BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, dimana kemajuan teknologi dari hari ke hari perkembangannya semakin pesat. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan manusia mampu dan berusaha mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya untuk kearah yang positif. Sehingga dengan pendidikanlah manusia mampu untuk merubah dirinya sendiri, masyarakat dan negara kearah yang lebih baik, bagi negara pendidikan merupakan investasi peradaban hal tersebut dikarenakan dunia pendidikanlah yang mencetak generasi bangsa yang unggul sehingga mampu bersaing di era globalisasi. Kegiatan di dalam proses pendidikan merupakan bagian dari kegiatan aktifitas sosial oleh pihak manajemen sekolah, pendidik maupun peserta didik yang mengerucut kepada satu tujuan yaitu untuk menciptakan masyarakat yang mempunyai kualitas peradaban yang lebih baik. Dengan adanya dunia pendidikan siswa diajarkan tentang kemampuan berfikir maupun cara bersosialisasi dengan orang lain dalam proses belajar mengajar khususnya melalui sistem
pembelajaran
kooperatif,
sehingga
siswa
disamping
mempunyai kemampuan kognitif secara individu tetapi juga siswa akan
1
2
memiliki sikap afektif secara sosial dengan teman sebaya, dari sinilah siswa akan diajarkan bagaimana cara penyelesaian masalah dengan cara bekerjasama, proses sosial tersebut tentunya sangat bermanfaat jika siswa nantinya berbaur dengan kehidupan bermasyarakat. Sikap kemandirian dalam menyelesaikan persoalan mata pelajaran juga perlu diterapkan siswa, tetapi disamping sikap kemandirian juga siswa dituntut untuk bisa bekerja secara kelompok hal tersebut dikarenakan manusia adalah
makhluk
sosial
yang tentunya
membutuhkan
bantuan
jika
mendapatkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan, sikap sosial dan kemandirian merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam bukunya Dasar – Dasar Kependidikan, Hamdani (2011: 21) menyimpulkan bahwa : “Pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan sistem yang terencana dengan baik terutama dalam hal ketepatan mengenai metode pembelajaran yang diajarkan, sehingga makna pendidikan akan tercapai dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan peserta didik yang berguna untuk mengembangkan potensi peserta didik. Dalam proses kependidikan guru dituntut untuk semaksimal mungkin melakukan proses kegiatan belajar mengajar secara efektif, kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif
3
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan tepat berupa metode pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk belajar lebih aktif sehingga berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan afektif dalam bidang mata pelajaran yang berimplikasi terhadap hasil belajar. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Sehingga suatu metode atau model pembelajaran merupakan suatu alat yang harus dikuasai dan di update oleh guru yang nantinya dapat menjadikan peserta didik mampu menguasai kompetensi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru dengan siswa tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan komunikasi, karena dengan komunikasi yang tepat diterapkan oleh guru kepada peserta didik akan lebih memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, tentunya komunikasi tersebut tidak hanya dilakukan secara satu arah saja tetapi diharapkan seorang guru mampu mengembangkan suatu metode yang dapat merangsang siswanya untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Sehingga dengan adanya keaktifan belajar siswa tersebut diharapakan mampu mempengaruhi kualitas belajar peserta didik sehingga berdampak kearah yang positif terhadap kualitas hasil belajar. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMK N 2 Yogyakarta, tentang implementasi model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran perawatan dan perbaikan motor otomotif (PPMO) kurang
4
mengarahkan siswa kearah pembelajaran berpusat pada siswa (student center), diantaranya yaitu pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat verbalistik (hafalan) dan penjelasan suatu konsep lebih banyak dilakukan secara lisan dan tertulis, sehingga peran aktif siswa dalam proses pembelajaran kurang diperhatikan. Konsekuensi negatif dari kondisi tersebut dapat dilihat dengan kurangnya siswa untuk mengetahui, memahami dan mengaplikasikan konsep terutama pada mata pelajaran PPMO pada umumnya dan pada kompetensi sistem bahan bakar bensin pada khususnya. Model pembelajaran yang diterapkan guru masih berorientasi teacher center, artinya guru memegang peranan penuh dalam proses belajar mengajar sementara siswa hanya duduk diam menerima pelajaran secara pasif. Sistem penyampaian materi pelajaran lebih banyak didominasi oleh guru yang cenderung bersikap otoriter, instruktif serta komunikasi satu arah. Metode yang berorientasi teacher center ini juga dikenal sebagai model pembelajaran klasikal, model pembelajaran ini biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas. Menurut Syaiful Sagala (2010: 187) mengemukakan bahwa “belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajaran”. Model pembelajaran ini kurang menarik bagi peserta didik sehingga peserta didik tidak mempunyai ketertarikan dalam menerima pelajaran yang diajarkan. Model ini mempunyai kelemahan, yaitu: peserta didik merasa jenuh karena proses belajar mengajar terkesan datar yang mengakibatkan peserta didik tidur di dalam kelas, peserta didik berbicara sendiri dan peserta didik bermain
5
handphone sendiri di dalam kelas. Hal ini akan mengakibatkan minat belajar peserta didik akan cenderung turun sehingga hasil belajar menjadi rendah. Pada saat menghadapi ulangan harian mata pelajaran PPMO yaitu pada materi pelajaran sistem bahan bakar bensin, masih banyak siswa yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM), Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran PPMO kelas XII TKR 2 yaitu sebesar 6,42 padahal di SMK Negeri 2 Yogyakarta menetapkan KKM sebesar 7,6. Dengan ditetapkan KKM sebesar 7,6, persentase siswa yang mencapai nilai kategori lulus hanya sebesar 16,13%. Kurang maksimalnya nilai siswa tersebut dikarenakan siswa kurang aktif ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung dan metode pembelajaran yang cenderung kurang melibatkan siswa atau sistem pembelajaran satu arah, siswa rata – rata tidak fokus saat pelajaran berlangsung, misalnya adanya siswa yang mengantuk, melamun bahkan ada yang asik berbicara dengan teman sebangku. Sebenarnya sudah dibentuk kelompok belajar tetapi belum berjalan secara efektif karena tidak terjadi pemerataan dalam kelompok tersebut, anggota kelompok yang kurang aktif menggantungkan jawaban dari temannya yang dianggap pintar, hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik siswa yang aktif maupun yang pasif. Kondisi siswa yang demikian tersebut, dalam mata pelajaran ini harus dilakukan suatu tindakan khusus berupa ketepatan metode pembelajaran yang menarik siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar peserta didik lebih menguasai materi ataupun kompetensi yang diajarkan. Bila permasalahan hasil belajar yang rendah tidak
6
segera dipecahkan maka akan berdampak negatif terhadap tujuan pendidikan yang pada gilirannya akan menurunkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini sangat penting untuk segera diaplikasikan karena dengan proses pembelajaran yang baik diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu cara untuk mengatasi agar siswa tidak jenuh dan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik yaitu dengan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperatif Learning siswa yang berbeda berkemampuan akan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas akademik
yang diberikan oleh
guru,
sehingga
siswa
yang
berkemampuan rendah akan mampu memahami materi ajar yang dirasa sulit, model pembelajaran ini juga mengajarkan bagaimana berperilaku sosial tanpa memandang latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran seperti ini meniadakan persaingan individu dan isolasi di persaingan akademik. Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga menumbuhkan sikap demokratis dan melatih kemampuan memecahkan masalah secara verbal. Memandang beberapa teknik pembelajaran kooperatif, maka penulis memilih pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu). Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu model belajar yang berpusat kepada siswa, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif variasi model mengajar guru. Model pembelajaran kooperatif dengan teknik two stay two stray ini dapat mengarahkan semua siswa agar
7
aktif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung serta dalam proses pelaksanaannya terstruktur. Banyak kegiatan belajar mengajar diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Struktur two stay two stray memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Huda, 2011: 140). Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang diajarkan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat. Berdasarkan pengamatan penulis di SMK N 2 Yogyakarta model pembelajaran kooperatif dengan teknik two stay two stray belum diterapkan khususnya pada mata pelajaran PPMO, dengan model pembelajaran ini guru dapat menemukan cara-cara yang lebih baik, komunikatif dan efektif untuk mengatasi
masalah
pembelajaran.
Model
pembelajaran
tipe
ini,
memungkinkan keterlibatan setiap siswa sebagai anggota kelompok dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan adanya kerjasama demikian, diharapkan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan teknik two stay two stray ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPMO.
8
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasikan beberapa permasalahan yang terkait dengan penelitian antara lain sebagai berikut : 1. Peserta didik belum mencapai hasil belajar secara maksimal. 2. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa rata – rata tidak fokus saat pelajaran berlangsung, misalnya dengan adanya siswa yang mengantuk, bermain handphone dan berbicara dengan teman sebangku. Hal ini akan mengakibatkan minat belajar peserta didik akan cenderung turun sehingga hasil belajar menjadi rendah. 3. Model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran PPMO kurang mengarahkan terhadap pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). sehingga peran aktif siswa dalam proses pembelajaran kurang diperhatikan. 4. Guru masih dominan menggunakan metode klasikal dalam proses pembelajaran tanpa ada variasi model yang lain, hal ini mengakibatkan kejenuhan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian ini pada “ Implementasi Teknik TSTS (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan dan Perbaikan Motor Otomotif Siswa Kelas XII Jurusan Teknik Otomotif SMK N 2 Yogyakarta”. Dari pengamatan
9
penulis, SMK N 2 Yogyakarta model pembelajaran kooperatif dengan teknik two stay two stray belum diterapkan, sehingga diharapkan dengan penerapan teknik pembelajaran two stay two stray ini akan membuat suasana belajar dikelas menjadi lebih bersemangat dan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dan agar lebih memudahkan kerangka berfikir dalam penelitian ini, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui teknik two stay two stray pada mata pelajaran motor otomotif siswa kelas XII jurusan teknik otomotif SMK N 2 Yogyakarta?“
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pertama untuk menentukan langkah dalam kegiatan penelitian. Agar penelitian dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diinginkan, maka tujuan penelitian ini adalah : “Untuk meningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran two stay two stray pada mata pelajaran motor otomotif siswa kelas XII jurusan teknik otomotif SMK N 2 Yogyakarta”.
10
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya : 1. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga mendapat pengalaman tentang model pembelajaran baru. 2. Bagi pendidik Memberikan
variasi
model
pembelajaran
yang
komunikatif,
menyenangkan dan efektif dalam mengatasi masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah Dapat memberikan perbaikan-perbaikan mengenai metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam upaya meningkatkan lulusan SMK yang mempunyai kompetensi unggul dibidangnya. 4. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, dan pengetahuan penulis dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray.