BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Aktivitas perekonomian pada abad ke-21 sudah berkembang pesat. Lembaga keuangan bank yang menjadi fasilitas untuk masyarakat dalam mengelola keuangannya telah tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan bank adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana tersebut kepada mayarakat dalam berbentuk kredit. Sesuai yang tertulis dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998, Bank terbagi menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Menurut Latumaerissa (2012), BPR (Bank Perkreditan Rakyat) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Dalam mencapai tujuan BPR yang harus melayani masyarakat kalangan bawah, pengusaha mikro, dan mendapatkan profit, BPR di tuntut untuk menggunakan strategi branding. Menurut Rifai (2012), strategi branding adalah pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya dan usaha dalam berorganisasi. Penerapan strategi branding yang tepat akan membuat brand yang dimiliki BPR dipercaya oleh masyarakat.
Setiap BPR harus memiliki brand dengan ciri khas masing-masing sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengenali BPR tersebut. Brand adalah tanda identitas yang digunakan suatu badan usaha untuk membedakan barang atau jasa yang dihasilkan dari badan usaha lain (Munandar, 2008:50). Keller (2008) mendefinisikan brand sebagai “Nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi diantaranya yang mengidentifikasi antara penjual barang dan jasa satu dengan yang lainnya dan untuk membedakan mereka dari kompetitornya”. Di samping itu BPR harus memiliki upaya untuk memperkenalkan brandnya agar dikenal masyarakat. Upaya yang dilakukan ini biasa disebut dengan Branding. Menurut Schultz dalam bukunya “Brand Babble” (2004) branding merupakan Brand Building. Brand Building dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai sebuah proses pembangunan sebuah merek. Tujuan dari proses branding ini adalah masyarakat mampu mengenal brand yang dimiliki oleh bank. Biasanya proses branding membutuhkan waktu yang lama dan tidak instan. BPR Adipura Santosa dahulunya bernama BPR Nguter adalah satu dari sekian banyak bank perkreditan rakyat di Indonesia yang telah dikenal masyarakat dengan brand yang cukup cemerlang di Solo Raya. Hal ini dibuktikan berdasarkan data dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun 2015, BPR Nguter menduduki peringkat 27 dari 727 BPR konvensional terbaik di
seluruh Indonesia. Tentu saja nama BPR Nguter sudah menjadi tidak asing di telinga masyarakat sekitar dan para pelaku bisnis yang menjadi nasabahnya. Namun pada tahun 2016, BPR Nguter memutuskan untuk berganti nama, logo dan berpindah kantor pusat. Faktor utama yang membuat BPR Nguter berganti nama menjadi BPR Adipura Santosa adalah karena keputusan pemegang saham untuk mengubah nama BPR Nguter. Hal ini dilakukan untuk mendukung arah strategi pemasaran. Dalam persepsi pemegang saham, nama “Nguter” membentuk mindset masyarakat dalam mengenal BPR Nguter sebagai bank daerah yang berada di daerah Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Faktanya BPR Nguter sudah meninggalkan daerah Nguter lebih dari 15 tahun dengan pertimbangan sarana yang lebih memadai, lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh nasabah. Pemegang saham ingin agar perusahaan menggunakan nama baru agar mampu menjaring lebih banyak nasabah dan membuat lebih luas pangsa pasarnya. Keputusan
untuk
mengubah
nama
perusahaan
ini
memiliki
konsekuensi mengganti logo perusahaan. Logo BPR Nguter dengan simbol huruf “N” juga dinilai kurang modern. Selain nama dan logo, kantor pusat yang digunakan BPR Nguter di jl. Honggowongso No. 69 dinilai terlalu kecil dan tidak representatif sebagai BPR yang asetnya sudah sekitar Rp 150 Milyar. Maka dari itu BPR Nguter mengubah namanya menjadi BPR Adipura Santosa dan berpidah kantor pusat. Kantor pusat sebelumnya berada di Jl. Honggowongso No. 69 Surakarta, berpindah di Jl. Veteran No. 134 Surakarta.
Lokasi ini sangat strategis karena berada di depan kantor OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Surakarta.
Dengan
berpindahnya
kantor
pusat
semakin
menguntungkan BPR Nguter karena tidak perlu membayar biaya sewa gedung seperti kantor pusat yang sebelumnya yang berada di Jl. Honggowongso No.69 Surakarta. Gedung yang dipakai sebagai kantor pusat BPR Nguter yang baru ini statusnya milik perusahaan BPR Nguter. Melihat situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, tentunya BPR Adipura Santosa memiliki upaya branding ulang atau rebranding. Rebranding ini dilakukan untuk menguatkan citra sebuah perusahaan dan me-reposisi sebuah perusahaan di masyarakat. BPR Adipura Santosa berkeyakinan bahwa rebranding menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar masyarakat mengerti bahwa BPR Nguter telah resmi berganti nama menjadi BPR Adipura Santosa. Bagi masyarakat yang menjadi nasabah juga mengerti bahwa bergantinya nama BPR Nguter menjadi BPR Adipura Santosa itu sama sekali tidak mengurangi atau menghilangkan hak-hak dan kewajibannya sebagai nasabah. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penulisan Tugas Akhir dengan judul “STRATEGI REBRANDING PADA PT. BPR ADIPURA SANTOSA”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah strategi rebranding yang digunakan oleh BPR Adipura Santosa? 2. Apa saja kendala dalam penerapan strategi rebranding digunakan oleh BPR Adipura Santosa? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan dari latar belakang diatas maka tujuan yang ingin didapat dari penulisan ini, yaitu : 1. Mengetahui strategi rebranding yang digunakan oleh BPR Adipura Santosa. 2. Mengetahui kendala yang ada dalam penerapan strategi rebranding digunakan oleh BPR Adipura Santosa. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang akan diperoleh yaitu: 1. Bagi Penulis Memberikan kesempatan penulis untuk menerapkan ilmu perkuliahan yang telah dipelajari dan kedalam penelitian dan penulisan Tugas Akhir. 2. Bagi Perusahaan Menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi BPR Adipura Santosa dalam menerapkan strategi rebranding perusahaan.
3. Bagi Universitas Sebelas Maret Menjadi sumber wawasan, informasi, dan referensi yang berguna dalam penelitian selanjutnya. E. Metode Magang 1. Waktu dan Lokasi Magang Magang kerja ini dilakukan pada tanggal 15 Februari-15 Maret 2016 di BPR Nguter bersamaan dengan momentum perpindahan kantor pusat dan peresmian nama baru, sebagai BPR Adipura Santosa. Lokasi BPR Adipura Santosa berada di Jl. Veteran No. 194 Surakarta. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu pembahasan
masalah
yang
sedang
diteliti
secara
deskripsi
dan
menggambarkan keadaan yang obyektif berdasarkan fakta-fakta dilapangan. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode yaitu : a.
Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat, lokasi, benda, dan gambar foto. Dalam hal ini teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk memperoleh data. b.
Wawancara Wawancara merupakan suatu proses memperoleh informasi dan keterangan sebagai upaya untuk mencapai tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak pihak yang sesuai dan memiliki sumber informasi yang relevan.
c.
Studi Pustaka Penulis mengumpulkan data serta referensi yang bersumber dari berbagai buku dan berbagai dokumen yang berhubungan dengan tema penulisan Tugas Akhir