BAB II DASAR TEORI 2.1
GAMBARAN UMUM Pada tahun 1968, ketika Pemerintah Indonesia mengumumkan insentif
pajak baru untuk perusahaan lokal, Bapak Lucas Sasmito menyadari peluang yang diberikan pemerintah ini. Beliau mendirikan PT Pan Asia Rubber untuk memproduksi spon karet dan sandal jepit. Merek sandal ˜Lily" dengan cepat menjadi nama produk rumah tangga di Indonesia dan pada tahun 1979 perusahaan yang saat ini disebut PT Panarub Industry sudah merambah ke produk sepatu olah raga. Berkat fokus yang kuat pada kualitas, Panarub berhasil dalam mengekspor produk-produknya ke pasar-pasar negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat. Pada
tahun
1988
Panarub
membentuk
suatu
kemitraan
bisnis
dengan adidas. Hal ini menggambarkan suatu tonggak pencapaian yang besar bagi perusahaan dan tak lama kemudian menetapkan kompetensinya dalam pembuatan sepatu-sepatu sepakbola berkualitas sangat tinggi. Sebagai hasilnya, Panarub ditunjuk sebagai "Football Speciality Centre" (Pusat Khusus Produk Sepakbola).
Gambar 2.1 PT Panarub Industry
6
PT. Panarub Industry telah berkembang menjadi 25 dari pabrikan yang bertekologi tinggi. Dengan lebih dari 11.000.000 karyawan terampil memproduksi sepatu kelas terbaik profesional untuk sport olah raga laki-laki dan perempuan di seluruh dunia. Beberapa konstribusi yang paling mengesankan adalah pengenalan model ”Predator” dan “Tunit” pada piala dunia Korea-Japan yang membuat model tersebut menjadi favorit di piala Dunia 2006 di Jerman. Produksi PT Panarub Industry berkembang terus setiap tahunnya, dan pada tahun 2011 menghasilkan lebih dari 12,6 juta pasang sepatu untuk pasar dunia. PT. Panarub Industry berhasil mengekspor produknya ke pasar negara maju seperti Eropa dan Amerika. PT. Panarub Industry membuat beberapa plant untuk memproduksi sepatu yaitu: Rubber Plant, Stock Fitting, CSA Plant (Cutting, Sewing Assembly), Subcount Plant, dan Development. Adapan Flow produksi sepabagai berikut : RUBBER PLANT DEVELOPMENT PLANT
STOCK FITTING PLANTPLANT
SUBCOUNT PLANT
OUTPUT
Gambar 2.2 Flow Produksi Sepatu PT Panarub Industry
CSA PLANT
2.2
DASAR TEORI KONVERSI ENERGI
2.2.1
Konservasi Energi Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatanya selama
ini belum seimbang karena terlalu banyak bergantung pada sumber energi minyak bumi. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningakatnya industri mapun pertambahan
jumlah
penduduk
serta
adanya
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat. Ada banyak kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah dalam rangka memperpanjang penggunaan cadangan energi nasional diantaranya adalah: 1. Intensifikasi Energi, adalah kegiatan pemanfaatan energi secara besar-basaran sehingga 2. Diversifikasi Energi, adalah kegiatan penganekaragaman jenis –jenis energi 3. Konservasi energi, adalah kegiatan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. Konservasi (penghematan) energi adalah penggunaan energi yang optimal sesuai dengan kebutuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan ( hemat energi hemat biaya ). Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantungan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan yang telah di rencanakan.
( Badan Koordinasi Energi Nasioanal,1983 ) Oleh karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumbersumber energi dari bahan bakan non fosil seperti biomassa, biogas dan sebagainya, harus juga berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi.
2.2.2 Energi Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan 1 Newton sejauh 1 meter) maupun kalor jenis (energi yang di butuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat persatuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik. Dalam suatu proses zat dapat dapat melepaskan sebagian energi dalamnya (dalam proses pembakaran) atau menyimpan energi-energi yang berasal dari lingkungan (pemanasan suatu zat).
Dalam melakukan analisis energi suatu
sistem, harus dilakukan berbagai proses perhitungan yang melibatkan jumlah material/zat dan energi. Oleh karena itu perlu dipahami bergagai satuan yang sering digunakan dalam menyatakan besar atau jumlah dari besaran. Untuk menyatakan jumlah material, ada beberapa besaran yang dapat digunakan, yaitu : 1.
Massa, dengan satuan kg, lbm, ton dan sebagainya.
2.
Volume, dengan satuan liter, m3, galon dan sebagainya.
Untuk menyatakan jumlah energi,ada beberapa satuan yang digunakan, joule, ft, lbf, KWH, BTU, dan sebagainya. Satuan joule merupakan satuan standard internasional (SI) yang biasa digunakan untuk semua bentuk energi termal. Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah, dan aman untuk mengirimkan energi adalah bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batubara), hdro, panas bumi dan nuklir diubah menjadi energi listrik.
2.3
IDENTIFIKASI
POTENSI
PENGHEMATAN
ENERGI
PADA
BOILER 2.3.1
Boiler Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk steam. Steam pada tekanan tertentu kemudian dialirkan ke tempat yang membutuhkan uap air. Sistem boiler terdiri dari 3 yaitu : 1.
Sistem Air Umpan Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis
sesuai
dengan
kebutuhan
steam. Berbagai
kran
disediakan
untuk
keperluan perawatan dan perbaikan. Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah: Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
2.
Sistem Steam Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. 3.
Sistem Bahan Bakar. Sistem
bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan
panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Boiler merupakan peralatan yang sangat penting, sebagai jantung penggerak kegiatan pada sebagian industry. Pengoperasiannya diatur dalam undang–undang (pengawasan pemerintah).
Adapun jenis-jenis boiler adalah sebagai berikut : 1.
Fire Tube Boiler Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler
ada didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilersbiasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube boilers dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya
2.
Water Tube Boiler Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa
masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
Gambar 2.3Diagram Diagram Sederhana SederhanaWater WaterTube Tube Boiler Boiler
3.
PaketBoiler Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap.
Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi maupun konveksi yang tinggi.
Gambar 2.4 Jenis Paket Boiler 3 Pass, bahan bakar Minyak
4.
Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed (FBC)
Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) muncul sebagai alternatif yang memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan – rancangan boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx. Bahan bakar yang dapat dibakar dalam boiler ini adalah batubara. Boiler fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu antara 0.5-100 T/jam.
5.
Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric
Fluidized Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah dipasang dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
6.
Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler Pada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC), sebuah
kompresor memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan tangki bertekanan. Laju panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed sehingga bed yang dalam digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi pembakaran dan peyerapan sulfur dioksida dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan pipa, satu di bed dan satunya lagi berada diatasnya. Gas panas dari cerobong menggerakan turbin gas pembangkit tenaga. Sistim PFBC dapat digunakan untuk pembangkitan kogenerasi (steam dan listrik) atau pembangkit tenaga dengan siklus gabungan/ combined cycle. Operasi combined cycle (turbin gas & turbin uap) meningkatkan efisiensi konversi keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.
7.
Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion Boilers (CFBC) Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan
melayang dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed. Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi, dinding air, pada keluaran pengangkat/ riser
8.
Pulverized Fuel Boiler Kebanyakan boiler stasiun pembangkit tenaga yang berbahan bakar
batubara menggunakan batubara halus, dan banyak boiler pipa air di industri yang lebih besar juga menggunakan batubara yang halus. Teknologi ini berkembang
dengan baik dan diseluruh dunia terdapat ribuan unit dan lebih dari 90 persen kapasitas pembakaran batubara merupakan jenis ini. Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan, berkurang terhadap waktu disebabkan buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar panas dan buruknya operasi dan pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti bur uknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruk nya kinerja boiler. Neraca panas dapat membantu dalam mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari. Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi boiler dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan perbaikan. PT. Panarub Industry sebagai perusahaan manufaktur sepatu juga menggunakan boiler untuk memanaskan Mould Otsole, Mixing Mill, dan Mold Sponge Press.
Gambar 2.5 Boiler PT Panarub Industry
Adapun tipe boiler yang digunakan di PT Panarub Industry adalah :
Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler JANFORSEN CE 0036 Merek
JARNFORSEN CE 0036
Heat output ( KW)
3250
Manufactured year
2010
Volume /Volume NWL Steam flow, t/h
122000/9620 5
Heating surface (m3)
100
Manufacturing (No)
39832
Max Pressure ( Bar)
10
Max water temp
184
Test Press ( Bar)
18,4
Gambar 2.6 Nameplate Boiler JAFORSEN CE 0036
2.3.2 Efisiensi Boiler Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan ke atau diserap oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. Tingkat efisiensi pada boiler atau ketel uap berkisar antara 70% hingga 90%. (Agung.N, 2007) Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler : a.
Metode Langsung Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan
energi yang terkandung dalam bahan „metode
input-output’ karena
bakar boiler. Dikenal
kenyataan
bahwa
juga
metode
ini
sebagai hanya
memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Keuntungan metode langsung Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark Kerugian metode langsung Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi sistim yang lebih rendah Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat efisiens
b.
Metode tak Langsung : Efisiensi perbedaan antara kehilangan dan energi
yang masuk. Efisiensi adalah perbandingan antara energi bermanfaat dengan energi bahan bakar. Efisiensi Boiler = Nilai kalor bahan bakar input - ∑Rugi-rugi energi.
Gambar 2.7 Efisiensi Boiler
Efisiensi boiler berkaitan dengan factor : -
Menejemen pembakaran.
-
Menejemen air (feed water dan boiler water).
-
Menejemen beban. Parameter kinerja
berkurang
terhadap
boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan,
waktu disebabkan buruknya pembakaran, kotornya
permukaan penukar panas dan buruknya operasi dan pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti bur uknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruk nya kinerja boiler. Neraca panas dapat membantu dalam mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari. Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan
penyimpangan efisiensi boiler dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan perbaikan. Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir
energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang
bagaimana energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang dikandung dalam
aliran
masing-
masing.
Gambar 2.8 Diagram Neraca Energi Boiler 2.3.3
Efisiensi energi melalui pemilihan bahan bakar. Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi.
Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan energi fosil dunia, membuat harganya semakin naik. Sehingga mendorong industri mencari sumber energi yang lebih murah. PT Panarub industry sebagai salah satu pengkonsumsi energi fosil saat ini mencari energi yang lebih murah. Adapun perubahan pemakaian energi yang
sudah yang dari dulu hingga saat ini adalah : Solar, Residu, CNG dan saat PGN.
2.3.3.1 Pembakaran Pembakaran pada boiler dikelola untuk mendapatkan kondisi optimum dengan cara : Menjaga agar pembakaran selalu berada pada ratio udara rendah (low air ratio combustion) Menjaga agar kapasitas burner beroperasi sesuai dengan beban boiler; Memelihara (maintenance) burner
2.3.3.2 Teknologi Pembakaran Pilih burner dengan Turn down ratio tinggi. Turn down ratio adalah perbandingan antara beban burner tertinggi dan terendah dengan rasio udara optimum .
Gambar 2.9 Burner
2.3.3.3 INDIKATOR EFISIENSI PEMBAKARAN Indikator Pembakaran adalah : Suhu stack gas gas buang Kadar oksigen (O2) atau carbon dioksida (CO2) pada gas buang Indikator Efisiensi Pembakiaran adalah : Suhu gas buang Rendah Rasio Udara (O2) Optimum Pembakaran Sempurna.
Gambar 2.10 Kurva Rasio Udara
Rasio udara adalah perbandingan antara udara pembakaran aktual dengan udara pembakaran teoritis dengan cara mengukur kadar oxygen (O2) atau CO2 pada gas buang dan suhu gas buang dengan menggunakan gas analiser. Jika parameter operasi (rasio udara dan suhu gas buang) sudah terkontrol, maka pembakaran dengan efektifitas tinggi dapat diperoleh.
Evaluasi Rasio Udara adalah sebagai berikut : Rasio udara mendekati 1, akan berakibat pembakaran tidak sempurna dan menurunnya efisiensi, menimbulkan asap hitam dan CO pada gas buang. Titik batas pembentukan asap dikenal dengan batas ambang “asap”. Pada sistem pembakaran yang menggunakan gas, titik batas tersebut disebut batas ambang CO.
Gambar 2.11 Kurva Karakteristik CO2-CO ( Gas Bumi) Hypotetikal
Perhitungan Rasio Udara
Gambar 2.12 Kurva Rasio Udara dan Konsentrasi CO (ppm) Rasio Udara = 21 /(21- O2 ) Dengan : O2 = konsentrasi oxigen dalam % pada gas buang .
2.3.3.4 PEMBAKARAN TAK SEMPURNA Pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat racun. Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara. Adapun tanda pembakaran tak sempurna sebagai berikut: Ditandai dengan adanya : Asap- C C C C C
+ CO CO CO CO.
Pembakaran tak sempurna timbul akibat : o
Supply udara kurang atau bahan bakar surplus .
o
Pengabutan/distribusi bahan bakar tidak bagus/tdk merata.
Untuk sistem pembakaran minyak dan gas, Jika CO atau asap muncul tetapi rasio udara adalah normal, menindikasikan burner bermasalah, misalnya : o
Campuran antara bahan bakar dan udara buruk (poor mixing ) .
o
Viscositas bahan bakar buruk ,
o
Keausan nozzel/worn tips, carbonization pada tips dan deterioration diffusers.
Untuk coal firing: Pembakaran tak sempurna muncul jika distribusi udara buruk, misalnya akibat laluan udara terganggu akibat material kecil yang terbawa dari ruang bakar.
Gambar 2.13 Pembakaran Tak Sempurna
Gambar 2.14 Kurva Rugi-Rugi Energi Akibat Pembakaran Tak Sempurna
2.3.4 AIR UMPAN BOILER Kwalitas air (feed water dan boiler water) adalah salah satu parameter operasi penting. Suhu & kwalitas air umpan/air boiler mempengaruhi efisiensi boiler. Setiap suhu air pengisi boiler naik 60C, efisiensi boiler meningkat 1 %.
Gambar 2.15 Sistem Air Umpan Boiler
Air umpan (feed water) boiler umumnya mengandung CaCO3 atau CaCO4. Adanya zat tersebut menyebabkan pada permukaan pipa maupun drum boiler terbentuk kerak, dan pada bagian bawah drum boiler akan muncul endapan berupa lumpur. Kerak disamping pemborosan energi juga potensil menimbulkan bahaya.
Gambar 2.16 Kerak pada permukaan pipa
2.3.5 BLOWDOWN Konsentrasi CaCO3 atau CaCO4 yang semakin tinggi harus dihindari agar kerak tidak terbentuk pada permukaan boiler. Menghindari peningkatan konsentrasi CaCO3 atau CaCO4 adalah dengan blowdown. Blowdown adalah tindakan pengurasan kotoran/endapan dari dalam boiler, dilakukan sesuai keperluan. Adanya kerak pada permukaan pipa pemanas boiler diindikasikan dengan: Naiknya suhu gas buang. TDS air boiler tinggi melebihi rekomendasi manufatur. Pentingnya boiler blowdown sering diabaikan. Blowdown yang tidak benar dapat menyebabkan konsumsi bahan bakar yang meningkat , tambahan pemakaian
bahan
kimia,
dan
kehilangan
panas.
Selain
itu,
Air
blowdown memiliki suhu dan tekanan yang sama seperti air boiler. Panas Blowdown dapat di pulihkan dan di gunakan kembali dalam operasi boiler. Adapun manfaat blowdown adalah sebagai beerikut Mengurangi pemakaian Air umpan, bahan bakar dan bahan kimia yang diperlukan.
Penghematan biaya pemeliharaan dan perbaikan (carryover dan kerak bisa diminimalkan ); Menghemat pengawasan manual untuk tugas-tugas lain (dengan kontrol otomatis); Uap steam yang lebih bersih dan lebih efisien ; Mengurangi biaya operasi (pengurangan konsumsi, pembuangan, dan pemanasan air umpan);
Memperkecil kehilangan energi dari blowdown boiler dapat menghemat sekitar 2 persen dari total fasilitas penggunaan energi dengan pengembalian modal rata-rata kurang dari satu tahun
Gambar 2.17 Blowdown Boiler Ada dua jenis boiler blowdowns yaitu manual dan otomatis. Pabrik yang menggunakan proses blowdown secara manual harus memeriksa sampel beberapa kali dalam sehari atau sesuai jadwal yang ditetapkan, dan menyesuaikan berapa lama waktu blowdown. Dengan blowdown boiler secara manual, operator boiler bisa terlambat untuk mengetahui kapan harus melakukan blowdown atau untuk berapa lama. Mereka ( operator boiler ) tidak bisa segera merespon perubahan kondisi air umpan atau variasi dalam pemakaian uap steam boiler oleh produksi. Kontrol blowdown otomatis secara terus menerus memantau konduktivitas air boiler dan mengatur laju blowdown air boiler sesuai untuk mempertahankan kwalitas air yang diinginkan. Suatu probe mengukur konduktivitas dan memberikan umpan balik kepada kontroler untuk membuka dan menutup continuous Blowdown valve dengan system modulasi. Kontrol blowdown
otomatis dapat menjaga tingkat blowdown air umpan hampir setinggi dengan tingkat padatan terlarut/TDS level maksimum yang diijinkan, sementara meminimalkan blowdown dan mengurangi pemborosan energi. Sebelum energy panas yang tinggi dibuang, Energi panas di blowdown dapat dipulihkan/ recovery dengan flash tank, heat exchanger atau kombinasi dari keduanya. Setiap blowdown air yang terus-menerus/continue melebihi 5 persen dari kapasitas boiler / tingkat pembangkitan steam adalah merupakan sumber yang baik untuk Waste heat recovery. Dengan flash tank, dapat digunakan ketika biaya dan kompleksitas harus dikurangi ke minimal. Dalam sistem ini, blowdown dari boiler dikirim melalui flash tank, di mana mereka akan dikonversi ke tekanan uap rendah. Uap tekanan rendah biasanya digunakan dalam deaerators atau pemanas air umpan boiler dengan return of investment antara 1 - 2 tahun payback period saja. Dengan demikian, pabrik akan memperoleh energi panas gratis untuk pemanasan air umpan boiler dan dearators. Sebagaimana disebutkan di atas, jumlah blowdown yang diperlukan dapat secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas air umpan. Oleh karena itu,meningkatkan kualitas air umpan melalui perawatan makeup air dan pengolahan kimia dalam sistem boiler dapat mengurangi biaya operasional.
Jumlah blowdown dihitung dari
data TDS atau konductivitas electric yang
dibolehkan dalam air umpan dan air boiler sebagai berikut :
X = a/b x 100 % .
Blowdown : X
= Jumlah blowdown dalam persen (%) uap.
a
= TDS atau konduktivitas electric air umpan boiler.
b
= Selisih TDS air boiler yang diizinkan dan
TDS air umpan
= TDS yang diijinkan – TDS air umpan boiler.
RUGI-RUGI BLOWDOWN
Gambar 2.18 Kurva TDS Air Boiler (ppm)
Gambar 2.19 Rugi Rugi Blowdown
2.4.
POLA PENGGUNAAN ENERGI Penggunaan ini Energi disini penuliskan menfokuskan hanya pada
pemakaian Energi pada boiler yang mana Output steam di gunakan untuk memanaskan Moulding Outsole Mesin Hot Press,
Sponge Press, Mixing
Mill/Roll, yang mana mesin tersebut berada di area Rubber Plant. Berikut adalah gambar flow diagram penggunaan steam Boiler : SUPPLY WATER
Gambar 2.20 Diagram Pemakaian Steam Boiler