BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
2.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: (IDX, 2014)
14
15
Tabel 2.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Periode
Deskripsi
[Desember 1912]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
[1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
[1956]
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977]
Perdagangan di Bursa Efek vakum Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
[10 Agustus 1977]
[1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
16
Lanjutan Tabel 2.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Periode
Deskripsi
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) Pemerintah mengeluarkan Undang –undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[10 November 1995] [1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
Sumber : idx.co.id
2.2. Struktur Organisasi BEI
Struktur organisasi pada Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk proses operasionalnya dipimpin oleh direktur utama. Direktur utama ditentukan oleh Rapat Umum Pemeng Saham. Seorang direktur utama juga berkoordinasi dengan Dewan Komisaris. Untuk pembagian struktur BEI mengadopsi sistem functional structure, yang pada setiap bagian dipimpin oleh seorang direktur dengan fungsi kerja yang berbeda.
Bagian-bagian
tersebut
diantaranya adalah: Penilaian
Perusahaan,
17
Perdagangan dan pengaturan anggota Bursa, Pengawasan transaksi dan kepatuhan, Pengembangan, Teknologi dan Manjemen Risiko serta Keuangan dan SDM. Berikut sumber daya pada BEI:[IDX, 2014]
Gambar 2.1. Struktur Organisasi BEI Sumber: idx.co.id, 2014 Struktur organisasi ini merupakan struktur organisasi yang sedang berlaku pada saat penelitian ini dilakukan. Perbedaan dari struktur yang ada saat ini dengan yang diterapkan sebelumnya adalah adanya perubahan pada beberapa divisi, berikut merupakan rincian dari struktur sebelumnya: •
Direktur Penilaian Perusahaan, membawahi: Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil
18
Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang •
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, membawahi: Divisi Perdagangan Saham Divisi Perdaganagan Surat Utang Divisi Keanggotaan
•
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan, membawahi: Divisi Pengawasan Transaksi Divisi Kepatuhan Anggota Bursa
•
Direktur Pengembangan, membawahi: Divisi Riset Divisi Pengembangan Usaha Divisi Pemasaran
•
Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko, membawahi: Divisi Operasi Teknologi Informasi Divisi Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi Informasi Divisi Manajemen Risiko
•
Direktur keuangan dan Sumber Daya Manusia, membawahi: Divisi Keuangan Divisi Sumber Daya Manusia Divisi Umum
19
2.3. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks adalah salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-indeks tersebut adalah (IDX, 2014): 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung
jawab
atas
produk
yang
diterbitkan
oleh
pengguna
yang
mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). 2) Indeks Sektoral, Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor
20
Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3) Indeks LQ45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4) Jakarta Islmic Index (JII), merupakan indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 5) Indeks Kompas100, adalah indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6) Indeks BISNIS-27, merupakan kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7) Indeks PEFINDO25, merupakan kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
21
pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8) Indeks SRI-KEHATI, Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emitenemiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float. 9) Indeks Papan Utama, Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 10) Indeks Papan Pengembangan, Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 11) Indeks Individual, Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
22
2.4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite atau CPSI) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI, ketika itu masih bernama Bursa Efek Jakarta. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.(Nadie, 2013) Sunariyah (2003), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001) IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa. Historical nilai harga saham dipublikasikan dan berikut merupakan nilai IHSG dan tanggal yang pernah terjadi:
23
Tabel 2.2 Historical Nilai Harga Saham Tanggal 10 Agustus 1982 27 Desember 1996 30 Desember 1997 Akhir Desember 1998 Akhir Desember 1999 24 Desember 2000 Akhir Desember 2001 Akhir Desember 2002 Akhir Desember 2003 Akhir Desember 2004 28 Desember 2005 Akhir Desember 2006 28 Desember 2007 30 Desember 2008 30 Desember 2009 30 Desember 2010 30 Desember 2011 28 Desember 2012 18 April 2013
Sumber: id.wikipedia.org
Nilai IHSG 100 637 401 398 676 416 392 424 679 1000 1162 1813 2745 1355 2534 3703 3821 4316 5000