BAB II BIMBINGAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
A. Konsep Dasar Motivasi 1. Definisi Motivasi Menurut Sobur (2003: 268) secara etimologis, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive , berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau sesuatu yang bergerak. Istilah motif berkaitan erat dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Motivasi menurut Ryano Hackz (AsianBrain, 2012: [Online]. Tersedia http://www. anneahira.com/motivasi/index.htm) adalah dorongan-dorongan dari dalam diri seseorang, yang menjadikan individu cenderung melakukan kegiatankegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Motivasi merupakan istilah yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan (Sobur, 2003: 268).
15
16
Abin Syamsudin Makmun (2004: 37) mengungkapkan esensi motivasi sebagai berikut: a.
Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy).
b.
Suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Mc Donald (Tn. 2012: [Online]. Tersedia: http://bayoesmartboy.
blogspot.com/2012/01/silabus-permasalahan-yang terjadi pada html [3 Januari 2012]) mengemukakan “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tiga unsur yang berkaitan, sebagai berikut: a.
Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya: karena terjadi perubahan dalam sistem perencanan maka timbul motif lapar. Ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
b.
Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi menimbulkan tingkah laku yang bermotif. Perubahan dapat diamati pada perbuatannya.
c.
Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi memberikan respons-respons kearah suatu tujuan tertentu.
17
Respons-renspons berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam diri. Tiap renspons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
B. Motivasi Berprestasi 1. Konsep Dasar Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi merupakan motivasi sosial pertama yang dipelajari secara rinci (McClelland, Atkinson, Clark&Lowell, 1953 dalam Rosleny, 2007:26). Menurut McClelland (Moch. Surya, 2003:102), teori motivasi berprestasi (achievement motive) adalah merupakan teori motivasi melalui pendekatan proses. Pengertian tentang motivasi berprestasi menurut para ahli (Rosleny, 2007:27-28) sebagai berikut: 1) James P. Chaplin (1982:6) yang menyatakan motivasi berprestasi adalah “the tendency to achieve for success or the attainment of desire end”, yaitu kecenderungan untuk berusaha meraih keberhasilan atau pencapaian tujuan yang diinginkan. 2) Clifford T. Morgan, dkk (1979:223) berpendapat motivasi berprestasi mempunyai tujuan dan akibat di mana beliau menyatakan, “to accomplish difficult tasks, to arrival and surpass others”, yaitu menyelesaikan tugastugas yang sulit, untuk menyaingi dan mengungguli orang lain. 3) Henry A. Murray (dalam Chaplin, 1982:16) mengemukakan motivasi berprestasi merupakan “the motive to overcome obstacle or to strive to do quickly and well things which are difficult”, yaitu motivasi untuk mengatasi berbagai hambatan atau untuk mengerjakan hal-hal yang sulit secara cepat dan baik. 4) Ernest R. Hilgard, dkk (1983:619) menyatakan motivasi berprestasi adalah “the sosial motive to accomplish something of values or importance to meet standards of excellence in what one does”, yaitu motivasi sosial untuk mengerjakan sesuatu yang berharga atau penting untuk memenuhi standard keunggulan dari apa yang dilakukan seseorang.
18
Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan istilah “NAch” atau “Need for Achievement” dan dipapulerkan oleh Mc Clelland (1961: 37) “Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH” merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk mengejar kemajuan” Motivasi berprestasi menurut Mc Clelland (1985: 175) adalah : Motivasi berprestasi sebagai usaha keras untuk meningkatkan atau kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat tingkat kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri sebelumnya (berkaitan dengan diri sendiri), dan perbandingan dengan prestasi orang lain. Kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aktivitas merupakan standar keunggulan dimana suatu kegiatan tersebut dapat gagal atau berhasil. Motivasi berprestasi juga dapat di artikan sebagai perjuangan untuk menambah prestasi setinggi mungkin.
Menurut Rasimin (2001:121) menyatakan : Motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan-perbuatan yang lampau dan mengungguli perbuatan orang lain. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru. Mc Clelland (1953: 78) menyebutkan “Motivasi Berprestasi merupakan dorongan yang menggerakkan individu untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan”.
19
Jabir Said (2009, online tersedia pada http:// www.ubb.ac.id/artikel/ peran-orang tua - terhadap – motivasi - berprestasi.) mengemukakan pendapatnya mengenai Motivasi Berprestasi : Motivasi Berprestasi merupakan suatu kebutuhan atau dorongan untuk berkompteisi mencari suatu taraf atau standar kemampuan dalam suatu kejadian tertentu. kebutuhan tersebut bersifat menetap sehingga lebih menunjukkan karakterisrtik individu. Menurut Susan D Schaefer (1979: 210 Motivasi Berprestasi merupakan suatu dorongan untuk mengerjakan sesuatu tugas dengan sebaik-baiknya, berdasarkan standar keunggulan. Motivasi Berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu pada suatu standar keberhasilan berdasarkan penilaian tugas-tugas yang dikerjakan sekarang. Mc Clelland
(1985: 90) tersedia [Online]
mendefinisikan “Motivasi
berprestasi sebagai penggerak dalam diri individu untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri” Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, dapat dirumuskan motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dalam diri individu untuk melakukan aktifitas dalam rangka mengusahakan kesuksesan atau memperoleh hasil sebaikbaiknya berdasarkan standar kesempurnaan dengan segenap potensi dan dukungan yang dimilki. Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan motivasi berprestasi berkaitan dengan upaya untuk memenuhi atau melampaui suatu standar keunggulan. Baik standar yang menyangkut prestasi diri sendiri maupun prestasi orang lain, pada saat berhubungan dengan prestasi diri sendiri, individu akan berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan secepat mungkin, serta berusaha meningkatkan prestasi yang pernah di capai sebelumnya.
20
Dalam hubungannya dengan prestasi orang lain, individu akan berusaha menampilkan hasil kerja yang lebih baik dibandingkan hasil kerja orang lain. Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Pengertian prestasi menurut Mc Clelland (1985:175): Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil. Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut Mc Clelland (1985:285) adalah “Suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental”. Mc Clelland berpendapat tentang motivasi berprestasi. Mc Clelland (1953:75) menyebutkan : Setiap orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi (achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power motivation). Dari ketiga motif itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat untuk bekerja dan belajar. Menurut Mc Clelland (1953:78) : Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan.
21
Selanjutnya dinyatakan Mc Clelland (1953:78) : Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Mc Clelland (1985:67) menyatakan ”Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang apabila seseorang berhasil memenangkan suatu persaingan. Seseorang berani menanggung segala resiko sebagai konsekuensi dari usahanya untuk mencapai tujuan”. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Mc Clelland (1985:105) adalah ”Sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi”. Heckhausen (Miharja, 2001:10) memandang motivasi berprestasi sebagai dorongan pada individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin dalam segala aktivitas di mana suatu standar keunggulan digunakan sebagai pembanding. Selama aktivitas tersebut berlangsung, ada dua kemungkinan: berhasil atau gagal. Ada tiga standar keunggulan yang dapat digunakan, yakni (1) tugas, yang berhubungan dengan penyelesaian tugas dengan sebaik-baiknya; (2) diri, yang berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari sebelumnya; (3) orang lain, yang berhubungan dengan pencapai prestasi lebih tinggi daripada prestasi orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli dapat di pahami dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat,
22
akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif. Mc Clelland (1985: 121) menyebutkan : Motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik. Mc Clelland (1953: 79) menggunakan istilah need for achievement (n Ach) untuk kebutuhan berprestasi yaitu sebagai suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan suatu standar keunggulan (standar of excellence). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan mencari situasi dimana mereka dapat mencapai tanggung jawab pribadi untuk menemukan pemecahan masalah dan merupakan tantangan untuk menyelesaikan problem serta menerima umpan balik sebagai tanggung jawab untuk sukses atau gagal, bukannya mengandalkan hasil pada keadaan tertentu ataupun kebutuhan dan mereka ingin merasa sukses karena hasil mereka sendiri. Pendapat Bischof (1970:97), kebutuhan berprestasi sebagai kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan: (1) mengatasi hambatanhambatan, (2) melawan dan mengatasi orang lain, (3) menyelesaikan sesuatu yang sukar, (4) menguasai, memanipulasi dan mengorganisasikan objek-objek fisik, manusia atau ide-ide, dan (5) meningkatkan harga diri dengan kesuksesan dalam melatih atau menggunakan kemampuan khusus. Berdasarkan beberapa pendapat
23
para ahli, disimpulkan motivasi berprestasi ialah dorongan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin demi mencapai kesuksesan. Mc Clelland (1953:78) memperkenalkan teori motivasi berprestasi (Achievement motivation) dimulai dari hirarki ketiga (kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki), kebutuhan penghargaan sampai aktualisasi diri. Mc Clelland membagi teori motivasi berprestasi menjadi beberapa kebutuhan yaitu: 1) Kebutuhan berprestasi (n-Ach) Ada beberapa individu yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Beberapa individu lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Sebagian individu bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Ciri-ciri: (a) berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif, (b) Mencari feedback tentang perbuatannya, (c) memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya, serta (d) mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya. 2) Kebutuhan akan afiliasi (n-Aff) Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan afiliasi akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Individu dengan need affiliation yang tinggi ialah individu yang berusaha mendapatkan persahabatan. Ciri-ciri : (a) lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan, (b) melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif. (c) mencari persetujuan atau kesepakatan
24
dari orang lain, (d) lebih suka dengan orang lain daripada sendirian, serta (e) selalu berusaha menghindari konflik. 3) Kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Ciri-ciri : (a) menyukai pekerjaan di mana mereka menjadi pimpinan, (b) sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi di manapun dia berada, (c) mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise, serta (d) sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi. Menurut McClelland dan Atkinson, motivasi yang paling penting untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (Siregar, 2006: 18-19). Sebagai siswa, motivasi yang dimaksudkan adalah motivasi berprestasi agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain. Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan
dapat berupa kesempurnaan tugas,
prestasi yang di dapat diri sendiri lebih tinggi dibanding nilai orang lain. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi nampaknya akan memperoleh prestasi yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi disebut juga dengan need for achievement yaitu suatu kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar
25
pribadi orang lain. Orang memilki motivasi berprestasi tinggi cenderung akan mengambil tanggung jawab pribadi atas segala perbuatannya. 2. Aspek Motivasi Berprestasi Sunaryo Kartadinata (Regista Yusiana, 2002:25) menjabarkan aspek-aspek motivasi berprestasi dari McClelland sebagai berikut: 1) Kebutuhan berprestasi (N), menunjukkan adanya keinginan, harapan, penentuan untuk mencapai sesuatu hasil yang dinyatakan secara eksplisit. Keinginan atau harapan berkenaan dengan sesuatu pekerjaan atau tugas yang bersifat umum. 2) Kemampuan mengantisipasi tujuan (Ga), menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Antisipasi dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan. 3) Kegiatan berprestasi (I), merupakan usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. Usaha yang dimaksud baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah. 4) Kemampuan mengatasi hambatan (Bp, Bw), menggambarkan upaya individu mengatasi rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran dalam usaha mencapai tujuan. Hambatan-hambatan dapat bersumber pada diri individu ataupun pada faktor-faktor di luar dirinya. 5) Suasana perasaan (G), menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu dalam usaha mencapai tujuan. Perasaan ini meliputi perasaan positif atau negatif.
26
6) Pemanfaatan
bantuan
(Nup),
menunjukkan
kemampuan
individu
memanfaatkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan. Bantuan ini berupa ke arah pencapaian tujuan yang lebih bersifat kontinu bukan insidental. 7) Upaya menghubungkan karier masa depan, yakni mengaitkan atau memikirkan karier masa depan sebagai tujuan. Skema motivasi berprestasi berikut menjabarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh McClelland pada Gambar 2.1: Individu
Hambatan N
Ga+ GaG+G-
I-
Bw atau Bp
Tujuan
I+ Nup Gambar 2.1 McClelland (Regista Yusiana, 2002:27) menjelaskan aspek-aspek motivasi berprestasi sebagai berikut: proses tingkah laku individu dimulai dengan adanya kebutuhan (N). Berlandaskan kepada kebutuhan, individu menentukan tujuan yang ingin dicapai (G). Untuk mencapai tujuan, pada individu mungkin terdapat antisipasi (Ga+) dengan tujuan yang hendak dicapai, dan (Ga-) menunjukkan rasa cemas terhadap kemungkinan kegagalan. Individu mulai melakukan kegiatankegiatan yang mendukung tercapainya tujuan (I+) atau tidak (I-), dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, individu mendapat hambatan (B) baik hambatan
27
dalam diri individu (Bp) maupun hambatan yang datangnya dari luar individu (Bw), individu sering mendapat bantuan dan simpati dari pihak luar sehingga mendorongnya untuk mengarah pada tujuan yang ingin dicapai (Nup). Menurut McClelland (1985:85) motivasi berpretasi memiliki segi-segi lainnya, yaitu: 1. Fear of failure, yaitu rasa takut akan kemungkinan gagal dalam mencapai tujuannya karena tujuan mengandung tantangan dari dirinya, sehingga individu menyadari resiko yang dihadapinya tidaklah kecil. 2. Hope for success, yaitu harapan-harapan positif akan berhasil mencapai tujuan yang sangat berarti bagi dirinya. Bilamana individu telah merumuskan tujuan secara realistis, maka di dalam dirinya terdapat harapan-harapan yang positif terhadap pencapaian tujuan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi didefenisikan sebagai aksi dan perasaan yang berkaitan dengan pencapaian standar keunggulan penyatuan sikap. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cenderung percaya diri, bertanggung jawab dengan tindakannya, memperhitungkan resiko, membuat perencanaan dengan bijaksana, menghemat waktu. Dengan demikian motivasi berprestasi merupakan suatu pertanda kesuksesan akademik dan kesuksesasan hidup. Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai istilah yang menunjukkan suatu derajat keberhasilan seseorang dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berhubungan dengan prestasi belajar selama mengikuti pelajaran dengan kuatnya motivasi yang dimanifestasikan dengan adanya konsentrasi dalam menghadapi
28
materi pelajaran, maka motivasi yang kuat (motivasi berprestasi) dengan sendirinya akan menghasilkan prestasi yang memuaskan. Berikut dijelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada Motivasi Berprestasi Mc Clelland (1953: 80): 1. Cita-cita atau aspirasi peserta didik. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahkan berlangsung sepanjang hayat, timbulnya dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilainilai kehidupan, juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. 2. Kemampuan peserta didik. Keinginan peserta didik perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.
Kemampuan
akan
memperkuat
motivasi
peserta
didik
melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3. Kondisi peserta didik. Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang terganggu akan berpengaruh pada peserta didik dalam hal memusatkan perhatian belajar.
29
4. Kondisi lingkungan peserta didik. Lingkungan peserta didik dapat berupa keadaan alam tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat peserta didik dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang baik akan memperkuat motivasi belajar. 5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan ingatan pengalaman hidup. Lingkungan peserta didik berupa keadaan alam lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya peserta didik yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain semakin menjangkau peserta didik. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pengajar professional diharapkan mampu memanfaatkan kondisi dinamis tersebut dalam pembelajaran untuk memotivasi belajar. 6. Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik. Pengajar dalam tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat selain dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang juga dibangun. Lingkungan sosial pengajar, lingkungan budaya pengajar, dan kehidupan pengajar perlu diperhatikan oleh pengajar. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya pembelajaran peserta didik. Upaya pengajar membelajarkan peserta didik meliputi pemahaman tentang diri peserta didik dalam rangka kewajiban tertib belajar, pemanfaatan pengetahuan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna dan mendidik cinta belajar.
30
Menurut (Siregar, 2006:10) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu: a. Keluarga dan kebudayaan Motivasi berprestasi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orang tua dan teman. McClelland (1961:387) menyatakan bagaimana cara orang tua mengasuh anak, hubungan antara anak dan orang tua serta agama dan kelas sosial mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Bernstein (Siregar, 2006:10) menyatakan kebudayaan pada suatu negara seperti cerita rakyat atau hikayat-hikayat yang mengandung tema-tema prestasi dapat
meningkatkan
semangat
masyarakatnya.
McClelland
(1961:337)
mengemukakan ras juga dapat mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi. Masyarakat tertentu selalu diasumsikan lebih bersemangat daripada masyarakat lainnya. Misalnya, bangsa Yunani Kuno atau bangsa Inggris selama abad ke 18. Ada pendapat yang meyakinkan faktor-faktor ras merupakan faktor esensial bagi perubahan dalam tingkat n-Ach. Satu penjelasan populer mengatakan seseorang menunjukkan daya yang memiliki ciri-ciri n-Ach yang tinggi manakala telah diperlakukan secara tidak jujur atau ketika menjadi korban prasangka sosial. b. Konsep diri Konsep diri merupakan bagaimana individu berpikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukannya sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.
31
c. Jenis kelamin Pencapaian motivasi berprestasi tinggi biasanya diperoleh laki-laki, tetapi sekarang banyak perempuan memiliki kemampuan motivasi berprestasi tinggi yang menampilkan karakteristik perilaku berprestasi layaknya laki-laki. d. Pengakuan dan prestasi Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila merasa diperdulikan atau diperhatikan oleh orang lain. Terdapat dua struktur dasar yang merupakan faktor-faktor yang menjadi sebab utama motivasi berprestasi dalam setiap motif individu (Monks, 1999: 86), yaitu: a) Pengharapan akan sukses Berarti apabila ada sesuatu yang baik, yang menyenangkan atau bernilai maka orang juga ingin mendapatkan atau mencapainya. b) Ketakutan akan gagal Berarti apabila ada sesuatu yang tidak enak, tidak menyenangkan atau sukar, maka orang akan berusaha untuk menghindarinya. 4.
Perkembangan Motivasi Berprestasi Setiap individu terlahir dengan sifat kompetitif. Hanya saja ada individu
terlahir dengan sifat kompetitif yang lebih tinggi daripada individu lain. Menurut Ratri, sumbangan faktor bawaannya tidak sebesar sumbangan faktor lingkungan dalam pembentukan sifat kompetitif (Pustaka Familia, 2006:75). Sifat kompetitif dalam diri individu tampak setelah bersosialisasi (baru menonjol mulai usia lima atau enam tahun). Biasanya dalam pergaulan, individu hendak selalu menjadi nomor satu. Ciri lainnya adalah menuntut pengakuan orang
32
lain atas keberhasilannya. Individu dengan sifat kompetitif yang tinggi cenderung melakukan sesuatu agar orang lain melihat dan mengakuinya. Individu tidak akan senang kalau orang lain tidak melihat keberhasilannya atau tidak mengakuinya. Individu tak segan datang kepada orang yang diharapkan memberi pengakuan dan sedikit banyak menuntut agar memberikan pengakuan. Adanya keinginan untuk diakui orang lain menunjukkan individu yang memiliki sifat kompetitif tinggi biasanya juga memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi (Pustaka Familia, 2006:75). McClelland (Siregar, 2006:9) menyatakan dalam kegiatan belajar, motivasi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai: 1. Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat sesuatu, misalnya perbuatan belajar. 2. Directedness, yaitu menentukan arah tujuan yang ingin dicapai. 3. Patterning, yaitu menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. McClelland mengungkapkan, untuk mengembangkan motivasi berprestasi perlu peran orang tua yang menetapkan suatu standard performance yang tinggi. Harapan orangtua terhadap anak merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan motivasi berprestasi. Seseorang akan belajar memperhatikan perilaku orangtuanya dan orang lain yang menjadi panutan bagi dirinya. Berdasarkan hal tersebut Bandura & Walters mengatakan seorang anak akan mengadopsi karakteristik yang dimiliki panutannya.
33
5.
Karakteristik Motivasi Berprestasi Mc Clelland (1985: 267) menyatakan orang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai tanggung jawab pribadi. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri. 2) Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran. 3) Berusaha bekerja kreatif. Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi. 4) Berusaha mencapai cita-cita Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami
34
kesulitan akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya. 5) Mengadakan antisipasi. Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya. 6) Melakukan kegiatan sebaik-baiknya Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok. Kualitas tingkatan motivasi berprestasi setiap orang berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Menurut Hermans (Rosleny, 2007:28-29),
35
individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi mempunyai ciri perilaku sebagai berikut: a) Mempunyai taraf aspirasi sedang, dalam arti memilih tugas-tugas yang mengandung derajat kesulitan sedang. b) Lebih menyukai resiko kecil bila hasil suatu tindakan lebih ditentukan oleh faktor kebetulan atau karena kesempatan/situasi yang tidak pasti. c) Mencapai taraf keahlian yang tinggi. d) Memiliki
keuletan
dalam
menghadapi
suatu
tugas,
mempunyai
kecenderungan kuat untuk menyelesaikan tugas yang telah dimulai. e) Memilih penghayatan waktu yang dinamis. f) Mempunyai pandangan tentang waktu yang lebih diarahkan ke masa depan. g) Memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. h) Menghargai pengakuan orang lain atas prestasinya. i) Menghasilkan prestasi yang lebih baik dan situasi yang membiarkan insentif atas prestasinya. Mc Clelland (Surya, 2003:104) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu:
(1) menyenangi situasi yang
menuntut tanggung jawab pribadi untuk menyelesaikan masalah, (2) cenderung mengambil resiko yang moderat dibanding dengan resiko rendah/tinggi, dan (3) selalu mengharapkan balikan nyata (concrete feedback) dari semua unjuk kerja yang telah dilakukannya.
36
Miharja (2001:15) mengemukakan orang yang mempunyai dorongan berprestasi yang tinggi menyenangi sesuatu yang lebih baik dan lebih menantang dengan indikator-indikator : (1) berpikir positif, optimis dan percaya diri, (2) mempunyai keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya, (3) mengadakan antisipasi yang berencana, (4) melakukan kegiatan dan kreasi untuk mencapai cita-cita, (5) mempunyai perasaan yang kuat dalam mencapai tujuan, (6) mempunyai keberanian dalam mengambil resiko, dan (7) mempunyai perasaan tanggung jawab personal. Mc Clelland (1985: 28) yang menunjukan bahwa karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi antara lain sebagai berikut: a. Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu dihadapkan pada situasi berprestasi ia merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam mengerjakan tugas ia lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar tapi gagal. b. Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat tujuan-tujuan yang hendak dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang. c. Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang mengundang resiko yang cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada siswa. d. Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan, dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya. 6.
Konsep Dasar Motivasi Belajar W.S Winkel (1983: 73) mengemukakan “motivasi belajar merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai”.
37
Mc Clelland (1961: 23) mengemukakan motivasi merupakan usaha tinggi yang ditunjukkan seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Usaha tinggi seseorang dapat dilihat dari usahanya dalam : a.
Memikul tanggung jawab pribadi atas apa yang telah diperbuatnya.
b.
Berusaha melakukan kegiatan yang melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan berusaha mencari umpan balik atas perbuatannya.
c.
Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik dan bersifat kreatif.
d.
Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun, dan ulet.
e.
Melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya.
f.
Mengadakan antisipasi untuk keberhasilan perencanaan tugas. Prayitno (1989: 8) mengungkapkan “motivasi belajar tidak saja merupakan
suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar”. Kuniasih (2008: 26) mengemukakan “motivasi belajar adalah segala usaha siswa yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar”. Woldkowski
dan
Jaynes
(AsianBrain,
2012:
[Online].
Tersedia
http://www. anneahira.com/motivasi/index.htm) mengemukakan motivasi belajar merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan belajar.
38
Menurut Ryano Hackz AsianBrain, 2012: [Online]. Tersedia http://www. anneahira.com/motivasi/index.htm) motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memebrikan arah pada kegiatan belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati belajarnya. Motivasi belajar merupakan segala usaha siswa yang sangat tinggi dalam melakukan belajarnya, frekuensi kegiatan,persistensi, ketabahan dan keuletannya dalam belajar, pengorbanan, tingkatan aspirasi, tingkatan kualifikasi prestasi dan arah sikap terhadap sasaran kegiatannya dalam belajar sehingga mendapat hasil belajar yang baik dan optimal. Sub aspek motivasi yang diungkap antara lain: a.
Durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).
b.
Frekuensi kegiatannya (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu).
c.
Persistensi (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
d.
Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghayati rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
e.
Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan.
f.
Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g.
Tingkat kualifikasi atau prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
h.
Arah sikapnya terhadap kegiatan yang dilakukan.
39
Karakteristik motivasi belajar siswa adalah ciri khas perilaku siswa dalam kegiatan belajar sebagai usaha yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Anderson (Prayitno, 1989: 10) mengemukakan siswa motivasi belajarnya tinggi akan menunjukkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap pelajaran dan tugas-tugas belajar lainnya. Siswa akan memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikisnya terhadap kegiatan belajar , tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah akan menampakkan keengganannya cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Abdullah (Kurniasih, 2008: 37) mengemukakan karakteristik siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik adalah (1) berambisi, (2) bekerja keras, (3) tahan memperbaiki status sosialnya, (4) memberi penilaian yang tinggo terhadap produktivitas dan kreativitas, (5) bersaing dan kompetisi, (6) melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, (7) melakukan sesuatu lebih baik dari pada orang lain. Karakteristik siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah: (1) memberi penilaian yang rendah terhadap hasil kreasi dan hasil yang diperoleh dengan kompetisi, (2) apatis, (3) tindakannya kurang terarah pada tujuan, dan (4) cenderung mengucilkan diri atau menghindarkan diri. C. Bimbingan dan Konseling 1. Konsep Bimbingan dan konseling Bimbingan
merupakan
upaya
pembimbing
untuk
membantu
mengoptimalkan individu. Menurut Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (Juntika Nurihsan, 2006:7) menyatakan, Guidance may be defined as that part of
40
the total educasional program that help provide the personal apportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capatities in term of the democratic idea. Selanjutnya di terjemahkan sebagai berikut, bimbingan dapat didefinisikan sebagai bagian dari program pendidikan secara keseluruhan yang membantu mengembangkan kesempatan yang dimiliki individu dan pemberian layanan secara khusus dimana layanan yang diberikan setiap individu dapat berkembang secara optimal melalui kemampuan dan kapasitas secara bebas. Pengertian layanan bimbingan dan konseling (Guidance and Counseling) secara ringkas dikemukakan (Abin Syamsudin Makmun, 2004 : 277). a. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu; b. Layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar individu yang dibantu dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal; c. Layanan bimbingan dan konseling dapat membantu individu menjalani proses pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling ialah agar individu dapat 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, serta kehidupan masa yang akan datang; 2) mengembangkan selurih potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya; dan 4) mengatsi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
41
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja (Juntika Nurihsan, 2006:8). Dilihat dari permasalahan yang dialami individu di lingkungan pendidikan, layanan bimbingan dan konseling dibagi kedalam empat ragam layanan bimbingan yaitu 1) bimbingan akademik (belajar), 2) bimbingan pribadi sosial, 3) bimbingan karir), 4) bimbingan keluarga (Juntika Nurihsan, 2006: 15). Bimbingan akademik merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik (belajar). Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah pribadi sosial. Bimbingan karir merupakan
bimbingan
untuk
membantu
individu
dalam
perencanaan,
pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karir, serta bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan dan berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia. 2.
Program Bimbingan dan Konseling Program merupakan rancangan asas-asas atau usaha-usaha, sedangkan
istilah bimbingan berasal dari kata Guidance dengan kata dasar guide ini mempunyai arti menunjukkan, menentukkan, mengemudikan. Uman Suherman (2009: 10) mengemukakan bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu (konseli) sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli
42
(konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal dengan tuntutan lingkungan. Sedangkan istilah konseling secara etimologis berasal dari bahasa latin ‘consilium’ yag berarti “dengan” atau “bersama”. Menurut Winkel (1991: 62), Counseling berasal dari kata counsel, yang berarti nasihat (to abtain counsel), ajuran (to give counsel), pembicaraan (totake counsel). Jadi konseling merupakan upaya pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Uman Suherman (2007:15), konseling merupakan hubungan yang bersifat membantu agar konseli dapat tumbuh ke arah yang dipilihnya juga agar dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. S. Willis (2004: 18) menjelaskan konseling sebagai upaya bantuan terhadap individu agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang senantiasa berubah. Program bimbingan dan konseling merupakan rancangan usaha-usaha pemberian bantuan kepada konseli (siswa) oleh konselor agar konseli mampu mengembangkan diri secara optimal dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Program sering diartikan sebagai sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk
mencapai
sesuatu.
(Uman
Suherman,
2007:86)
mendefinisikan program sebagai “plan of what is to be done”. Program layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana menyeluruh dari aktivitas suatu
43
lembaga atau unit ynag berisi layanan yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Uman Suherman, 2007:90). Juntika Nurikhsan (2006: 64) mengartikan program dalam bimbingan dan konseling sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan. Program bimbingan dan konseling perkembangan adalah program yang bersifat proaktif, preventif, dan bersifat mengarahkan dalam proses membantu seluruh siswa menemukan pengetahuan, keterampilan, self awareness, dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam proses perkembangan individu. Dari berbagai definisi maka yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling adalah serangkaian rencana kegiatan layanan yang disusun secara sistematis berdasarkan pada analisis kebutuhan, dan secara keseluruhan bertujuan untuk menunjang pencapaian tujuan, visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah gambaran dari Program Bimbingan dan Konseling perkembangan (Juntikan Nurikhsan 2006: 70): 1) Program bimbingan dan konseling perkembangan menyediakan serangkaian program untuk setiap jenjang kelas; 2) Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan,
pengetahuan,
dan
sikap-sikap
yang
diperlukan
perkembangan yang sehat; 3) Mendukung pencapaian tujuan dan filosofi sekolah; 4) Menjadi bagian dari keseluruhan program sekolah; 5) Melibatkan seluruh staf sekolah, orang tua dan sejumlah komunitas
untuk
44
Sebagai layanan yang professional maka layanan Bimbingan dan Konseling harus memperhatikan kebutuhan siswa. William J. Kolarik (Juntika Nurikhsan, 2006: 55) mengungkapkan kualitas mutu layanan bimbingan akan mendapatkan pengakuan apabila layanan bimbingan dan konseling mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh para konseli. Secara lebih rinci Goetsch & Davis (Nurikhsan, 2006: 55) mengungkapkan mutu layanan bimbingan dan konseling merujuk pada proses dan produk layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat, serta pemerintah. Dengan kata lain, dalam penyusunan program layanan bimbingan dan konseling harus memperhatikan banyak aspek, dan hal yang paling pokok adalah program yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan tidak melenceng dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu penyusunan dan pengembangan program BK harus berdasarkan pada analisis kebutuhan yang validitas dan reliabilitas, sehingga data yang dihasilkan bisa dijadikan dasar pengembangan program. Abin Syamsudin Makmun (2004: 66) mengemukakan Program Bimbingan dan Konseling yang baik adalah yang efektif dan efisien dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa yang bersangkutan; 2) Kegiatan bimbingan disusun menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas;
45
3) Program dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan dalam merencanakannya; 4) Program
memiliki
tujuan
yang
ideal,
tetapi
realistis
dalam
pelaksanaannya; 5) Program mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota dan staf pelaksanaannya; 6) Menyediankan fasilitas yang diperlukan; 7) Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan yang bersangkutan; 8) Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua siswa yang bersangkutan; 9) Memperlihatkan
peranan
penting
dalam
menghubungkan
dan
memadukan sekolah dan masyarakat; 10) Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksananya. 3.
Konsep Bimbingan Belajar Menurut Cronbach (Bahri, 2002: 13) “learning is shown by change in
behavior as a resulof experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditujukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Howard L. Kingskey (Bahri, 2002: 13) “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed trought practice or training”. Belajar
46
adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan sebagai “learning is change is performance as a result of practice” (Bahri, 2002:13). Pengertian mengenai belajar menurut Witherington, 1952; Crow and Crow, 1958; Higard, 1962; Di Vesta and Thompson, 1970; Gage and barliner, 1970; Cronbach, 2002; dan Kingskey, 2002; Geoch, 2002 merupakan sebuah proses perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Menurut Nana Syaodih (2005: 156) terdapat beberapa pengertian mengenai perubahan belajar dapat menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut semua aspek kepribadian individu. Perubahan dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan lain sebagainya. Demikian juga “pengalaman” atau hal-hal yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan,
melakukan,
menghayati,
membayangkan,
merencanakan,
melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan, dsb. Teguh Handoko (2009: 2, online Tersedia Pada http:// www. minat dan prestasi.com/upload/2010/10/Perhatian-orang tua-dan-minat-belajar – denganprestasi- belajar-siswa.pdf.) menyebutkan prestasi belajar merupakan salah satu bentuk dari keberhasilan belajar, tetapi keberhasilan sesungguhnya ditunjukkan oleh ketajaman analisis, kemandirian belajar, kemampuan sintesis, evaluasi, dan kemampuan mentransfer hasil belajar dalam pengalaman nyata.
47
Belajar dan pembelajaran merupakan dua kata yang merujuk pada proses dan mempunyai arti berbeda. Menurut Ngalim Purwanto (2006 : 85), belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam transfer dan transformasi keilmuan, pengetahuan, budaya dan sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan (Muhammad Surya, 2003: 11). Pengertian belajar lainnya dirumuskan oleh Gagnet (1977: 80) dalam Ngalim Purwanto (1990: 80) yang menyatakan “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan pengalaman mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari setiap waktunya”, sedangkan Morgan (1955: 75) dalam Ngalim Purwanto (1990: 80) berpendapat belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi, belajar yang dikemukakan oleh dua unsur yang selalu terdapat atau terkandung pada setiap definisi, yaitu adanya perubahan dalam diri seseorang yang melakukannya. Beberapa pengertian yang telah dipaparkan terdapat beberapa perumusan yang berbeda satu sama lain, tetapi secara umum dapat dikatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah yang dilakukan individu. Bimbingan belajar merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang tepat bagi dirinya sendiri untuk dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan serta persiapan untuk
48
melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Cara-cara dan pola belajar yang kurang tepat bagi siswa akan mengakibatkan materi-materi pelajaran tidak dikuasai dengan baik, sehingga ketika mengikuti pelajaran selanjutnya akan menemui kesulitan yang cukup menghambat (Winkel, 1991 : 125-126). Bimbingan belajar sering juga disebut bimbingan akademik. Juntika Nurikhsan (2006:27) menyebutkan bimbingan akademik sebagai bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
akademik
seperti
pengenalan
kurikulum,
pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, dan lainlain. Bimbingan akademik dilakukan dengan cara meningkatkan suasana belajar mengajar agar terhindar dari kesulitan belajar. Tugas pembimbing dalam hal ini adalah membantu individu mengataasi agar sukses dalam belajar dan merih prestasi dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Bimbingan belajar adalah bimbingan yang menemukan cara belajar yang tepat, dalam mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai belajar, dan cara mengatur waktu dalam belajar (Winkel, 1985). Secara khusus bimbingan belajar ditujukkan untuk mengembangkan diri siswa agar mampu menemukan dan menciptakan cara yang cocok dalam belajar, baik penguasaan dalam materi ataupun kegiatan belajar lainnya sesuai dengan perkembangan keilmuan, teknologi, dan seni budaya (Sukardi, 2002: 464).
49
Aspek bimbingan belajar untuk siswa meliputi : a. Pemahaman tentang diri, terutama mengenai sikap, minat, bakat, dan kebiasaan dalam belajar dan disertai dengan usaha-usaha untuk perkembangannya secara spesifik seperti kedisiplinan, task commitment, dan tanggung jawab. b. Pengembangan kemampuan motivasi berprestasi baik dengan guru, keluarga, teman serta masyarakat. c. Pengembangan teknik penguasaan materi pelajaran dan pemahaman mengenai orientasi pendidikan yang akan dipilih. d. Pengembangan
pengetahuan
dan
pemahaman
mengenai
orientasi
pendidikan lanjutan dan hidup berkeluargadan bermasyarakat.
4. Tujuan Bimbingan Belajar Tujuan bimbingan dan konseling yang paling esensial adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya (menjadi lebih mampu), mendorong orang tua dalam mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta mendorong para guru untuk menyediakan atmosfir pembelajaran dikelas yang lebih sehat dan kondusif (Munandar, 1999:101). Abin Syamsudin Makmun (2004: 277) mengungkapkan tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal. Layanan bimbingan belajar bertujuan untuk membantu dan membekali individu (peserta didik) agar dapat
50
menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaankebiasaan belajar yang positif agar mencapai prestasi yang optimal. Secara umum, tujuan bimbingan belajar menurut Muhibin Syah (2004: 23) adalah tercapainya penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Secara khusus, tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut: a.
Siswa dapat memahami dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan dan kelemahan diri. Hal ini dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya. Menurut Munandar (1999 : 98) rasa aman dapat tercipta jika guru dapat menerima siswa sebagaimana adanya segala kekuatan dan kelemahannya dan tetap menghargainya. Guru seyogianya memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan diri dalam situasi siswa dengan melihat dari sudut pandang siswa.
b.
Siswa memiliki keterampilan belajar, misalnya keterampilan membuat pertimbangan dan mengambil keputusan. Siswa harus diperkenalkan dan dilatih pada situasi permasalahan atau persoalan yang rumit yang harus siswa alami agar dapat memberi pertimbangan dan menemukan penyelesaian paling tepat.
c.
Siswa mampu memecahkan masalah belajar, misalnya bagaimana cara menyelesaikan persoalan kreatif, tidak cukup hanya untuk mengemukakan macam-macam
gagasan
atau
menghasilkan
sejumlah
kemungkinan
51
penyelesaian masalah. Untuk dapat membuat pilihan, siswa harus mempunyai alasan dan patokan yang relevan untuk menilai pilihan yang terbaik. d.
Terciptanya suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Kondisi lingkungan yang dapat memupuk kemampuan siswa yaitu terlebih dahulu guru memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan diri dalam situasi dan sudut pandang siswa.
e.
Siswa memahami lingkungan pendidikan Adanya bimbingan belajar, diperoleh manfaat bagi siswa maupun konselor
di sekolah. Bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman dan efektif, dapat meningkatkan motivasi berprestasi. Syamsu Yusuf (2009:52) menyatakan bimbingan belajar bertujuan agar siswa memiliki kompetensi sebagai berikut: a.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,
seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. b.
Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, dan mencatat pelajaran.
d.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
52
e.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
D. Program Bimbingan Belajar a. Definisi Program Bimbingan Belajar Program menurut Arikunto dan Jabar (2004: 2) memiliki dua pengertian, secara khusus dan umum. Pengertian program secara umum adalah sebuah rencana dan secara khusus program memiliki pengertian yaitu sebagai suatu unit dari
satuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam satu wadah yang melibatkan dalam sekelompok orang. Program bimbingan diartikan Winkel (1997: 119) sebagai rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisisr, dan terkoordinasi selama periode tertentu. Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan kepada satu kerangka pikiran tertentu yang dapat mempengaruhi pola dasar yang dipegang dalam mengatur seluruh kegiatan bimbingan yang diadakan. Sukardi (2002: 28) menjelaskan bahwa persiapan program bimbingan di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei untuk menginventarisir
tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta
persiapan
sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling. Pola mengembangkan program bimbingan dipertimbangkan hal-hal berikut, yaitu: a. Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling;
53
b. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan; c. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan; d. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan; e. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu di prioritaskan; dan f. Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. Pengertian program yang telah dipaparkan yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling adalah suatu urutan rencana layanan bimbingan dan konseling yang dibuat secara sistematis, dan didesain untuk jangka waktu tertentu. Bimbingan akademik/belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga melalui proses perubahan belajar, individu dapat mencapai prestasi sesuai dengan kemampuannya (Kartadinata, 2002: 110 ). Bimbingan belajar dengan pendekatan perkembangan dipandang sebagai pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian terhadap tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan dan minat, serta membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi siswa disekolah (Myrick dalam Muro dan Kottman : 1995: 76). Program bimbingan belajar menurut Muhibin (2003: 23) merupakan seperangkat rencana kerja bimbingan untuk mengembangkan diri siswa agar mampu meningkatkan motivasi berprestasi dan menciptakan suasana belajar yang
54
efektif sehingga siswa dapat menguasai materi atau mengikuti kegiatan belajar secara sungguh-sungguh. Program bimbingan belajar yang akan dirumuskan bagi siswa SMA bertujuan untuk membantu siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi. Program yang disusun secara baik dan matang memberikan banyak keuntungan bagi siswa yang mendapatkan layanan maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang akan melaksanakannya. Keuntungan bagi siswa adalah (Uman Suherman & Dadang Sudrajat, 1998: 32), sebagai berikut: 1. Antara siswa satu dengan yang lainnya mendapatkan bimbingan secara seimbang, baik dalam kesempatan maupun jenis layanan; 2. Secara keseluruhan siswa memperoleh kesempatan yang sama dalam memperoleh layanan bimbingan. Selanjutnya manfaat bimbingan belajar bagi siswa agar siswa: 1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, disiplin dalam belajar dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan dengan memiliki sikap motivasi berestasi yang tinggi dan bersunguh-sungguh,
2. Memiliki motivasi berprestasi yang tinggi; 3. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif bagi dirinya sesuai dengan kebiasaan belajarnya; 4. Memiliki kesiapan mental dalam menghadapi ujian; 5. Membantu meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap proses belajar; 6. Membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
55
b. Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Program Program bimbingan berisikan sejumlah kegiatan layanan bimbingan. Suatu program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program bimbingan yang dikembangkan menjadi pedoman yang pasti dan jelas bagi tenaga pembimbing di sekolah sehingga kegiatan bimbingan di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, efisien serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses maupun hasil. Program bimbingan yang disusun secara baik dan matang tentu saja akan memberikan banyak keuntungan, yaitu baik bagi siswa yang mendapatkan layanan maupun bagi guru Bimbingan dan Konseling atau staf bimbingan yang melaksanakannya. Rochman Natawidjaya (1979:45) mengemukakan program bimbingan yang baik yaitu program yang efisien dan efektif. Program bimbingan yang efektif dan efisien tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a.
Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari siswa yang bersangkutan.
b.
Kegiatan bimbingan disusun menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
c.
Program dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan dalam merencanakannya.
d.
Program memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaannya.
e.
Program mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksanaannya.
56
f.
Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
g.
Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan yang bersangkutan.
h.
Memberikan
kemungkinan
pelayanan
kepada
semua
siswa
yang
bersangkutan. i.
Memperlihatkan
peranan
yang
penting dalam
menghubungkan
dan
memadukan sekolah dan masyarakat. j.
Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik megenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para petugas pelaksananya.
k.
Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal: 1) Pelayanan kelompok dan individual. 2) Pelayanan yang diberikan oleh berbagai guru Bimbingan dan Konseling. 3) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif. 4) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling. 5) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan. 6) Pemberian konseling umum dan khusus. 7) Pemberian bimbingan tentang program sekolah. 8) Pengguanaan sumber-sumber di dalam dan di luar sekolah. 9) Kesempatan untuk berpikir, merasakan, dan berbuat. 10) Kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.
57
Dewa Ketut Sukardi (2002:61) mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan program bimbingan yang terencana antara lain yaitu sebagai berikut. a. Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas. b. Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya. c. Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna. d. Pemberian pelayanan lebih teratur dan memadai. e. Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan bimbingan. f. Adanya kejelasan kegiatan bimbingan di antara keseluruhan kegiatan program sekolah. Dengan demikian pengembangan program bimbingan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah. Dalam mengembangkan program bimbingan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut. 1. Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling. 2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan bersangkutan. 3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan. 4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan. 5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan.
58
6. Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. c. Jenis-Jenis Layanan dalam Program Berdasarkan jenis layanan dalam bimbingan dan konseling dibedakan empat jenis layanan utama, yaitu: 1. Layanan dasar Layanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangkan mengembangkan perilaku jangka panjang dengan tahap dan tugas perkembangannya yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Layanan dasar bertujuan membantu para siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya pada aspek social dan pribadi. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya secara optimal. 2. Layanan Responsif Layanan responsif merupakan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, karena apabila tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembngannya.
59
Layanan responsif bertujuan membantu para siswa memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mengkin kuratif. Isi layanan responsive sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bidang pribadi dan sosial. 3. Layanan perencanaan individual Layanan perencanaan individual merupakan upaya bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melaksanakan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman mengenai peluang dan kesempatan yang tersedia lingkungannya.
Pemahaman
siswa
secara
mendalam
dengan
segala
karakteristiknya, penafsiran hasil asessmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Siswa mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk kebakatan dan kebutuhannya. 4. Dukungan sistem Dukungan sistem merupakan kegiatan-kegiatan
manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan sevara menyeluruh melalui pengembangan professional (hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), masyarakat lwbih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990). Ketiga komponen program di atas (layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual), merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada para siswa secara langsung, sedangkan
60
dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Program bimbingan belajar memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas. E. Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Program bimbingan belajar menurut (Moore-Thomas, 2004: 257) merupakan seperangkat rencana kerja bimbingan untuk mengembangkan diri siswa agar mampu meningkatkan motivasi berprestasi dan menciptakan suasana belajar yang efektif sehingga siswa dapat menguasai materi atau mengikuti kegiatan belajar secara sungguh-sungguh. Pengembangan program bimbingan belajar dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah merujuk pada yang diungkapkan oleh Mc Clelland (1985:125), motivasi berprestasi dapat berlangsung efektif melalui proses dari serangkaian perilaku yaitu siswa mempunyai tanggung jawab pribadi, siswa menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan, siswa berusaha bekerja kreatif, siswa berusaha mencapai cita-cita, siswa memiliki tugas yang moderat, serta melakukan kegiatan sebaik-baiknya. Berdasarkan aspek-aspek penelitian, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mempunyai tanggung jawab pribadi. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung
61
jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri. 2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran. 3. Berusaha bekerja kreatif. Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi. 4. Berusaha mencapai cita-cita Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya. 5. Mengadakan antisipasi. Mengadakan antisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian,
62
mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya. 6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Bimbingan dan konseling belajar bertujuan dalam membantu siswa, mengarahkan, membimbing serta membantu memilih kegiatan yang dapat mengembangkan potensi siswa dalam belajar. Bimbingan dan konseling belajar diharapkan dapat memandirikan siswa, siswa mampu mengatasi masalah belajar, mendorong siswa untuk memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi serta memberikan pemahaman tentang pentingnya belajar sebagai saranan mencapai cita-cita dan harapan masa depan. Pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa merupakan suatu program bimbingan yang didalamnya mencakup pengumpulan data melalui need asessment, perumusan tujuan, pengembangan komponen kerja, rencana kerja, pelaksanaan dan evaluasi dari kinerja konselor beserta dukungan sistem lainnya dalam rangka meningkatkan prestasi akademik siswa dalam motivasi berprestasi siswa di sekolah.
63
Pengembangan program bimbingan belajar dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa mengacu kepada struktur program bimbingan yang dapat dirumuskan pada suatu program yang didalamnya mencakup : a. Landasan program atau rasional; b. Perumusan visi dan misi c. Perumusan deskripsi kebutuhan berdasarkan hasil need asessmen; d. Perumusan Tujuan program e. Komponen program (layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem; f.
Rencana operasional;
g. Pengembangan Tema/topik; h. Pengembangan Satuan layanan; i. Evaluasi program. Secara umum, tujuan program bimbingan belajar (Muhibin, 2003 : 23) adalah tercapainya penyesuaian akdemik secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Secara khusus tujuan pengembangan program bimbingan belajar terkait dengan aspek motivasi berprestasi yaitu agar siswa dapat : 1. Memiliki sikap kepuasan terhadap tugas dengan hasil usaha (pekerjaan) sendiri; 2. Memiliki sikap bertanggung jawab atas tindakannya sendiri; 3. Memiliki sikap Disiplin pribadi yang tinggi;
64
4. Mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan,dan mampu menguasai secara tuntas materi pelajaran; 5. Inovatif dan kreatif dalam mempergunakan cara belajar sehingga memperoleh prestasi yang tinggi; 6. Memiliki sikap gigih dan giat dengan cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya; 7. Memanfaatkan waktu untuk belajar lebih keras sehingga memperoleh hasil yang baik dan berusaha mencapai cita-cita; 8. Belajar dari kegagalan dan manfaatkan pengalaman hidup; 9. Selalu memiliki tujuan dan harapan jangka panjang dan Berorientasi masa depan; 10. Tidak lekas puas karena selalu ingin mencapai hasil yang baik dari sebelumnya. Pada mencapai tujuan program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan strategi layanan bimbingan dan konseling. Strategi bimbingan dan konseling terdiri dari bimbingan klasikal, bimbingan kelompok konseling individual, konseling kelompok, dan pengajaran remedial. Menurut Syamsu Yusuf (2009: 79) strategi bimbingan dan konseling dalam pengembangan program bimbingan khususnya bimbingan belajar mengenai motivasi berprestasi siswa di sekolah diklasifikasikan berdasarkan jenis layanan yakni layanan dasar dengan menggunakan strategi bimbingan klasikal dan dinamika kelompok, serta layanan responsif menggunakan strategi dengan konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi.
65
Juntika Nurihsan (2006:8) menyatakan tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan akademik, perkembangan karir serta kehidupan pada masa akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya; dan (4) mengatasi hambatan serta kseulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian denga lingkungan pendidikan, masyarakat, atupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan, siswa harus mendapatkan kesempatan untuk (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya; (2) mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya; (3) mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidupnya, serta rencana pencapaian tujuan tersebut; (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat; (6) menyesuaiakan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; serta (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat, teratur, dan optimal. Suatu program layanan bimbingan belajar tidak mungkin tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa yaitu layanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa memiliki
66
motivasi dalam mencapai suatu prestasi guna menunjang sikap dalam meraih prestasi sehingga mencapai tujuan belajar yang efektif. Pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa diharapkan dapat tersusun secara sistematis, terarah, dan terpadu. Untuk mencapai program yang terintegrasi secara sistematis khususnya untuk meningkatkan motivasi berprestasi melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Perencanaan Perencanaan, meliputi penetapan tujuan, kegiatan layanan bimbingan belajar, metode dan teknik, media dan alokasi waktu. a. Tujuan yang disusun merupakan tujuan secara umum penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. b. Kegiatan layanan dalam program yang disusun mencakup pemberian materi-materi bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dalam program. c. Metode dan teknik yang digunakan dalam pemberian materi bimbingan belajar adalah bimbingan kelompok karena didasarkan pada permasalahan kelompok dengan teknik diskusi, permainan dan sebagainya. Sebagian kecil
dilakukan
melalui
konseling
individual
didasarkan
pada
permasalahan yang sifatnya individual. d. Media yang digunakan disesuaikan dengan metode serta teknik yang dimanfaatkan. Alokasi waktu yang ditentukan mengacu pada metode dan teknik yang digunakan agar proses pencapaian optimal.
67
Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dapat dilakukan melalui bimbingan belajar yang terintegrasi dalam satuan layanan/ pendukung yang memperhatikan hal-hal berikut: a.
Menetapkan materi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan atau permasalahan mengembangkan motivasi dalam mencapai suatu prestasi;
b.
Menetapkan tujuan yang ingin dicapai; tujuan yang disusun merupakan tujuan secara umum penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
c.
Menetapkan sasaran kegiatan layanan bimbingan.
d. Menetapkan bahan, sumber bahan, dan nara sumber, serta personil yang terkait dan peranannya dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi siswa. e. Menetapkan metode, teknik khusus, media dan alat yang digunakan dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa. f. Menetapkan rencana penilaian (evaluasi) terhadap program bimbingan pribadi sosial dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi siswa. g. Mempertimbangkan keterkaitan antara layanan yang direncanakan dengan kegiatan lainnya. h. Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan layanan; Alokasi waktu dan tempat yang ditentukan mengacu pada metode dan teknik yang digunakan agar proses pencapaian optimal.
68
2.
Pelaksanaan Proses pelaksanaan meliputi proses pemberian layanan bimbingan belajar
untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Strategi yang digunakan dalam pemberian layanan adalah bimbingan klasikal, bimbingan kelompok dengan memanfaatkan teknik diskusi, role playing dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok. Materi layanan yang akan diberikan mencakup materi-materi yang dapat membantu siswa memiliki pemahaman mengenai pentingnya motivasi berprestasi sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi berprestasi. Pihak yang terlibat dalam proses pemberian layanan adalah konselor atau guru pembimbing sebagai pihak utama dan beberapa pihak lain yang berperan sebagai pihak yang diajak untuk bekerjasama dalam upaya pemberian layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. 3.
Evaluasi Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi
siswa, program diharapkan dapat tersusun secara terarah dan sistematis, sehingga program dapat memfasilitasi siswa dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan kematangan intelektual khususnya dalam meraih prestasi di sekolah. Evaluasi program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi beprestasi siswa
dilakukan berpedoman pada pelaksanaan evaluasi CIPP
(Context, Input, Process, dan Product), yang dimana evaluasi dilaksanakan beriringan dengan pada saat analisis kebutuhan dan perancangan desain program (pra program), pelaksanaan program dan akhir pelaksanaan program (hasil
69
program). Tujuannya adalah untuk menentukan keputusan atas kualitas analisis kebutuhan, pelaksanaan program dan out put program, sehingga dapat ditentukan langkah pengembangan program selanjutnya. Adapun segi yang akan dievaluasi secara rinci adalah : a.
Context (kontes program), Evaluasi lebih menekankan pada keberhasilan tujuan program. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi relevansi program dengan kebutuhan siswa serta struktur dan komponen program.
b. Input (masukan program), meliputi pengumpulan dan pengolahan analisis kebutuhan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. c.
Process (pelaksanaan program), meliputi aktivitas siswa pada setiap sesi layanan, fasilitas layanan yang digunakan, pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan layanan, keterlaksanaan kegiatan bimbingan sesuai dengan program dan analisis hambatan yang ditemukan.
d. Product (hasil program), yaitu perubahan cara pandang, sikap, dan kemampuan siswa memiliki motivasi berprestasi setelah mendapatkan layanan. Indikator keberhasilan secara umum ialah siswa yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan motivasi dalam berprestasi sehingga siswa mampu mandiri dan mengembangkan potensi siswa secara optimal. Tujuan umum dijabarkan ke dalam tujuan yang mengarah keefektifan hidup sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa. Indikator keberhasilan secara khusus, keberhasilan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa mengacu pada:
70
a) Siswa yang memiliki kesiapan menghadapi situasi berprestasi, merasa optimis sukses dapat diraih, dan dapat mengerjakan tugas sesuai standar atau target yang akan dicapai. b) Siswa memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, memiliki sikap menghargai waktu serta dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang. c) Siswa siap menghadapi resiko untuk gagal, memiliki sikap suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi akademik yang di milikinya. d) Siswa menunjukan keuletan, tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya. Pengembangan program bimbingan belajar untuk motivasi berprestasi siswa merupakan suatu program bimbingan yang didalamnya mencakup pengumpulan data melalui need assessment (analisis kebutuhan), perumusan tujuan, pengembangan komponen kerja, rencana kerja, pelaksanaan dan evaluasi dari kinerja konselor beserta dukungan sistem lainnya dalam rangka meningkatkan motivasi berestasi siswa di sekolah. Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa mengacu kepada struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan. Secara lengkap, isi ruang lingkup program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa yaitu:
71
a.
Rasional
b.
Visi dan Misi
c.
Deskripsi Kebutuhan berdasarkan hasil need assessment
d.
Tujuan program
e.
Komponen program
f.
Rencana operasional
g.
Pengembangan Tema/topik;
h.
Pengembangan Satuan Layanan;
i.
Evaluasi program