BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan sempurna. Pada masa kritis ini yang dimaksud adalah masa yang sangat mempengaruhi keberhasilan pada masa berikutnya. Berhasil atau gagalnya anak dalam menjalani periode tersebut akan menentukan proses selanjutnya. Apabila berhasil maka anak diperkirakan tidak akan mengalami hambatan yang berarti dalam dirinya kelak, namun bila masa kritis ini anak tidak memperoleh rangsangan yang tepat dalam bentuk latihan
atau proses belajar maka
diperkirakan anak akan mengalami kesulitan pada masa-masa perkembangan berikutnya. Sebagai implikasinya untuk membantu anak dalam mencapai keberhasilan perkembangannya maka perlu suatu program stimulus untuk mengembangkan potensi anak termasuk proses kognitif. J.J. Rousseau dalam Nugraha (2006:2.7) memandang bahwa anak sejak lahir telah membawa potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, menurutnya pendidikan itu harus menghormati anak sebagai makhluk yang memiliki potensi alamiah. Kegiatan pendidikan dituntut untuk dapat memfasilitasi anak agar dapat mencapai tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan yang dilalui.
1
2
Taman kanak-kanak merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini pada rentang usia 4-6 tahun. Para pendidik seharusnya dapat memberikan layanan secara profesional kepada anak didiknya dalam rangka peletakan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan, agar anak didiknya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta menyiapkan diri mereka untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Pembelajaran di TK memiliki karakteristik khas. Kekhasan tersebut sesuai dengan pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Dalam standar pendidikan anak usia dini no 58 tahun 2009, progam pembelajarannya meliputi: 1. Aspek nilai-nilai agama dan moral Bidang pengembangan ini untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. 2. Aspek Kognitif Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengolah pemerolehan belajarnya,
menemukan
bermacam-macam
alternatif
pemecahan
masalah, menembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan dan persiapan pengembangan kemampuan berfikir teliti.
3
3. Aspek Bahasa Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu mengkomunikasikan secara efektif. 4. Aspek motorik Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan ketrampilan tubuh. 5. Aspek Sosial, Emosional dan kemandirian Aspek sosial, emosional dan kemandirian dimasukkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di TK adalah bidang pengembangan kognitif. Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktifitas mental seperti mengingat,
mensimbolkan,
mengkategorikan,
memecahkan
masalah,
menciptakan dan berfantasi. Kemampuan kognitif diperlukan anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, diraba ataupaun yang dicium melalui panca inderanya. Pengembangan kognitif anak seharusnya dilakukan sejak dini. Hal ini dikarenakan pengembangan kognitif merupakan
perkembangan dari pikiran. Pikiran
merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar, berfikir
4
dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak akan berkembang ketika belajar tentang orang-orang yang ada disekitarnya, belajar berkomunikasi, dan mencoba mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya. Dalam usaha meningkatkan kemampuan kognitif anak, diusahakan pendidikan dan latihan yang lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan berfungsinya kedua belahan otak. Seperti yang dikemukakan Semiawan (2002) dalam Sujiono (2006:3.4) : Pembebanan otak dengan pengetahuan, latihan ulangan, drill, yang berlebihan, tidak sepenuhnya akan mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif, bahkan akan menjadikan seseorang tidak berfikir kreatif, dan menjadikan perkembangan kognitif mengarah terutama pada hasil (produk) berfikir yang konvergen. Diharapkan dengan pendidikan,
latihan
yang
sesuai
dengan
karakteristik anak, sehingga akan tercapai optimalisasi perkembangan anak. Kemampuan kognitif yang didapatnya tersebut akan dapat digunakan untuk melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya. Manusia yang mampu memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuannya dalam : 1. Memahami angka dan konsep logika. Anak telah mampu membilang, mengenal lambang bilangan, dan sudah mampu mengoperasionalkan bilangan. 2. Mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menegemukakan sesuatu dengan alasan yang kuat.
5
Anak mampu menceritakan kejadian yang dilihatnya. Mengenal sebabakibat yang terjadi disekitarnya. Mengetahui asal mula sesuatu. 3. Mampu menjelaskan ide secara konseptual Mampu menciptakan bentuk dari geometri, mampu menemukan ide gagasan, memiliki daya imajinasi tinggi. 4. Mampu menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir. Berusaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari awal sampai selesai. Untuk itu kognitif sangat penting diajarkan pada anak didik karena apabila daya pikir anak dikembangkan dengan baik maka akan menjadi penerus bangsa yang cerdas. Apabila kemampuan kognitif anak tidak dikembangkan dengan baik maka anak akan menjadi berfikir pasif dalam menghadapi sesuatu. Kemampuan kognitif anak untuk dapat mengolah pemerolehan belajarnya yang dapat menemukan berbagai macam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak mengembangkan kemampuan logika matematiknya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah atau mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan daya pikir yang teliti. Peneliti melakukan pengamatan di TK Aisyiyah I Pucangan, Kartasura, Sukoharjo tahun 2011/2012. Kemampuan kognitif anak kelompok B masih rendah. Hal ini tercermin pada tabel berikut ini:
6
No 1 2
3 4 5
Tabel 1.1 Faktor penyebab kemampuan kognitif anak rendah Faktor Penyebab Masalah Guru Kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar. Siswa Anak kurang termotivasi dengan model pembelajaran yang digunakan guru. Anak merasa bosan dengan metode yang digunakan. Proses Masih terpusat pada guru Pembelajaran Kegiatan Menggunakan penerapan metode pembelajaran pembelajaran yang klasikal dan monoton. Lain - lain Terbiasanya anak dalam belajar selalu gaduh. Tidak tersedianya prasarana yang mendukung.
Kemampuan kognitif anak yang rendah dikarenakan metode pembelajaran yang kurang menarik, anak hanya bersikap duduk, seperti pembelajaran orang dewasa, seperti halnya pembelajaran SMP dan SMA. Hal ini menyebabkan anak merasa bosan dalam menerima setiap pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah Pucangan I masih monoton. Setiap hari anak lebih banyak dengan kegiatan menulis, membaca dan berhitung demi mencapai target persiapan untuk naik ke Sekolah Dasar. Kegiatan intinya adalah mengerjakan tugas melalui majalah berhitung, membaca, mewarnai dan menggunting yang diberikan pada setiap tema sehingga terasa membosankan dan kurangnya pengalaman anak. Anak hanya terpaku untuk belajar majalah yang diberikan guru tanpa ada variasi metode lainnya. Cara mengajar guru yang monoton dan membosankan inilah yang membuat kemampuan kognitif anak rendah. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti memberikan suatu solusi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas
7
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melaui Metode Eksperimen di TK Aisyiyah Pucangan I Kartasura pada tahun 2011/2012”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rendahnya kemampuan kognitif anak disebabkan: 1. Metode pembelajaran yang kurang menarik dan monoton. 2. Kurangnya pemenuhan kebutuhan, kebebasan, dan kesempatan yang dilakukan guru untuk anak dalam pembelajaran. 3. Kurang kreatif guru dalam memilih metode yang tepat. C. Pembatasan Masalah Ada beberapa masalah yang terdapat dalam masalah diatas, akan tetapi penelitian ini hanya difokuskan pada meningkatkan kemampuan kognitif terutama dalam mengenal pengetahuan umum dan sains. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis terintegrasi dengan metode demonstrasi. D. Rumusan Masalah Dalam penelitian Tindakan Kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah metode eksperimen dapat meningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B2 TK Aisyiyah Pucangan I Kartasura, Sukoharjo Tahun 2011/2012?
8
E. Tujuan Penelitian Secara
umum
penelitian
ini
ditujukan
untuk
meningkatkan
kemampuan kognitif anak secara menyeluruh baik persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Secara
khusus
penelitian
kemampuan kognitif anak
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
melalui metode eksperimen jenis terintegrasi
dengan metode demostrasi di TK Aisyiyah Pucangan I Kartasura, Sukoharjo tahun 2011/2012. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan anak usia dini. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan
mampu
memberikan
pengetahuan
mengenai
pentingnya peranan metode eksperimen dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi anak Diharapkan anak mampu mendapatkan pengalaman langsung dari eksplorasi eksperimen yang dilakukannya. b. Bagi orang tua Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mampu memberikan tambahan ilmu untuk memberikan dorongan kepada
9
orang tua bahwa belajar tidak harus dilakukan dengan menulis dan membaca. c. Bagi guru Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mestimulasi perkembangan kognitif anak.