perdamaian masyarakat lokal dan global, generasi baru yang terbuka dan mandiri, mampu melihat, mencari, mengelola dan menciptakan peluang dengan berpikir kritis dan kreatif yang menghasilkan ide-ide inovatif, generasi baru yang dapat mengkomunikasikan ide inovatif dilandasi sikap kejujuran, tanggungjawab dan kepekaan pada kebutuhan orang lain, dan generasi baru yang berani mengambil resiko dan memiliki keterampilan-keterampilan untuk menjalankan ide-ide inovatif secara nyata disertai sikap etis agar dapat mencapai hasil yang terbaik.
4.
Kurikulum Entrepreneurship Program ini adalah program yang dikembangkan dari kerangka kurikulum
nasional dan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan peserta didik agar menjadi kreatif dan inovatif dan ber-mindset entrepreneur. Prinsip program inti adalah untuk mengembangkan karakter/mindset, skills dan pemahaman konsep peserta didik melalui pendekatan pembelajaran berbasis project dan inquiri. Pembelajaran disampaikan dalam bentuk tema. Untuk mendukung peserta didik membangun konsep, tema belajar dikelompokkan menjadi 6 yang dinamai Unit of exploration. Agar eksplorasi menjadi terarah dan terfokus, dari setiap unit peserta didik akan eksplorasi sekitar tiga aspek. Aspek yang dieksplorasi dinamai Opportunity of Exploration.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
Unit of Explorations Unit of exploration adalah topik/tema yang dipelajari peserta didik disusun dengan cara mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dengan catatan, konsep bidang studi yang tidak dapat diintegrasikan oleh kurikulum nasional diajarkan secara mandiri. Model integrasi ini akan membantu peserta didik menghubungkan konsep yang dipelajari dengan realitas dalam kehidupan mereka. Unit of exploration terdiri dari: 1.
Kebutuhan Pembahasan yang menjelaskan tetang ciri, sifat dan keunikan masing-masing individu sehingga dapat menentuan bentuk-bentuk kebutuhan dan mencari alternatif guna memenuhinya.
2.
Tempat Pembahasan tentang bentuk-bentuk tempat tinggal dan lingkungan dimana
mereka
berada
(tempat
kerja,
tempat
wisata)
untuk
mengidentifikasi konsep penting dari masing-masing tempat bagi keperluan manusia. 3.
Karya Pembahasan tentang ide-ide, gagasan, kreatifitasi, nilai-nilai yang diciptakan manusia dalam bermasyarakat dan bekerja sehingga dapat mencari alternatif atau cara yang memberikan nilai lebih, dan dapat meningkatkan relasinya dengan Tuhan, orang lain, serta ciptaan. Pembahasan tentang cara-cara untuk mengelola sebuah kegiatan, barang dan lingkungan untuk mendapatkan hasil yang paling optimal.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
4.
Sistem kerja Pembahasan tentang cara kerja sistem, alat, dan alam agar terinspirasi untuk membuat cara kerja yang lebih baik atau berbeda/baru.
5.
Alam Pembahasan tentang bagaimana manusia dapat mengelola alam yang dapat
memberikan
manfaat
bagi
kehidupan
dan
tetap
menjaga
keseimbangan dan kelestariannya.
Opportunity of Exploration Dalam setiap unit of exploration ada beberapa hal yang dapat dipelajari lebih dalam oleh peserta didik. Fokus atau hal yang dipelajari lebih dalam dan dapat mendorong peserta didik untuk menciptakan hal-hal baru dari sesuatu yang ada dinamakan dengan opportunity of exploration. Fitur
Peserta didik mempelajari tentang, unsur, warna, ukuran, modelmodel serta unsur-unsur yang memberikan nilai agar dapat menemukan pola dan model baru yang dapat diciptakan.
Fungsi
Peserta didik mempelajari kegunaan atau peran dari benda atau elemen untuk dapat mencari alternatif baru yang lebih baik.
Perubahan
Siswa mempelajari faktor-faktor yang dapat mengubah sesuatu dan pola-pola perubahan sehingga mereka dapat menentukan pola, modal dan hasil perubahan yang lebih baik.
Hubungan
Peserta didik belajar tentang pola-pola hubungan dan pengaruh yang terjadi sehingga dapat belajar untuk membentuk pola, dan makna.
Kepemimpinan
Peserta didik mengembangkan ketrampilan untuk melihat peluang dan menterjemahkan ke rencana dan dapat mempengaruhi/mengajak orang lain untuk merealisasikannya. Tabel 2.1
Opportunity of exploration
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
Skills Agar dapat berinovasi dengan menggunakan model yang dijelaskan di opportunity of exploration, peserta didik perlu untuk mengembangkan kecakapankecakapan hidup yang dianggap penting. Kecakapan yang akan menjadi fokus pengembangan adalah: Berpikir
Keterampilan untuk membuat analisa, evaluasi dan mencipta agar manusia menjadi individu yang kritis dan kreatif.
Komunikasi Dapat memahami dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dan Entrepreneurship hasil inovasinya dengan bahasa, sikap dan prosedur yang membuat orang lain menghargai hasil inovasinya. Pemecahan masalah
Menentukan inti masalah dan menemukan cara-cara untuk menyelesaikannya.
Pengelolaan diri
Menentukan arah dan target apa yang harus dicapai serta mengelola kegiatan untuk mencapainya dengan memperhatikan waktu yang telah disepakati.
Intrapersonal
Mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta mengelola kegiatan untuk mencapainya dengan memperhatikan waktu yang telah disepakati.
Penelitian
Mampu melakukan eksplorasi, mengumpulkan data, mengambil kesimpulan, menentukan pilihan, peluang serta menentukan langkah lebih lanjut.
TIK
Keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung skills yang lain.
Sosial
Mampu untuk berada dalam lingkungan orang yang berbeda dengan perilaku yang dapat diterima.
Kolaborasi
Peserta didik dapat berperan secara aktif dalam kerja kelompok untuk mencapai hasil yang sudah disepakati, memberikan stimulasi atau dorongan agar yang bersangkutan mengambil tindakan berdasarkan waktu dan prosedur yang disepakati.
Produktif
Mempunyai kebiasaan untuk menghasilkan ide/gagasan dan bekerja berdasarkan dorongan dari diri sendiri dan hasilnya dapat diterima oleh orang lain. Tabel 2.2
Skills
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
Characters and Mindset Integritas
Mempunyai sikap ketulusan dan kejujuran dalam belajar yang dilandasi oleh nilai-nilai dan direfleksikan dalam berpendapat, bertindak dan berinteraksi
Kemandirian
Mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh team.
Respect
Menunjukkan rasa menghargai pada orang lain dan ide-ide, gagasan dan karya.
Antusias
Menunjukkan rasa semangat yang konsisten dengan disertai tindakan-tindakan inisiatif untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang lebih optimal sesuai dengan waktu dan target yang telah disepakati.
Rasa ingin tahu
Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap ide-ide baru dan mencari cara-cara yang mungkin tidak bisa/belum biasa.
Kreatifitas
Menunjukkan cara berpikir original, elaboratif dan melihat atau mencari cara-cara baru dengan memperhatikan pertimbanganpertimbangan dari berbagai segi dan kemungkinan.
Kontrol diri
Mengelola emosi, perasaan dan perilaku sehingga tidak mengganggu orang lain serta taat pada kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat.
Tanggung jawab
Melakukan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu, penggunaan resources dan prosedur yang telah disepakati serta mempunyai sense agar hasil karyanya dapat berguna bagi orang lain.
Sadar tentang arah diri
Menentukan dan mengenali kekuatan dan kelemahan serta menentukan target-target yang dilakukan.
Bertoleran
Memahami apa yang dilakukan oleh orang lain walaupun dia tidak sependapat.
Peduli
Menunjukkan cara berpikir dan tindakan-tindakan yang dapat membuat orang lain, lingkungan dan benda dapat aman dan berfungsi secara optimal.
Asertif
Mempunyai inisiatif untuk mengungkapkan ide dan melakukan sesuatu karena ada kesempatan untuk bertindak dan menghindari perilaku menunggu agar orang lain mengerjakan terlebih dahulu tanpa mengganggu hubungan yang positif dengan orang lain.
Persuasif
Meminta orang lain untuk menerima saran atau ide dengan cara alternatif baru.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
Prosedur
Peserta didik belajar untuk melihat dan mempelajari sesuatu dari seberapa segi (perspektif) sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih komprehensif dan dapat menentukan hal yang paling bernilai.
Sebab akibat
Peserta didik belajar tentang sebab akibat yang timbul karena perilaku manusia atau kejadian alam sehingga dapat mendorong terciptanya rasa tanggungjawab dan perilaku yang antisipatif. Tabel 2.3
Characters and Mindset
Learning Cycles (Siklus Belajar)
Reflecting
Exploring
Words I learn
Searching and Discovering
What I can do Communicati ng
What I need to Presentations learn more to friends & parents
Learning Cycles
Planning Selecting : words, Pictures, tools, Steps of works
Acting/Doing Cover Content Pictures Comments
Bagan 2.4
Learning Cycles
Siklus belajar adalah tahapan belajar peserta didik dalam satu unit/tema pembelajaran. Peran guru mendesain langkah-langkah belajar dan memfasilitasi peserta didik agar mereka dapat melalui tahapan tersebut dan mencapai hasil belajar yang optimal. Siklus belajar didesain untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk menjalani sebuah proses agar mendapat pengetahuan/konsep, skills dan membangun sikap positif pada belajar. Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
Adapun beberapa tahap dalam proses pembelajaran entrepreneurship, yaitu: 1.
Tahap Exploring Membantu peserta didik untuk menentukan target-target belajar dengan cara
mengembangkan pertanyaan yang akan menuntun mereka menemukan hal-hal baru dibalik fakta-fakta yang dapat dikembangkan menjadi ide baru. Memfasilitasi peserta didik untuk membangun sebuah pemahaman terhadap isu pokok
dengan
melibatkan
cara
pandang
dari
berbagai
segi
dan
memanfaatkan/memfungsikan data atau fakta-fakta yang ada. Memfasilitasi peserta didik untuk mencari hubungan antara pengetahuan yang dibangunnya dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dijadikan ide/gagasan inovasi berikutnya. Membangun keyakinan peserta didik bahwa belajar yang baik adalah dengan melakukan dan mendekatkan diri dengan realitas-realitas yang terjadi dalam masyarakat.
2.
Tahap Planning Membantu peserta didik menuangkan gagasan/ide sebuah rencana kerja
yang dapat menjelaskan tentang target kerja dengan standar kriteria, kerangka waktu, pengelolaan sumber daya dan prosedur kerja. Memfasilitasi peserta didik untuk menyesuaikan target kerja dengan harapan pengguna. Memberikan tuntunan pada peserta didik untuk menyatukan beberapa informasi yang diperoleh dari berbagai refrensi ke sebuah ide yang dapat dituangkan ke dalam sebuah perencanaan yang utuh.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
3.
Tahap Doing Mengelola pembelajaran dengan pendekatan kolaborasi agar peserta didik
dapat belajar/bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Membantu peserta didik untuk mengelola resources secara optimal dengan tetap memperhatikan pada tujuan yang akan dicapai. Mendorong peserta didik untuk dapat menerapkan prosedur kerja/belajar dengan tetap memperhatikan pada standar keselamatan dan ketercapaian tujuan. Mendorong peserta didik untuk tetap sadar akan waktu yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4.
Tahap Communicating Mendorong peserta didik untuk dapat menjelaskan hasil yang telah dibuat
dari berbagai perspektif, yang menjadi penekanan di aspek/fokus eksplorasi, disertai alasan atau data yang relevan. Memfasilitasi peserta didik menunjukkan nilai tambah dari yang dihasilkan disertai bukti dan data yang dapat diamati orang lain. Melatih peserta didik untuk dapat menggunakan bahasa yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mengambil keputusan berdasarkan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan. Membantu peserta didik untuk mengembangkan rasa percaya diri dan menunjukkan rasa hormat pada audience.
5.
Tahap Reflecting Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan identifikasi dan mengenai
kemajuan belajar yang telah dicapai. Membantu peserta didik mengenali hubungan antara hasil dengan proses tahapan bekerja yang dilakukan. Membantu
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
peserta didik untuk identifikasi dan menentukan kemungkinan-kemungkinan peningkatan hasil yang telah tercapai. Membantu peserta didik untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat kemajuan dan cara untuk mengatasinya. Mendorong peserta didik untuk menentukan target-target berikutnya berdasarkan refleksi dan evaluasi. Biasanya kepribadian dibicarakan dalam pengertian apa yang membuat sesorang berbeda dari orang lain, apa yang membuatnya unik. Aspek kepribadian seperti ini disebut kekhasan individual (individual difference). Teori jenis ini memusatkan perhatiannya pada tipe, sifat dan tes-tes yang mengkategorisasikan dan membandingkan satu dengan yang lain. Sementara itu ada yang tertarik kepada kesamaan yang dimiliki 3 (tiga) orang besar tentang teori kepribadian: 1.
Bertolak dari pengandaian bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan jahat.
2.
Teori-teori yang bertolak dari pengandaian bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan netral, bak “tabula rasa” atau kertas putih.
3.
Teori-teori yang bertolak dari pengandaian bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan baik. Berdasarkan teori-teori ini maka dapat dikatakan bahwa kepribadian seorang anak masih dapat diubah sesuai dengan pendekatan dan metode yang dipakai oleh orangtua maupun guru di sekolah.
D.
Sikap Hidup Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak
dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
dilatihkan pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya (Sartini, 1992). Kemandirian baru akan tercapai secara penuh pada akhir masa remaja, namun kemandirian tidak akan pernah tercapai atau hanya akan tercapai sebagian jika perkembangan pada masa awal kanak-kanak tidak memberi dasar yang baik (Wall, 1975). Faktor pendidikan orangtua terhadap anak serta hubungan orangtua anak adalah faktor yang mendasari perkembangan kemandirian anak. Pendidikan orangtua yang menghambat perkembangan kemandirian perlu diintervensi sejak dini. Intervensi dini ini adalah salah satu fungsi sekolah (Wall, 1975) Salah satu ciri seorang kreatif adalah mandiri. Mandiri dalam berpikir dan mampu bertindak. Kemandirian ini membuat seseorang lebih berhasil dalam mengerjakan sesuatu yang memberikan lebih banyak kesempatan berpikir dan melakukan hal-hal yang diminati, mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi dalam situasi yang memberikan kebebasan, dan tidak berminat untuk berprestasi dalam
situasi yang mengharuskan selalu menurut (Gufron &
Risnawita dalam Teori-teori Psikologi (2010 :119)
E.
Sikap Hidup Reflektif Para tokoh pendidikan meyakini bahwa pendidikan bukan hanya
menciptakan para teknokrat dengan keahlian tinggi, tetapi, lebih dari itu, untuk membuahkan manusia-manusia terpelajar yang mau dan mampu memperjuangkan keadilan dalam kehidupan bersama yang membahagiakan. Inilah proses
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
perubahan sosial menuju masyarakat dan dunia yang lebih baik. Pendidikan adalah instrumen untuk mencapai idealisme tersebut. Dengan demikian, pendidikan menemukan relevansinya sebagai kunci perubahan sosial. Maka pendidikan harus berhasil menumbuhkembangkan pribadi dan karakter peserta didik, sehingga dikemudian hari mereka siap menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial yang tangguh. Keyakinan ini harus diwujudkan, karena pendidikan berperan penting dalam upaya membangun kehidupan bersama yang diwarnai persaudaraan sejati, keadilan, solidaritas, dan keberpihakan kepada yang lemah. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir yang melekat dan dihidupi oleh para pendidik yang akan menjadi fasilitator. Pedagogi mencakup cara para guru atau fasilitator mendampingi para peserta didik selama bertumbuh dan berproses, termasuk didalamnya pandangan hidup serta visi mengenai pendidikan (menjadi agen perubahan sosial). Sedangkan refleksi adalah metode internalisasi nilai yang dianggap paling efektif dan sudah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai kegiatan pembinaan spiritualitas setiap pribadi manusia yang beragama.
Standart Perilaku Pendidik Enntrepreneur Standar Perilaku Guru Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way Aspek Pengembangan Kurikulum
4 Membagikan ideide pengembangan kurikulum pendidikan entrepreneurship yang telah dijalankannya ke rekan guru yang lain.
3
2
1
Mengidentifikasi dan menemukan ide – ide baru untuk pengembangan praktek pelaksanaan kurikulum pendidikan entrepreneurship.
Mencari ide-ide baru untuk menambah wawasan di bidang pendidikan entrepreneurship.
Dengan bimbingan mencari dan mengembangka n pengetahuan dan ide-ide baru.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
Strategi Mengajar
Terbiasa membagikan dan memberikan referensi atau masukan ke rekan kerja agar terjadi pertumbuhan yang seimbang dalam praktek pembelajaran entrepreneurship.
Terbiasa untuk mencari dan menemukan ideide baru yang dapat menambah kwalitas praktek pembelajaran entrepereneurship.
Memahami cara mengajar untuk mengembangkan mindset dan spirit entrepreneurship sesuai dengan jenjang siswa, standar ekspektasi dan kesepakatan sekolah.
Strategi penilaian
Mendokumentasika n cara-cara penilaian yang ditemukannya agar dapat menjadi materi pengembangan profesi bagi rekan kerja dan orang lain sehingga terjadi pertumbuhan kwalitas strategi dan sistem penilaian.
Mempunyai konsistensi dalam mencari referensireferensi baru untuk mengembangkan kwalitas sistem penilaian otentik sehingga pertumbuhan pengetahuan, skills dan karakter siswa semakin mudah dikenali. Membuat improvisasi dan perbaikan sistem rencana pengajaran yang mencerminkan filosofi pembelajaran entrepreneurship dan sesuai tema dan kemampuan siswa dengan pendekatan belajar kreatif dan inovatif
Memahami prinsip- prinsip penerapan strategi penilaian otentik yang dapat mendeteksi perkembangan pengetahuan, skills dan karakter siswa.
Mengembangkan strategi atau cara yang dapat meningkatkan kwalitas kegiatan atau praktek pembelajaran dan menuangkannya dalam perbaikan rencana.
Melaksanakan dan mempraktekkan pembelajaran berdasarkan rencana yang telah dibuat serta sesuai dengan waktu dan prosedur yang ditentukan.
Rencana mengajar
Mengelola proses pembelajaran
Mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasika n hasil inovasinya tentang sistem rencana pengajaran yang sesuai tema dan kemampuan siswa serta menunjang sistem pendidikan entrepreneurship Membantu rekan kerja dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan tidak mengurangi tanggungjawab pada pekerjaannya sendiri.
Membuat rencana mengajar yang sesuai tema dan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan entrepreneurship dengan memperhatikan konteks perbedaan siswa dan kesepakatan sekolah.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Memerlukan bantuan dalam memahami proses pembelajaran yang mengembangka n mindset dan spirit entrepreneurship , sesuai kesepakatan sekolah. Memerlukan bantuan dalam memahami strategi penilaian otentik yang dapat mendeteksi perkembangan pengetahuan, skills dan karakter siswa.
Perlu bantuan untuk membuat rencana mengajar yang sesuai dengan tema dan kemampuan siswa.
Perlu bantuan untuk menyelesaikan kegiatan yang telah direncanakan.
45
Kegiatan yang ditentukan oleh sekolah
Mengembangkan program kegiatan berdasarkan misi sekolah dan hasilnya dapat mendukung peningkatan image baik sekolah di masyarakat.
Mengkoordinir tim untuk merencanakan dan menjalankan kegiatan sekolah berdasarkan standar prosedur yang disepakati.
Punya inisiatif untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang ditentukan oleh sekolah.
Perlu didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang ditentukan oleh sekolah.
Menerima dan merespon ide
Dapat mengembangkan model-model pemecahan masalah yang aplikatif dengan mengacu pada referensireferensi berbagai sumber guna merespon pada masukan yang diterimanya Terbiasa memberikan masukan-masukan guna perbaikan program dari berbagai perspektif disertai dengan alasan, contoh atau data yang mempermudah orang lain memahami dan mengimplentasikan nya.
Mempunyai kemampuan untuk merangkum ideide dari berbagai sumber dan menyatukan menjadi sebuah rencana yang siap untuk merespon masukan yang didapatinya.
Menunjukkan kemampuan untuk menangkap ide dan meresponnya dengan fakta atau penjelasan yang didukung dengan bukti-bukti yang ada.
Memerlukan bantuan untuk menangkap ide dan meresponnya dengan fakta atau penjelasan yang didukung dengan buktibukti yang ada.
Mendokumentasi kan catatan refleksi dari berbagai perspektif yang mudah diakses oleh orang atau tim lain serta membuat rekomendasi untuk peningkatan kwalitas program selanjutnya.
Dapat menentukan hal yang posisitf dan yang perlu diperhatikan dengan alasan atau data pendukung dari kegiatan yang telah dilakukan.
Perlu bantuan untuk melakukan refleksi/evaluasi kegiatan yang telah dilakukan.
Kegiatan yang telah dilakukan
F.
Sikap Hidup Religius
1.
Pengertian dan Konsep Religius Menurut Yakob Papo (1987) pengalaman religius adalah pengalaman yang
membawa manusia ke kepercayaan akan sesuatu yang melebihi manusia dan hidupnya. Manusia terangkat kepada suatu yang melebihi manusia yang mengarah kepada Allah. Dalam pengalaman itu manusia meraih Allah dalam hidupnya atau
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
seolah-olah Allah meraih manusia dalam hidupnya. Menurutnya ada tiga macam pengalaman religius, yaitu: 1.
Pengalaman religius yang dalam dirinya tidak menyatakan hubungan dengan Allah.
2.
Pengalaman manusia yang dalam dirinya menyatakan keterarahan pada Tuhan.
3.
Pengalaman itu memperlihatkan hubungan yang begitu erat dengan Allah sehingga orang sungguh merasakan dekatnya Allah pada mereka dan akrabnya mereka pada Allah. Pengalaman religius dijadikan isi dari pewartaan karya keselamatan Tuhan.
Jadi pengalaman setiap dan semua pengalaman manusiawi itu disadari atau tidak merupakan sapaan Allah yang senantiasa memanggil manusia, diajak untuk bersama mencapai tujuan hidupnya (Gadium Et Spes no. 16). Artinya pengalaman itu mempunyai nilai yang terdalam, ada unsur ilahi, Allah sendiri yang menyapa, lewat sabda-Nya
yang menjadi manusia, dan Allah sedang berkarya
menyelamatkan umat manusia. Religiusitas menunjuk pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya. Pada perkembangannya religusitas yang dialami manusia mempunyai ciri khas sesuai tingkat perkembangannya pula. Menurut Gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa latin “ religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan demikian religi/agama memiliki
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Untuk mengikat seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama, dan alam sekitarnya, sedangkan menurut Ansori (1980) membedakan istilah religi atau agama dengan religiusitas, menurutnya agama menunjuk aspek formal yaitu aturan dan kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek yang dihayati oleh seseorang dalam hati. Menurut Dister dalam Subandi (1988), religiusitas keberagaman adanya internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Monk dkk (1989), keberagaman sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari manusia kepada yang mahakuasa yang memberikan perasaan aman. Sementara Shihab (1993) agama adalah hubungan antara makluk dengan Tuhan yang berwujud ibadah dan dilakukan setiap hari. Anshori (1980) memberikan arti agam secara mendetail, agama sebagai credo/tata keyakinan adanya yang mahamutlak dan sistem norma/tata kaidah yang mengatur hubungan manusia, sesama dan alam sekitarnya. Dalam diri manusia terdapat religious instink, naluri untuk meyakini dan mnegadakan penyembahan terhadap sesuatu kekuatan yang ada di luar diri manusia (Spinks, 1963; Subandi, 1988). Pruser mengemukakan bahwa manusia pada dasarnya adalah makluk religius yang berkembang menjadi religius, manusia yang beragama. Aspek-aspek religius menurut Darajat (1993), agama meliputi kesadaran (terasa dalam pikiran) mental beragama dan pengalaman (perasaan) beragama yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Hurlock (1973), religi terdiri dari unsur ajaran agama dan pelaksanaan. Spinks (1963), agama meliputi adanya keyakinan, adat, tradisi, dan juga pengalaman
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
individual. Pembagian dimensi religius menurut Glock dan Stark ( dalam Shaver dan Robinson, 1975; Subandi, 1988; Afian, 1997) terdiri dari lima dimensi, yaitu:
2.
1.
Dimensi keyakinan (the ideological dimension).
2.
Dimensi peribadatan atau praktik agama (the ritualistic dimension).
3.
Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension).
4.
Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension).
5.
Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension).
Idealisme Pendidikan Kristiani “Pendidikan bukan lagi diarahkan hanya untuk menciptakan teknokrat-
teknokrat dengan keahlian tinggi, tetapi untuk menciptakan manusia-manusia yang berpihak memperjuangkan keadilan di dalam dunia. Hubungan antara iman, pendidikan, dan perubahan sosial, iman merupakan dasar dan sumber idealisme dalam kehidupan. Pendidikan merupakan instrumen untuk melaksanakan idealisme tersebut. Sedangkan perubahan sosial merupakan tujuan atau hasil dari proses penggabungan idealisme dan instrumen. Dengan demikian pendidikan ditujukan demi untuk menciptakan manusia-manusia yang mau melakukan perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. “(Dr. Arief Budiman, dalam Dr. Y.B. Banawiratmaja,SJ.; Iman, Pendidikan, dan Perubahan Sosial, Kanisius, Yogyakarta, 1991).
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
3.
Pendidikan Menurut Semangat Santa Angela Melalui motto “Berkembang menuju kebebasan anak-anak Allah”, tujuan
pendidikan menurut semangat Santa Angela adalah, perkembangan pribadi yang utuh. Suasana pendidikan yang memungkinkan perkembangan pribadi anak, adalah sikap ramah. Dengan kelembutan dan keramahan akan lebih berhasil dari pada dengan celaan atau kata-kata keras. Kata-kata keras digunakan hanya apabila sangat diperlukan. Keyakinan, bahwa setiap pribadi itu unik. Dengan mengenal masing-masing anak, tidak hanya sekedar nama tetapi juga mengenal keseluruhan pribadi mereka, sehingga diharapkan dapat membantu mendampingi mereka mengembangkan diri. Keyakinan bahwa setiap pribadi mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani yang berbeda. Usahakanlah untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara menaruh perhatian dan peka terhadap perubahan tingkahlaku.
Dengan
demikian
memelihara,
melindungi,
melayani
dan
menghargai peserta didik sesuai dengan keberadaan masing-masing sikap tegas berpegang pada ketaatan pada peraturan yang berlaku. Sikap bijaksana untuk bersikap lemah lembut atau tegas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Mulai dengan diri sendiri, menjadi teladan bagi peserta didik. Sikap rendah hati dalam arti menyadari keterbatasan diri sebagai pendidik dan kesadaran bahwa peserta didik juga merupakan sumber kebijaksanaan. Menyampaikan hal-hal sederhana yang hakiki dan mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sikap pasrah dalam arti kesediaan untuk menerima kenyataan apa adanya sesudah berusaha sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan kemudahan yang tersedia di lingkungan sekelilingnya. Sikap kekeluargaan, kepedulian kepada
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
sesama sebagai saudara yang sederajat. Mempunyai bela rasa terhadap mereka yang terlupakan, terabaikan, tertindas. Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut suster-suster Ordo Santa Ursula (OSU) melaksanakan dalam bentuk pendidikan formal yang melembaga untuk pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kemajuan jaman dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Arti Serviam dan lambangnya S
Sayangilah sesamamu
E
Eratkanlah hubungan antara Tuhan dan jiwamu
R
Rajinlah belajar supaya menjadi orang yang berguna
V
Vide! Lihatlah lencanamu
I
Ingatlah tugasmu sebagai makluk, anak dan pelajar
A
Awasilah pergaulanmu
M
Majukanlah Nusa dan Bangsamu
Warna Dasar Hijau : Menyatakan pengharapan dan cita-cita yang luhur
Gugusan Bintang / Ursa Minor : -
Ursula, berasal dari kata Ursus, yang berarti kecil.
-
Cita-cita yang luhur setinggi bintang di langit. Demi cinta kepada bangsa dan negara, tidak puas dengan usaha yang asal saja dan hasil yang setengahsetengah.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
Salib : -
Lambang pengharapan.
-
Lambang pengorbanan.
-
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian: bersakit-sakit dahulu, bersenang senang kemudian.
-
Lambang kemenangan: sesudah berkorban dan mengabdi kita dapat mengharapkan mahkota yang abadi (in hoc signo vincit).
Serviam : -
Berasal dari bahasa Latin yang berarti “Aku Mengabdi”
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu