BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi penjelasan tentang beberapa teori dasar yang digunakan selama pelaksanaan tugas akhir. Pembahasan akan dilakukan terhadap perkembangan teknologi faksimili, high-level data link control (HDLC), struktur dari fax session, AT Command, programming class 2 fax modem, dan NoteBOX.
2.1
Perkembangan Teknologi Faksimili
Mesin faksimili adalah suatu alat yang mempunyai kapabilitas dalam hal pengiriman dan penerimaan gambar dan teks (dalam hal ini disebut saja sebagai image) melalui jaringan telepon. Mesin ini bekerja dengan cara mengonversi image ke dalam bentuk digital, membaginya ke dalam kisi-kisi seukuran titik. Setiap titik mempunyai status on atau off yang masing-masing dinyatakan dengan sebuah bit bernilai 1 (hitam) atau 0 (putih). Secara singkat, mesin faksimili menerjemahkan image menjadi sekumpulan bit bernilai 0 dan 1 (bit map) sehingga bisa ditransmisikan sebagai data digital seperti data pada komputer umumnya. Ketika melakukan penerimaan image faksimili, mesin membaca data yang masuk, menerjemahkan kumpulan bit 0 dan 1 menjadi titik-titik lagi, kemudian mencetak kembali image tersebut pada kertas [WEB08][5].
Sebuah mesin faksimili terdiri dari optical scanner untuk mendigitalisasi image pada kertas, modem untuk mentransmisikan/menerima pesan, printer untuk mencetak pesan faksimili yang masuk, dan telepon untuk membuat koneksi. Optical scanner pada mesin faksimili tidak mempunyai kualitas resolusi yang tinggi seperti standalone scanner. Sebagian printer pada mesin faksimili merupakan thermal printer, yang membutuhkan kertas jenis tertentu (gambar II.1), dan sebagian menggunakan printer biasa baik toner atau laser (gambar II.2).
Gagasan tentang mesin faksimili telah dipatenkan sejak tahun 1843, ketika Alexander Bain menciptakan sebuah mesin yang mampu menerima sinyal dari kabel telegraf dan II-1
menerjemahkannya ke dalam bentuk image di atas kertas. Pada tahun 1848, ilmuwan Inggris juga mematenkan mesin yang sama yang diberi nama copying telegraph.
Gambar II-1 Mesin faksimili menggunakan thermal printer
Gambar II-2 Mesin faksimili menggunakan printer toner atau laser
II-2
2.1.1 Fax Group Perkembangan teknologi faksimili dari masa ke masa dapat dilihat dari perkembangan fax group: 1. Group 1 Fax merupakan standar faksimili pertama yang diterima secara internasional, diterbitkan oleh International Telecommunications Union (ITU) sebagai spesifikasi T.2 pada tahun 1968. Mesin faksimili jenis ini membutuhkan waktu sekitar enam menit untuk mengirim satu halaman dengan resolusi vertikal yang sama dengan jenis mesin faksimili saat ini (3,85 baris/mm). 2. Group 2 Fax, diperkenalkan oleh ITU pada tahun 1976 sebagai spesifikasi T.3, dengan memperbaiki kecepatan transmisi menjadi tiga menit per halaman. Sinyal yang digunakan mesin faksimili grup 1 dan grup 2 masih analog, di mana nada yang dikirim mesin tidak hanya mempunyai dua kemungkinan nilai yang digunakan sebagai indikasi titik hitam atau putih. Sinyal analog ini mempunyai nilai yang tak pasti dalam batasan tertentu, di mana frekuensi terendah berarti hitam sedangkan frekuensi tertinggi berkorespondensi dengan warna putih. Nilai di antara kedua frekuensi tersebut diindikasikan sebagai wilayah abu-abu. 3. Group 3 Fax adalah standar faksimili digital pertama, dipublikasikan oleh ITU pada tahun 1980 sebagai spesifikasi T.4, yang mempunyai kemampuan transmisi satu halaman dalam waktu satu menit. Group 3 fax diciptakan dengan landasan teknologi modem modern, dan memungkinkan transmisi digital melalui jaringan PSTN. Spesifikasi grup 3 mengalami banyak revisi tahun
1984,
ketika
standar
mengenai
bagaimana
mesin
faksimili
berkomunikasi (fax session protocol) terpecah menjadi spesifikasi T.30, sedangkan spesifikasi bagaimana sebuah dokumen di-encode secara digital tetap sebagai spesifikasi T.4. Group 3 fax merupakan jenis mesin faksimili yang paling banyak digunakan saat ini sehingga spesifikasi grup 1 dan grup 2 telah menjadi usang (obsolete). Aplikasi faksimili yang akan dikembangkan pada riset NoteBOX adalah aplikasi untuk group 3 fax. 4. Group 4 Fax dirancang untuk beroperasi pada jaringan Integrated Services Digital Network (ISDN). Standar faksimili ini memiliki beberapa fitur seperti
II-3
encoding yang lebih padat dan resolusi lebih tinggi. Fitur-fitur ini sedang diintegrasikan agar bisa bekerja pada mesin faksimili grup 3.
2.1.2 Fax Class Modem komputer biasanya dirancang untuk mendukung kelas fax service tertentu. Dari beberapa kelas fax service yang ada, ada tiga kelas yang banyak digunakan [MAR95]: 1. Class 1 Fax Modem yang mendukung kelas ini melakukan transmisi data di mana kompresi data T.4 dan session management T.30 dijalankan oleh aplikasi pada controlling computer. Proposal standar kelas 1 yang dituangkan dalam 20 halaman dan hanya memuat enam buah command ini disahkan sebagai standar ANSI/TIA/EIA-578 pada tahun 1990. 2. Class 2 Fax Pada kelas ini, session management T.30 ditangani oleh fax modem sendiri, sedangkan kompresi data T.4 (coding scheme spesifikasi T.4 dapat dirujuk pada lampiran F) dilaksanakan oleh aplikasi pada controlling computer. Proposal standar kelas 2 ini memuat lebih dari 50 command yang tertuang dalam 90 halaman. Proposal ini tidak disetujui sebagai standar karena alasan yang tidak jelas, namun perusahaan-perusahaan tetap memproduksi modem tersebut. Walaupun ada kekurangan dan ambiguitas dalam dokumennya, namun tidak lebih buruk dari spesifikasi kelas 1. Dalam kenyataannya, fax software houses tidak mengalami kesulitan dalam menulis perangkat lunak yang compliant dengan modem kelas 2 tersebut, terlepas dari masalah spesifikasi yang tidak disetujui. 3. Class 2.0 Fax Kelas ini merupakan versi revisi dari proposal kelas 2 dan disetujui sebagai standar ANSI/TIA/EIA-592. Gagasan dan konsep di balik proposal kelas 2 dan kelas 2.0 sebenarnya sama, dan bahkan memiliki command yang masingmasing saling berkorespondensi satu-satu. Meskipun demikian, perbedaan sintaks command akan mengakibatkan fax modem yang ditulis dalam kelas 2.0 tidak akan cocok dengan kelas 2, begitu juga sebaliknya. Walaupun kelas 2.0 II-4
adalah versi yang diakui secara sah, namun standar kelas 2 lebih banyak dipakai.
Class 2 fax kaya dalam jumlah command. Dalam kenyataannya, modem-modem yang diproduksi hanya mengimplementasikannya secara parsial. Hal ini terjadi mengingat jika fitur-fitur yang diimplementasikan lebih banyak, maka akan lebih kompleks pengkodean, lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan, lebih memakan biaya dan lebih banyak kemungkinan bugs di dalamnya. Karena itu, modem kelas 2 hanya mengimplementasikan sekumpulan command yang dianggap perlu saja. Jadi, antara modem kelas 2 yang satu dengan modem kelas 2 lain yang beda pabrikan, tidak akan sama jumlah command yang diimplementasikan, ada yang mendukung beberapa fitur tambahan, ada yang tidak.
Proses produksi modem kelas 2.0 berbeda dengan modem kelas 2. Karena proposal kelas
2.0
sudah
disahkan
sebagai
standar,
pihak
produsen
harus
mengimplementasikan semua rekomendasi non-optional. Pada kenyataannya, modem kelas 2 akan berjalan sama baiknya dengan modem kelas 2.0 untuk hampir semua operasi faksimili. Oleh sebab itu, modem kelas 2.0 juga mengadopsi partial implementation layaknya modem kelas 2 sehingga tidak akan ditemui fitur lengkap modem kelas 2.0 yang sesuai dengan standar ANSI/TIA/EIA-592.
2.1.3 Data Transmission Rate Beberapa teknik modulasi pada jaringan telepon dipakai oleh mesin faksimili untuk menghasilkan transmisi yang lebih cepat. Negosiasi transmisi kecepatan terjadi saat fax modem handshake, dan mesin faksimili akan menggunakan kecepatan transmisi paling tinggi yang didukung oleh kedua belah pihak, biasanya minimum 14,4 kbps untuk faksimili grup 3. Perkembangan mesin faksimili dilihat dari kecepatan transfer datanya dapat dilihat pada tabel 2-1. Modem yang digunakan pada riset NoteBOX, iTegno 3000, merupakan modem V.17 dengan kecepatan transmisi data maksimal pada 14400 kbps.
II-5
Tabel II-1 Data transmission rate mesin faksimili Standar ITU Tahun Keluar Data Rates (bit/s) V.27 1988 4800, 2400 V.29 1988 9600, 7200, 4800 V.17 1991 14400, 12000, 9600, 7200 V.34 1994 28800 V.34bis 1998 33600
2.1.4 Kompresi Data Selain menetapkan standar resolusi dan ukuran fisik gambar yang diizinkan untuk dikirim melalui mesin faksimili, rekomendasi T.4 juga menetapkan dua metode kompresi untuk mengurangi ukuran data yang ditransmisikan antara mesin-mesin faksimili [WIK08][8]: 1. Modified Huffman Modified Huffman adalah teknik kompresi berdasarkan teknik kompresi Huffman digabungkan dengan run-length scheme yang dioptimalisasi untuk mengkompresi whitespace secara efisien. Titik-titik pada gambar pesan faksimili (hitam dan putih) tidak langsung dikirim ke remote destination apa adanya, namun terlebih dahulu dipecah-pecah menjadi consecutive runs yang terdiri dari titik-titik putih (white run) dan titik-titik hitam (black run). Pada kebanyakan dokumen, blank line (baris yang semuanya berisi whitespace) sangat umum ditemukan sehingga teknik ini akan sangat bermanfaat. Pengkodean run-length scheme menggunakan teknik Huffman dapat dirujuak pada lampiran E. 2. Modified Read Modified read menyandikan scanned line pertama menggunakan modified Huffman kemudian hasilnya dibandingkan dengan baris berikutnya. Perbedaan itu kemudian disandikan dan dikirim ke mesin penerima. Teknik ini efektif karena kebanyakan baris mempunyai sedikit perbedaan dengan baris sebelumnya. Teknik ini tidak diaplikasikan terus-menerus, namun dibatasi untuk sejumlah baris saja sampai prosesnya di-reset dan scanned line pertama dibuat lagi dengan modified Huffman.
II-6
Selain teknik kompresi di atas, beberapa perusahaan menciptakan dan menggunakan teknik tersendiri. Salah satunya adalah mesin faksimili Panasonic yang menggunakan teknik Matsushita Whiteline Skip (MWS). Pada teknik MWS, sistem mendeteksi area blank di antara barisan teks dan mengkompresi beberapa blank scan lines menjadi satu karakter. Namun sayangnya teknik ini hanya bekerja dengan sesama mesin faksimili Panasonic. Begitu juga dengan teknik kompresi lainnya, umumnya hanya bekerja di bawah satu payung pabrikan sendiri.
2.2
High-level Data Link Control (HDLC)
Proses pertukaran informasi kontrol (control information) antara mesin-mesin faksimili ditangani oleh protokol yang cukup kompleks yang disebut sebagai highlevel data link control (HDLC) [MAR95].
2.2.1 Konsep Dasar HDLC termasuk salah satu standar internasional yang berada di bawah yurisdiksi ISO. HDLC merupakan bit-oriented protocol yang terdiri dari frames dengan panjang tak bisa ditentukan. Frame sendiri terdiri dari sejumlah fields. Setiap frame harus diawali dan diakhiri dengan pola bit yang unik (flag sequence), berisi susunan bit 01111110.
Flag sequence tidak boleh berada dalam frame. Untuk mengatasi kemungkinan itu, digunakan bit stuffing atau dikenal juga sebagai zero-bit insertion, sebuah metode untuk menghindari pengiriman pola bit tersebut sebagai bagian dari data. Jika dalam data pada frame terdapat lima buah bit 1 berurutan, pengirim akan menyisipkan sebuah bit 0 setelahnya. Syaratnya, flag sequence yang terdiri dari enam bit 1 tidak boleh dikirim dalam sebuah frame. Ketika mesin penerima mendeteksi bit 0 diikuti oleh lima bit 1, mesin memeriksa bit berikutnya. Jika bit tersebut adalah 0 maka diabaikan dan mesin melanjutkan perakitan frame dengan bit berikutnya. Proses ini disebut sebagai zero-bit deletion. Jika enam buah bit 1 diterima, maka walau bit apapun yang datang setelah itu, frame dianggap sudah selesai. Namun, mesin penerima tetap mengecek bit setelahnya. Jika setelah pola 0111111 adalah bit 0, maka II-7
berarti telah dikirim akhir frame flag yang normal. Jika bit yang diterima adalah 1, maka frame tersebut akan diabaikan. Susunan bit 1 antara tujuh sampai dengan empat belas buah merupakan sinyal untuk pembatalan frame (frame abort). Jika susunan bit 1 berlanjut hingga terdeteksi sampai lima belas buah, maka akan dianggap sebagai emergency link disconnect.
2.2.2 Format Frame Semua frame HDLC mempunyai format dasar yang sama seperti dideskripsikan pada tabel II-2. Setelah flag sequence diikuti oleh address field, yang digunakan untuk menampung tujuan frame. Jika tujuan faksimili yang dikirim lewat jaringan PSTN sudah ditetapkan, field ini akan diisi nilai 11111111.
Tabel II-2 Struktur sebuah frame HDLC [MAR95] Flag Address Control Information Field FCF Data 1111110 11111111 11001000 11000001 000000000111000010111101
Setelah
address
field
diikuti
oleh
control
field,
yang
CRC-16
Flag
1001011
1111110
digunakan
untuk
memberitahukan mesin penerima jenis frame yang dikirimkan, apakah setelahnya akan dikirimkan frame lainnya, dan apakah mesin pengirim mengharapkan pesan balasan. Dalam frame HDLC faksimili control field mempunyai format 1100x000, di mana bit kelima dari kiri adalah control octet yang ditandai sebagai x (poll/final bit). Nilai 11001000 memberikan indikasi kepada mesin penerima bahwa ini adalah frame terakhir (final), sedangkan nilai 11000000 memberikan asumsi reply is expected (poll). Setelah control field, frame berisi information field yang panjangnya bervariasi. Pada pengimplementasian HDLC dalam faksimili, information field biasanya dibagi menjadi dua bagian. Delapan bit pertama selalu ada dan disebut sebagai facsimile control field (FCF). Beberapa FCF diikuti oleh facsimile information field (FIF).
Salah satu aturan dalam pengiriman frame adalah transmisinya tidak boleh lebih lama dari 3±15% detik. Untuk mesin penerima, hal ini berarti jika waktu penerimaan flag pembuka dan flag penutup melebihi 3,45 detik, semua bagian dari frame tersebut akan II-8
diabaikan. Untuk mesin pengirim, hal ini berarti transmisi frame tidak boleh melebihi 2,55 detik.
Frame data diakhiri dengan pengiriman sebuah frame check sequence (FCS) atau cyclic redundancy checking (CRC), yang dihitung mulai dari bit setelah opening flag sampai sebelum bit FCS dimulai. Nilai FCS dihitung setelah zero-bit deletion dilakukan, sehingga stuffed bits tidak masuk hitungan.
Mesin penerima mengabaikan semua semua incoming bits sampai menemukan flag sequence pertama. Fase ini disebut sebagai hunt mode. Semua bit yang diterima setelah ini disimpan dalam buffer sambil terus mendeteksi flag sequence penutup. Ketika flag sequence kedua dideteksi, FCS dihitung untuk semua data yang disimpan dari ujung flag sequence awal hingga sebelum final flag. Nilai FCS ini dibandingkan dengan yang ada di buffer, kalau sama frame dianggap benar, kalau tidak frame akan diabaikan.
Penanganan HDLC pada komunikasi pesan faksimili berbeda antara fax modem kelas 1 dengan kelas lainnya. Pada fax modem kelas 1, HDLC ditangani di sisi perangkat lunak, sedangkan pada fax modem kelas 2 dan 2.0, HDLC dibungkus dalam perintah AT Command tertentu sehingga ditangani di sisi perangkat kerasnya. Oleh karena itu, masalah komunikasi modem pada fax modem kelas 1 lebih kompleks daripada kelas yang lainnya.
2.3
Struktur Fax Session
Proses pengiriman pesan faksimili dapat digambarkan dalam lima tahap seperti pada gambar II-3 [MAR95]. Secara singkat, kelima tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Phase A mengurus call establishment dan selalu memulai sesi. Untuk pengirim, fase ini terdiri dari menghubungi nomor telepon yang tepat dan mengidentifikasi jawaban sebagai mesin faksimili. Untuk penerima, fase ini terdiri dari mengangkat telepon dan mengidentifikasi diri sebagai mesin faksimili. Fase ini dapat diterapkan secara manual atau otomatis pada masingmasing mesin. II-9
2. Phase B mengatasi prosedur pre-message, dan terdiri dari sejumlah negosiasi. Kedua mesin faksimili menyamakan fasilitas dan pilihan terbaik yang didukung keduanya, dan menetapkan parameter-parameter yang akan digunakan untuk fase berikutnya. Negosiasi parameter ini dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam sebuah fax session. Setelah mentransmisikan data faksimili, pengirim ataupun penerima dapat meminta re-entry phase B agar parameter-parameter yang telah disetujui sebelumnya bisa dinegosiasikan kembali. 3. Phase C mengadakan transmisi sebuah halaman data fax T.4. Sebuah pesan faksimili biasanya terdiri dari lebih dari satu halaman. Dalam hal ini, pengulangan phase C akan selalu diatur oleh parameter-parameter yang telah dinegosiasikan selama phase B. 4. Phase D selalu mengikuti phase C. Fase ini terdiri dari pertukaran postmessage, seperti konfirmasi dari mesin penerima bahwa data telah diterima, dan instruksi dari mesin pengirim apakah akan ada data berikutnya dikirimkan. Phase D bisa diikuti oleh phase B, C, atau E tergantung dari isi pertukaran post-message tersebut. 5. Phase E mengakhiri fax session dan memutuskan sambungan telepon.
2.4
AT Command
AT Command adalah perintah berawalan AT (ATtention) yang dikirim dari TE (Terminal Equipment) ke TA (Terminal Adaptor) [ETS05]. Contoh TE adalah komputer, sedangkan contoh TA adalah GSM data card. AT Command digunakan untuk berkomunikasi antara komputer dengan modem.
Pada gambar II-4, AT Command digunakan untuk berkomunikasi antara TE dengan TA yang terintegrasi dengan MT (Mobile Terminated) yang berupa ponsel atau semacamnya. Umumnya, perangkat ponsel saat ini telah memiliki modem internal yang terintegrasi di dalamnya. Modem inilah yang nantinya akan berkomunikasi dengan TE menggunakan AT Command.
Antarmuka yang digunakan untuk berkomunikasi antara TE dan TA berupa kabel II-10
serial, infrared link, atau bluetooth. Namun, semua antarmuka tersebut akan dikenali komputer sebagai serial port.
Gambar II-3 Phase Of A Fax Session
II-11
Gambar II-4 AT Command [ETS05]
2.4.1 Sintaks AT Command
Gambar II-5 Sintaks Dasar AT Command [ETS05]
Sintaks dasar penulisan AT Command ditunjukkan pada gambar II-5. Penulisan AT Command selalu didahului oleh AT. AT Command digolongkan ke dalam beberapa tipe, yaitu: 1. Basic command, perintah standar yang ada pada setiap modem. Misalnya ATH yang digunakan untuk memutuskan panggilan telepon. 2. Extended command, perintah yang merupakan perintah tambahan. Extended command selalu didahului tanda “+”. Misalnya perintah AT+FCLASS yang digunakan untuk memerintahkan modem memasuki service class tertentu. 3. Test command (diakhiri tanda =?), digunakan untuk mengecek ada tidaknya suatu perintah. Misalnya, AT+FCLASS=? yang digunakan untuk mengecek service class tipe apa saja yang didukung oleh modem. 4. Read command (diakhiri tanda ?), digunakan untuk mengecek nilai dari suatu subparameter. Misalnya, AT+FDCC?
digunakan untuk mengecek nilai
pengaturan modem terhadap indikasi kemampuan modem dalam layanan II-12
faksimili. 5. Action command, perintah ini tidak digunakan untuk menyimpan nilai, sehingga tidak memiliki read command. Misalnya, AT+CGMI. 6. Set command, digunakan untuk menyimpan suatu nilai dari rentang nilai yang mungkin. Misalnya, AT+FDCC=1,5,0,2,1,0,0,0 untuk mengeset nilai +FDCC menjadi 1,5,0,2,1,0,0,0. Set command disebut juga dengan parameter command.
Respon yang diterima TE atas perintah dengan sintaks pada gambar II-5 ditunjukkan pada gambar II-6.
Gambar II-6 Sintaks Respon AT Command [ETS05]
2.4.2 AT Command Untuk Faksimili Dalam tugas akhir ini, diperlukan modem yang mendukung AT Command terutama untuk fungsi pengiriman. Modem yang digunakan pada riset NoteBOX, iTegno 3000, mendukung fax modem kelas 1 dan 2, namun yang akan diimplementasikan adalah fax modem kelas 2. Dalam proses produksi, tidak ada modem yang mengimplementasi penuh spesifikasi kelas 2. Modem kelas 2 minimal memiliki command set pada tabel II-3, AT command action standar. Tabel II-4, II-5, dan II-6 berturut-turut memberikan keterangan AT command on-hook (set-up), AT command off-hook (session control), dan reports dan prompts minimal yang harus dimiliki fax modem kelas 2. AT Command operasi faksimili yang lebih lengkap untuk action commands, parameter setting commands, dan responses and reports dapat dirujuk pada lampiran A.
II-13
Tabel II-3 ATCommand Standar dan Responnya Pada Percakapan Fax Modem Kelas 2[MAR95] AT Command Keterangan ATD dial a number ATA pick up the phone RING telephone is ringing CONNECT carrier sent/detected OK finished one command, ready for another
Tabel II-4 AT Command On-hook (set-up) Standar Untuk Fax Modem Kelas 2 [MAR95] AT Command Keterangan AT+FCLASS=? to find out what the command set the modem supports AT+FCLASS=2 to enter class 2 AT+FCLASS? to find out what class is active AT+FLID=
to set the local ID AT+FDCC=? to find out the modem capabilities (+FDIS also OK) AT+FDCC=VR,BR,WD,LN,DF,EC,BF,ST set any modem parameters (+FDIS also OK)
Tabel II-5 AT Command Off-hook (Session Control) standar untuk Fax Modem Kelas 2 [MAR95] AT Command Keterangan AT+FCR=1 set receive mode AT+FDR resume receive session begin sending received fax data stop sending received fax data and abort AT+FDT transmit fax data AT+FET=0 end a page, another to follow AT+FET=2 end the last page AT+FK abort the session (send DCN)
Tabel II-6 Reports dan Prompts Minimal untuk Fax Modem Kelas 2 [MAR95] AT Command Keterangan +FCON fax preamble detected +FCSI: called subscriber identification report +FDIS:VR,BR,WD,LN,DF,EC,BF,ST report of capabilities sent by answerer +FTSI: transmitting subscriber identification report +FDCS:VR,BR,WD,LN,DF,EC,BF,ST report on sessionparameters decided by transmitter +FCFR: confirmation of training check successful <xon> begin sending fax data for transmission +FPTS: page transfer status (0=successful) +FET: +FHNG:
post page command (0=another page, 2=end of session) hangup status code (0=success)
II-14
2.5
Programming Class 2 Fax Modems
Penggunaan fax modem kelas 2 terbilang mudah, dengan asumsi tidak ada kesalahan pada jaringan atau operator. Setting up modem ini cukup sederhana, dan biasanya terdiri dari pengiriman command AT+FCLASS=2 menggunakan setting 19200 bps serial port [MAR95].
2.5.1 Format Transmisi Data Faksimili Ketika ditransmisikan, data faksimili terdiri atas sebuah stream data yang diakhiri oleh 2 byte berurutan <etx>, di mana adalah kode ASCII untuk desimal 16 (10h) dan <etx> adalah kode ASCII untuk desimal 3. Tabel kode ASCII dapat dirujuk pada lampiran B. Jika kode terdapat dalam data stream, kode tersebut dilindungi dengan mengirimkan sebuah kode tambahan. Tidak ada kemunculan lain yang legal. Hal ini memberikan aturan-aturan berikut dalam pengiriman data [MAR95]: 1. Semua data dikirim secara transparan sampai sebuah kode ditemui. 2. Sebuah kode dikirim sebagai . 3. Akhir dari data stream ditandai dengan mengirimkan <etx>. 4. Susunan lain yang terdiri dari dianggap ilegal. 5. Semua data yang dikirimkan harus mengikuti pilihan flow control yang telah ditetapkan.
2.5.2 Pengiriman Pesan Faksimili Menggunakan Modem Kelas 2 Pengiriman satu halaman pre-encoded 1-D T.4 pesan faksimili dapat dijabarkan dalam langkah-langkah sederhana berikut [MAR95]: 1. Kirimkan dial command ATD dan abaikan semua respon modem sampai ada respon OK. 2. Kirimkan command AT+FDT (transmisi data) dan tunggu respon CONNECT (+FCON). Abaikan respon sebelum respon CONNECT (+FCON).
II-15
3. Tunggu respon XON dari modem, lalu kirimkan pesan T.4 encoded faksimili ke data stream, diakhiri dengan sepasang <etx>. Tunggu sampai fax modem memberikan respon OK. Software transmisi harus mendukung XON/XOFF flow control, dan harus selalu menyediakan data pada modem untuk dikirimkan. Terlepas dari permintaan flow control, tidak diizinkan perhentian sementara (pause) pada pengiriman data. 4. Kirimkan command AT+FET=2 untuk mengakhiri transmisi. Modem akan memutuskan sambungan dan memberikan respon OK.
Contoh transmisi faksimili kelas 2 dapat dilihat pada tabel II-7. Pada contoh tersebut, dikirimkan dua halaman dokumen, terlihat dari parameter post page yang diberikan pada phase D. AT+FET=0 mempunyai arti ada halaman lain yang akan dikirimkan, sedangkan AT+FET=2 berarti tidak ada lagi halaman yang akan dikirimkan.
2.5.3 Session Parameter Modem Kelas 2 AT+FDCC=VR,BR,WD,LN,DF,EC,BF,ST
seperti pada tabel II-7 mengatur
session parameters pada modem. Uraian lebih lengkap bisa dilihat pada tabel II-8.
II-16
Tabel II-7 Contoh Transmisi Data pada Faksimili Kelas 2 [MAR95] AT Command Respon Modem Keterangan Pre-session modem setup AT+FCLASS=2 OK AT+FLID OK Set local ID AT+FDCC=VR,BR,WD,LN, OK Set any modem parameters DF,EC,BF,ST (the contents of this command are not letters: the letters are the names of 8 single-digit numeric fields) Phase A: Call establishment ATD +FCON Fax preamble detected +FNSF:<nsf> NSF detected +FCSI: CSI detected +FDIS: DIS detected +FPOLL If the answerer is pollable OK Phase A complete Phase B: Pre-message negotiations AT+FDT +FDCS: TSI and DCS sent TCF training OK Phase B complete Phase C: Message Transmission CONNECT High speed carrier sent <xon> Ready to start sending data Page 1 sent <etx> End of page 1 OK Phase C complete Phase D: Post-page 1 exchanges AT+FET=0 Send RTC, another page to come, send MPS +FTPS: 1 MCF detected OK Phase D complete AT+FDT Now back to phase C for page 2 Phase C: Message Transmission CONNECT High speed carrier sent <xon> Ready to start sending data Page 2 sent <etx> End of page 2 OK Phase C complete Phase D: Post-page 2 exchanges AT+FET=2 Send RTC, no more pages, send EOP +FTPS: 1 MCF detected OK Phase D complete Phase E: Call hangup +FHNG: 0 DCN sent, back on hook OK Phase E complete
II-17
Tabel II-8 Parameter Faksimili Kelas 2 Label Function VR Vertical resolution BR
Bit Rate
DIS/DCS bits Bit 15 Bits 11-14
Values 0 1 0 1 2* 3*
WD
Page Width
Bits 17-18
4* 5* 0 1* 2*
Bit 34
3*
Bit 35
4*
LN
Page Length
Bits 19-20
DF
Data format
Bit16
0 1* 2* 0
Bit 26
1* 2*
Bit 31 Bit 27 Bit 27-28
3* 0 1*
EC
Error checking
2* BF
Binary File Transfer
Bits 51, 53
ST
Scan Time/Line
Bits 21-23
Tanda *) bersifat optional dan tidak perlu diimplementasikan
II-18
0 1* # 0 1 2 3 4 5 6 7
Description Normal, 98 lpi Fine, 196 lpi 2400 bps V.27 ter 4800 bps V.27 ter 7200 bps V.29 or V.17 9600 bps V.29 or V.17 12000 bps V.17 14400 bps V.17 1728 dots in 215 mm 2048 dots in 255 mm 2432 dots in 303 mm 1216 dots in 151 mm 864 dots in 107 mm A4, 297 mm B4, 364 mm Unlimited length 1-D modified Huffman 2-D modified Read 2-D uncompressed mode 2-D MMR (T.6) Disable ECM ECM 64 bytes/frame ECM 256 bytes/frame Disable BFT Enable BFT VR=normal|VR=fine 0 ms | 0 ms 5 ms | 5 ms 10 ms | 10 ms 10 ms | 10 ms 20 ms | 20 ms 20 ms | 20 ms 40 ms | 40 ms 40 ms | 40 ms
2.6
NoteBOX
NoteBOX merupakan sebuah sistem mobile unified messaging, yaitu sebuah sistem yang memungkinkan penggunaan berbagai macam layanan messaging dalam sebuah sistem tunggal pada jaringan mobile berbasis Internet Protocol (IP). Sistem ini terdiri dari 3 layer yang ditunjukkan pada gambar II-7, dengan deskripsi sebagai berikut [MAN06]: 1. Application Layer, adalah lapisan tempat application server eksternal bekerja. Application server adalah program yang menyediakan layanan value-added content kepada end-user. Contoh application server adalah search engine. 2. Core Layer, adalah lapisan yang merupakan jantung dari sistem ini. Di lapisan ini terdapat core server yang menjalankan fungsi-fungsi sistem.
Untuk
menjalankan tugasnya, core server perlu dibantu oleh sebuah manajemen basis data yang menyimpan profil dari pengguna. Core server dapat tersambung ke core
server
lainnya
sehingga
memungkinkan
pengguna
melakukan
komunikasi dengan pengguna di domain lain. 3. User Layer, adalah lapisan tempat user/client berada. Client dapat berupa native client, yaitu aplikasi client yang dikembangkan khusus untuk NoteBOX, atau dapat juga berupa client gateway yang menghubungkan sistem dengan berbagai sistem jaringan eksternal seperti email, SMS, MMS, IM, atau sistem jaringan lainnya.
Pada sistem NoteBOX, terdapat 5 interface yang memungkinkan suatu entitas dapat berkomunikasi dengan entitas yang lain. 1. Interface IC adalah interface antara core server dengan core server lain. 2. Interface IU adalah interface antara core server dengan user equipment yang menjalankan native client. 3. Interface IG adalah interface antara core server dengan gateway. 4. Interface IA adalah interface antara core server dengan application server.
II-19
Gambar II-7 Arsitektur Global Sistem NoteBOX [MAN06]
Interface IX adalah interface antara gateway dengan berbagai sistem eksternal. Interface ini bukan sebuah interface yang dispesifikasikan dalam rancangan sistem ini, melainkan interface yang sudah biasa digunakan pada sistem lain, misalnya pada sistem email sudah menggunakan SMTP, POP, dan IMAP.
Dengan menggunakan interface IG, komunikasi antara core server dan gateway dapat terjadi. Setiap pesan yang masuk pada gateway akan diteruskan ke core server, kemudian pesan tersebut akan diteruskan ke subsistem lain (gateway, core server lain, application server, dan sebagainya). Dengan demikian, tidak mungkin terjadi komunikasi peer-to-peer antara native client, gateway dan application server.
Setiap interface pada NoteBOX menggunakan socket pada protokol TCP/IP. Setiap subsistem pada NoteBOX memiliki event listener. Event ini akan dibangkitkan jika ada pesan yang masuk. Misalnya ketika ada pesan dari gateway ke core server, event pada core server akan dibangkitkan untuk memproses pesan tersebut dan meneruskannya ke subsistem lain. Begitu juga sebaliknya dengan gateway atau subsistem lainnya. Jika gateway belum siap (belum dijalankan), pesan untuk gateway
II-20
tersebut akan disimpan oleh core server sampai dengan gateway tersebut dijalankan (store and forward).
Ketika tugas akhir ini dibuat, pada sistem NoteBOX telah terdapat email gateway, search engine, SMS dan MMS gateway. Email gateway merupakan subsistem yang terletak di user layer, berfungsi menjembatani antara core server dengan protokol email, yaitu SMTP dan POP3. Search engine yang tersedia pada NoteBOX merupakan layanan yang terletak pada Application Layer. SMS dan MMS gateway merupakan subsistem pada user layer sebagai penghubung antara core server dengan protokol SMS dan MMS.
II-21