1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan hasrat dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi maupun keluarga. Sedangkan Rogers dan Ruchlin (1971: 78), mengatakan bahwa pendidikan itu pada dasarnya sebagai instrument (alat) untuk menyalurkan bakat dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena sebagai alat maka wajar bila pendidikan itu harus diabdikan kepada suatu tujuan yang mempunyai visi dan misi. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan formal. Sampai detik ini pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, pragmatis, dan berjenjang. Pendidikan nasional harus dilaksanakan secara merata, adil, relevan, berkualitas, dan efesien (Achmady, 1994: 71). Dapat disimpulkan bahwa suatu pendidikan yang baik akan bermanfaat dalam menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan yang ada dalam dunia kerja nasional maupun internasional. Tenaga pendidik dan kependidikan nonformal khususnya Pamong Belajar haruslah berkualitas dan professional dalam rangka peningkatan sumber daya manusia di satuan pendidikan nonformal. Untuk mewujudkan Pamong Belajar
1
2
yang berkualitas dan professional maka diperlukan penguasaan kompetensi yang meliputi aspek andragogi, pedagogi, kepribadian, sosial serta profesional. Seorang pamong belajar selain menguasai kompetensi juga dituntut untuk memiliki semangat dan motivasi yang tinggi pada saat melaksanakan proses belajar mengajar pada kegiatan pendidikan dan pelatihan, pembelajaran, pembuatan percontohan program pendidikan nonformal serta penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program. Tanpa dilandasi oleh semangat yang tinggi tidak akan membawa hasil yang positif, oleh karenanya dalam hal ini dituntut kinerja dan profesionalisme seorang Pamong Belajar. Isu strategis Pamong Belajar merupakan pokok-pokok permasalahan mendasar yang mempunyai daya pengaruh kuat dan berdampak negatif terhadap bidang lain secara meluas pada berbagai aktivitas pengelolaan dan administrasi bidang Pendidikan Luar Sekolah, sehingga berakibat melemahnya atau rusaknya sistem dan tatanan pada penyelenggaraan bidang pendidikan luar sekolah. Undang-Undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang menekankan bahwa diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berkompeten untuk menjalankan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.Peserta didik adalah anggota masyarakat yang mengembangkan potensi diri melakui proses pembelajaran yang tersedia
3
(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional). Sedangkan pendidikan dan pelatihan menurut Hasibuan (1993: 66) adalah sebagai berikut; Pendidikan adalah suatu usaha, untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan kepamongan atau jabatan. Latihan membantu karyawan dalam memahami dalam suatu pengetahuan praktis dan penerapan guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan pendidikan dan lembaga dalam usaha dalam mencapai tujuan. Pendidikan erat kaintannya dengan menambah pengetahuan umum dari lingkungan keseluruhan dan bersifat teori dan konsep, sedangkan pelatihan hanya ditujukan untuk meningkatkan kecakapan pada suatu tugas yang bersifat meningkaykan kecakapan dan pengetahuan praktis. Pendidikan dan pelatihan dalam usaha organisasi sebagai salah satu upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, menunjukkan suatu siklus yang harus dilakukan secara terus menerus. Karena organisasi harus berkembang untuk mengatasi perubahan diluar organisasi. Untuk itu maka kemampuan sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau lembaga terus menerus ditingkatkan seirama dengan tujuan dan perkembangan organisasi. (Sedarmayanti, 2001 ; 29). Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67), kinerja
adalah hasil
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kita akui bahwa profesi pamong belajar paling mudah tercemar dalam arti masih ada saja orang yang memaksakan diri menjadi pamong belajar walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak memiliki kompetensi yang harus dimiliki oleh Pamong Belajar tersebut. Hal ini terjadi karena masih adanya pandangan bahwa siapa pun dapat menjadi pamong belajar asalkan dia berpengetahuan. Yang menjadi salah satu persoalan saat sekarang ini pada Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
4
Provinsi Gorontalo yang direkrut untuk menjadi pamong belajar tidak berdasarkan latar belakang pendidikan nonformal (PNF) atau lulusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS), sehingga disadari atau tidak akan berimplikasi pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya pada satuan Pendidikan Nonformal, karena pada kenyataannya saat ini dari jumlah 19 Orang Pamong Belajar yang terdaftar aktif pada tahun 2010, hanya terdapat satu orang saja yang merupakan lulusan
Pendidikan
Luar
Sekolah,
sehingga
berpengaruh
pada
tidak
termotivasinya pamong belajar untuk menunjukkan kinerja yang maksimal. Hal ini menarik jika menilik pada pentingnya kompetensi Pamong Belajar untuk melaksanakan program Pendidikan Nonformal. Pelatihan Pamong Belajar yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo ini merupakan program yang dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun, dengan lokasi pelaksanaan di lingkungan Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo, materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan. Kebijakan pengelolaan pelatihan Pamong Belajar ini disusun dalam program tahunan dan melibatkan sumber daya manusia yang berkompeten dari Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo sebagai perencanaan kegiatan. Pelatihan teknis pamong belajar yang terakhir kali dilakukan adalah pada bulan Juni 2010 di Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo dengan materi kebijakan program PNFI di provinsi Gorontalo, Kebijakan di bidang Jabatan Fungsional Pamong Belajar, Kebijakan Pemerintah di bidang PTK-PNF, Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan angka kreditnya,
5
Tugas pokok pamong belajar dan angka kreditnya, unsur dan sub unsur penunjang, mekanisme pengelolaan dan pengajuan angka kredit, teknik penulisan karya ilmiah, dan praktek simulasi penyusunan DUPAK. Pelaksanaan pelatihan Pamong Belajar di BPKB Provinsi Gorontalo melibatkan instansi lain, seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten/Kota yang mengutus Pamong Belajar sebagai peserta pelatihannya. Evaluasi kegiatan pelatihan Pamong Belajar dilakukan secara langsung dengan post-test dan pre-test juga dibahas dalam kegiatan koordinasi atau rapat evaluasi kegiatan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengelolaan pelatihan teknis dalam peningkatan kinerja pamong belajar (studi pada Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo).
B. Identifikasi Masalah Pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan luar sekolah selalu dilakukan pada setiap tahun dan semakin bertambah baik dari sisi jenis tenaga yang dilatih maupun dari sisi kuantitas atau jumlah peserta. Namun disayangkan pelatihan tersebut belum dapat memberikan jawaban konkrit atas persoalan lemahnya kualitas ketenagaan pendidikan Nonformal. Berdasarkan pengamatan Penulis yang terjadi di lapangan khususnya di BPKB Provinsi Gorontalo terdapat beberapa kelemahan yang secara umum dialami pihak penyelenggara pelatihan. Kelemahan tersebut antara lain : (1) penyelenggara belum menerapkan pengelolaan pelatihan secara benar, (2)
6
pelatihan diselenggarakan tidak berdasarkan pengukuran kompetensi sehingga materi-materi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan, (3) pelatihan lebih banyak bersifat menjalankan ketentuan-ketentuan petunjuk operasional yang ada pada proyek dan berbagai persoalan lain. Kondisi ini mengakibatkan tidak efisiennya anggaran disamping juga tidak efektif pada aspek-aspek lain.
C. Rumusan Masalah Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada pokok permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Pengelolaan Pelatihan Teknis dalam Peningkatan Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo?” Secara khusus pertanyaan penelitian disusun sebagai berikut: 1. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar 2. Bagaimana perencanaan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar 3. Bagaimana pengorganisasian dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar 4. Bagaimana proses pelaksanaan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar 5. Bagaimana evaluasi penilaian pembelajaran dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar
7
6. Bagaimana hasil belajar yang dicapai dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar
D. Tujuan peneltian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Pelatihan Teknis dalam Peningkatan Kinerja Pamong Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo. Tujuannya khusus adalah : a. Mengetahui proses identifikasi kebutuhan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar. b. Mengetahui perencanaan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar. c. Mengetahui pengorganisasian dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar. d. Mengetahui proses pelaksanaan dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar. e. Mengetahui evaluasi penilaian pembelajaran dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar. f. Mengetahui hasil belajar yang dicapai dari pelatihan teknis bagi Pamong Belajar.
E. Manfaat penelitian
Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan berguna sebagai referensi pada ilmu pengelolaan pendidikan dan pelatihan Pendidikan Nonformal, khususnya dalam meningkatkan kompetensi pamong serta diharapkan dapat
8
memberikan kontribusi pada pengayaan khazanah penelitian empiris dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya para pengelolaan program pendidikan dan pelatihan pamong belajar.
Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan kinerja Pamong Belajar sehingga dapat meningkatkan mutu/kualitas pendidikan.
F. Kerangka Fikir Pelatihan Teknis Pamong Belajar merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Gorontalo secara berkelanjutan, dengan pertimbangan keunggulan yang telah direncanakan dengan matang, maka penyelenggaraan pelatihan teknis Pamong Belajar ini telah mengikuti prinsip manajemen yang dikemukakan oleh G.R. Terry dalam Winardi (2000: 65), yaitu prinsip planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controling (pengawasan dan evaluasi). Pelatihan dilaksanakan dengan pertimbangan pendekatan need assesment (kebutuhan) yang digunakan untuk mengetahui tema apa yang akan dijadikan acuan untuk mengembangkan materi pelatihan teknis tersebut. Pelaksanaan pelatihan ini dipengaruhi juga oleh motivasi sumber daya manusia, yang dirasakan atau dibutuhkan. Kondisi ideal yang ingin diciptakan
9
oleh lembaga, serta disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan dasar untuk menciptakan situasi kepemimpinan yang sesuai dengan visi, misi, dan nilai yang dianut oleh lembaga, bagi kenaikan jabatan atau jenjang karir, dan kebutuhan situasional lainnya. Gambar 1.1 Kerangka Fikir Penelitian Motivasi
Kepemimpinan
Kondisi Objektif Pelatihan Pamong
Situasional
Analisis POAC
Perencana an
Training Needs Untuk menentukan Tujuan Pelatihan
Perbaikan Pelatihan dan Kinerja
Kinerja
Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen
Pelaksanaan
Pengorganisasian
Input 1. 2. 3. 4.
Trainers Kurikulum Sasaran Sarana dan Prasarana 5. Instrumen Evaluasi
Pengawasan
Proses Training Strategi Pelatihan
Out Put Trainess yang Kompeten Added Value
Impact Training Prestasi Kerja Pamong Belajar
10
G. Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan, yang di dalamnya membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan kerangka berfikir.
BAB II
: Kajian literatur yang garis besarnya meliputi beberapa teori tentang pengelolaan Pendidikan Nonformal, Pamong Belajar, dan latihan Pamong Belajar.
BAB III
: Metode penelitian, membahas tentang prosedur penelitian yang menjelaskan tentang metode dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, objek penelitian, teknik analisa data dan keabsahaan data.
BAB IV
: Pembahasan masalah, berisi tentang pengelolaan Pelatihan teknis dalam peningkatan kinerja Pamong belajar di BPKB Provinsi Gorontalo.
BAB V
: Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan tentang kondisi objektif
pelaksanaan
meningkatkan
pelatihan
pelatihan
dan
dan
saran
kompetensi
lingkungan BPKB dan keterbatasan penelitian.
untuk
lebih
pamong
pada