BAB II DESKRIPSI UMUM MANAJEMEN PROMOSI DAN PERSEPSI NASABAH DENGAN BERBAGAI ASPEK DAKWAHNYA
2.1. Konsep Dasar Tentang Manajemen Promosi 2.1.1. Independen variabel, yaitu Manajemen promosi merupakan aktivitas perbankan yang berhubungan
dengan
marketing
dimana
BNI
syariah
dapat
mengembangkan dan mengenalkan produknya kepada masyarakat dengan alat promosi. 2.1.1.1. Pengertian Manajemen Dalam kamus bahasa Indonesia manajemen diartikan sebagai bahan kegiatan atau penelaahan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian arus bahan di tiap tahap yang dilaluinya mulai dari penyuplai sampai ke tempat penyimpananya dalam bentuk barang jadi1. Manajemen juga diartikan sebagai penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedang dalam kamus ekonomi manajemen
diartikan
1
sebagai
pengelolaan,
didalamnya
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2001), hlm.243.
14
15
termasuk organisasi dan koordinasi faktor- faktor produksi lainnya, misalnya tanah, tenaga kerja dan modal guna mencapai efisiensi maksimum dalam produksi.2 Istilah manajemen dalam terjemahan bahasa Indonesia, hingga saat ini belum ada keseragaman. Berbagai istilah digunakan
untuk
ketatalaksanaan,
menterjemahkan manajemen,
istilah
managemen,
itu
seperti:
pengurusan,
kepemimpinan, pembinaan, pengelolaan.3 Untuk menghindari penafsiran yang berbeda- beda, dalam tulisan ini di pakai istilah aslinya yaitu "manajemen".4 Organisasi adalah alat administrasi dalam mencapai tujuan. untuk mencapai tujuan organisasi sebagai segi yang statis harus digerakkan dengan proses yang dinamis dan khas. Proses yang dinamis dan khas ini lazim disebut dengan istilah " Manajemen."5 Bila kita mempelajari literature manajemen, maka akan nampak bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian, Pertama, manajemen sebagai suatu proses; Kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang- orang yang melakukan aktivitas manajemen dan Ketiga, manajemen sebagai suatu seni dan
2
DR. Winardi, Kamus Ekonomi,( Bandung: Alumni, 1986), hlm. 297. Drs. Moekijat, Kamus manajemen, (Bandung: Alumni, 1984), hlm.317. 4 Drs. M. Manullang, Dasar- dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm.15 5 Drs. Sarwoto, Dasar- dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979), hlm.42. 3
15
16
sebagai suatu ilmu. Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda- beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Dalam Encylopedia of the social sciences dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan proses dimana pelaksanaan
suatu
tujuan
tertentu
diselenggarakan
dan
diawasi6. Selanjutnya Haimann mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha- usaha individu untuk mencapai tujuan bersama7. John D. Millet mengatakan bahwa manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang- orang yang terorganisir secara formil sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Bila kita perhatikan dari definisi diatas, maka akan segera nampak bahwa ada tiga pokok penting yaitu: pertama, adanya tujuan yang ingin dicapai; kedua, tujuan dicapai dengan
66
Allen, Louis A, Karya Manajemen, (Jakarta: terjemahan J.M.A. Tuhutera, PT. Pembangunan, 1963), hlm. 23. 7
Manullang, dasar- dasar Management, Edisi revisi,( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000),
hlm.44.
16
17
mempergunakan kegiatan orang lain dan ketiga, kegiatankegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.8 Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektifitas orang- orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang- orang yang melakukan aktifitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti tunggal disebut Manajer. Manajer adalah pejabat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-
aktivitas
manajemen
agar
tujuan
unit
yang
dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah suatu seni atau suatu ilmu. Chester I Barnard dalam bukunya The Function of the Executive, mengakui manajemen adalah seni dan juga sebagai ilmu. John F. Mee mengatakan bahwa manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal
demikian
pula
mencapai
kesejahteraan
dan
kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat. Unsur merupakan kumpulan pengetahuan yang tertentu seperti yang dinyatakan oleh peraturan- peraturan umum, dan
8
Drs. H. Siagian, Manajemen suatu pengantar, (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 17- 18.
17
18
dipertahankan oleh berbagai tingkat penyelidikan. Unsur seni adalah pemakian pengetahuan pada situasi tertentu. Dengan pengalaman- pengalaman menjadikan pembawaan kira- kira suatu panca indra keenam, keahlian yang bersifat intuisi. Dalam kehidupan nyata sehari- hari manajemen benar- benar melakukan kedua fungsi tersebut yaitu selain sebagai ilmu juga sebagai seni. Memperhatikan pengertian manajemen sebagai proses serta kenyataan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai, manajemen
adalah
seni
dan
ilmu
perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.9 2.1.1.2. Pengertian Promosi Dalam kamus bahasa Indonesia promosi diartikan sebagai
kenaikan
pangkat
(tingkat),
kamus
ekonomi
mengartikan promosi sebagai usaha untuk memajukan sesuatu. Sedang
dalam
perdagangan
diartikan
sebagai
kegiatan
komunikasi untuk meningkatkan volume penjualan dengan pameran, periklanan, demonstrasi, dan usaha lain yang bersifat persuasif. 9
Drs. Oey Liang Lee, Pengertian Manajemen, (Yogyakarta: Balai Pembinaan Adminitrasi, UGM). Bulletin no. 1
18
19
Menurut istilah dalam manajemen pemasaran, promosi adalah
usaha
perusahaan
untuk
mendorong
penjualan-
penjualan dengan mengarahkan komunikasi- komunikasi yang meyakinkan kepada pembeli.10 Promosi merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran produk perbankan. Kerap kali istilah
promosi
dihubungkan
dengan
kepariwisataan,
perniagaan, yang berarti usaha untuk memajukan kedua bidang usaha tersebut.11 Dalam kegiatan promosi ini perusahaan memberikan informasi kepada konsumen tentang suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedang marketing merupakan aktivitas dunia usaha yang berhubungan dengan benda- benda serta jasa- jasa dari saat produksi sampai saat konsumsi.12 Sehingga promosi merupakan bentuk komunikasi bukan pribadi yang dijalankan melalui informan maupun media untuk tujuan tertentu. Promosi mempunyai banyak kegunaan antara lain membentuk citra organisasi yang jangka waktunya panjang.13 Dengan demikian akan nampak bahwa pengaruh program
promosi
keberhasilan
sangat
perbankan
penting
dalam
dalam
menunjang
mengenalkan
produknya.
10
Drs. Moekijat, Kamus manajemen, (Bandung: Alumni, 1984), hlm.485. DR. Winardi, Kamus Ekonomi, (Bandung: Alumni: 1986), hlm. 395. 12 Ibid. hlm. 317. 13 Basu SWastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern,( Yogyakarta: Liberty, 1990), hlm.246. 11
19
20
Perusahaan dalam mengadakan kegiatan promosi mempunyai beberapa tujuan, diantaranya: 1. Untuk mengenalkan produknya kepada konsumen 2. Ingin mengenalkan perusahaan kepada pihak luar 3. Untuk meningkatkan volume penjualan. 4. Ingin dikenal sebagai perusahaan yang sesuai syariat islam. Untuk menunjukkan kelebihan produknya yang sesuai ajaran islam dibanding produk lain. Konsumen sebagai sasaran promosi diharapkan untuk menerima, mengakui dan memberikan tanggapan terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Promosi menitik beratkan pada usaha menciptakan kesadaran kepada konsumen tentang produk hingga akhirnya konsumen bersedia melakukan pertukaran. Salah satu variabel dalam pemasaran adalah promosi, sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Istilah promosi menurut William G. Nikels didefinisikan sebagai berikut : “Promosi adalah arus informasi atau persuasi yang dibuat untuk menggerakkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.14
Dengan memahami pengertian di atas, semakin jelas bahwa
program
promosi
bertujuan
untuk
menciptakan
14
Basu SWastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern,( Yogyakarta: Liberty, 1990), hlm. 16.
20
21
pertukaran dalam kegiatan pemasaran secara efektif dan pencapian sesuai tujuan perbankan. 2.1.1.3. Pengertian Manajemen Promosi Manajemen
adalah
seni
dan
ilmu
perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.15 Sedankan promosi adalah arus
informasi
atau
persuasi
yang
dibuat
untuk
menggerakkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.16 Menurut istilah manajemen promosi adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dengan tujuan untuk menggerakkan organisasi tersebut untuk mempengaruhi calon nasabah. Menurut Siswanto sutoyo, pengertian manajemen promosi merupakan kegiatan untuk mengarahkan serta membimbing
dalam
kegiatan
memperkenalkan
produk,
meyakinkan dan mengingatkan kembali manfaat produk tersebut kepada konsumen dengan harapan mereka terjebak hatinya dengan sukarela menjadi mitranya.17
15
Drs. Oey Liang Lee, Pengertian Manajemen, (Yogyakarta: Balai Pembinaan Adminitrasi, UGM). Bulletin no. 1 16 Basu SWastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern,( Yogyakarta: Liberty, 1990), hlm.39. 17 Siswanto sutoyo, Kerangka dasar manajemen pemasaran,( Jakarta: LPPM, 1981), hlm. 24
21
22
Philip Kotler mendefinisikan manajemen promosi sebagai
penganalisaan,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengawasan program- program yang ditujukan untuk menarik sebagai mitra dengan untuk mencapai tujuan organisasi.18 Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut serta menentukan pembagian hasil, mengadakan komunikasi, dan promosi yang efektif untuk memperkenalkan produknya, mendorong serta melayani pasar. Definisi diatas menunjukkan betapa pentingnya manajemen promosi dalam mencapai tujuan perbankan. Asosiasi
pemasaran
Amerika
mendefinisikan
manajemen promosi sebagai suatu proses perencanaan, dan pelaksanaan konsepsi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran perorangan dan organisasi. Bagi perbankan manajemen promosi adalah sangat penting karena bagaimanapun baiknya produk tanpa adanya perkenalan produk kepada konsumen dan konsumen tidak dipengaruhi untuk menjadi nasabah maka nasabah akan lari ke produk lain yang sudah lama atau bertahan pada sistem yang sudah ada, lebih- lebih pada kondisi seperti sekarang ini,
18
Kolter, Philip, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlanga, Jilid I, 1996), hlm. 38.
22
23
dimana persaingan antar perbankan dalam memperkenalkan produknya semakin pesat dan hampir semua perbankan melakukan hal tersebut. Pada dasarnya tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan agar konsumen lebih tertarik minatnya pada suatu produk yang telah dihalalkan dan juga sebagai upaya menghadapi persaingan sehingga perlu adanya manajemen agar tujuan tercapai dengan rapi. 2.1.1.4. Strategi Pokok Manajemen Promosi Manajemen promosi berupaya memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode promosi. Tugas tersebut tidaklah mudah mengingat efektifitas masing- masing metode berbeda dan yang paling repot setiap metode kadang- kadang tumpang tindih dengan metode yang lain. Manajemen promosi selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan dalam mengenalkan suatu produknya. Manajemen promosi berkaitan
erat
dengan
masalah-
masalah
perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian komunikasi persuasive dengan pelanggan. Manajemen promosi biasanya untuk menentukan proporsi personal selling, iklan dan promosi penjualan. Ada 3 (tiga) strategi pokok dalam manajemen promosi, yaitu:
23
24
2.1.1.4.1.Manajemen Pengeluaran Promosi Manajemen pengeluaran promosi adalah suatu proses
mengefisiensikan
dikeluarkan
dalam
anggaran
promosi
yang
Anggaran
akan
promosi
merupakan bagian dan anggaran pemasaran. Namun demikian tidak ada standar yang pasti mengenai seberapa besar pengeluaran untuk promosi yang harus dialokasikan. Faktor
penyebabnya
adalah
pengeluaran
promosi itu berfariasi tergantung dari produk atau situasi pasar. Meskipun banyak kesulitan dalam menentukan besarnya anggaran promosi, banyak praktisi yang membuat rule of thumb yang terbukti dapat
digunakan
dalam
menentukan
besarnya
pengeluaran untuk promosi. 1.
Breakdown Method Metode ini terdiri atas beberapa macam, yaitu : •
Percentage- of- Sales Approach Dalam pendekatan ini besarnya anggaran promosi ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari penjualan (tahun lain atau prediksi penjualan tahun depan) atau dari harga jual.
24
25
•
Affordable Method Dalam metode ini, besarnya anggaran promosi ditetapkan berdasarkan perkiraan manajemen
mengenai
kemampuan
keuangan perusahaan. Dalam situasi yang benar- benar tidak pasti penerapan metode ini barang kali paling tepat. •
Return- on- Investment Approach Dalam pendekatan ini promosi diangap sebagai investasi. Oleh karena itu besarnya anggaran
promosi
yang
sesuai
ditentukandengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dan tingkat return yang diinginkan •
Competitive- parity Approach Dalam metode ini anggaran promosi suatu perusahaan harus sesuai atau sama dengan pengeluaran promosi pesaingnya.
2. Build- Up- Method ( Objective- and- task Method) Penentuan anggaran promosi ditentukan dengan cara menentukan tujuan- tujuan iklan dan promsi dari setiap lini produk, menentukan tugas- tugas
25
26
yang harus dilakukan dan besarnya biyaya untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. 2.1.1.4.2.Manajemen Bauran Promosi Pemasaran
modern
membutuhkan
pengembangan produk yang baik, memberi pelayanan yang baik, dan meyakinkan calon nasabahnya agar tercapai sasaran. Perbankan juga harus berkomunikasi dengan nasabah yang ada sekarang dan nasabah potensial. Tiap perbankan tidak dapat menghindari peranan sebagai komunikator dan promotor. Manajemen bauran promosi merupakan salah satu aktifitas di mana di dalamnya terdapat alat- alat manajemen seperti periklanan, pemasaran langsung, personal selling, personal penjualan, publisitas. -
Periklanan
yaitu
semua
bentuk
presentasi
nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh seponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran. -
Pemasaran langsung adalah penggunaan surat telepon dan alat penghubung nonpersonal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapat respon dari pelanggan dan calon nasabah tertentu.
26
27
-
Personal selling merupakan interaksi langsung antara satu atau lebih calon nasabah dengan tujuan melakukan pinjaman maupun tabungan
-
Promosi penjualan adalah insetif jangka pendek untuk mendorong keinginan nasabah.
-
Publisitas
adalah
dirancang
untuk
berbagai
program
mempromosikan
yang
dan/ atau
melindungi citra perbankan. 2.1.1.4.3.Manajemen Pemilihan media Tujuan dari strategi manajemen promosi ini adalah untuk memilih strategi yang tepat untuk kampanye iklan dalam rangka membuat nasabah menjadi tahu, paham, menentukan sikap dan menjadi nasabah. Adapun yang dimaksud media adalah saluran penyampian pesan komersial kepada khalayak sasaran. Media tersebut dapat berupa surat kabar, majalah, radio, TV dan media luar ruang. Dalam memilih penentuan media memerlukan dua metode, yaitu media apa yang digunakan dan sarana media apa yang dipakai. Dua metode berikut dapat digunakan untuk menentukan pemilihan media : 1) Cost- Per- Thousand Comparison Dalam metode ini pemilihan media dilakukan berdasarkan
jumlah
kontak
yang
terjadi
tanpa
27
28
mengandalkan kualitas kontaknya. Meskipun demikian, penggunaan metode ini dapat menyesatkan jika pengiklan memandang kotak sama dengan eksposur. Eksposur adalah peluang individu
menangkap pesan iklan dari
media tertentu. 2) Matching of Audience and Media Characteristics. Metode lainnya adalah dengan menentukan target khalaya, lalu membandingkan karektistik berbagai media. Prosedurnya adalah sebagai berikut: •
Mengumpulkan data- data rinci tentang nasabah (siapa, dimana, kapan dan bagaimana)
•
Mempelajari cakupan (coverage) suatu media.
•
Membandingkan kedua informasi diatas, hasilnya baru pemilihan media pendahuluan, karena hanya didasari aspek cakupan.
•
Mengkaji pemilihan media pendahuluan itu dari aspek lainnya seperti aspek kebiasaan target khalayak terhadap media, jenis produk, bentuk pesan dan beaya penggunaan media.
•
Anggaran iklan dialokasikan ke media- media yang dipilih, termasuk sarana media masing- masing. Perbankan harus menentukan kombinasi dari
periklanan dan alat promosi lain yang akan menjadi
28
29
program promosi yang paling efektif. Dengan demikian maksud dan tujuan manajemen promosi adalah untuk meningkatkan volume nasabah dalam menanamkan modalnya,
kegiatan
promosi
diharapkan
dapat
mempengaruhi elastisitas calon nasabah.
2.1.2. Dependen variabel, yaitu Persepsi nasabah BNI syariah cabang semarang sebagai lembaga dakwah merupakan pandangan nasabah terhadap manajemen promosi yang di tunjukkan dengan nasabah memiliki pandangan positif terhadap BNI syariah cabang Semarang. 2.1.2.1. Pengertian Persepsi Persepsi
menurut
bahasa
berarti
tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu. Kajian tentang persepsi menimbulkan diskusi menarik yang melibatkan para ahli. Perdebatan itu terfokus pada apakah persepsi merupakan aktifitas kejiwaan murni atau dipengaruhi oleh frame of reformic perseptor19. Menurut Klineberg, masalah persepsi bukan lagi merupakan aktifitas individual fisiologis. Lebih lanjut dia mengatakan : “It is no longer possible to approach perception as a purely individual phenomenon, the nature of
19
Lihat dalam Mundiri, Persepsi Buruh Wanita Terhadap Pendidikan Wanita Pasca Sekolah Dasar di Kecamatan Sayung, Jurnal Bimasuci No. 10, Tahun 1999, hlm. 2
29
30
which determined by the pattern of neurons which bring impulses from outside world to the central nervous system”.20 Perdebatan tentang masalah persepsi muncul karena seperti apa yang dikatakan Kofka, bahwa penelitian itu dituntut untuk memberikan eksplorasi kenapa segala sesuatu itu nampak, tampil dan muncul sebagaimana adanya.21 Pembahasan
Allport
rupanya
memberi
jawaban
atas
perdebatan itu. Dia menyatakan bahwa disatu sisi segala sesuatu itu tampil sebagaimana adanya karena impresi yang berasal dari sesuatu itu sendiri pada sistem syaraf manusia. Pada sisi lain persepsi juga menyangkut seberapa jauh tingkat kesadaran dan pemahaman seseorang terhadap obyek atau segala sesuatu. Meskipun masing-masing sisi pandangan mempunyai pendukung tersendiri, dua proses tersebut saling bersinggungan. pernyataan Allport ini memberi implikasi bahwa persepsi bukan semata aktifitas sistem syaraf yang mandiri kedap terhadap pengaruh lingkungan melainkan dipengaruhi oleh gejala psikososial yang komplek. Penelitian Krech dan Crotch juga berkesimpulan bahwa persepsi dapat ditentukan oleh faktor struktural dan fungsional. Lebih lanjut ia berkata : “By structural factor are meant those factor
20
Otto Klineberg, Social Psychology, (New York : Kenri Hott 4 Company, 1954), hlm.
21
Katherine Kofka, Principles If Bestalt Phychology, (New York : Harcout, 1985), hlm.
204. 198.
30
31
deriving solely from the nature of the physical stimuli and the neural effect as the evoke in the nervous system of the individual. The functional factors of perceptual organization, on the other hand, a those which derive primarily from the needs,
moods,
past
experience
and
memory
of
the
individual”.22 Di sini jelas bahwa ada dua faktor yang membentuk persepsi, pertama : stimuli fisik yang disebut faktor struktural23.
Kedua
berasal
dari
kebutuhan,
situasi
kesementaraan, pengalaman dan hal lain yang berasal dari memori yang disebut sebagai faktor fungsional. Dalam penelitian ini persepsi dilihat sejalan dengan teori struktural fungsional di atas, yakni pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran kesan.24 Persepsi dengan demikian tidak saja keterkaitan dengan aktifitas dari faktor struktural individual seperti sensasi, perhatian, motivasi dan memori, akan tetapi berkaitan dengan faktor fungsional sosial
termasuk
kategori
terakhir
adalah
pengaruh
interpersonal, nilai-nilai cultural, dan harapan-harapan yang 22
Otto Klineberg, Op. Cit, hlm. 207. Lihat dalam Marjuki, Implementasi Pendidikan Agama Islam : Studi Eksploratif Pembelajaran PAI Berstruktur Teori Modal CIPP Menurut Persepsi Guru Agama Islam di SD, ALTP, SMU se Kodya Salatiga, (Semarang : Tesis PPS IAIN Walisongo, Tidak Diterbitkan Tahun 2004), hlm. 65. 24 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : CV Karya Media Utama, 1985), hlm. 74 23
31
32
dipelajari secara sosial yang akhirnya membentuk pesan, tanggapan dan pendapat terhadap obyek dan peristiwa sosial. Perilaku manusia pada dasarnya terjadi sebagai tanggapan terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan luar diri manusia. Tanggapan terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan tersebut akan menentukan persepsi dan sikap manusia sebagai reaksi terhadap stimulus yang sama. Menurut Bimo Walgito, terjadinya saling hubungan antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh perilaku manusia dan hubungan antar individu dengan lingkungannya yang saling timbal balik.25 Menurut Huki, persepsi merupakan proses inderawi individu yang menjadikan sadar akan keadaan sekitarnya. Lebih lanjut ia mengatakan kesadaran akan keadaan sekitarnya/persepsi antar individu selalu berbeda, ini terjadi karena adanya perbedaan nilai dan asumsi26. 2.1.2.2. Persepsi Melandasi Sikap dan Perilaku. Apabila kita mempersepsikan bahwa orang itu baik, maka kita akan bersikap baik kepada orang tersebut. Jika kita memiliki sikap baik kepada orang tersebut, perilaku kita pun kepadanya akan baik pula. Demikian pula jika nasabah memiliki persepsi positif kepada bank, sikapnya pun akan 25
Bimo Walgito, Psikologi Sosial : Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM, 1987), hlm. 56. 26 Huki Wardoyo, Pengantar Sosiologi, (Surabaya : Usaha Nasional, 1985), hlm. 271.
32
33
positif pula. Selanjutnya perilaku terhadap karyawan positif pula. Persepsi positif bukan berarti menuruti kemauan bank. “Bank
adalah
plindung
uangi
saya.
Apapun
yang
diinginkannya akan saya lakukan”. Banyak nasabah memiliki pendapat demikian. Tetapi perlu diwaspadai bahwa tidak semua bank bermanfaat bagi dirinya, bank dengan sistem konvensional justru merugikan dirinya sendiri. Hal ini disebabkan persepsi bank pun keliru terhadap apa yang diinginkannya. . Contoh di atas menggambarkan bahwa persepsi nasabah kepada bank mendasari sikap dan perilaku mereka kepada bank tersebut. Sayangnya, persepsi yang keliru menyebabkan sikap dan perilaku yang keliru pula. Karenanya, informasi yang lebih akurat sangat dibutuhkan oleh nasabah. Kesalahan informasi menimbulkan kesalahan penalaran. Kesalahan
penalaran
menimbulkan
kesalahan
persepsi.
Selanjutnya sikap dan perilaku pun menjadi keliru. Informasi adalah penting bagi terbentuknya persepsi seseorang27. Namun persepsi itu sendiri tidak cukup. Individu yang bersangkutan pun harus mampu menyerap informasi yang diterima secara baik. Kemampuan menyerap informasi
27
Katini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung ; Penerbit Mandar Maju, 1996), hlm. 43
33
34
ini merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menampung informasi pengalaman yang diperolehnya. Jika kemampuan menalar baik maka pengolahan, penyusunan serta pemahaman informasi akan baik pula. Jika pemahaman informasi baik, sikap yang ditunjukkan akan sesuai dengan informasi yang diperoleh. Demikian pula perilaku yang ditampilkan akan sesuai dengan informasi yang ada. Informasi diperoleh seseorang melalui pengalaman baik langsung maupun tak langsung28. Langsung artinya pengalaman tertentu dialami sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Tak
langsung
artinya
individu
yang
bersangkutan memperoleh informasi dari buku atau dari sumber informasi lain seperti teman, pakar dan sebagainya. Berbagai kepingan informasi tersebut kemudian disusun ulang di dalam benak seseorang. Dalam proses penyusunan ulang (reorganisasi) individu ini akan meramunya dengan berbagai hal-hal yang mempunyai arti atau makna tertentu bagi dirinya29. Hal-hal yang memiliki arti ini bisa bersumber dari adanya motivasi, harapan, situasi, kondisi dan sebagainya. Kesalahan pemberian makna dapat mengubah informasi menjadi keliru. Tetapi jika pemberian makna sesuai dengan
28
Onong Uchyana Effendi, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung : Rafindo, 1996), hlm. 212 29 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Psikologi Belajar, (Semarang : IKIP Semarang Press, 1989), hlm. 29
34
35
kenyataannya, informasi akan menjadi lebih akurat. Misalnya, anak merengek dan merajuk untuk dibelikan sesuatu. Orang tua menyadari bahwa si anak membutuhkan sesuatu tetapi mereka juga menyadari hal tersebut kurang baik bagi anaknya. Akhirnya si orang tua tidak memberikan hal yang diinginkan anaknya. Anak tetap merengek bahkan menangis menjadi-jadi. Negatifkah sikap orang tua ini? Tentunya tidak. Tidak menuruti kehendak anak bukan berarti bersikap negatif. Sikap orang tua tersebut adalah positif karena informasi yang diterimanya cukup akurat. 2.1.1.2. Konsep Dasar Tentang Dakwah Pada bagian ini akan dikaji tentang tiga hal penting yang terkait dengan eksistensi dakwah yaitu lembaga dakwah dan hakikat dakwah 2.1.1.2.1. Hakikat Dakwah Dakwah adalah bentuk kata dasar (masdar) dari kata kerja
دﻋﺎ
(da’a)( ﻳﺪﻋﻮyad’u)
دﻋﻮة
(da’wah) yang berarti panggilan, seruan atau ajakan30. Arti panggilan didasarkan pada :
30
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir : Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, 1884), hlm. 438.
35
36
(24 : ﻳﺎﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ اﻣﻨﻮا اﺳﺘﺠﻴﺒﻮا ﷲ وﻟﻠﺮﺳﻮل اذا دﻋﺎآﻢ ﻟﻤﺎ ﻳﺤﻴﻴﻜﻢ )اﻻﻧﻔﺎل
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sambutlah kepada Tuhanmu dan Rasulmu apabila keduanya memanggil kamu apa yang dapat menghidupkan kamu” (Q.S. al Anfal : 24). Arti seruan didasarkan pada :
(25 : واﷲ ﻳﺪﻋﻮااﻟﻲ دار اﻟﺴﻼم )ﻳﻮﻧﺲ Artinya : “Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga)” (Q.S. Yunus : 25). Arti ajakan didasarkan pada :
(33 : ﻗﺎل رب اﻟﺴﺠﻦ اﺣﺐ اﻟﻲ ﻣﻤﺎ ﻳﺪﻋﻮﻧﻨﻲ اﻟﻴﻪ )ﻳﻮﺳﻒ Artinya : “Yusuf berkata : Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka “ (Q.S. Yusuf : 33).
(125 : ادع اﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ رﺑﻚ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ )اﻟﻨﺤﻞ Artinya
:
“Ajaklah
ke
jalan
Tuhanmu
dengan
hikmah
(kebijaksanaan)” (Q.S. An Nahl : 125) Pengertian dakwah secara istilah, Pertama, menurut HM. Arifin, dakwah berarti menyeru untuk mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu31. Sementara itu, pengertian dakwah Islam ialah menyeru kejalan Allah yang melibatkan unsur-unsur penyeru, pesan, 31
HM. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993),
hlm. 6.
36
37
media, metode dan tujuan32. Kedua, menurut Muhammad Ali Imran Hasbullah, dakwah berarti merubah suatu situasi yang lebih baik sesuai ajaran Islam33. Ketiga, Menurut Hamzah Ya’kub, dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-rasul-Nya34. Keempat, menurut Hasymi, dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’ah Islam yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah35. Kelima, menurut Thaha Yahya Umar, dakwah berarti mengajak manusia dengan cara bijaksana kejalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kebahagiaan dan kemaslahatan mereka baik di dunia maupun di akherat.36 Selain kata dakwah, dalam al-Qur’an juga ditemukan kata-kata yang makna dan esensinya sepadan dengan kata dakwah, misalkan kata tabligh, bentuk masdar dari kata kerja ballagha-Yuballighu yang artinya menyampaikan ajaran atau syariat Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw kepada umat manusia. Kata ini dijumpai dalam Q.S. Al Maidah ayat 67. Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yakni menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kekejian (Q.S. Ali Imran : 104). Tabsyir dan Tandzir, artinya memberi kabar gembira dan memberi peringatan (Q.S. Al Isra’ : 105). Tadzkirah artinya 32
HM. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi …….., hlm. 7. Muhammad Ali Imran Hasbullah, Alternatip Penyajian Agama di Masyarakat, (Jakarta : Depag RI, 1985), hlm. 16. 34 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam (Bandung : Diponegoro, 1981), hlm. 23. 35 A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut al Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), hlm. . 36 HM. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 18. 33
37
38
mengingatkan agar manusia memelihara diri dari ancaman di akherat (Q.S. Al Ghasiyah : 21 dan Al A’la : 9-10). Dari deskripsi di atas, hakekat dakwah merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosiokultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dari hakekat ini, maka ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan dakwah bukan terletak pada frekwensi melakukan dakwah, tetapi terletak pada perubahan yang diciptakan. Sukses-tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur lewat antara lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun kesan yang ada dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka. Perubahan ini harus dapat diukur, baik perubahan dalam pemahaman dan pengamalan agamanya, perubahan dalam sosial ekonominya bahkan perubahan dalam kesadaran berpolitiknya, sedangkan hakekat dakwah yang dirumusan oleh Majlis Tabligh, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang dibukukan dengan judul Islam dan Dakwah, Pergumulan Antara Nilai dan Realitas, bahwa dakwah pada hakekatnya merealisasikan fungsi kerisalahan dan fungsi
38
39
kerahmatan37. Fungsi kerisalahan berarti meneruskan tugas Rasulullah (Q.S. Al Maidah : 67) menyampaikan dienul Islam kepada seluruh umat manusia (Q.S. Ali Imran : 104, 110 dan 114). Fungsi kerahmatan berarti upaya menjadikan Islam sebagai rahmat (penyejahtera, pembahagia, pemecah persoalan) bagi seluruh manusia (Q.S. Al Anbiya’ : 107). Pertama, fungsi kerisalahan yang terkandung dalam dakwah, memberikan pengertian bahwa Islam merupakan sumber nilai. Dengan demikian dakwah merupakan suatu proses alih-nilai (transfer of value) yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku. Hal ini berarti bahwa dakwah adalah upaya mengembangkan obyek dakwah untuk menjadi manusia masa depan yang “lebih lengkap” dalam dimensi keberagamaannya. Dakwah adalah suatu proses pengkondisian agar obyek dakwah lebih mengetahui, memahamai, mangimani dan mengamalkan Islam sebagai pandangan dan pedoman hidupnya38. Dengan ungkapan lain, hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam. Pengkondisian dalam kaitan tersebut, berarti 37
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Islam dan Dakwah : Pergumulan Antara Nilai dan Realitas, (Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 1987), hlm. 23. 38 Dimensi kerisalahan dakwah menurut Asep Kusnawan adalah mencoba menumbuhkan kesadaran diri, individu dan masyarakat tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam, sehingga terjadi proses internalisasi nilai Islam sebagai nilai hidupnya. Dengan kata lain, dakwah kerisalahan dalam praktiknya merupakan proses mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam yang dalam hal ini terdiri dari pertama : Islam sebagai sumber nilai dan kedua : dakwah sebagai proses alih nilai. Lihat Asep Kusnawan Komunikasi dan Penyiaran Islam ; Mengembangkan Tablig Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, (Bandung : Benang Merah Press, 2004), hlm. Viii.
39
40
upaya menumbuhkan kesadaran dari dalam pada diri obyek dakwah. Suatu kesadaran yang memungkinkan obyek dakwah mempunyai persepsi yang cukup mamadai tentang Islam sebagai sumber nilai dalam kehidupannya, dan yang juga dapat menumbuhkan “kekuatan kemauan”
(ghirah,
will
power)
dalam
dirinya
untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupan seharihari. Dengan menggunakan pengertian seperti tersebut di atas, maka dakwah dapat dipandang sebagai proses komunikasi dan proses perubahan sosial. Dakwah sebagai proses komunikasi, karena pada tingkat (obyek) individual, kegiatan dakwah tidak lain adalah suatu kegiatan komunikasi, yaitu kegiatan penyampaian pesan dari seorang komunikator (da’i) kepada komunikan (obyek dakwah) dengan melalui media tertentu, agar terjadi perubahan pada diri komunikan. Perubahan-perubahan yang dimaksud akan meliputi pemahaman (pengetahuan), sikap dan tindakan individu. Dengan demikian, dalam terminologi agama perubahan yang terjadi akan menyangkut aspek akidah (iman), akhlak, ibadah, dan mu’amalah (amalan). Perubahan nilai yang secara aktual yang dianut oleh seseorang. Kedua, fungsi kerahmatan. Fungsi ini mencoba memaknai dakwah sebagai upaya menjadikan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia dalam meniti kehidupannya di dunia. Dalam kaitan ini dakwah meliputi upaya; menterjemahkan (menjabarkan) nilai-nilai
40
41
normatif Islam menjadi konsep-konsep yang operasional disegala aspek kehidupan manusia dan implementasi konsep-konsep tersebut dalam kehidupan aktual (individu, keluarga dan masyarakat). Dengan kata lain, “fungsi kerahmatan” dakwah menghendaki validitas dan aktualitas Islam sebagai sumber konsep untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapi manusia dan juga untuk mengembangkan sistem budayanya. Dalam pengertian ini, maka menunaikan tugas dakwah berarti menunaikan juga tugas kekhalifahan (pengaturan, pembangunan). Pemahaman fungsi kerahmatan dakwah akan mengantarkan kepada kita bahwa tugas dakwah meliputi kawasan yang amat luas. Sebagai ilustrasi misalnya, dalam pengertian da’i bukan saja mencakup mubaligh (dalam makna sempit), melainkan juga mereka yang tekun mengkaji dan menjabarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsepkonsep
secara
teknis
mudah
dijalankan
dalam
masyarakat
(operasional). Termasuk juga dalam pengertian da’i, mereka para pekerja sosial, para penggerak masyarakat, para penyantun fakir miskin dan anak yatim, para pendidik, para penulis, dan siapapun yang kegiatannya itu dalam rangka menerjemahkan Islam sebagai rahmatan lilalamin39.
39
Dalam dakwah kerahmatan yang dituntut dan dituju ialah agar umat Islam secara terus menerus berproses untuk membuktikan validitas Islam yang telah diklaim sebagai rahmat li al alamin. Bentuk karya dakwah dari dimensi ini oleh karenanya berupaya menjabarkan nilai-nilai Islam normatif (dalam Al Qur’an dan Al Sunnah) menjadi konsep-konsep kehidupan yang dapat dilaksanakan bagaimana konsep operasionalnya, sehingga Islam tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan nyata, lihat, dalam Asep Kusnawan , Komunikasi dan Penyiaran
41
42
Secara garis besar dapat dirumuskan, dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar yang menjadi orientasi utama yaitu tabligh40 dan irsyad41, sedangkan dalam dimensi kerahmatan terdapat dua bidang besar lagi yaitu tadbir42 dan tathwir43. Salah satu di antara bidang dakwah kerisalahan adalah tabliqh. Secara bahasa, tabligh berarti menyampaikan informasi atau berita. 2.1.1.2.2. Lembaga Dakwah Dalam bahasa Inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada pengertian institusi (lembaga), yaitu insntitute dan institution. Istilah pertama menekankan kepada pengertian institusi sebagai sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah
Islam : Mengembangkan Tablig Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, ……… hlm. x. 40 Tabligh merupakan suatu penyebarluasan ajaran Islam yang memiliki ciri-ciri tertentu. Ia bersifat insidental, oral, massal, seremonial bahkan kolosal. Ia terbuka bagi beragam agregat sosial dari berbagai kategori. Ia berhubungan dengn peristiwa penting dalam kehidupan manusia secara individual mapun kolektif. Disamping itu ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam melalui sarana pemancaran atau sarana transmisi dengan mengunakan elektrimagnetik yang diterima oleh pesawat radio maupun televisi. Ia juga bersifat masal bahkan bisa tanpa batasan ruang dan wilayah. Walaupun karena jangkauannya yang luas, intensitasnya relatif rendah. Lihat Cik Hasan Basri, “Pemetaan Unsur Penelitian ; upaya Pengembangan Ilmu Agama Islam”, Dalam Mimbar Studi Nomor 2 Tahun XXII, 1999, hlm. 21. 41 Irsyad ialah penyebarluasan ajaran Islam yang sangat spesifik di kalangan tertentu. Ia menampilkan hubungan personal antara pembimbing dengan terbimbing. Ia lebih berorentasi pada pemecahan masalah individual yang dialami oleh terbimbing. Sedangkan pembimbing memberikan jalan keluar sebagai pemecahan masalah tersebut. Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran islam di kalangan agregat tertentu dengan suatu pesan tertentu. Pesan itu merupakan paket progam yang di rancang oleh pelaku dakwah. Ia dirancang secara bertahap sampai pada perolehan target tertentu. 42 Tadbir ialah sosialisasi islam kepada mad’u dengan mengoptimalkan fungsi lembaga dakwah formal maupun nonformal, serta mencetak da’i profesional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 43 Tathwir ialah sosialisasi ajaran islam kepada mad’u untuk mempertinggi derajat kesalehan perilaku individu dan kelompok, sehingga dapat memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
42
43
kedua menekankan pada pengertian institusi sebagai suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.44 Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan pengalihbahasaan dari istilah Inggris, social institution. Akan tetapi, Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang khas dan tepat untuk menjelaskan istilah inggris tersebut. Ada yang mengatakan bahwa padaan yang tepat untuk istilah itu adalah pranata sosial yang di dalamnya terdapat unsur- unsur yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, social institution ialah tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan.
Sedang
Howard
Beacker
mengartikan
social
institution dari sudut fungsinya. Menuritnya, ia merupakan jaringan dari proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi meraih dan memelihara kebutuhan hidup mereka. Perkataan lembaga dapat di artikan alat bagian anggota atau badan. Sedang menurut istilah badan adalah sebagai ikatan kerja sama manusia untuk mencapai tujuan bersama45 Menurut Herbert A. Simon sebagaiman dikutip oleh Sutarto Lembaga adalah pola komunikasi yang kompleks dan hubungan-
44
Drs. Atang Abd Hakim, Metodologi Studi Islam, (Rosda, Bandung, 1999), hlm.130. Muhtar Setiadi, Studi analisis tentang penerapan manajemen organisasi dakwah NU dan pengaruh terhadap perkembangan islam di daerah Boyolali,(Skripsi Sarjana, Fakultas dakwah IAIN wali songo Semarang, 1997), hlm. 46. 45
43
44
hubungan di dalam suatu kelompok manusia46. Berdasar pengertian tersebut maka lembaga adalah suatu wadah untuk melakukan tindakan penghubungan aktivitas- aktivitas dakwah secara efektif dalam wujud kerjasama diantara para Dai maka perlu adanya pembagian tugas secara tepat sesuai dengan program- program yang akan dikelola. Menurut Abdul Rosyad Sholeh lembaga dakwah dapat dirumuskan sebagai rangkian aktifitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan secara menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja sama antara satuan- satuan petugasnya. 47 Didalam lembaga dakwah pekerjaan yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang kader dakwah dalam kesatuan tertentu adalah saling menyusun dan menetapkan jalinan kerja sama. Paling tidak ada empat komponen dasar yang harus dikerjakan dalam sebuah lembaga dakwah yaitu: 1. Membagi-bagi dan menggolong- golongkan tindakan- tindakan dakwah dalam kesatuan- kesatuan tertentu. 2. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing- masing kesatuan serta menempatkan dai untuk melakukan tugas tersebut. 3. Memberi wewenang kepada masing- masing pelaksana
46
Sutarto, Dasar- dasar Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1978),
hlm.52. 47
Abdul rasyd shaleh, Manajemen dakwah islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1997 ), hlm. 38.
44
45
4. Menetapkan jalinan hubungan48 Dengan empat langkah dalam rangka kelembagaan tersebut, maka akan tersusun suatu pola atau bentuk kerja sama dakwah dimana masing- masing orang yang mendukung kerja sama itu mengetahui pekerjaan apa yang harus dilakukan dan sampai sejauh mana wewenang masing- masing serta jalinan hubungan antara yang satu dengan yang lain dalam rangka kerjasama itu. Pola atau bentuk kerja sama sebagai hasil dari proses kelembagaan adalah lembaga. Melihat perlunya umat Islam memanfaatkan seluruh potensi harta yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala agar tidak siasia, atau tidak dimanfaatkan pada proporsi sebenarnya, maka salah satu upaya untuk itu didirikanlah berbagai bentuk sisitem lembaga ekonomi syariah. Hal ini sebagai relevansi dampak berdirinya bank syariah dan sebagai jawaban alternatif bagi umat yang alergi dengan sistem bank konvensional. Pada dasarnya perkembangan bank Syariah tidaklah kalah dari bank konvensional yang mengandalkan suku bunga. Namun, problema yang muncul adalah sangat sedikit sekali umat yang berminat menanamkan modalnya pada bank syariah. Barangkali hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan umat tentang bagaimana sistem perbankan Islam yang sebenarnya, atau karena minimnya promosi. Selain itu juga berdiri reksadana syariah, Baitul Maal wat Tamwil
48
Ibid, hlm. 90
45
46
(BMT), dan Insya Allah Penggadaian dengan sistem Syariah. Kondisi ini harus didukung SDM (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Material), justru itu bagi kita yang memiliki harta, tentunya perlu memikirkan sekaligus memanfaatkan peluang ekonomi umat ini, sebagai upaya memperbaiki sistem ekonomi kita. 2.3. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam bab ini hipotesis itu merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel, yang secara implisit hipotesis itu juga menyatakan prediksi.49 Sesuai dengan judul di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah bahwa; terdapat hubungan positif antara manajemen promosi dengan persepsi nasabah BNI syariah cabang Semarang sebagai lembaga dakwah.
49
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 69
46