1
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Grup Paduan Suara Gelora Bahana Patria asal mulanya terdiri dari dua kelompok paduan suara, yaitu Paduan Suara Bahana Patria milik ormas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan grup Paduan Suara Gelora Patria milik ormas Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI), yang keduanya didirikan di Yogyakarta pada tahun 1964. Paduan Suara Bahana Patria dan Gelora
Patria
masing-masing
menjalankan
misinya
sebagai
wahana untuk mengumandangkan lagu-lagu perjuangan. Kedua kelompok paduan suara ini kemudian berupaya membentuk dan melatih kelompok paduan suara pada masyarakat di kampungkampung wilayah kota Yogyakarta, wilayah kabupaten Sleman, kabupaten Bantul, kabupaten Kulon Progo, kabupaten Gunung Kidul, yang meluas hingga ke kota Klaten, kota Sragen, dan kota Muntilan. Hasil dari aktivitas pelatihan itu kemudian dilombakan dengan tujuan sebagai pelestarian lagu-lagu perjuangan sebagai pemersatu bangsa, khususnya di kalangan generasi muda. Aktivitas itu berhasil menghimpun sekitar 20 kelompok paduan suara dari berbagai wilayah tersebut di atas, kemudian tampil
2
pada tanggal 4 Juli 1965 dalam konser akbar di Gedung Agung Yogyakarta disaksikan oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1990 diselenggarakan reuni akbar paduan suara Bahana Patria dan Gelora Patria di Jakarta yang dihadiri oleh 165 anggotanya, untuk melakukan konsolidasi bergabung menjadi organisasi baru dengan nama paduan suara Gelora Bahana Patria. Tujuan pembentukan paduan suara ini adalah untuk memperkuat kedudukan organisasi dalam upaya untuk melestarikan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Sejarah organisasi paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta tidak terlepas dari peristiwa yang terjadi dimasa sebelumnya, dan mempengaruhi peristiwa yang terjadi dimasa berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi secara sistematis dan berkesinambungan tentang perjalanan setengah abad aktivitas dan peran
grup paduan suara Gelora
Bahana Patria sejak masa Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reformasi,
dalam
upaya
melestarikan
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia. Menyandang sebagai grup paduan suara bersifat amatir, tentunya tidak semata-mata membebani finansial kepada para anggotanya. Hal ini untuk menghindari sifat komersialisme yang dapat mempengaruhi kelangsungan organisasi sehingga grup paduan suara ini yang dapat bertahan dan berdiri hingga saat ini.
3
Sejarah grup Paduan Suara Gelora Bahana Patria seperti dikemukakan tersebut, memberikan gambaran tentang aktivitas kelompok masyarakat yang dilakukan dari waktu kewaktu, dan memberi perhatian terhadap kebudayaan khususnya lagu-lagu perjuangan. Aktivitas ini dilakukan dari masa kemasa hingga dari generasi kegenerasi berdirinya grup paduan suara di awal kelahirannya tahun 1964-1980, dan masa kebangkitan tahun 1990-2015. Aktivitas itu diantaranya, (1) Membentuk organisasi paduan suara, (2) Melaksanakan konser diberbagai tempat dari waktu kewaktu
dengan
reportoar
lagu-lagu
perjuangan
masa
prakemerdekaan dan pascakemerdekaan. (3) Menyelenggarakan kursus
musik
guna
menjaring
anggota
paduan
suara.
(4)
Menyelenggarakan lomba paduan suara dalam upaya melestarikan grup
paduan
suara
Menyelenggarakan
dan
sarasehan
lagu-lagu dan
perjuangan.
seminar.dalam
(5)
rangka
menggalakkan lagu-lagu perjuangan. (6) Melatih paduan suara di sekolah
umum
mulai
tingkat
SD,
SMP,
dan
SMA.
(7)
Menyelenggarakan workshop mengenai aubade paduan suara dan lagu-lagu perjuangan (8) Merilis rekaman paduan suara, dan lagulagu
perjuangan
yang
disumbangkan
kepada
masyarakat,
pendidikan, dan intansi agar disebarluaskan dan diperdengarkan secara
umum.
(9)
Menyelenggarakan
aubade
melibatkan
4
masyarakat, dan generasi muda dalam rangka menyambut hari besar nasinoal. Keputusan pemerintah berdasarkan instruksi Menteri Muda Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, No 1 tanggal 17 Agustus 1959 dengan menetapkan lagu-lagu perjuangan sebagai lagu wajib yang
diajarkan
di
sekolah
umum,
serta
wajib
diketahui
masyarakat di seluruh Indonesia mulai usia anak-anak hingga orang dewasa. Peran paduan suara Gelora Bahana Patria sesuai dengan upaya
pelestarian
budaya
khususnya
lagu-lagu
perjuangan
termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 32 dinyatakan bahwa nilai-nilai dan peninggalan sejarah yang mengandung nilai kejuangan, perlu dibina untuk memupuk semangat perjuangan cinta tanah air.1 Karya arransemen dalam kajian musikologis adalah upaya untuk melestarikan budaya bangsa bertujuan memberi nuansa baru pada lagu agar terkesan lagu baru agar dicintai oleh generasi muda. Dalam mengembangkan karya arransemen
paduan
suara
Gelora
Bahana
Patria
berhasil
melahirkan generasi di bidang musik, yaitu dirigen dan arranger yang handal. Karya arransemen yang dirintis sejak tahun 1964 oleh Nortier Simanungkalit kemudian dilanjutkan oleh Lilik Sugiarto dan R.M. Priyo Dwiarso baik perannya sebagai arranger 1
Garis-garis Besar Haluan Negara (Surakarta:Pabelan, 1993), 87
5
maupun dirigen paduan suara. Tantangan bagi paduan suara Gelora Bahana Patria saat ini bagaimana peran paduan suara dan lagu-lagu
perjuangan
menumbuhkan
dapat
semangat
mendorong
ethos
kerja
kerja
keras
membangun
disiplin
nasional dalam arti yang luas. Agar lagu-lagu tersebut memiliki perannya di dalam masyarakat maka perlu dilakukan sosialisasi dengan mengubah lagu tersebut dalam bentuk karya arransemen. Peran lagu-lagu perjuangan sebagai karya seni monumental berfungsi meningkatkan nilai-nilai kejuangan dikaitkan dengan tempat,
peristiwa
perjuangan,
terjadi
diakui
ketika
masyarakat
lagu dan
itu
menjadi
inspirasi
pemerintah
dengan
menganugerahkan penghargaan kepada pencipta lagu sebagai pahlawan nasional.2 Penelitian aktivitas dan peran paduan suara Gelora Bahana Patria
memiliki
arti
penting
karena
lagu-lagu
perjuangan
merupakan sarana yang efektif dalam membangun nasionalisme dan kecintaan kepada tanah air dan bangsa. Sementara itu pemahaman
dan
penghayatan
lagu-lagu
perjuangan
yang
diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya belum memadai, dan sekedar
sebagai
atribut
dalam
kegiatan
upacara
bendera.
Demikian pula halnya lagu-lagu perjuangan di tengah masyarakat hanya terdengar pada saat peringatan Proklamasi Kemerdekaan 2
Supriatun,. Karya Seni Monumental Seni pertunjukan (Jakarta: Depdikbud, 2008), 2.
6
Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, setelah itu menghilang ditelan masa dan muncul ditahun berikutnya Permasalahan yang diahadapi bahwa lagu-lagu perjuangan secara patronasi menjadi repertoar korp musik militer milik TNI, dan Polri, namun repertoar ini diarransemen dalam bentuk musik instrumental, tidak dinyanyikan syairnya. Aktivitas korp musik secara khusus digunakan dalam satuan militer untuk internal masing-masing dan tidak dipublikasikan kepada masyarakat luas. Selain itu lagu-lagu perjuangan dikalangan sipil tidak mendapat perhatian secara khusus baik bagi pelestariannya maupun cara penanganannya. Dalam kondisi ini maka lahirlah paduan suara Gelora Bahana Patria yang dapat menggantikan peran korp musik militer yang memiliki patronasi berbasis pada lembaga pendidikan. Permasalahan berikut nilai-nilai yang terkandung dalam lagulagu perjuangan dari masa kemasa mengalami tantangan dan hambatan akibat perubahan zaman. Perkembangan kehidupan musikal saat ini lebih dominan mengarah kepada musik hiburan semata, sehingga penghayatan pada nilai-nilai kebangsaan dalam lagu-lagu perjuangan tidak berjalan sesuai dengan harapan. Situasi ini menunjukkan keberadaan paduan suara Gelora Bahana Patria tentunya mempunyai peran strategis melestarikan lagu-lagu
7
perjuangan
melalui
karya-karya
arransemen
agar
dicintai
masyarakat dan generasi muda. Dari permasalahan tersebut di atas penelitian ini memilih topik dengan judul Bahana
Patria
Perjuangan
“Aktivitas dan Peran Paduan Suara Gelora
Yogyakarta Indonesia”.
permasalahannya,
agar
Dalam
Melestarikan
Penelitian hasilnya
dapat
ini
Lagu-lagu dirumuskan
bermanfaat
dalam
memberikan sumbangan bagi masyarakat Yogyakarta khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
B. Rumusan Masalah Masalah penelitian yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana sejarah berdirinya paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta? 2. Bagaimana dinamika aktivitas paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta.? 3. Bagaimana peran paduan suara dalam melestarikan lagu-lagu perjuagan Indonesia?
8
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejarah perkembangan paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta. 2. Mengindentifikasi aktivitas paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta tahun 1964 – 2015. 3.
Membahas
peran
paduan
suara
Gelora
Bahana
Patria
Yogyakarta dalam melestarikan lagu-lagu perjuangan melalui karya arransemen.
D. Manfaat Penelitian 1. Menemukan nilai yang mencerminkan nasionalisme dan kecintaan
tanah
air
melalui
paduan
suara
dan
lagu-lagu
perjuangan. 2. Memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang musik khususnya paduan suara. 3. Menjadi referensi bagi analisis musik tentang lagu-lagu perjuangan Indonesia. 4.
Menjadi
sumber
arransemen paduan
ide
pengembangan
kreativitas
karya
suara dalam melestarikan lagu-lagu
perjuangan guna memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia
9
E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dimaksudkan sebagai acuan mencermati pustaka-pustaka yang berhubungan dengan Aktivitas dan Peran Paduan
Suara
Gelora
Bahana
Patria
Yogyakarta.
Sumber
kepustakaan yang langsung maupun tidak langsung terkait dengan pokok masalah sejarah paduan suara di Indonesia dan beberapa
penelitian
perjuangan.
Tahapan
yang
berhubungan
selanjutnya
agar
dengan
lebih
lagu-lagu
mudah
dalam
mendiskripsikan kepustakaan yang menjadi rujukan, penjelasan selanjutnya akan disesuaikan dengan pokok masalah antara lain sebagai berikut.
1. Triyono Bramantyo (1997) dalam Disertasinya di Osaka University Jepang berjudul “Historical Studies of Wetern Music Disseminasi in Indonesia and in Japan Trough 16 th Century Jessuits Misionary Aktvities” Disseminasi Barat di Indonesia dan Jepang dimulai abad enam belas, yaitu tepatnya pada tahun 1512 di Indoneia, dan pada tahun 1543 di Jepang yang penyebarannya kedua
negara
itu
dilakukan
oleh
serikat
Yesus
dengan
memperkenalkan lagu Gregorian di Maluku, Indonesia, dan kota Khushu Jepang sebagai bagian dari penyebaran agama Kristen Katolik di kedua negara tersebut. Musik ternyata menjadi alat
10
komunikasi yang ampuh bagi misionaris untuk menyebarkan agama dan ajarannya. Musik mempunyai beberapa fungsi penting diantaranya sebagai alat komunikasi dan pengukuhan terhadap upacara keagamaan di beberapa daerah di Indonesia musik masih merupakan bagian dari upacara keagamaan. Di Bali misalnya bahwa kesenian termasuk musik dan tari merupakan simbol dari masyarakat, dan mendramatisasikan kehidupan agama Hindu sampai sekarang. Musik merupakan bahasa disamping memiliki estetika lokal, dia juga memiliki estetika universal yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat di dunia tanpa batas waktu dan geografis. Itulah kiranya yang menyebabkan bahwa lagu-lagu Gregorian dapat diterima di Indonesia dan Jepang, yang kemudian menadi awal sejarah disseminasi musik Barat di jepang, yang kemudian menjadi awal sejarah disseminasi musik Barat di timur. Memuncaknya pengaruh musik barat di Indonesia terjadi sesudah Belanda menjadi penguasa di Indonesia lebih dari tiga setengah abad. Sesudah Indonesia merdeka tahun 1945 keadaan itu memberi peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk menerima pengaruh asing, termasuk musik Barat itu sendiri. Keputusan
politik
menggunakan
yang
musik
diambil
Barat
oleh
sebagai
kedua
bahan
negara
studi
untuk
musik
di
11
Indonesia dan Jepang dianggap keputusan yang tepat oleh karena musik barat memiliki filsafat, etika, dan estetika yng tinggi, serta dapat digunakan sebagai alat pengembangan musik bangsabangsa di dunia termasuk musik Indonesia dan Jepang.
2. Victor Ganap (2006) dalam disertasinya di UGM Yogyakarta berjudul “Keroncong Toegoe” Pada tahun 1513 kapal-kapal Portugis datang dan membuang sauh di lepas pantai Sunda kelapa dalam
pelayaran
mereka
dari
Maluku
untuk
mendapatkan
rempah-rempah. Persinggahan itu menandai dimulainya muhibah antar bangsa Indonesia dengan bangsa Eropa. Sejak tahun 1511 Malaka memang telah di duduki armada Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan mereka. Meski kehadiran Portugis di Asia tenggara dapat diketahui relatif singkat, sejarah Batavia mencatat keberadaan kelompok Mardijkers, laskar Portugis asal Benggali dan Coromandel di Malaka yang di tawan VOC sebelum kemudian dimerdekakan sebagai Mardijkers. Selanjutnya pada abad 19 kelomok mardijkers itu membukakan diri dan membaur dengan masyarakat Batavia pada umumnya. Disertasi ini bertujuan meneliti tentang sebuah komunitas Kristiani yang berada di kampung Tugu, Jakarta Utara yang telah mampu bertahan hidup bersama peninggalan musik portugis yang
12
di kenal sebagai Krotjong Toegoe. Disertasi ini menemukan bukti lain, bahwa komunitas tugu adalah keturunan sekelompok laskar laut Portugis asal Goa yang melarikan diri dari Maluku bersama keluarga mereka asal pulau Banda dan terdampar di pantai Cilingcing. Mereka ditangkap oleh VOC dan pada tahun 1661 dibuang ke kampung Toegoe. Akibat terisolasi dari kehidupan kota, mereka mengusir kesepian dengan bermain musik dan menyanyikan lagu-lagu Portugis. Musik mereka kemudian menjadi cikal bakal genre musikal kroncong Toegoe dengan karakteristik sebagai musik yang mengiringi kelompok penyanyi dengan gaya yang spontan dan bersahaja tanpa ornamentasi dan vibrato. Genre itu memiliki pembawaan ekspresi yang spontan dalam menyanyi. Lagu Moresco dan Cafrinho memperlihatkan pengaruh Portugis asal Moor dan Africa. Adapun iringan musik yaitu terdiri dari tiga gitar kecil buatan sendiri, yaitu Prounga berukuran agak besar, Macina berukuran sedang, dan Jitera berukuran paling kecil. Musik kroncong diyakini telah dilahirkan di kampung Toegoe sejak lebih tiga abad yang lalu. Namun kegiatannya tercatat untuk pertamakali ketika mereka mendirikan orkes krontjong Moresco Toegoe
pada
tahun
1925.
Mereka
percaya
bahwa
dengan
melestarikan musik krontjong yang diwariskan kepada mereka, itu merupakan penghormatan terhadap para leluhur.
13
Meski
musik
kroncong
Toegoe
diyakini
dari
Portugal
penelitian ini mengatakan bahwa kroncong Toegoe adalah sebuah musik hibrid, campuran dari berbagai budaya barat dan non Barat yang membaur membentuk sintesis musikal yang unik. Komunitas Toegoe boleh saja menganggap bahwa mereka adalah keturunan Portugis, namun pada kenyataannya mereka telah bercampur dengan kelompok etnik lainnya, meniru gaya hidup orang Belanda, dan sebagian mereka keturunan Indo Belanda. Betapun juga kroncong Toegoe adalah cikal bakal dari musik kroncong satu aliran besar musik Indonesia yang telah diterima dan menjadi milik bangsa Indonesia. Komunitas tugu memang hidup tidak terpisahkan dari musik karena menurut tradisi merteka setiap anggota komunitas Tugu diisyaratkan yang mereka miliki secara turun temurun kehidupan musik krocong Tugu diyakini akan langgeng selamanya.
3.Edi Susilo (2015) dalam disertasinya di UGM Yogyakarta berjudul “Aktivitas dan Perkembangan Orkes Simfoni Jakarta”. Orkes simponi adalah salah satu bentuk orkestra barat yang melibatkan seperangkat instrumen, terdiri dari seksi gesek, seksi tiup kayu, seksi tiup logam dan seksi perkusi, dengan jumlah musik sebanyak 60 hingga 100 orang.
14
Penelitian ini difokuskan pada lembaga orkes simfoni Jakarta salah satu aset dari kota metropolitan jakarta, yang pengelolaannya berada di bawah koordinasi pemerintah DKI Jakarta, bekerjasama dengan lembaga penyiaran publik radio Jakarta, bekerjasama dengan lembaga penyiaran publik radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengangkat
dan
mengetengahkan
keberadaan
orkes
simfoni Jakarta. Sejarah berdirinya aktivitas dan perkembangannya sejak didirikan pada tahun 1970 hingga saat ini, serta menganailis prospek keberlanjutan dan peningkatan peranannya pada masa depan
dalam
menunjang
kehidupan
musikal
masyarakat
perkotaan Jakarta. Penelitian disertasi ini merupakan penelitian kualitatif
yang
berpegang
pada
disiplin
musikologi
dengan
mengunakan multi disiplin. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan sebuah orkes simfoni yang berasal dari Eropa kemudian berkembang keseluruh dunia termasuk Indonesia memerlukan
penaganan
yang
profesional,
disebabkan
biaya
produksi yang tinggi meliputi biaya latihan dan pergelaran, diawali dengan pengadaan sarana instrumen, penyewaan auditorium, penyediaan kepustakaan partitur mudik simfoni, dan remunerasi sumber daya musisi.
15
Keberadaan orkes simfoi Jakarta tidak saja mendukung pergelaran karya musik simfoni, melainkan juga telah membuka jalan berdirinya berbagai orkes simfoni lainnya di Indonesia. Orkes simfoni Jakarta telah banyak melakukan aktivitas pergelaran namun tetap memerlukan patronasi secara berkelanjutan, agar pengelolaannya mampu membiayai berbagai aktivitas organisasi dan kesejahteraan para musisi pendukungnya. Penelitian disertasi ini berupaya memberikan alternatif konsep yang kreatif dan tepat guna
untuk
musiknya,
mencapai
namun
juga
taraf
profesional
mampu
dalam
menghidupi
pergelaran
diri
melalui
aktivitasnya dari waktu kewaktu.
4.James David mooney (1937), teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi. Salah satu kajian teori
organisasi
diantaranya
membahas
tentang
bagaimana
sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasi visi dan misi organisasi tersebut. Organisasi artinya alat, bagian atau anggota
badan
yang
menyatakan
bahwa
organisasi
adalah
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu organisasi sebagai sistem dari usaha-usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dengan demikian organisasi
16
dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian yaitu sebagai alat dan sebagai fungsi, atau organisasi sebagai managemen. Dalam
organisasi
atau
ketatalembagaan
sering
disebut
dengan istilah personnel. Personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri
dari
unsur
pimpinan
(administrator)
sebagai
unsur
pimpinan tertinggi dalam organisasi yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dengan para anggotanya.
Semua
itu
secara
bersama-sama
merupakan
kekuatan manusiawi (man power) organisasi.3 Dari permasalahan-permasalahan di atas tak ada satupun yang membahas topik penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat dikatakan masih orisinal.
F. Landasan Teori Penelitian dengan
ini menggunakan pendekatan multi disiplin
pendekatan
musikilogis
historis
Indonesia.
Dalam
penelitian ini juga menggunakan cara berfikir diakronik atau kronologis, disusun suatu kejadian-kejadian secara berurutan
3
James David Mooney. The Principle of Organization (New York: Harper, 1937), 19
17
sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat
membantu
merekonstruksi
kembali
suatu
peristiwa
berdasarkan urutan waktu secara tepat. Sedang konsep berfikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang sesuatu hal yang menjadi fokus pembahasan, sebagai langkah penting dalam menganalisis permasalahan yang akan diungkap. Dukungan teori dan konsep bertujuan membangun suatu pengertian terhadap fakta-fakta historisnya. Dalam kaitan itu maka teori pendukung dan fakta historisnya diorganisir kedalanm penafsiran-penafsiran, deskripsi eksplanatif mengenai aktivitas dan peran paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta dalam melestarikan lagu-lagu perjuangan.
1. Teori Sejarah (Diakronis) Johan Galtung (1970) Sejarah mengajarkan kepada manusia cara berfikir kronologis, artinya berfikir secara runtut, teratur dan berkesinambungan. Sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich, dalam bahasa latin artinya melampau waktu. Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Dengan konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa.
18
Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman dari periode ke periode berikutnya. Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Berfikir secara diakronis
dapat
memberikan
penjelasan
secara
kronologis.
Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya.4 Kronologi
dalam
peristiwa
sejarah
dapat
membantu
merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu
secara
tepat,
selain
itu
dapat
membantu
untuk
membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat
berbeda
yang
terkait
peristiwanya.
Contoh
berfikir
diakronis menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pada peristiwa-peristiwa yang melatar belakanginya, seperti peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda
Indonesia
Rengasdengklok,
terhadap
penyusunan
kekalahan teks
Jepang,
proklamasi
peristiwa dan
lain
sebagainya.
4
Johan Galtung, Diacronic Generalation, Proces Generalisis and Causal Analysis (New York: Peloncut, 1970), 94.
19
Sejarah itu diakronik maksudnya memanjang dalam waktu, sedang ilmu sosial itu sinkronik artinya ilmu sosial meluas dalam ruang. Melalui pendekatan
diakronik sejarah mementingkan
proses, sejarah membicarakan suatu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B misalnya revolusi Fisik di Indonesia
pada tahun 1945-1949. Melalui pendekatan
sinkronik, sejarah menganalisis sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Artinya tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi separti itu. Misalnya aktivitas dan Peran suara
Gelora Bahana Patria
Yogyakarta
(1964-2015)
paduan dalam
melestarikan lagu-lagu perjuangan, disini penggambaran sejarah yang menganalisis struktur dan fungsi
pada tahun 1964-2015.
Kedua ilmu ini saling berhubungan anatara ilmu sejarah dan ilmu sosial, yaitu ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu
sosial
yang
sinkronis,
artinya
ada
kalanya
sejarah
menggunakan ilmu sosial. Sebagai contoh, kondisi perekonomian di Indonesia pada era orde baru tahun 1966 sampai dengan 1998 yang ditulis oleh seorang ahli ekonomi.
20
2. Managemen Organisasi Seni Pertunjukan William J. Boumall & G Bowen (1966) organisasi seni pertunjukan
merupakan
bagian
yang
sangat
penting
bagi
masyarakat. Pertunjukan seni yang baik dapat dunikmati oleh masyarakat
serta
menumbuhkan
kebanggaan
bagi
para
pelakunya. Manajemen merupakan salah satu unsur penting yang menunjang keberhasilan organisasi seni pertunjukan sehingga pertunjukannya dapat tampil dengan baik, serta sehat dalam pengelolaan organisasinya. Organisasi seni yang kegiatan seninya terbatas atau sedikit tentu membutuhkan pengetahuan manajemen yang berbeda dengan organisasi yang kegiatannya seninya beragam. Demikian juga organisasi seni yang kegiatan dan lingkup fungsi manajemen hanya
berproduksi
saja,
tentu
membutuhkan
pengetahuan
manajemen yang berbeda dengan organisasi yang kegiatannya lebih variatif dan telah mencangkup semua fungsi manajemen. Berdasarkan pandangan tersebut maka pengklasifikasian organisasi seni petunjukan untuk kepentingan manajemen, dapat dilaihat dari dua aspek besar yaitu cakupan fungsi manajemen (horisontal), dan cakupan kegiatan kesenian (vertikal).
21
Organisasi yang berorientasi bisnis memandang seni sebagai komoditi bisnis atau industri. Organisasi seperti ini banyak diminati, karena bisa dipakai sebagai tempat untuk berkarier dan mencari napkah. Ada kecenderungan organisasi seni pertunjukan yang berorientasi bisnis memiliki tenaga pengelola yang dapat melayani organisasi ini setiap saat bila diperlukan. Dalam perkembangannya
organisasi
ini
berhasil
mengembangkan
karyanya, dan memiliki publik penontonnya, mulai dituntut untuk memiliki cukup dana. Organisasi seni pertunjukan seperti ini
mulai
berorientasi
kearah
bisnis
dengan
pertimbangan
membutuhkan dana untuk mengembangkan kreasinya . Bagi organisasi yang berhasil mempertahankan orientasi ke karya seninya, dan mampu mendatangkan dana untuk mengembangkan karyanya, cenderung menyerahkan pengelolaan organisasinya kepada pengelola yang cukup waktu untuk melayaninya.5 Pembagian hasil dalam kerjasama seperti ini memiliki bermacam ragam kemungkinannya, tergantung besar kecilnya tanggung jawab pengelola dibebankan kepadanya. Di Inggris misalnya dilingkungan teater frofesional pembagian biasanya berlaku
pengelola
menerima
dana
cukup
besar
dari
hasil
pertunjukan tersebut.
5
William J. Boumal & William G. Bowen. Ferforming Art: The Economic Dilema (New York: Twentieth Century Find Study, 1966,) 127
22
3. Fungsi Seni Pertunjukan Fungsi Seni pertunjukan menurut R.M. Soedarsono (1999) mengemukakan bahwa sebuah bentuk seni pertunjukan ketika diciptakan pasti memiliki tujuan. Secara garis besar tujuan ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu seni untuk ritual, seni untuk estetika, dan seni untuk hiburan. Ciri-ciri dari ketiganya juga berbeda-beda, misalnya seni untuk ritual memiliki ciri yang unik, misalnya tidak dipertotonkan di sembarang tempat, demikian juga masalah waktu dan kondisi untuk pementasan dibuat secara khusus pula. Bahkan dengan tegas R.M. Soedarsono memperjelas bahwa ciri pertunjukan ritual adalah: (1) tempat pertunjukan terpilih, biasanya di tempat yang dianggap sakral; (2) waktu yang terpilih; (3) pemain yang terpilih (pemain yang dianggap suci); (4) disertai
sesaji;
(5)
penampilan
dari
estetika
tidak
terlalu
diutamakan; (6) menggunakan dan memakai busana yang khas.6 Lagu Perjuangan Indonesia disebut juga sebagai musik fungsional yaitu musik yang diciptakan untuk tujuan Nasional. Salah satu contoh dimaksudkan musik fungsional dalam sejarah musik, seperti musik digunakan mengiringi peribadatan agama (Ritual), musik untuk mengiringi tari sebagai sarana hiburan.
Fungsi
primer bersifat ritual menurut R.M. Soedarsono (2001), sebagai
6
R.M. Soedarsono, .Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2002), 126.
23
sarana upacara para pemain dan pesertanya didalam seni pertunjukan semua terlibat disebut The Art of Participation.7.
a. Fungsi Primer Fungsi primer dari lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah sebagai sarana upacara, di mana kedudukan pemain serta peserta didalam seni pertunjukan harus dilibati. Fungsi primer upacara bersifat konstruktif sebagai perasaan nasional adalah ketetapan yang diberlakukan pemerintah Republik Indonesia, berfungsi membangun karakter bangsa dari masa lalu, masa kini dan masa depan. Contohnya ketika menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan dimana pelaku serta pesertanya terjun semuanya sebagai peserta upacara. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu perjuangan wajib dinyanyikan saat tertentu dalam penghormatan dan posisi tegap berdiri ditempat. Artinya membangun bangsa bukan saja semata-mata ketrampilan dan keahlian, tetapi hati juga harus terlibat untuk membangun bangsa.
7
172.
R.M. Soedarsono, Metodologi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung:MSPI 2001),
24
b. Fungsi Sekunder Fungsi sekunder
lagu-lagu perjuangan digunakan sebagai
media agitasi politik dan keberadaan jenis lagu-lagu ini di Indonesia pada masa perang kemerdekaan jumlahnya cukup banyak. Fungsi sekunder lagu-lagu perjuangan sebagai seni pertunjukan bagian dari upacara saat ini disajikan dalam bentuk aubade adalah bagian dari rangakaian kegiatan upacara dan seni pertunjukan sebagai sarana hiburan.8 Dalam berbagai upacara lagu-lagu perjuangan sering diselingi dan dinyanyikan didalam acara tersebut baik di sekolah umum, instansi sipil maupun militer jauh lebih sering dibanding tahuntahun sebelumnya. Ini menggambarkan bahwa subtansi pesan nilai moral yang disampaikan semakin relevan sepanjang waktu bukan semakin pudar dan jauh dari tuntutan jaman. Semakin lama keharuan dan juga keinginan untuk menerapkan nilai-nilai yang ada pada lagu itu semakin besar. Oleh karena itu sangat tepat kemudian saat ini semakin ditingkatkan dimasyarakat agar bermanfaat
bagi
kebangsaan
dan
generasi cinta
penerus
tanah
air.
terhadap Saat
ini
nilai
semangat
negara
masih
menyisakan berbagai persoalan seperti konflik antar warga, dan masalah-masalah lain yang dapat mengganggu kelangsungan 8
R.M. Soedarsono, 2001), 170-171.
25
keharmonisan berbangsa dan bernegara di semua aspek. Guna mengatasi masalah-masalah tersebut harus dibangun bersamasama dalam upaya agar impian dan harapan negara republik Indonesia yang berdaulat, adil, makmur dan sejahtera lahir dan batin menjadi kenyataan.
4. Aktivitas Musikal Menurut Alan P. Merriam (1964) dalam setiap aktivitas muncul
adanya
konsep
prilaku
dan
bunyi.
Lebih
jauh
dikemukakan bahwa musik saling berhubungan dengan bagian lainnya
dari
kebudayaan.9
Musik
dapat
membentuk
dan
memperkuat serta menyalurkan perilaku sosial. Penelitian ini bila dihubungkan
dengan
masalah
tersebut
konsepnya
adalah
mengangkat lagu nasional, dengan prilaku menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Bunyinya adalah dalam bentuk paduan suara yang di arransir oleh Nortier Simanungkalit dan R.M. Priyo Dwiarso 5. Musikologi Kawakami musikoloigi
Genichi
artinya
(1970):
gubahan,
Arransemen
penyusunan,
bagian
menata
dari gubah
membubuhi suatu iringan pada lagu yang berangkat dari melodi 9
Alan P. Merriam. The Antropology of Music (USA: Nort Western University Press, 1964), 32, 33.
26
yang telah ada sebelumnya. Arransemen adalah produk kedua dari karya penciptanya, dimana kebebasan arranger dalam mengekspresikan kemampuannya berpeluang mengubah pada bagian intro,
interlud dan
pada
bagian
akhir
disebut coda.
Arransemen dalam arti luas ialah mengubah dan memberi nuansa baru pada suatu lagu terdengar lebih baik dan lebih indah tanpa mengurangi daya tarik lagu ciptaan aslinya. Selain itu arransemen adalah penyegaran lagu-lagu yang dianggap usang atau sudah lama supaya lagu itu tidak membosankan, maka arransemen diperlukan untuk menyegarkan suasana serta memperbaruhi lagu supaya terasa seperti lagu baru. Arransemen dapat dilakukan dengan menggunakan notasi atau tanpa notasi. Sifatnya relatif tidak harus sama antara pembuat arransemen yang satu dengan lainnya, tergantung kemampuan
dari
masing-masing
arransemen
dibuat
secara
arranger
tertulis,
maka
itu
sendiri.
arranger
Jika harus
membubuhkan nama dirinya sebagai tanggung jawabnya terhadap hasil karyanya yang ditulis setelah pencipta aslinya.10 Beberapa
bentuk
ekspresi
arransemen
yang
sering
dilakukan sebagai berikiut. a.
Memberikan
akor
iringan
arransemen
dengan
berbagai
instrumen yang banyak melibatkan para pemain musik orkestra, 10
Kawakami Genichi. Arranging Popular Musical & Practical Guide (Zen-On Foundation Musical Yamaha), 239
27
diperlukan
seorang
menjembatani
antar
konduktor pencipta
lagu
(dirigen) dengan
yang pemain,
mampu untuk
mendapat kesatuan ekspresi bermain musik sesuai dengan konsep keinginan seorang arranger. b. memberikan akor iringan dengan mempergunakan instrumen piano atau gitar secara perorangan dalam bentuk group band yang melibatkan beberapa orang pemain, namun tidak mengurangi kualitas lagu yang telah di arransir tersebut. c. Menambah suara dua, atau tiga atau empat suara dalam bentuk paduan suara atau vokal group yang banyak melibatkan suara manusia dari jenis sopran, alto, tenor, bariton dan bass. Dalam bentuk paduan suara diperlukan seorang dirigen sebagai pemimpin pertunjukan untuk mengendalikan kesatuan ekspresi bernyanyi bersama. Selain itu tata cara perlu diperhatikan dalam membuat karya arransemen agar mudah terjangkau secara teknis para pemain musik yaitu sebagai berikut. Dapat
menentukan
proyeksi
akor
yang
sesuai
dalam
menyusun melodi yang harmonis, indah sesuai dengan tingkat kemampuan para pemain dan penyanyi secara teknis. Ketentuan lain yang harus dihindari adalah kesulitan-kesulitan yang dapat menjatuhkan nama baik arrangernya sendiri, karena kualitas pemain yang tidak baik.
28
Menentukan nada dasar yang tepat bagi wilayah register suara vokal maupun instrumen musik yang dipergunakan. Untuk itu arranger perlu mengetahui dan menguasai sedikit tentang vokal
suara
manusia
atau
sifat-sifat
instrumen
musik
dipergunakan, agar ekspresi arranger benar-benar terwakili sesuai dengan keinginan dan kepuasan pemain sampai kepada publik pendengar. Memadukan
berbagai
macam
teknis
komposisi
dalam
bentuk variasi, seperti menambah melodi selingan disela-sela melodi
aslinya
dengan
mempergunakan filler harmonik, filler
melodik dan filler ritmik dengan menambah nada sisipan didalam kalimat lagu. Memadukan berbagai macam nada melodi yang berlawanan berperan sebagai counter melodi. Penguasaan teknik komposisi ini merupakan permainan variasi agar musik tidak monoton, mengakibatkan kualitas pemain meningkat dan publik pendengar merasa puas.
G. Metode Penelitian Sejak awal penelitian paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta telah dilakukan sejumlah pengumpulan data kualitatif, hingga penulisan disertasi ini berhasil dihimpun. Penelitian ini
29
memilih
topik
membawakan
aktivitas repertoar
dan
peran
lagu-lagu
paduan
perjuangan
suara
yang
masa
pra
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan yang diimplementasikan sejak
paduan
suara
ini
berdiri
tahun
1964-2015
di
kota
Yogyakarta. Dalam metodologi sejarah Heuristik adalah langkah awal dalam penelitian sejarah untuk mencari dan mengumpulkan berbagai sumber data yang terkait dengan masalah yang di teliti. Dengan menggunakan intepretasi proses penafsiran fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut disusun hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Pengumpulan data objek penelitian menggunakan
sistem
pengamatan,
wawancara
dan
metode
kepustakaan membahas paduan suara dan lagu-lagu perjuangan dalam pertunjukan konser paduan suara. Penelitian ini dilengkapi dokumentasi melalui foto atau rekaman video yang berhubungan dengan kegiatan pertunjukan paduan suara Gelora Bahana Patria. Guna melengkapi data rekaman baik foto, video, serta dilengkapi dengan catatan notasi musik dan keterangan untuk hal-hal yang diperlukan bagi pengumpulan data kualitatif. Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori dari jawaban atas permasalahan yang ada, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penekanan prinsip kajian multi disiplin terhadap lagu perjuangan dengan menggunakan disiplin musikologis. Dalam analisis data kualitatif diperlukan
30
seleksi data sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif eksplanansi secara kritis terhadap semua imformasi yang berhasil dikumpulkan. Setelah itu dilakukan penulisan secara bertahap berdasarkan kemampuan analisis peneliti yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian kualitatif memiliki berbagai macam sumber sebagai berikut.
1. Sumber Tertulis Nilai sumber tertulis terletak pada kedekatan hubungan dengan beberapa peristiwa
terekam oleh sumber itu. Dalam
penelitian ini dipergunakan sumber termasuk kategori primer yaitu sumber yang diperoleh langsung dari kesaksian pelaku atau saksi sejarah. Selain itu dapat pula diperoleh dari penulisan yang berkaitan dengan buku-buku maupun dokumen sejarah yang pernah ditulis dan tersimpan di arsip nasional dan perpustakaan seperti di Jakarta, Yogyakarta dan sekitarnya. Sumber tertulis yang tercetak dikenal dengan metode kepustakaan (Library research) diantaranya sumber itu ialah: (1) buku; (2) jurnal; (3) ensiklopedi, kamus; (4) brosur; (5) majalah dan surat kabar; (6) surat berharga, arsip, dan dokumen.11
11
R.M. Soedarsono,2001, 128.
31
Nilai dari sumber tertulis terletak pada kedekatan dengan peristiwa yang terekam oleh sumber itu. Dalam penelitian ini digunakan sumber termasuk kategori primer, yaitu menggunakan lagu-lagu perjuangan Indonesia yang diajarkan di sekolah umum melibatkan aktivitas Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP),
berhubungan
dan
Sekolah
dengan
Menengah
peringatan
hari
Atas
besar
(SMA)
yang
nasional
dan
penyelenggaraan aubade bersama paduan suara Gelora Bahana Patria yang melibatkan Pelajar, memeriahkan Hari Pendidikan Nasional
tanggal
4
Mei
2014,
dan
aubade
20
Mei
2015
memperingati Hari Kebangkitan Nasional Selanjutnya setelah melalui proses penelitian dari sumber tertulis seperti jurnal, majalah,surat kabar, buku media sosial yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
2. Sumber Lisan Pengumpulkan data yang lengkap bagi peneliti memiliki alat perekam
seperti
audiovisual,
photo,
notasi
musik.
Dalam
menganalisis data hasil dokumentasi dihimpun dalam bentuk laporan. Sebagai bukti penelitian dilapangan objek penelitian yang dipilih adalah aktivitas paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta.
Sumber
lisan
dikumpulkan
melalui
penelitian
32
lapangan, informasi nara sumber bermanfaat terutama bagi saksi sejarah yang masih hidup. Seperti wawancara dengan pimpnan dan anggota, paduan suara serta wawancara dengan para guruguru di sekolah umum yang mengajarkan lagu-lagu perjuangan. Wawancara ini dilakukan secara terbuka (non terstruktur) nara sumber yang diwawancarai dibiarkan bercerita tanpa dilibati. Dapat pula dilakukan dengan pengendalian (terstruktur) artinya hanya untuk imformasi terentu yang diperlukan nara sumber.12
3. Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian disertasi disusun berdasarkan bab dan sub-bab, sebagai berikut. Bab I. Pengantar yang memuat uraian tentang latar belakang, rumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan
pustaka;
landasan
teori;
metode
penelitian;
dan
sistematika penulisan. Bab II. Sejarah paduan suara abad 20, dan sejarah paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta, dan para tokohnya Bab III. Organisasi paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta
12
R.M. Soedarsono,2001, 151.
33
BAB IV. Aktivitas paduan suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta melalui acara konser dan pelayanan masyarakat Bab
V.
Peran
paduan
suara
Gelora
Bahana
Patria
Yogyakarta dalam melestarikan lagu-lagu perjuangan. Bab VI. Pembahasan meliputi penutup yang membahas kesimpulan dan saran.