BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi, menghadirkan tantangan-tantangan baru. Tidak terkecuali pada dunia media, bukan hanya di Indonesia, semua media di berbagai belahan dunia pun, saat ini menghadapi tantangan yang sama. Tantangan itu bertajuk, “Konvergensi Media”. Kemajuan teknologi akhirnya mengubah pola konsumsi informasi oleh publik terhadap media. Tren media konvensional yang sudah merambah ke media online (internet) rupanya turut mengubah cara audiens menikmati informasi berita. Teknologi digital ini yang juga melahirkan majalah digital, koran digital, radio digital hingga video digital. Kuskridho Ambardi menjelaskan bahwa era new media menjadi topik hangat dalam perkembangan teknologi informasi saat ini. Salah satu media yang tengah tren saat ini adalah internet, dan tanpa disadari, kehadirannya mengubah kehidupan bermedia. Kehadiran internet membuka dunia baru yang disebut dengan era World Wide Web (Web 2.0). Web 2.0 tidak lagi hanya bentuk lain dari media massa dengan sistem pesan searah, namun juga bersifat interaktif.1 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami perkembangan dan sampai saat ini belum menunjukkan titik jenuhnya. Berbagai temuan dan terobosan terus bermunculan sebagai hasil dari perkembangan teknologi itu sendiri, kecepatan, kapasitas, kestabilan, tidak lupa unsur ergonomis dan estetika terus ditingkatkan. Hal ini juga berdampak terjadinya revolusi dalam penyampaian informasi di mana saat ini telah didukung konten audio dan visual dalam satu tampilan. Seperti media cetak yang selama ratusan tahun sebagai satu-satunya platform, saat ini sudah tidak memadai lagi. Single media dalam bentuk cetak mendapat pesaing dari elektronik dan digital. Untuk mengantisipasi perkembangan maka diperlukan revolusi dalam industri media melalui konvergensi. Namun agar
1
Zakaria, Anang dkk. 2013. Radio Melintas Zaman. Yogyakarta: Sukses Mandiri Press. Hlm. 88.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 1
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
peranan tetap produktif, ketiga wahana itu harus bersinergi. Media digital bukan sebagai pesaing, tetapi komplementer bersama media elektronik dan cetak. Sebab, bagi media cetak, transformasi ke media digital adalah keniscayaan, mau tidak mau harus dilakukan. Media digital harus menjadi ekstensi dari media cetak. Media digital (online) harus memperkuat media cetak. Hasilnya, hingga saat ini media cetak Kompas, situs kompas.com, aplikasi Kompas, Kompas TV, radio Sonora yang diakuisisi Kompas Gramedia, semua bisa berjalan serentak hingga saat ini.2 Mendengar kata online di era modern seperti sekarang ini, kita langsung terpikir tentang internet. Internet sendiri adalah kumpulan jaringan dari jaringanjaringan komputer dunia yang terdiri dari jutaan unit-unit kecil seperti jaringan pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan lain-lain yang secara bersama menyediakan berbagai layanan informasi, dan salah satu informasi itu adalah portal berita online suatu media massa. 3 Baik media massa yang telah melakukan konvergensi ataupun yang memang berangkat dari media online, detik.com contohnya. Dalam konteks new media dengan kaitannya pada konvergensi media adalah, berpindahnya sajian informasi media massa ke media baru. Internet yang kita kenal sebagai sebuah media baru menjadi medium bagi media massa untuk melakukan konvergensi, sajian informasi dari media massa ini yang biasa disebut portal berita online. Jika kita ingin mendapatkan informasi di radio dan televisi kita mengenal adanya jam tayang dan durasi, di media cetak kita mengenal kolom dan halaman, berbeda dengan di online yang dikenal dengan istilah alamat situs atau link. Portal berita online adalah salah satu TIK yang hadir dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi berita dalam kemasan yang lebih menarik dibandingkan dengan media cetak, televisi, dan radio. Hal ini karena didukung dengan teknologi tampilan teks, audio dan visual yang bisa kita pilih sendiri berdasarkan kebutuhan dan ketertarikan kita akan sebuah informasi. Selain pemanfaatan untuk kegiatan media massa, beberapa implementasi dari penggunaan online telah merambah berbagai lini kehidupan zaman sekarang, seperti transaksi 2
Sugiya, Aritasius. 2012. Strategi Transformasi Konvergensi Media (Studi Kasus Grand Strategy Harian Kompas). Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia. Hlm. 180. 3 Yuhefizar. 2008. 10 Jam Menguasai Internet : Teknologi dan Aplikasinya (internet). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 6.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 2
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
elektronik perbankan, yang biasa disebut m-banking, bermunculan situs jual beli online (Kaskus, OLX, Berniaga, dsb), pengumpulan suara publik melalui petisi online (change.org, dsb), kampanye politik, online jejaring sosial (Facebook, Twitter, Path, dsb), berbagi video online (YouTube, Vimeo, dsb), berbagi file data online (4shared, mediashared, dsb), info lowongan kerja online (DBjobs, JobStreet, dsb), blog, informasi tentang instansi, proses pelamaran sekolah / kerja, dan banyak lagi implementasi penggunaan internet, baik digunakan untuk kepentingan positif seperti informasi edukasi hingga hal negatif seperti bertebarannya situs-situs porno. Kita tahu bahwa banyak media konvensional, yang akhirnya berbondongbondong merilis portal berita online mereka, sebut saja harian Kompas, koran Republika, majalah Tempo dan program berita Televisi Seputar Indonesia (Sindo) di RCTI dan liputan6 di SCTV. Mereka bisa dikatakan sukses melakukan konvergensi, sebab jika dilihat dari posisi rangking mereka di situs alexa.com4, posisi media online ini cukup dikatakan populer untuk lingkup Indonesia5, dalam artian bahwa situs online mereka setiap hari dikunjungi oleh banyak netizen (warga dunia maya). Seperti Kompas dengan kompas.com (peringkat 11), Republika dengan republika.co.id (peringkat 57), Tempo dengan tempo.co ( peringkat 45), lalu Sindo dengan sindonews.com (peringkat 177) dan liputan6 dengan liputan6.com (peringkat 12). Hal ini dilakukan mereka untuk tetap tampil eksis di era serba internet seperti sekarang ini, atau singkatnya mereka berkorvergensi karena terdesak zaman digital, yang akhirnya membuat para audiensnya (konsumen) mengalami pergeseran pola dalam menikmati suguhan media, seperti pada cetak bisa dinikmati dalam bentuk e-paper (Electronic Paper), dan radio dengan audio streaming, juga dengan televisi dengan tv-streaming. Tidak ketinggalan, salah satu media konvensional yang sudah mulai tereduksi masifnya internet adalah radio. Audiens media Radio yang biasa disapa pendengar, ternyata berevolusi seiring perkembangan teknologi, artinya mereka mendengar
4
alexa.com adalah merupakan sebuah website informasi yang memberikan rangking bagi sebuah website. Web alexa juga menjadi semacam tolak ukur untuk menentukan traffic dari sebuah website. Untuk lebih lanjut bisa mengunjungi www.alexa.com. 5 Posisi rangking berbagai situs media online di atas dilakukan di www.alexa.com pada 3 November 2014 pukul 11.27 WIB.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 3
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
tidak hanya melalui radio saja (bentuk fisik), tetapi juga melalui cara lain antara lain audio streaming yang bisa diakses melalui portal berita online dan aplikasi di sistem operasi pada smartphone. Menurut Hermin, bidang media, penyiaran, radio, dan televisi menghadapi isu digitalisasi yang muncul sebagai teknologi paling akhir dengan segala kelebihannya. Adopsi teknologi baru tentu akan membawa beberapa konsekuensi setidaknya dalam hal biaya, SDM, dan unsur teknis terkait kondisi luasnya geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.6 Pada dasarnya radio memiliki pemancar dengan frekuensi FM dan AM, di mana siarannya hanya dapat ditangkap oleh masyarakat lokal yang ada di sekitar pemancar radio tersebut. Namun, kini hadir teknologi radio streaming via internet yang bertujuan untuk dapat diakses oleh para pendengar yang domisilinya tak dapat menangkap gelombang pemancar radio yang jangkauannya. Dengan menggunakan fasilitas radio streaming inilah yang menjembatani para pendengar setia radio tertentu untuk dapat mendengarkan radio kesayangannya meskipun posisinya sedang berada di luar jangkauan sekalipun untuk menangkap siaran radio tersebut.7 Digitalisasi radio (radio online) memiliki tiga unsur yang penting, yaitu: (1) penggunaan teknologi digital di dalam produksi, termasuk dalam penyimpanan, reproduksi, dan editing; (2) distribusi isi siaran (program, musik, dan iklan) dilakukan secara online (lewat Internet); dan (3) terjadi peningkatan yang signifikan di dalam jumlah khalayak yang mendengarkan radio melalui Internet. 8 Radio online pada dasarnya adalah proses mendengarkan siaran radio berdasar konsumsi data melalui jaringan internet yang tertuju pada streaming alamat radio menggunakan device yang bisa terkoneksi internet, ini berbeda dengan konvensional yakni mendengarkan radio dengan memanfaatkan menara pemancar radio menggunakan radio dalam bentuk fisik. Kendala dari kedua proses mendengar radio ini berbeda, jika online terkendala ketersediaan jaringan internet, namun pada radio konvensional terkendala cakupan daya pancar frekuensi dari menara radio.
6
Wahyuni, Hermin Indah. 2013. Kebijakan Media Baru di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm. 107. 7 Pamungkas, Tagus Sapto. 2013. Perancangan Radio Streaming Berbasis Web (Studi Kasus : Radio Streaming Sekolah Islam Ma’arif Walisongo) : Skripsi. Yogyakarta : STMIK Amikom. 81 Flew, Terry. 2002. New Media : an Introduction. Melbourne: Oxford University Press. Hlm. 106.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 4
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Live streaming menjadi teknologi yang sangat membantu para pengelola stasiun radio untuk memungkinkan setiap orang dari seluruh penjuru dunia bisa mendengarkan siaran radionya. Teknologi ini memang cukup membantu beberapa stasiun radio, tetapi pemanfaatannya dinilai masih sangat kurang maksimal karena kebanyakan hanya bisa diakses sebatas audio saja berbentuk radio streaming. Faktanya, live streaming dapat diakses dengan koneksi internet yang pada pemakaiannya sering kali dibantu oleh device dan memungkinkan untuk mengakses audio dan video secara bersamaan dalam bentuk video streaming.9 Hal yang ditampilkan dalam situs online radio umumnya adalah link alamat streaming. Seperti situs http://www.jogjastreamers.com/10 yang berisi kumpulan berbagai link streaming radio FM yang ada di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan slogan “The New Way Of Listening Radio”, JOGJASTREAMERS ingin memperkenalkan cara baru untuk mendengarkan radio. Beberapa radio yang ada di list antara lain Swaragama 101.7 FM, Jiz 89,5 FM, Geronimo 106,1 FM, Radio GCD 98,6 FM, Retjo Buntung 99.4 FM, MBS 92,7 FM, Handayani FM, Jogja Family 100,9 FM, Argososro 93,2 FM, dan UTY Medari 90,70 FM. Namun hal ini berbeda jika terfokus pada satu instansi radio saja, seperti yang ditampilkan Radio BBC pada http://www.bbc.co.uk/radio. Selain menampilkan beberapa streaming Radio di beberapa stasiunnya seperti radio 1, radio 1 extra, radio 2, radio 3, dan lainnya, situs ini juga menampilkan menampilkan acara radio BBC yang sudah dikategorikan, diantaranya adalah Comedy, News, Drama, Music, Entertainment, Religion, Arts & Culture, Politics dan lain sebagainya. Di situs ini,
9
Simanjuntak, Dion dkk. 2012. Pengembangan Sistem Siaran Radio Live Streaming Audio Visual. Jurnal Sains Dan Seni Vol. 1, No. 1. Hlm. 1. 10 JOGJASTREAMERS adalah salah satu dari situs penyedia jasa multimedia live streaming untuk stasiun-stasiun FM radio di kota Yogyakarta dan sekitarnya. Dimana setiap radio tersebut memiliki berbagai macam format siaran mulai contemporary hit radio, news, dangdut, budaya jawa, oldies music dan lain sebagainya. Dengan banyaknya komunitas pelajar, mahasiswa dan eksekutif muda yang pernah belajar dan berkarya di kota Yogyakarta tentunya kangen akan situasi kota Yogya. Kehadiran layanan JOGJASTREAMERS ini menjadi obat penawar rasa rindu bagi semua orang yang pernah tinggal di Yogyakarta dan ingin mengetahui kondisi kota Yogyakarta melalui live streaming radio yang bisa diakses melalui jalur internet. Harapan JOGJASTREAMERS adalah setiap stasiun radio bisa dinikmati siarannya di seluruh Nusantara bahkan nanti di seluruh dunia via jalur internet.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 5
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
BBC Radio juga menampilkan kolom berita Featured 11 dan kolom Most Popular (acara terpopuler). Mungkin dengan melihat terorganisir dan kesuksesannya, BBC Radio adalah salah satu rujukan dari berbagai media radio di seluruh dunia yang akan atau sedang melakukan konvergensi ke ranah online. Kesuksesan ini terlihat dari posisi bbc.co.uk/radio yang berinduk di alamat www.bbc.co.uk/ dengan peringkat 66 global dunia, dan peringkat 7 di Inggris versi alexa (pada 18 November 2014). Seperti kita tahu, BBC (British Broadcasting Corporation) adalah media publik milik Inggris yang bergerak di bidang penyiaran televisi, radio dan internet. Bercermin dari keberhasilan BBC Radio dalam mengelola kontennya di media online, penulis berinisiatif untuk menelaah lebih jauh tentang situs www.rri.co.id yang dimiliki oleh LPP RRI, karena secara garis besar ada kesamaan antara RRI dengan BBC Radio yaitu sama-sama dimiliki oleh publik dan memiliki khitah di ranah siaran radio, karenanya ini menarik untuk diteliti sejauh mana keberhasilan RRI dalam mengelola situsnya, baik dari konten juga komposisinya dengan tidak menghilangkan khitahnya sebagai media radio. Kehadiran media dotkom (online) membuat koran media cetak, yang sudah bercokol di Indonesia lebih dari seabad, terasa basi. Proses media online jelas jauh lebih cepat, tidak membutuhkan pembuatan film, setting visual, dan sebagainya, dan yang lebih penting lagi, media online tidak membutuhkan kertas, yang di industri penerbitan bisa memakan biaya lebih dari separuh total ongkos keseluruhan.12 Menikmati berita online juga lebih gampang dibanding media cetak. Ringkas, ada fasilitas pencarian, bisa interaktif, selalu update. Berita langsung
11
Feature (baca : Ficer) adalah salah satu bentuk acara siaran radio yang menyajikan suatu masalah tertentu (terfokus) dengan pengolahan dari berbagai segi pandangan yang berbeda dan mendalam, menggunakan berbagai variasi bentuk acara, dirangkaikan dengan penuturan musik dan sound effect, sehingga menjadi satu kesatuan cerita nyata yang menarik. Feature mempunyai dasar pembahasan yang luas dan mendalam dari satu pokok persoalan, sebab kupasannya dipusatkan pada satu masalah/topik saja, tetapi ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan mendalam, sehingga masalah tersebut dibahas lebih mendalam. Feature juga menggunakan berbagai bentuk acara sebagai komponen, seperti wawancara, uraian, laporan statement, reportase, diskusi, fragment dan spot. Komponen tersebut dihubungkan oleh penuturan (narasi) dan dirangkai dengan musik dan sound effect. (Diakses pada 17 November 2014 pukul 9:02 WIB dari http://jurnalistikradio.blogspot.com/2014/02/pengertian-feature-radio.html) 12 Himawan, Iwan Qodar. Soal Etika dalam Jurnalisme Online dalam Era Media Online, New Media Antara Kemerdekaan Berekspresi dan Etika. Jurnal Dewan Pers Edisi No. 4, Januari 2011. Hlm. 34.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 6
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
datang ke device kita. Kendalanya adalah kualitas jaringan internet di negeri kita sering terasa lelet, sehingga untuk menampilkan halaman sebuah situs sering kita dibuat menunggu. Menurut Feldman dalam Flew, media baru mudah dimanipulasi. Hal ini sering kali mendapat tanggapan negatif dan menjadi perdebatan, karena media baru memungkinkan setiap orang untuk memanipulasi dan merubah berbagai data dan informasi dengan bebas.13 Feldman menjelaskan ada beberapa karakteristik media baru, yaitu (1) bersifat networkable, artinya, konten-konten yang terdapat dalam media baru dapat dengan mudah dibagi dan dipertukarkan antar pengguna lewat jaringan internet yang tersedia. Karakteristik ini dapat kita sebut sebagai kelebihan, karena media baru membuat setiap orang dapat terkoneksi dengan cepat dan memberi solusi terhadap kendala jarak dan waktu antar pengguna. (2) Selain itu, media baru bersifat compressible. Konten-konten yang ada dalam media baru dapat diperkecil ukurannya sehingga kapasitasnya dapat dikurangi. Hal ini memberi kemudahan untuk menyimpan konten-konten tersebut dan membaginya kepada orang lain. (3) Media baru sifatnya padat,di mana kita hanya membutuhkan ruang yang kecil untuk menyimpan berbagai konten yang ada dalam media baru. Sebagai contoh, kita hanya memerlukan satu “PC” yang terkoneksi dengan jaringan internet untuk dapat menyimpan berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia dalam PC tersebut. Di sisi lain, media baru bersifat imparsial yakni konten-konten yang ada dalam media baru tidak berpihak pada siapapun dan tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Karena itulah media baru seringkali disebut sebagai media yang sangat demokratis, karena kapitalisasi media tidak berlaku lagi. Setiap orang dapat menjadi produsen dan konsumen secara bersamaan dan setiap pengguna dapat berlaku aktif di sana.14 Melihat karakter ini, penulis menilai ini menjadi hal yang positif. Kita mengakui RRI dengan sejarah panjangnya di negeri ini memiliki bank suara dan lagu yang sangat lengkap dan terkategori terutama lagu tradisional dari seluruh 13 2
Flew, Terry. 2005. New Media: An Introduction (2nd. Edition). New York: Oxford University Press. Hlm. 101. 14 Feldman dalam Martina Shalaty Putri. 2012. Wirausaha Dalam Social Media Twitter (Analisis Isi Pesan Wirausaha Dalam Social Media Twitter) : Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia. Hlm. 13.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 7
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
daerah - daerah di Indonesia, juga rekaman - rekaman dokumenter sejarah panjang perjalanan bangsa juga feature dengan nuansa budaya Indonesia yang sangat jarang kita temui di radio - radio penyiaran swasta, sangat memungkinkan rasanya jika dikait dengan karakteristik media baru, data dari bank suara dan lagu ini di share (bagikan) atau di sediakan fasilitas on demand (sesuai permintaan) kepada publik dengan memberikan akses ke server (pusat data) RRI. Selain itu dengan kemajuan teknologi, file data yang berukuran besar bisa di kompres (mengecilkan ukuran) agar akses data bisa berjalan lancar dan server tidak terbebani berlebihan. Dalam ranah lembaga penyiaran kita mengenal ada beberapa jenis, yaitu Lembaga Penyiaran Global, Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Secara garis besar perbedaannya : Penyiaran Global Perusahaan
Penyiaran Publik Negara / Pemerintah
Penyiaran Swasta Perusahaan
Sumber Pendanaan
Biaya dari investasi perusahaan-perusahaan yang mencari keuntungan
Didukung biaya oleh pemerintah yang diambil dari dana publik
Misi
Mencari keuntungan dari iklan, menyebarluaskan ide globalisasi
Isi
Berita dan hiburan
Pendidikan dan kebudayaan bagi seluruh warga negara secara umum Aneka program
Biaya dari swasta/modal sumber dana investasi swasta Menjual khalayak pendengar kepada pengiklan
Cakupan
Menjangkau wilayah internasional (melewati batas negara) Warga negara perkotaan di tempat radio siaran Penyusunan program dari atas ke bawah sepenuhnya ditentukan pengelola dan pendengar hanya ikut saja
Kepemilikan
Sasaran Pendengar Penyusunan Program
Mengikuti selera pasar
Regional dan Nasional
Regional
Warga menurut wilayah setempat Penyusunan program dari atas ke bawah sepenuhnya ditentukan pengelola dan pendengar hanya ikut saja
Konsumen Penyusunan dilakukan dengan survey, dari atas ke bawah (manajer) dan pengolahan dari pasar
Penyiaran Komunitas Organisasi masyarakat komunitas Biaya dari sumber dana komunitas
Melayani kebutuhan komunitas
Berbagai program yang dibutuhkan oleh komunitas Menjangkau wilayah komunitas Anggota komunitas atau warga Penyusunan program melibatkan warga atau anggota komunitas, acara disusun berdasarkan kebutuhan komunitas
Gambar 1.1. Tabel faktor perbedaan antar lembaga penyiaran15 15
Hakam, Ulil. 2009. Konvergensi Media Pada Radio Komunitas (Studi Deskriptif Pemanfaatan Internet oleh Radio Komunitas Angkringan di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sean, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun 2009) : Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Hlm. 59.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 8
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Di Indonesia ada dua lembaga penyiaran publik, yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia) dan RRI (Radio Republik Indonesia). Seperti LPP RRI diatur pemerintah dalam PP No. 12 Tahun 2005 yang menjadi dasar hukumnya. Pada masa Orde Baru, lembaga ini cenderung sebagai State Broadcasting, artinya RRI menjadi corong pemerintah Indonesia untuk mempropagandakan keberhasilan dan pencapaian pemerintahan rezim Soeharto tanpa pernah mengkritik dan memberitakan hal yang dianggap merugikan Pemerintah. Sedangkan selepas orde baru hingga sekarang ini, LPP RRI telah berbenah menjadi Public Broadcasting, yaitu Lembaga Penyiaran yang berusaha independen, netral dan berimbang dalam memberitakan kejadian yang benar terjadi dan berpihak kepada publik dengan mengemban tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 16 Berbeda dengan Lembaga Penyiaran Swasta, bersifat komersial dan menggantungkan hidupnya dari pemasukan iklan, memiliki ketentuan warga negara asing dilarang menjadi pengurus lembaga penyiaran swasta, kecuali untuk bidang keuangan dan bidang teknik. Lembaga penyiaran swasta juga dapat melakukan penambahan dan pengembangan dalam rangka pemenuhan modal yang berasal dari modal asing. Bisa di contohkan di Indonesia seperti Media Nusantara Citra (MNC) Group, Kompas Gramedia, Elang Mahkota Teknologi, Visi Media Asia (VIVA), Group Jawa Pos, Mahaka Media, Trans Corp, Berita Satu Media Holdings, Grup Media, MRA Media, Femina Group, dan Tempo Inti Media. Sedangkan, menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 pasal 21 ayat (1), dijelaskan bahwa Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Contohnya adalah Radio Komunitas Angkringan di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sean, 16
Tertuang dalam pasal 3 dan 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 9
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang berdiri sebagai bentuk terobosan dari anak‐ anak muda yang kreatif agar warga Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul memiliki akses informasi yang seluas‐luasnya dan membentuk masyarakat sadar informasi, baik informasi berkenaan dengan permasalahan warga, informasi pertanian, peternakan, hiburan maupun informasi mengenai kebijakan pemerintah. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) sebagai salah satu media publik yang berfokus pada Radio, sejak 11 September 1945, turut mengalami mediamorfosis dengan melahirkan situs online mereka di alamat www.rri.co.id sebagai sarana penyiaran pesan selain media radio. Sebagai lembaga yang juga diatur dengan UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 14, status LPP RRI sebagai radio dengan menyandang nama negara, keberadaan RRI sangat penting guna keberlangsungan budaya bangsa yang positif dalam upaya membangun karakter serta memperkokoh keutuhan bangsa dan negara. RRI juga berperan sebagai media penyiaran yang independen, netral dan siaran berorientasi untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan NKRI.17 Poin yang perlu diperhatikan dari kutipan profil RRI di atas adalah “siaran berorientasi untuk kepentingan masyarakat”, lalu seperti apa dan bagaimana bentuk RRI untuk memfasilitasi pendengarnya dalam bentuk informasi di situs online –nya? Hal ini dilakukan RRI dengan harapan masyarakat untuk tetap bisa menikmati informasi yang disajikan bukan hanya dalam bentuk siaran radio semata, namun juga radio online. Hal ini berdasar bahwa terjadi pergeseran cara menikmati informasi dari masyarakat, dari ranah radio ke online, yang pada akhirnya di zaman digitalisasi seperti sekarang ini mau tidak mau mendorong RRI untuk melakukan suatu inisiatif membuat media online mereka yaitu www.rri.co.id. Lalu masalahnya yang timbul adalah mengapa RRI memilih inisiatif di media baru dan bagaimana media baru itu bisa menjawab keinginan publik tehadap RRI? Alasannya adalah karena media baru (portal berita online) adalah sesuatu yang dinilai penting untuk media massa sekarang ini mengingat kemudahan akses dan kecepatan informasi yang ditampilkan. Selanjutnya adalah bagaimana RRI
17
Zakaria, Op.Cit., Hlm. iii.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 10
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
mengelola konten dan komposisi beritanya agar pendengar setianya merasa terpuaskan dengan apa yang ada di www.rri.co.id. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Rencana Induk LPP RRI 2012 – 2016 yaitu “Dalam layanan internet, RRI sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, telah melakukan adaptasi melalui aplikasi peralatan multimedia guna mendukung pelaksanaan operasionalnya melalui website http://www.rri.co.id”.18 Layanan internet oleh RRI pun telah didukung dengan Perencanaan Strategis sub Strategi Pencapaian (Kebijakan dan Program) oleh Direktorat Program dan Produksi (Tahun 2012 s.d. 2016) yakni “Adanya model pengelolaan konten KBRN RRI yang inovatif dan memenuhi keinginan publik dan Penerapan dan optimalisasi fungsi newsroom management berbasis data.” Tentunya hal ini guna memenuhi sasaran terwujudnya Pusat Pemberitaan LPP RRI yang berfungsi sebagai Kantor Berita Radio multiplatform (teraplikasikan di berbagai medium) sebagai penyedia informasi yang menjadi acuan masyarakat dan media lainnya.19 Penulis menilai jika RRI telah melakukan inisiatif untuk mengakomodasi netizen (pengguna dunia maya), maka inilah jawaban dari kewajiban sebuah media publik kepada publik terkait dengan haknya untuk mendapatkan informasi melalui medium yang juga baru yaitu internet, sebab sekiranya RRI pun hanya meng- on air -kan radio tanpa meng- online –kan beritanya, anggaran RRI juga masih menjadi tanggung jawab negara, tentu ini sangat berbeda dengan orientasi dari media swasta, yang melihat ranah strategis seperti internet adalah tempat untuk mereka berekspansi, yang tentunya diikuti dengan kepentingan para kaum kapitalis untuk menghasilkan uang, dan tentu uang ini digunakan mereka untuk menghidupi lini bisnis medianya. Penulis menilai konvergensi media bukan saja memperkaya informasi yang disajikan, melainkan juga memberi pilihan kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan selera mereka, artinya tidak tertutup kemungkinan
18
Rencana Induk LPP RRI 2012 – 2016. Hlm. 28. (dalam format PDF). Diunduh dari http://pusdatin.rri.co.id/file/docs/1/Rencana%20Induk%20LPP%20RRI%202011-2016.pdf pada 26 September 2014 pukul 11:39 WIB. 19 Ibid. Rencana Induk... Hlm. 84.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 11
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
pendengar RRI beralih ke media lain yang sudah menerapkan konsep digitalisasi, sesuai dengan kebutuhan mereka akan akses yang cepat, tepat dan hemat. Terdapat 3 faktor yang menjadi pendorong bagi organisasi-organisasi media konvensional untuk mengembangkan media digital; (1) penghematan biaya untuk menyimpan dan mendistribusikan data dan informasi; (2) pemberian nilai tambah (kualitas dan kuantitas) pada isi media tradisional; dan (3) kemungkinan untuk bergeser dari sistem distribusi massal kepada sistem distribusi yang semakin berfokus kepada kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai individu. 20 Faktorfaktor inilah yang memicu sebuah media melakukan konvergensi. Jika dilihat pada poin ketiga (3) di atas berbunyi “kemungkinan untuk bergeser dari sistem distribusi massal kepada sistem distribusi yang semakin berfokus kepada kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai individu”, artinya kebutuhan dan cara konsumsi konsumen (dalam hal ini audiens) turut berubah akibat kemudahan yang ditawarkan oleh internet. Penulis memprediksi, bahwa saat ini mayoritas orang memiliki smartphone yang terkoneksi data internet, tetapi sebaliknya kepemilikan radio sudah sulit ditemui, apalagi oleh mereka masyarakat yang hidupnya sudah sangat mobile, dan masyarakat mobile biasanya ditandai dengan kehidupan dan peralatan yang efisien dan dinamis.21 Penulis mengartikan efisien dalam konteks mendapatkan informasi di sini adalah masyarakat tidak perlu mengandalkan membaca koran, mendengar radio dan menonton televisi untuk mendapatkan informasi, tetapi dengan sebuah device seperti smartphone yang terkoneksi data internet, mereka sudah mendapatkan informasi yang mereka pilih (on demand) sesuai konten yang menarik untuk mereka. Untuk dinamis, penulis mengartikan mereka perlu alat untuk mendapatkan informasi, yang secara fisik adalah ringan, tidak memakan tempat, mudah dibawa kemanapun, yaitu smartphone. Dengannya, audiens bisa menikmati berbagai 20 2
Flew, Op.Cit., Hlm. 98-99. Menjamurnya smartphone dan tablet kian mendorong penggunanya untuk terus terkoneksi internet sepanjang waktu. Hal ini menjadikan potensi pertumbuhan internet di Indonesia sangat besar. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memprediksi di 2014, akan terdapat sekitar 107.000.000 pengguna internet. Sementara di 2015, sekitar 139.000.000 pengguna internet di Indonesia. Data diunduh pada 22 September 2014 pukul 10:12 WIB dari online techno.okezone.com/read/2014/01/02/55/920567/internet-sehat-pertumbuhannya-di-2014 21
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 12
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
konten informasi seperti audio streaming radio (siaran radio), video streaming television (siaran televisi), dan electronic papernews (pengganti membaca koran) dengan kemudahan dan efisien yang didapatkan dibandingkan dengan media konvensional. Penelitian sebelumnya terkait konvergensi media di Indonesia diantaranya adalah Sugiya dan Dewi22. Penelitian Sugiya membahas strategi transformasi konvergensi dan implementasinya di harian Kompas. Hasil penelitian menyatakan bahwa multimedia, multichannel, multiplatform (3M) merupakan salah satu strategi transformasi konvergensi media; implementasi strategi transformasi konvergensi media disesuaikan dengan kemampuan berinvestasi, konteks kebutuhan, dan budaya, serta tidak terjebak pada persoalan teknis semata. Konvergensi kontekstual dan repackaging menjadi model baru strategi transformasi konvergensi media. Sedangkan penelitian Dewi membahas tentang sirkulasi koran yang terus turun sementara pembaca media online terus berkembang. Tren tersebut terjadi di perusahaan media di Indonesia sehingga mendorong surat kabar untuk menerbitkan versi online dan menimbulkan konvergensi.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana bentuk pemanfaatan media baru (new media) sebagai sarana penyiaran pesan dalam bentuk situs berita www.rri.co.id dan beberapa aplikasi penunjang oleh Pusat Pemberitaan LPP RRI?”
1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana bentuk pemanfaatan media baru (new media) sebagai sarana penyiaran pesan dalam bentuk situs berita www.rri.co.id dan beberapa aplikasi penunjang oleh Pusat Pemberitaan LPP RRI kepada publik.
22
Dewi, Hanum Kusuma. 2012. Pola dan Alur Kerja Jurnalistik Dalam Ruang Redaksi Berkonvergensi (Studi Kasus Redaksi Bisnis Indonesia). Tesis. Jakarta Universitas Indonesia.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 13
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai kontribusi bagi LPP RRI untuk pemanfaatan media baru (New Media) guna mempertahankan eksistensi di luar ranah radio, dalam menghadapi pesatnya informasi dalam era digitalisasi. 2. Dapat dijadikan masukkan para pemangku kebijakan di lingkungan LPP RRI dalam rangka pelayanan informasi pada publik dalam era digitalisasi. 3. Menegaskan kepada masyarakat bahwa masih ada eksistensi RRI, selain media Radio dalam era digital seperti sekarang ini.
1.5. Landasan Teori 1.5.1. Konvergensi Kontinum Konsep convergence continuum ini diusung oleh Larry Dailey, Lori Demo, dan Mary Spillman yang mendefinisikan lima tahap konvergensi media yaitu
cross-promotion
(promosi
silang),
cloning
(pengulangan
atau
penyalinan), coopetition (kolaborasi), content sharing (pembagian konten), full convergence (konvergensi).23 Dalam kelima tahapan ini, pada dasarnya konten berita dalam sebuah media akan diduplikasi dan di-repackage agar dapat dimasukkan dalam media lain. Hal ini dianggap menguntungkan bagi perusahaan media, karena efisiensi tenaga dan biaya, waktu, serta adanya integrasi media. Dalam konteks kepemilikan, kegiatan konvergensi beberapa jenis media dapat berlangsung dalam dua cara, yaitu satu pemilik (co-owner) dan partnership (kerja sama antara satu pemilik satu jenis media dengan media lainnya. Penulis menilai ini akan bisa diaplikasikan di penelitian tentang pemanfaatan media baru oleh LPP RRI. Karena RRI sudah sangat berpengalaman di konten radio, sehingga untuk di masukkan ke media online www.rri.co.id, tinggal butuh penerapan dan pengaplikasian oleh SDM dan
23
Grant A. E. & Wilkinson, J. S. 2009. Understanding Media Convergence: The State of the Field, NY: Oxford University Press. Hlm. 205.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 14
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
sarana prasarana yang memadai terutama dalam hal ketersediaan jaringan internet dan pemanfaatan teknologi server untuk transaksi data. Hal ini telah didukung dengan adanya Perencanaan Strategis sub Strategi Pencapaian (Kebijakan dan Program) oleh Direktorat Teknologi dan Media Baru (Tahun 2012 s.d. 2016) yang bertujuan guna mengantisipasi perkembangan teknologi penyiaran dan konvergensi media, RRI akan berbenah dengan sasaran yaitu; (1) Terpenuhinya pilihan teknologi sebagai antisipasi perkembangan media guna meningkatkan kualitas siaran yang berbasis teknologi informasi. (2) Terciptanya pemberdayaan teknologi penyiaran dan media baru. (3) Tersedianya layanan berbasis siaran untuk masyarakat melalui media baru.24 Sedangkan langkah kebijakan yang diambil RRI menuju konvergensi medianya antara lain adalah; (1) Optimalisasi perangkat, jaringan, SDM, dan layanan Portal/Web. (2) Regulasi IT di RRI. (3) Terkoneksinya Virtual Private Networking – Internet Protocol (VPN-IP) di seluruh stasiun RRI. (4) RRI mempunyai website yang baik dan berdaya saing. (5) Tersedianya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang siap pakai, dan (5) Sistem yang selalu update sesuai perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
1.5.2. Mediamorfosis Werne Severin dan James Tankard menjelaskan, mediamorfosis adalah perubahan bentuk media komunikasi, biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi-inovasi sosial dan teknologis.25 Esensi Mediamorfosis adalah pemikiran bahwa media adalah “sistem adaptif, kompleks”. Artinya media, sebagaimana sistem-sistem lain, merespons tekanan eksternal dengan proses reorganisasi-diri yang spontan.
24 25
Rencana Induk LPP RRI 2012 – 2016. Hlm. 62. Severin, Werner J dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta : Kencana. Hlm. 443.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 15
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Media berevolusi menuju daya tahan hidup yang lebih tinggi dalam sebuah lingkungan yang selalu berubah. Adapun prinsip-prinsip implementasi teknologi-teknologi media baru yang digunakan tahap lanjut transformasi media konvensional dan kemunculan komunikasi melalui media komputer. Enam prinsip dasar Mediamorfosis menurut Roger Fidler adalah, (1) Koevolusi dan Koeksistensi, (2) Metamorfosis, (3) Pewarisan, (4) Kemampuan Bertahan, (5) Peluang dan Kebutuhan, dan (6) Pengadopsian yang tertunda. Teknologi-teknologi itu cenderung membutuhkan sedikitnya satu generasi manusia (20-30 tahun) untuk bergerak maju dari rancang konsep hingga perluasan pengadopsian atasnya.26 Penulis melihat LPP RRI, didesak untuk segera melakukan konvergensi ke online, yang hasilnya adalah situs www.rri.co.id. Beberapa faktor pendesak itu adalah respons publik terhadap radio, pengguna internet yang semakin tinggi, masifnya media konvensional yang melakukan konvergensi, dan konvergensi adalah sebuah keniscayaan di zaman digital seperti sekarang ini.
1.6. Kerangka Pemikiran 1.6.1. Respons Publik Terhadap Radio Jelang akhir tahun 2012, Voice of America siaran Bahasa Indonesia mempublikasikan hasil riset mengenai pola konsumsi media di Indonesia yang dilakukan oleh Broadcasting Board of Governors sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup. Riset ini dilakukan secara nasional di bulan Juli – Agustus 2012 pada 3000 penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas. Hasilnya adalah penurunan drastis jumlah pendengar radio setiap tahunnya. “Detailnya, dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan koran / majalah untuk mendapatkan berita. Jika di tahun 2010, 50% penduduk Indonesia mendengarkan radio untuk mendapatkan berita, angka tersebut anjlok menjadi 31% pada tahun 2011 dan terus merosot hingga tersisa 24% 26
Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis. Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm. 35.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 16
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
pada tahun 2012. Selain itu kepemilikan pesawat radio juga merosot, dari 46% di tahun 2011 menjadi 38,1% pada 2012. Sebanyak 94,5% penduduk Indonesia mendengarkan radio FM, 7,6% mendengarkan gelombang AM dan 2,8% mendengarkan gelombang SW.”27
Ada hal menarik dari hasil riset di atas, yakni meski tren penggunaan internet di Indonesia mengalami peningkatan, namun hanya 1% yang mendengarkan radio melalui internet (streaming). Selain itu terjadi peningkatan kebiasaan mendengarkan radio menggunakan telepon selular dari 9% pada tahun 2011 menjadi 22% pada 2012. Kebiasaan ini dilakukan oleh 15% penduduk usia di atas 30 tahun, dan 30% usia muda (15 – 24 tahun). Menurunnya kepemilikan radio bisa saja terjadi karena adanya pergeseran sarana, di mana saat ini orang tidak harus memiliki radio untuk mendengarkan siaran radio, melainkan melalui handphone yang memiliki fitur radio, selain itu peningkatan kepemilikan telepon seluler di Indonesia dirasa telah menjadi pemicu terbesar dari pergeseran ini. Senada dengan hal di atas, Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) merilis data bahwa pasar radio di Indonesia semakin menyusut tiap tahunnya dan berimbas pada pendapatan media radio swasta. “Begitupun dengan pendapatan media radio yang tiap tahun semakin berkurang, dari data Nielsen, diketahui tingkat radio reach/radio listenership mengalami kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Awal tahun 2008 angkanya masih di atas 60%, maka pada penelitian wave 4 tahun 2010, ratarata pendengar radio di 7 kota besar di Indonesia tinggal 48%. Sementara itu, Time Spent Listening, sebuah rasio yang mengukur lamanya pendengar mendengarkan stasiun radio, mengungkap penurunan mendengar, dari 20 jam per minggu (2008) menjadi 17 jam per minggu (2010), atau ratarata 2,4 jam per hari. Penurunan tersebut, tidak lepas dari fantastiknya pertumbuhan media baru berbasis internet dan digital. Ini bukan hal yang mustahil, karena hanya dengan HP seharga Rp 299.000,- masyarakat sudah bisa mengakses internet, dan akan menambah pengguna handphone yang sekarang telah berjumlah 148 juta dan terus bertambah tiap tahunnya.”28
27
Berdasarkan data yang dimuat di http://rrisemarang.co.id/2013/masihkah-radio-berjaya/ pada 18 September 2014 pukul 13.07 WIB. 28 Tertuang dalam Program Umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia Periode 2011-2015, dalam format pdf. Diunduh pada 5 Oktober 2014 pukul 04:06 WIB, dari online http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/Program%20Umum%20PRSSNI%202011.pdf
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 17
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Hal ini juga berimbas pada pengusaha radio swasta yang terus merugi. Ketua Umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Ganjar Djamhir, mengatakan rata-rata pendapatan iklan radio yang beroperasi di Pulau Jawa menurun hingga 40% dalam tiga tahun terakhir. PRSSNI mengeluhkan selain akibat pertumbuhan media baru internet dan digital, menurunnya pendengar akibat gangguan interferensi radio ilegal dan radio “gelap” yang tidak menempatkan frekuensi sesuai ketentuan, pihaknya mengindikasikan penurunan iklan yang cukup signifikan akibat gangguan itu. “Dampak gangguan itu memang akibat ketidakpercayaan pendegar dan pemasang iklan. Mereka tidak lagi mendengarkan radio atau beralih ke media informasi lain karena mutu siaran radio kurang bagus. Siaran radio di kota besar bergeser sedikit sudah jelek, kemresek. Karena itu tidak heran bila PRSSNI juga mengindikasikan jumlah pendengar radio saat ini semakin menurun, meski ini juga dipengaruhi beberapa faktor lain, yang paling menonjol ya pertumbuhan internet dan online.”29
Dari data diatas kita bisa melihat bahwa setiap tahunnya jumlah pendengar radio dan durasi mendengar radio semakin menurun, dan faktor yang dianggap paling berpengaruh adalah online media internet yang menjadi tempat “pelarian” dari pendengar radio. Sedangkan respons publik terhadap RRI bisa disimak dari hasil Riset Pendengar RRI di lima kota yaitu Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, dan Surabaya oleh Tim Peneliti Puslitbangdiklat LPP RRI pada 2011. 30 Hasil temuan diantaranya adalah ; “Temuan penelitian ini bisa cukup melegakan bagi RRI karena temuan penelitian di lima kota menunjukkan bahwa RRI selalu masuk lima atau sepuluh besar radio yang menjadi rujukan informasi dan hiburan musik. Di Yogyakarta dan Semarang, misalnya, RRI bahkan menjadi rujukan informasi. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa responden ternyata lebih akrab RRI dibandingkan dengan Pro 1 ataupun Pro 2. Oleh karena itu, di beberapa kota, Pro 1 dan Pro 2 masuk ke jajaran 10 besar radio rujukan informasi dan hiburan di samping RRI. Catatan penting sepertinya harus diberikan untuk Pro 3. Meskipun Pro 3 mengkhususkan pada berita, tapi ternyata ia didengarkan 29
Diunduh dari online http://en.tempo.co/read/news/2007/08/20/056105953/Pendapatan-IklanRadio-Menurun pada 5 Oktober 2014 pukul 11:32 WIB. 30 Diunduh dari online http://pusdatin.rri.co.id/konten.php?nama=Docs&sta=1&op=download_ http&id=639 pada 7 Februari 2015 pukul 11:41 WIB.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 18
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
paling sedikit di antara programa yang lain. Hanya di Yogyakarta, barangkali, di mana persentase pendengar Pro 3 lebih tinggi dibandingkan dengan kota kota lain dan mengalahkan Pro 4. Meskipun begitu, ketika Pro 1 dan Pro 2 (spesifik di luar penyebutan RRI) masuk ke sepuluh besar radio yang menjadi rujukan informasi, Pro 3 tidak pernah muncul.”
Sedangkan untuk propinsi Aceh tepatnya kota Lhokseumawe, respons pendengar RRI dinilai positif, hal ini terungkap dalam hasil penelitian berjudul “Hubungan Perubahan Format Programa RRI dengan Kepuasan Pendengar di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe”, dengan kesimpulan : “Hasil penelitian mengungkapkan bahwa format programa yang baru di RRI meliputi siaran berita, siaran agama Islam, siaran musik, lagu dan gaya penyiar/penyaji acara sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan dari kebijakan perubahan format programa (redesain). Di samping itu kepuasan pendengar terhadap kualitas siaran RRI juga sangat baik. Sedangkan koefisien korelasi antara perubahan format programa (redesain) RRI dengan kepuasan pendengar di Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe menunjukkan bahwa antara perubahan format programa (redesain) RRI dengan kepuasan pendengar terdapat hubungan yang signifikan dan positif.”31
1.6.2. Pertumbuhan Pengguna Internet Perkembangan Internet di Indonesia kini tengah berkembang sangat pesat. Walaupun perkembangan internet di Indonesia masih tertinggal jauh dibanding negara Asia lain seperti Singapura, Vietnam, dan Taiwan, namun, pertumbuhan internet di Indonesia dapat dikatakan cukup baik. Pertumbuhan pengguna internet optimis akan terus tumbuh pada tahun-tahun mendatang. Sejalan dengan kemajuan internet, maka secara sadar cara menikmati media pun bergeser, dari pola lama menjadi pola baru. Dalam era modern ini semua alat komunikasi diciptakan semakin canggih dan praktis. Diiringi dengan pesatnya perkembangan internet, semakin membawa perubahan besar bagi dunia komunikasi dan langsung membawa teknologi terus maju ke depan. Berdasar hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), diketahui pada tahun 2012 ada 63 juta pengguna internet di
31
Marhamah. 2014. Hubungan Perubahan Format Programa RRI dengan Kepuasan Pendengar di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dalam Jurnal Pekommas. Vol. 17 No. 2, Agustus 2014. Hlm. 98.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 19
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Indonesia atau sekitar 24,23% dari seluruh penduduk Indonesia, dan diprediksi pada 2013 pengguna internet Indonesia akan menjadi 82 juta pengguna. Dengan kata lain penetrasinya akan naik 30% dibanding tahun 2012 dan diharapkan pengguna internet Indonesia bisa melebihi 50% populasi pada 2015.32 APJII mengungkap, terdapat pertumbuhan pengguna internet sebesar 30 persen pada 2013. Pertumbuhan pengguna internet ini akan terus meningkat untuk tahun-tahun mendatang. APJII bahkan memprediksi bahwa di 2014, akan terdapat sekira 107 juta pengguna internet. Sementara di 2015, APJII meramalkan bahwa terdapat sekitar 139 juta pengguna internet di Indonesia.33 Dalam 12 tahun terakhir, volume traffic internet di Indonesia naik hingga 2.000.000%. Naiknya traffic disebabkan oleh tingginya akses masyarakat terhadap (Social media)34 jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Indonesia pada tahun 2013 ini memiliki penetrasi internet 22% atau 55 juta pengguna. Sedangkan jumlah pengguna internet di Indonesia kini di urutan ke-8, sedangkan pengguna sosial media di urutan ke-4 di dunia.35 Lebih detail untuk pengguna Facebook menurut data dari Webershandwick, untuk wilayah Indonesia, ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif, 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya. Melihat dari analisis situs SocialBakers,
32
Diunduh dari online www.techno.okezone.com/read/2012/12/12/55/731261/2013-penggunainternet-indonesia-diprediksi-naik-30 pada 21 Juni 2014 pukul 11:32 WIB. 33 Diunduh dari online http://techno.okezone.com/read/2014/01/02/55/920567/internet-sehatpertumbuhannya-di-2014 pada 22 September 2014 pukul 10:12 WIB. 34 Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.” Social media adalah fase perubahan dimana bagaimana orang menemukan, membaca, dan membagikan berita, informasi, dan konten kepada orang lain. Sosial media adalah perpaduan sosiologi dan teknologi yang mengubah monolog (one to many) menjadi dialog (many to many) dan demokrasi informasi yang mengubah orang-orang dari pembaca konten menjadi penerbit konten. Sosial media telah menjadi sangat populer karena memberikan kesempatan orang-orang untuk terhubung dunia online dalam bentuk hubungan personal, politik dan kegiatan bisnis. Dikutip dari Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons 53.(1): 59–68. 35 Diunduh dari online www.tempo.co/read/news/2013/09/26/072516698/Traffic-Internet-diIndonesia-Naik-Drastis pada 22 Juni 2014 pukul 18:32 WIB.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 20
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
pengguna Facebook di Indonesia didominasi oleh mereka-mereka yang berumur antara 18-24 tahun di posisi pertama dan 25-34 tahun di urutan kedua. Untuk jenis kelamin, pengguna Facebook didominasi oleh pria dengan 59 persen, dan sisanya adalah wanita.36 “Di era globalisasi, perkembangan telekomunikasi dan informatika (IT) sudah begitu pesat. Teknologi membuat jarak tak lagi jadi masalah dalam berkomunikasi. Internet tentu saja menjadi salah satu medianya. Indonesia menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari USA, Brazil, Jepang, dan Inggris. Pengguna Twitter, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di dunia.”37
Data di atas menunjukkan bagaimana internet sebagai media baru telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tujuan dalam menggunakan internet pun bermacam-macam. Mulai dari mencari berita, hiburan,
akses
pada
social
media,
hingga
melakukan
transaksi
jual beli. Namun, perkembangan jumlah pengguna internet ini tidak didukung oleh perkembangan konten dan situs lokal. Situs yang mendominasi pengguna internet di Indonesia mayoritas adalah situs dari luar negeri (Facebook, Twitter, YouTube, Yahoo dan lain sebagainya,). 1.6.3. Konvergensi di Ranah Media Konvensional Jumlah pengguna Internet melonjak dari tahun ke tahun. Tren baru itu juga membawa perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap media di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap media itu segera ditangkap oleh pemilik modal di sektor media massa. Mereka tentu tidak ingin struktur konglomerasi media yang telah ada digilas oleh perkembangan tren teknologi baru ini. Akhirnya kini dapat kita lihat bersama, hampir semua konglomerasi media memiliki portal berita online.
36
Diunduh dari online www.merdeka.com/teknologi/data-terkini-pengguna-facebook-diindonesia.html pada 28 Juli 2014 pukul 00.33 WIB. 37 Diunduh dari online www.nasional.sindonews.com/read/2013/11/07/15/802909/indonesiamasuk-5-besar-dunia-pengakses-twitter pada 28 Juli 2014 pukul 01.03 WIB.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 21
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Hampir semua media massa kini menggunakan internet sebagai bentuk dari jenis media informasi mereka (media online) yang tentunya dibarengi motif ekonomi bisnis sebagai salah satu proses meraih keuntungan. Seperti pada media cetak, radio, dan televisi yang juga mengembangkan dirinya ke sektor online. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan pergeseran pola konsumen dalam menikmati suguhan media, seperti pada cetak bisa dinikmati dalam bentuk e-paper (Electronic Paper), dan radio dengan audio streaming, juga dengan televisi dengan tv-streaming. Tekanan eksternal media salah satu faktor terjadinya konvergensi media dalam sistem politik dan ekonomi yang muncul dari berbagai lini. Perubahan teknologi yang sangat masif terjadi satu dasawarsa terakhir, misalnya memaksa media massa di negeri ini mengubah segenap format industrinya, baik di tataran isi, kemasan, maupun organisasi media. Sebagai gambaran, banyak sekali bahkan media konvensional nasional pun yang tidak ketinggalan mengubah bentuk dan kemasannya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tidak sedikit pula yang berkali-kali mengubah bentuk kemasannya dengan tujuan pencarian format yang sesuai dengan keinginan konsumen. Konvergensi media hakikatnya adalah memberikan kesempatan yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik yang bersifat visual, audio, dan data. Konvergensi antara teknologi komputer, telekomunikasi, elektronika, media massa, dengan seni inilah yang menumbuhkan keniscayaan New Media (media online). Di Indonesia banyak media konvensional yang sudah merilis portal berita online nya guna melengkapi konglomerasinya di ranah media. Seperti koran Kompas dengan kompas.com, Republika yang merilis konten berita di republika.co.id, majalah Tempo yang memiliki tempo.co. Bahkan konvergensi ini ternyata telah menjadikan adanya industri media yang akhirnya saling mengisi platform cetak, televisi, radio dan online dalam satu induk kepemimpinan. Berdasarkan riset Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) tahun 2012, setidaknya ada 12 grup media besar yang produknya mempengaruhi pangsa pasar media di Indonesia, baik
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 22
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
cetak, radio, televisi, dan online. Masing-masing adalah Media Nusantara Citra (MNC) Group, Kompas Gramedia, Elang Mahkota Teknologi, Visi Media Asia (VIVA), Group Jawa Pos, Mahaka Media, Trans Corp, Berita Satu Media Holdings, Grup Media, MRA Media, Femina Group, dan Tempo Inti Media. Inilah yang bisa dilihat dari potret industri media di Indonesia saat ini. Seperti Kompas Gramedia memiliki 16 radio (diantaranya (Sonora, Prambors dan Trax), 10 TV (Kompas TV, dan TV jaringan), dan 26 surat kabar harian, 33 majalah, 2 tabloid, 17 majalah berlisensi serta 2 media Online (kompas.com dan tribunnews.com). MNC Group dengan Sindo Radio, Koran Sindo, RCTI, MNC TV, Global TV dan okezone.com. Visi Media Asia (VIVA), yang membawahi ANTV, TV One dan vivanews.com. Tempo Inti Media dengan majalah Tempo, Koran Tempo, dan portal berita online tempo.co.38
1.6.4. Konvergensi Adalah Sebuah Keniscayaan di Zaman Era Digital Kita mengenal Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai salah satu media publik yang berfokus pada Radio, bahkan sejak zaman kemerdekaan sekitar 69 tahun lalu. Sebagai lembaga yang diatur dengan UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 14, status LPP RRI sebagai radio dengan menyandang nama negara, keberadaan RRI sangat penting guna keberlangsungan budaya bangsa yang positif dalam upaya membangun karakter serta memperkokoh keutuhan bangsa dan negara. RRI juga berperan sebagai media penyiaran yang independen, netral dan siaran berorientasi untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan NKRI.39 Poin yang perlu diperhatikan dari kutipan profil RRI di atas adalah “siaran berorientasi untuk kepentingan masyarakat”, apakah di zaman yang serba digital seperti sekarang ini, “siaran” yang dimaksud adalah hanya sebatas on-air di radio saja ataukah sudah mulai merambah ke ranah on-line? Jika memang sudah mulai merambah ke on-line, lalu timbul pertanyaan bagaimana 38
Manan, A. Danayanti, E. 2012. Konvergensi Media dan Kesejahteraan Jurnalis. Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Warga Bicara Media: Sepuluh Cerita. Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) dan HIVOS Jakarta. Hlm. 3. 39 Zakaria, Op.Cit., Hlm. 45.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 23
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
cara RRI untuk memfasilitasi masyarakat untuk tetap bisa menikmati informasi yang disajikan, padahal berdasar data terungkap bahwa terjadi pergeseran cara menikmati informasi dari masyarakat, dari ranah radio ke online misalnya? Ketika berbicara tentang konvergensi media tentu saja kita tidak hanya berbicara tentang perkembangan teknologi komunikasi. Konvergensi media lahir dan berkembang atas tindakan-tindakan perusahaan komunikasi atau perusahaan media yang menggunakan bentuk sebuah konvergensi sebagai wujud efisiensi produksi atas jasa yang ditawarkannya. Pada akhirnya di zaman Digitalisasi seperti sekarang ini mau tidak mau mendorong RRI untuk berinisiatif membuat suatu media baru untuk mengikuti perkembangan zaman. Media konvergen tak bisa dipungkiri dapat memicu kompetisi untuk dapat merebut pasar, entah iklan atau pembaca. Media konvensional pun kini berbondong-bondong membangun situs, membuat akun di situs jejaring sosial dan membuat website portal berita. Hal ini tak lain merupakan upaya untuk meraup pembaca (readership) yang lebih beragam, juga menambah pundi-pundi keuangan lewat iklan di media online. Di lingkungan yang sangat kompetitif saat ini, iklan di media online dianggap lebih efektif dengan jangkauan audiens yang lebih luas dan besar.
1.6.5. Bagan Kerangka Pemikiran Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI), selanjutnya disebut RRI, sebagai institusi besar tentu memiliki stasiun yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, bahkan hingga daerah perbatasan dengan negara tetangga, di samping juga kesiapan sarana dan prasarana di setiap stasiunnya. Ditambah dengan anggaran dari APBN tentunya ini menjadi modal yang cukup untuk memulai terobosan dalam era digitalisasi. Tetapi faktor-faktor ini belumlah cukup tanpa diimbangi dengan kebijakan internalnya, selain itu sikap dari para pemangku kebijakan dalam melihat era digitalisasi menjadi faktor penentu yang akan membawa arah perubahan di tubuh RRI itu sendiri.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 24
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Tentunya keselarasan dari kebijakan internal dan sikap pemangku kebijakan dengan para sumber daya manusia dan ketersediaan sarana infrastruktur, diharapkan dapat menghasilkan terobosan media baru oleh RRI untuk mempertahankan eksistensinya di era digitalisasi sekarang ini dalam rangka tugasnya sebagai media yang mengayomi kepentingan publik. Setelah munculnya terobosan dalam bentuk media baru oleh RRI, selanjutnya adalah melihat sejauh mana media baru ini mampu memikat masyarakat dalam pemberian informasi, tentunya dengan berbagai kompetitor yang juga berlomba mengembangkan media barunya, RRI diharapkan mampu bersaing mempertahankan eksistensinya. Eksistensi di mata masyarakat inilah yang nanti akan menjadi penilaian dari Pemerintah tentang RRI, terkait dengan penggunaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Berdasarkan uraian di atas, maka didapat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut : Pemerintah 1.
2.
3. 4.
Desakan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Pasal 14 UndangUndang Penyiaran Nomor 32 / 2002 PP 11 / 2005 PP 12 / 2005
LPP RRI (Media Massa / Radio Publik)
1. Kebijakan Internal 2. Sikap Pemangku Kebijakan
Keterangan Pengaruh
1. Respons publik terhadap Radio 2. Pertumbuhan Pengguna Internet 3. Masifnya Konvergensi Media Konvensional 4. Keniscayaan digitalisasi bagi RRI
1. Sumber Daya Manusia 2. Sarana dan Infrastruktur 3. Anggaran
Terobosan Media Baru (Konvergensi) www.rri.co.id dan berbagai aplikasi
Proses Publik (Eksistensi di Masyarakat) Gambar 1.2. Bagan Kerangka Pemikiran
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 25
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
1.7. Metodologi Penelitian 1.7.1. Pendekatan Kualitatif Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode ini menjadi pisau analisis paling tepat karena dalam kasus konvergensi media baru ini, peneliti hanya berfokus untuk menelaah konvergensi media di dalam tubuh Pusat Pemberitaan LPP RRI saja. Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subyek yang diteliti dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan.40 Banyak sekali elemen yang sebenarnya bisa dikaji dengan keberadaan media online, terlebih yang bersinggungan dengan persoalan teknisnya, seperti penulisan dan operasional yang berbeda dari media radio. Namun fokus penelitian ini hanya akan berkisar pada kebijakan para pengambil keputusan di RRI dalam membentuk wadah baru selain radio yaitu media online yang merupakan sebuah keniscayaan bagi RRI di era digitalisasi. Peneliti adalah bagian integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Oleh karena itu, penelitian kualitatif bersifat subyektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan. John W Creswell mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara rinci, dan disusun dalam latar ilmiah.41 Secara umum, penelitian dengan pendekatan kualitatif memiliki ciriciri sebagai berikut. Pertama, intensif, partisipasi peneliti dalam waktu lama pada setting lapangan, peneliti adalah instrumen pokok riset. Kedua,
40
Denzin, Norman K & Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 6. 41 Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit Alfa Beta. Hlm. 2.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 26
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatancatatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter. Ketiga, analisis data lapangan. Keempat, melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan), dan komentar-komentar. Kelima, tidak ada realitas yang tunggal. Setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial. Keenam, subyektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Peneliti sebagai sarana penggalian interpretasi data. Ketujuh, peneliti memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu-individunya. Kedelapan, yang ingin diungkap lebih pada kedalaman daripada keluasan.42 Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subyek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematik dalam kehidupan seseorang. Misalnya studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual. Batasan lain tentang pendekatan kualitatif juga menyentuh tataran pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan sebagai pertanyaan penelitian. Tidak hanya menyangkut apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, tetapi yang terpenting harus mencakup pertanyaan penelitian “mengapa dan bagaimana”.43
1.7.2. Metode Deskriptif Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau subyek penelitian. Metode deskriptif diwujudkan dengan penggambaran secara mendalam tentang situasi dan proses yang diteliti. Karena sifat penelitiannya seperti ini, maka penelitian kualitatif tidak berusaha untuk menguji hipotesis.
42
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hlm. 57-58. 43 Sugiya, Op.Cit., Hlm. 65.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 27
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.44 Menurut Idrus, data penelitian bersifat deskriptif yakni data penelitian kualitatif berupa narasi cerita, penuturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi/ buku harian (diary), perilaku, gerak tubuh, mimik, dan banyak hal lain yang tidak didominasi angka-angka sebagaimana penelitian kuantitatif, mengingat sifatnya yang juga tidak begitu banyak melacak data non-angka.45 Untuk memperdalam kajian, penulis juga akan menggambarkan suasana dari ruang redaksi dan aktivitas kerja jurnalis RRI, juga alur proses berita yang dikirim oleh reporter hingga bisa tayang, juga dengan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pihak redaksional maupun pihak reporter dari beberapa stasiun RRI di Indonesia.
1.7.3. Metode Studi Kasus Studi kasus merupakan metode yang lebih cocok bila pertama, pokok pertanyaan penelitian berkenaan dengan how (bagaimana) atau why (mengapa). Kedua, peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwaperistiwa yang akan diselidiki, dan ketiga, bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer atau masa kini dalam konteks kehidupan nyata. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan.46 Metode penelitian ini adalah studi kasus yaitu menyelidiki secara mendalam untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.47 Studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk mencoba menelaah langkah dan tahap
44
Ibid., Hlm. 66. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Hlm. 62. 46 Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 1. 47 Gomm dalam Dewi, Op.Cit., Hlm. 42. 45
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 28
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
proses konvergensi medium berita di LPP RRI. Begitu juga dengan kesulitankesulitan bagi RRI untuk melakukan konvergensi. Di antara semua ragam studi kasus, kecenderungan yang paling menonjol adalah upaya untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakni mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa pula hasilnya.48 Melihat kesuksesan BBC Radio dalam berkonvergen ke ranah online, penulis beranggapan kasus konvergensi BBC Radio ini cukup layak untuk dipelajari dan diterapkan di RRI, sehingga publik di Indonesia bisa terpuaskan dengan kinerja dan inovasi dari lembaga penyiaran publiknya.
1.7.4. Narasumber Dalam pengumpulan data, Robert K Yin mengidentifikasikan ada enam sumber bukti yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi pemeran serta, dan perangkat fisik. Selanjutnya sehubungan dengan pengumpulan data primer, maka peneliti melihat sumber bukti wawancara menjadi salah satu pilihan. Sebab, salah satu sumber informasi studi kasus yang sangat penting adalah wawancara.49 Berikut nama serta jabatan orang-orang yang akan di wawancarai oleh penulis dalam penelitian tentang Pemanfaatan Media Baru melalui situs www.rri.co.id oleh Pusat Pemberitaan RRI : No. 1 2 3
Nama Rosarita Niken Widiastuti (NIK) Dwi Hernuningsih (NING) Moh. Rohanudin (ROH)
4 5 6
Kabul Budiono (KAB) Nenny Afrantini (NEN) Dadan Sutaryana (DAD)
7 8
Dedi Sudiana (DS) Sugandi Affandi (SGD)
Kapabilitas / Jabatan Direktur Utama Anggota Dewan Pengawas Direktur Multimedia dan Teknologi Media Baru Direktur Program dan Produksi Kepala Bidang Media Online Kepala Seksi Pengembangan dan Produksi Media Online Kepala Desk Online Reporter Online Pusat Pemberitaan
Gambar 1.3. Tabel Daftar Narasumber 48 49
Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana. Hlm. 118. Ibid. Hlm. 118.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 29
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
Dalam kasus penelitian ini, sudah ditentukan sejumlah narasumber informasi yang dengan berbagai pertimbangan sangat layak untuk dijadikan narasumber. Prinsip pemilihan narasumber menggunakan parameter asas keterwakilan antara level pengambil kebijakan dan level pelaksana. Untuk melihat permasalahan secara obyektif, seorang ahli dan pengamat konvergensi dijadikan salah satu narasumber yang diwawancarai.
1.7.5. Teknik Pengumpulan Data Guba dan Lincoln menjelaskan ada beberapa alasan menggunakan observasi dalam pengumpulan data.50 Pertama (1), teknik observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung. Jika suatu data yang diperolehnya kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakannya kepada subyek. Tetapi karena peneliti ingin memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri dan mengalami langsung peristiwanya. Kedua (2), teknik observasi juga memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Lalu ketiga (3), teknik observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat (4), sering terjadi keraguan tentang kekhawatiran data yang diperoleh bias. Kelima (5), teknik observasi dimungkinkan mampu memahami situasi yang rumit. Selanjutnya keenam (6), dalam kasus tertentu ketika teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, observasi akan menjadi alat yang sangat bermanfaat. Untuk itu, dalam penelitian ini diputuskan untuk menggunakan observasi partisipan. Dalam observasi ini tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti. Menurut Yin, bukti atau data untuk keperluan studi kasus dapat berasal dari enam sumber, yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan
50
Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Remadja Karya. Hlm. 216-217.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 30
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
langsung, Dalam penelitian ini, data primer akan diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Selebihnya, data sekunder akan diperoleh dari referensi berupa dokumentasi teks, foto, dan grafis.51 Teknik pengumpulan data berikutnya adalah wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak. Lincoln dan Guba mengatakan, tujuan dari wawancara adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian. Wawancara juga untuk merekonstruksi kebulatan-kebulatan yang dialami masa lalu. Wawancara digunakan untuk memproyeksikan kebulatan-kebulatan yang diharapkan untuk dialami di masa yang akan datang. Wawancara juga dapat digunakan untuk memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.52 Wawancara adalah sebuah bentuk perbincangan, seni bertanya, dan mendengar. Wawancara bukanlah perangkat netral dalam memproduksi realitas. Jadi wawancara merupakan perangkat yang memproduksi pemahaman situasional yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus. Metode wawancara ini dipengaruhi karakteristik personal seorang peneliti, termasuk ras, kelas sosial, kesukuan, dan gender.53 Dalam penelitian ini digunakan wawancara tidak terstruktur dengan berstruktur. Pilihan ini dinilai tepat karena wawancara tipe ini memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan dengan tipe-tipe wawancara yang lain. Kelebihan lainnya adalah tipe wawancara ini dapat diterapkan bersama-sama dengan hasil observasi partisipan. Sebab semua data yang terkumpul selama observasi partisipan berasal dari wawancara informal di lapangan.54 Data sekunder diperoleh melalui dokumen, khususnya dokumen tertulis baik yang berupa handout resmi maupun buku. Terkait penelitian ini tentang online maka penulis juga akan mengambil data dari situs penyedia layanan online dalam hal ini pemeringkat situs yaitu www.alexa.com. 51
Yin, Op.Cit., Hlm. 101. Moleong, Op.Cit., Hlm. 186. 53 Denzin, Op.Cit., Hlm. 495. 54 Ibid. Hlm. 507. 52
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 31
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
1.7.6. Lokasi Penelitian Untuk pemilihan lokasi penelitian, peneliti memilih RRI Pusat yang berada di Jakarta. Hal ini dikarenakan seluruh pemegang kebijakan dan staf terkait dengan perencanaan dan pengelola RRI berada di RRI Pusat, tepatnya Jalan Merdeka Barat 4-5, Jakarta Pusat. Selain itu untuk melakukan observasi langsung bagaimana distribusi berita dikelola RRI.
1.7.7. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa pembatasan masalah, sebagai berikut : a. Media baru yang di maksud dalam penelitian ini adalah situs www.rri.co.id sebagai media online dan beberapa aplikasi penunjang oleh LPP RRI. b. Media baru dalam penelitian ini adalah situs www.rri.co.id dan beberapa aplikasi penunjang yang diprogramkan dari tahun 2014-2015. c. Pemangku kebijakan, staf dan karyawan yang dimaksud peneliti adalah yang berada di gedung RRI Pusat Jakarta, Jalan Merdeka Barat 4-5.
1.7.8. Proses Analisis Data Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.55 Pada dasarnya, hasil pengumpulan data di lapangan diolah dan diproses berdasarkan tema-tema yang sudah ditentukan sesuai dengan kerangka pemikiran. Maka, dalam analisis tematik ini, yang harus dilakukan adalah pertama, setelah semua data baik primer maupun sekunder dicek kualitasnya, maka data tersebut harus ditelaah dengan cermat sesuai tema yang sudah
55
Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta. Hlm. 106.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 32
PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK DALAM ERA DIGITALISASI
ditetapkan di depan. Dalam penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan media baru oleh LPP RRI dan dan implementasinya. Langkah kedua adalah mereduksi data dengan menyusun rangkuman data sehingga inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang diperlukan dapat diambil dan yang tidak penting dibuang. Selanjutnya hasil reduksi data tersebut diberi label sesuai dengan kategori-kategori yang disusun dalam reka penelitian. Kategori utama dalam penelitian ini adalah terfokus pada pemanfaatan media baru oleh LPP RRI. Kategorisasi dilakukan dengan sistem koding. Angka-angka koding diletakkan ke dalam transkrip wawancara. Setelah melakukan kategorisasi dengan koding, maka harus berhasil menemukan pola atau tema. Tema-tema tersebut harus mampu menjelaskan atau minimal dapat mendeskripsikan fenomena. Sebelum mengakhiri langkah analisis tematik ini, maka tahap terakhir adalah memeriksa keabsahan data dengan melihat kontinuitas data antara satu informan dengan informan lainnya. Untuk mencegah discontinuitas maka sudah dirancang dari awal, bahwa dalam mengumpulkan data melalui wawancara mendalam ini harus menggunakan outline sebagai guidance pewawancara.56 Sejalan dengan tahapan analisis tematik, maka pada akhirnya hasil analisis tematik ini mengerucut pada dua tema yaitu, pemanfaatan media baru dan implementasinya.
56
Moleong, Op.Cit., Hlm. 191.
MUHAMMAD LUTFI LUBERTO / 355561 / TESIS / FISIPOL / UGM / 2015 | 33