BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ginjal merupakan organ filtrasi dan ekskresi utama yang berfungsi untuk menyaring dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme juga zat-zat toksik yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Nefron merupakan unit fungsional terkecil yang berperan dalam hal tersebut (Basile et al., 2012). Salah satu penyakit ginjal adalah gagal ginjal akut yang dalam 15 tahun terakhir ini meningkat insidensinya. Dilaporkan dari seluruh dunia angka kematian Gagal Ginjal Akut (GGA) 25% hingga 80% dari insidensi (Lamaire N et al., 2006). Gagal ginjal akut disebabkan oleh kerusakan pada prarenal sekitar 25%60% dan kerusakan di renal sebanyak 35%-70%. Iskemia dan nefrotoksikitas merupakan 80%-90% penyebab dari gagal ginjal akut karena kerusakan di ginjal (Basile et al., 2012). Nefrotoksikitas ini dapat disebabkan salah satunya oleh pemakaian obat-obatan. Antibiotik, antidiabetik dan analgesik-antipiretik merupakan obat-obatan yang sering menyebabkan nefrotoksikitas (Gunnel et al., 2000). Salah satu analgesik-antipiretik yang sering digunakan masyarakat adalah parasetamol. Namun parasetamol ini berbahaya jika dosis yang diberikan berlebihan (Kleiman JG et al., 2010). Parasetamol dalam dosis
1
2
toksik biasanya dapat menyebabkan kerusakan hepar dan ginjal yang nantinya dapat menimbulkan keusakan pada sel (Abdul HZ et al., 2012). Nefrotoksikitas dari parasetamol terbentuk karena adanya sitokrom P450 yang bercampur dengan fungsi oksidatif isoenzim, juga sintesis prostalglandin dan enzim N-deacetilase (Abdul HZ et al., 2012). Dosis toksik tersebut akan menyebabkan
penurunan
glutation
(GSH)
sehingga
N-asetyl-p-
benzoquinoneimine (NAPQI) berikatan kovalen dengan protein seluler dan mengakibatkan kerusakan ginjal dalam bentuk stress oksidatif (Wilmana dan Gunawan, 2007). Kerusakan ginjal karena stress oksidatif ini dapat dicegah dengan pemberian antioksidan yang berasal dari luar tubuh (Cruz et al., 2007). Sedangkan Allium sativum atau bawang putih merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba dan hepatoprotektor (Londhe et al., 2011). Kandungan allicin, SAC, dan flavonoid merupakan kontributor utama dalam aktivitas antioksidan dalam ekstrak bawang putih dan terbukti cukup signifikan mengurangi proses stres oksidatif (Borek, 2001). Salah satu antioksidan utama yang terdapat dalam ekstrak bawang putih adalah S-Allylcystein (SAC). Senyawa ini mempunyai tiga mekanisme sebagai antioksidan yaitu, scavenge reactive oxygen (ROS) dan nitrogen (RNS) species, meningkatkan kadar antioksidan enzimatis dan antioksidan non-enzimatis, dan menghambat beberapa enzim prooxidant (xanthine
3
oxidase, cyclooxygenase, dan NADPH oxidase) (Kim et al., 2000; Borek, 2001). Selain SAC senyawa lain yang juga berguna sebagai antioksidan adalah Allicin. Senyawa ini mampu menekan produksi nitrat oksida (NO). Dalam bawang putih (Allium sativum) ini juga terdapat kandungan flavonoid kaemferol dan ishoarmetin yang
sebagian besar berpengaruh dalam
mencegah kerusakan organ akibat stres organik. Kaemferol dan ishoarmetin dapat meningkatkan aktivitas antioksidan, menurunkan lipid peroksidasi dan Nitrit Oxyde (NO). Studi lain yang dilakukan The Herb Society of America (2006) melaporkan bahwa terdapat kandungan vitamin C pada bawang putih yang dapat berfungsi sebagai penghancur singlet oxygen (O2-), radical peroxyl scavenger, serta dapat membantu tubuh memproduksi glutathione (GSH) (Winarsi, 2007). Meninjau efek bawang putih (Allium sativum) yang memiliki aktifitas antioksidan, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap kerusakan histologis ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat mencegah kerusakan histologis ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik?
4
2. Apakah peningkatan dosis ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap histologis ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam mencegah kerusakan histologis ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik. 2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam meningkatkan daya proteksi terhadap kerusakan ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam mencegah kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diberi parasetamol dosis toksik.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait pengaruh Ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebagai protektor untuk organ selain ginjal dan dengan parameter yang lebih kompleks antara lain imunohistokimia dan biokimia.
5
2.
Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan bawang putih (Allium sativum) sebagai salah satu alternatif tanaman obat (fitofarmaka) dalam mencegah kerusakan ginjal.