BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional merupakan basis ekonomi rakyat yang memiliki potensi besar dan mampu menggerakan roda perekonomian. Dalam kondisi krisis pasar tradisional terbukti tetap bertahan dan mampu melayani kebutukan dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat luas baik kalangan menengah ke
bawah maupun menengah ke atas. Pasar tradisional telah menyumbangkan lapangan kerja dan memberikan kehidupan bagi banyak orang. Saat ini di wilayah Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, dari jumlah tersebut menampung sebanyak 12,6 juta pedagang belum termasuk para pemasok barang serta pengelola pasar. Oleh karena itu, keberadaan pasar tradisional yang kini semakin terhimpit dari pesatnya pertumbuhan pasar modern menjadi penting untuk
segera
diselamatkan.
Salah
satunya
yakni
melalui
program
revitalisasi/pengembangan pasar tradisional. Revitalisasi Pasar tradisional dapat dilakukan dengan menata dan membenahi pasar tradisional, di mana kelemahan-kelemahan pada pasar tradisional yang menyebabkan penurunan daya saing pasar tradisional sendiri harus segera dibenahi. Tentunya, revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan yang berpihak (affirmative action), baik pemerintah maupun seluruh 1
2
stakeholder yang terkait seperti Dinas Tata Kelola, Asosiasi Perdagangan Pasar Tradisional dan Sebagainya. Konsep revitalisasi pasar tradisional tidak hanya sebatas dengan perubahan fisik atau pembaruan bangunannya saja, tetapi juga harus ada konsep bagaimana mendinamiskan pasar.1 Menurut Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Batang, Drs Jamal Abdul Naser M Si, ada empat pasar
daerah
yang
pembangunannya
melalui
revitalisasi,
yakni
Pasar
Warungasem, Pasar Bandar, Pasar Tersono, dan Pasar Batang. Paska terbakar tahun 2012 silam, Pemkab terus mangalokasikan anggaran yang tidak kecil untuk pembanguan los-los yang terbakar. Bahkan, tahun 2016 ini Disperindag juga kembali mengucurkan dana Rp 1,7 miliar untuk rehab berat los blok A timur pasar Bandar.2 Kemudian dibiayai oleh Anggaran APBD tahun 2013 dan 2014 dengan total Rp 3,711 miliar. Anggaran ini diperuntukkan untuk renovasi rehab berat pada los blok A dan drainase. Sedangkan untuk renovasi blok B dan C menggunakan anggaran dari APBN tahun 2013.3 Proses revitalisasi pasar
yang berlokasi di Desa/Kelurahan Bandar,
kecamatan Bandar tersebut mencakup semua los yang terbakar pada tahun 20092012. Sedikitnya dari 15 los menjadi lima los. Meski menjadi lima los, nantinya
1
Ulfah Hayati, Analisis Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Di Kota Pekalongan Dalam Menghadapi Persaingan Dengan Pasar Modern:Ditinjau Dari Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Pekalongan: Program Studi Ekonomi Syariah, STAIN Pekalongan:2012), hlm.22. 2 http://www.radarpekalongan.com /2016/03 diakses pada hari senin 19 september 2016 pukul 15:12 WIB 3 http://www. jowonews.com/2015/02 diakses pada hari senin 19 september 2016 pukul 15:12 WIB
3
kondisi akan lebih besar dan luas hingga bisa menampung para pedagang. Sesuai dengan detail engineering design (DED) maka konsep pembangunan revitalisasi pasar akan merangkum tiga los menjadi satu los sehingga dari 15 unit akan menjadi lima unit. Kemudian dari luas lahan seluruhnya 20.000 m² diperuntukan untuk kios pasar 6.717 m², los pasar 4.860 m², pelataran 1.100 m², kantor pasar 14 x 8 meter = 112 m², MCK 5 unit = 258,5 m². Luas lahan yang terpakai seluruhnya : 1.147,5 m². Untuk jumlah pedagang los dan kios pasar Bandar seluruhnya terdapat 1.078 orang pedagang.4 Tabel.1.1 Data jumlah pedagang dalam los seluruhnya sebelum direvitalisasi sampai dengan tahun 2012. Jumlah Pedagang No Los 1 A 231 2 B 182 3 C 91 4 D 13 5 E 20 6 F 22 7 G Jumlah Pedagang Dalam Los Seluruhnya : 599
4
Data yang diperoleh dari Kepala Kantor pasar Bandar, Profil Pasar Bandar sampai dengan tahun 2012, hlm 1-2
4
Tabel.1.2 Data jumlah beberapa pedagang di los A sesudah direvitalisasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Pedagang Pakaian Perabotan Sembako Daging Sayuran Buah Warung Makan Rempah-rempah Sepatu Jumlah seluruh Pedagang
Jumlah 120 28 23 8 4 7 5 4 5 204
Manfaat yang dirasakan pedagang setelah pasar dilakukan revitalisasi yaitu mereka mendapatkan tempat yang layak dan pelayanan pengeloa pasar lebih baik. Kondisi pasar yang masih jauh dari kata layak, kumuh, kotor becek, dan kurang tertata. Fasilitas yang disediakan pun sangat minimum, misalnya saja toilet yang tidak terawat, tempatparkir yang terbatas, dan lorong yang sempit. Berdasarkan keadaan pasar yang sudah mengalami banyak kerusakan tersebut ditambah lagi dengan adanya kebakaran yang sering terjadi yang menghabiskan sebagian bangunan pasar maka perbaikan atau revitalisasi pasar perlu dilakukan. Bila dibandingkan dengan beberapa tahun lalu pasar yang tepatnya di Kecamatan Bandar kini kondisinya sudah jauh lebih tertata khususnya los di blok A sebelah timur. Selain itu juga sarana dan prasarana seperti kios, los, plataran, mck, sarana kebersihan dan mushola sekarang kondisinya sudah bersih, nyaman, dan terawat pula.
5
Jika pengelolaan terhadap kelangsungan hidup pasar tradisional tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, maka akan menimbulkan dampak sosial yang cukup signifikan, karena di pasar tradisional terdapat ratusan pedagang yang bekerja secara infomal. Bila pedagang mengalami kebangkrutan secara permanen, dan akibatnya akan kehilangan mata pencaharian. Hilangnya mata pencaharian akan mengakibatkan beban bagi dirinya sendiri, masyarakat dan pemerintah. Kerawanan sosial, ketidakpuasan, dan kualitas hidup yang semakin menurun, merupakan dampak yang harus diperhatikan. Berdasarkan kenyataan dan kondisi yang ada, mendorong peneliti untuk melakukan kajian dan mengevaluasi sejauh mana proses revitalisasi pasar Bandar tersebut yang difokuskan pada pedagang sembako. Karena pedagang sembako adalah salah satu komuditas yang hasil dan perputaran omsetnya sangat cepat karena yang dijual adalah keperluan sehari-hari. Selain itu pedagang ini selalu ada di setiap musim. Selain itu pedagang sembako adalah pedagang yang paling mendapatkan dampak paling signifikan, yaitu mulai dari menurunnya pendapatan, dan perubahan pada lokasi yang mempengaruhi hilangnya konsumen dan langganan mereka. Dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul: Kemaslahatn Revitalisasi Pasar Bandar Bagi Pedagang Sembako Di Blok A.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana Proses Revitalisasi Pasar Tradisional Di Pasar Bandar?
2.
Kemaslahatan apa yang diperoleh oleh Pedagang Sembako dari Revitalisasi Pasar Bandar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana proses revitalisasi Pasar Tradsional di Bandar. b. Untuk mengetahui Kemaslahatan apa yang diperoleh oleh Pedagang Sembako dari Revitalisasi Pasar Bandar.
2.
Kegunaan Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilakukan, diharapkan akan memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Secara Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan, yaitu sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan diharapkan dapat memberikan sumbangan teori-teori seputar permasalahan Kemaslahatn revitalisasi pasar yang seharusnya diterapkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka untuk menjaga
7
eksistensi pasar tradisional yang berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi di daerahnya. 2) Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa lainnnya, khususnya yang berdomisili di Kabupaten Batang agar mengetahui bagaimana keadaan pasar tradisional di Batang. Selain itu juga bagi mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian yang memiliki relevansi terhadap kemaslahatan revitalisasi pasar bagi pedagang dan pengembangan ekonomi lainnya. b. Secara Praktis Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Batang dalam upayamengembangkan Pasar Tradisional di kabupaten Batang yang merupakan ladang rezeki bagi banyak masyarakat, khususnya ekonomi menengah ke bawah serta dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi. Penelitijuga berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran secara tertulis demi memperbaiki, mempertahankan, dan menjaga kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di pasar- pasar tradisional.
8
D. Kajian Pustaka 1. Pengertian Maslahah Secara sederhana kata maslahah merupakan bentuk tunggal dari masaalih yang berasal dari kata kerja saluha, kata tersebut sering diartikan dengan kebaikan dan manfaat, sekalipun kata ini juga berbeda maknanya manakala di sandingkan dengan lafaz lain, misalnya di gandngkan dengan li, maknanya menjadi keserasian, begitupun ketika lafaz ini berposisi dengan kata kerja (fi’il) maka maknanya adalah penunjukan terhadap seseorang agar menjadi lebih baik, saleh, dan adil. Sedangkan menurut istilah Maslahah mengandung arti kebaikan yang tidak ada dalam syara’ untuk mengerjakan atau meninggalkan hukum tersebut. Usaha dalam rangka tercapainya maslahah ini pada hakekatnya berasal dari dalil-dalil tafsili (terperinci) yang tidak bertentangan dengan hukum syara’. Dalam cakupan yang luas penggunaan maslahah ini menurut para ulama ushul fiqh di sebut dengan maslahah mursalah.5 Kaitannya dengan ekonomi Islam, kemaslahatan merupakan salah satu nilai yang harus mengejawantah dalam praktik. Artinya, segala bentuk kegiatan ekonomi senantiasa berada dalam koridor maslahah. Selain akan memberikan kemaslahatan berupa terwujudnya kreatifitas dan diperolehnya
5
http://www. Muhaimin iskandar muda,Konsep Makasid Al-Syari’ah dan Al-Maslaha, uhaiminthegamer.wordpress.com
9
keuntungan sebagai mutatis mutandis dalam ekonomi Islam, juga bermakna tereleminasinya segala bentuk-bentuk keharaman di dalamnya.6 Dalam sekala makro, kemaslahatan merupakan esensi atau tujuan utama hukum islam diturunkan, yakni untuk memberikan pedoman ke arah kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Secara negatif, kemaslahatan merupakan lawan dari kemudaratan. Segala bentuk kemudaratan (bahaya) harus dihindarkan semaksimal mungkin. Inilahorientasi utama yang diemban dalam nilai kemaslahatan, yakni menghantarkan manusia untuk terbebas dari segala bentuk kemudaratan sehingga lahirlah asas hukum Islam yang menyatakan bahwa mendahulukan maslahat harus lebih diprioritaskan.7 Abu Zahrah menyebutkan bahwa al-mashlahah al-mu’tabaroh adalah kemashlahatan yang bisa dijadikan hujjah dan tidak diragukan lagi penggunaannya. Dalam kasus hukum yang secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis, kemaslahatan ini dapat dapat ditelusuri melalui teks yang ada. Maka kemaslahatan seperti ini lazim dijadikan titik tolak penetapan hukum. Hampir semua ulama sepakat untuk menerima karena kemaslahatan ini tertera dalam Al-Qur’an dan Hadis.8 Pembagian maqasid al-syari’ah menurut al-Syatibi, kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila lima unsur pokok kehidupan dapat 6
Arif Hamid, Hukum EkonomiIslam (Ekonomi Syariah) Di Indonesia Aplikasi & Prospektifnya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 83 7 Arif Hamid, Hukum EkonomiIslam (Ekonomi Syariah) Di Indonesia Aplikasi & Prospektifnya hlm. 84. 8 Ika Yunia Fauzia, Prinsip dasar Ekonomi Islam;Perspektif Maqashsid Al-syariah, (Jakarta:Kencana Prenadamedia, 2014), hlm.51-52
10
diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dalam kerangka ini, ia membagi maqashid menjadi tiga tingkatan, yaitu dharuriat, hajiyat dan tahsiniyat. Pertama, dharuriyat. Jenis maqashid ini merupakan kemestian dan landasan dalam menegakkan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat yang mencakup pemeliharaan lima unsur pokok dalam kehidupan manusia, yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kedua, hajiyat. Jenis maqashid ini dimaksudkan untuk memudahkan kehidupan, menghilangkan kesulitan atau mmemperoleh enjadikan pemeliharaan yang lebih baikterhadap lima unsur pokok kehidupan manusia. Ketiga, tahsiniyat. Tujuan maqashid ini adalah agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia.9 Bentuk kemaslahatan yang berhubungan dengan perekonomian. Misalnya, Nabi Muhammad Saw tidak mau mencampuri persoalan harga di Madinah, ketika para sahabat mendesak untuk menurunkan harga. Tetapi ketika kondisi berubah dimana distorsi harga terjadi di pasar, Ibnu Taimiyah mengajarkan bahwa Pemerintah boleh ikut campurtangan dalam masalah harga. Secara tekstual kelihatannya melanggar nash hadis Nabi Saw. Tetapi karena pertimbangan kemaslahatan, dimana situasi berbeda dengan masa
9
Muhibbudin, Sejahtera Relevansinya dengan Maslahah Dalam Syariah,http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab.hlm.112-113
Tinjuan
Ekonomi
11
Nabi, maka Ibnu Taimiyah memahami hadis tersebut secara kontekstual berdasarkan pertimbangan mashlahah .10 Dapat ditemukan oleh akal atau pemikiran manusia melalui ijtihad. Misalnya, akal manusia dapat mengetahui bahwa curang dan menipu dalam kegiatan bisnis adalah perilaku tercela. Demikian pula praktik riba. Para filosofis Yunani
yang hidup dizaman klasik, bisa menemukan dengan
pemikiranya bahwa riba adalah perbuatan tak bermoral yang harus dihindari. Dalam bidang muamalah, manusia dapat menemukan mashlahah suatu syariah. Misalnya, mengapa Ibnu Taimiyah membenarkan intervensi harga oleh pemerintah, padahal Nabi Saw tidak melakukannnya. Umar mengimpor gandum dari Mesir ketika terjadi kelangkaan gandum di Mesir. Mengapa dalam transaksi ekonomi harus ada saksi yang, mengapa riba, gharar, spekulasi, penipuan, kecurangan, maysir dilarang dan mengapa bagi hasil ditawarkan dan banyak lagi contoh lainnya. Melakukan aktivitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi, ekspor-impor idealnya harus bertitik tolak dari tauhid (keilahian) dan berjalan dalam koridor syariah yang bertujuan untuk menciptakan falah dan ridho Allah. Seorang yang hendak membeli, menjual, dan meminjam. Ia selalu tunduk pada aturan-aturan syariah. Ia tidak membeli atau menjual produk dan
10
Agustiano, Urgensi http://www.agustianocentre.com
Mashlahah
dalam
Ijtihad
Ekonomi
Islam,
12
jasa-jasa haram, memakan uang haram (riba), memonopoli milik rakyat, korupsi, ataupun melakukan suap menyuap. 2. Pengertian Pasar Pasar dapat diartikan sebagai tempat di mana pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk tertentu, misalnya pasar perumahan, pasar besar, dan lain-lain.11 Pasar tradisional, dan toko modern menurut Peraturan Menteri Perdagangan Repoblik Indonesia Nomor: 53/M-Dag/Per/12/2008 Tentang pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar adalah area jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan Swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
11
Ahkmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo: 2007), hlm.143.
13
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melaui tawar menawar.12 3. Pasar Dalam Islam Pasar memegan peranan penting dalam perekonomian masyarakat Muslim pad amas Rasulullah SAW dan Khulafaurrosyidin. Bahkan Muhammad SAW sendiri pada awalnya adalah seoarang pebisnis demikian pula khulafaurrosyidin dan kebanyakan sahabat. Pada usia 7 tahun, Muhammad diajak oleh pamannya, Abu thalib berdagang ke negeri Syam. Kemudia sejalan dengan usianya yang semakin dewasa, Muhammad semakin giat berdagang baik dengan modal sendiri maupun bermitra dengan orang lain. Salah satu mitra bisnisnya adalah Khadijah, seorang wanita pengusaha yang cukup disegani di Makkah, yang akhirnya menjadi istri beliau. Berkalikali Muhammad terlibat urusan dengan ke luar negeri (Syam, Syria, Yaman, dan lain-lain) denggan membawa modal dari Khadijah. Setelah menjadi suami Khadijah pun Muhammad juga tetap aktif berbisnis, termasuk berdagang di pasar-pasar lokal sekitar kota Makkah.13 Dalam Pandangan Al-Ghozali, pasar merupakan suatu wujud dari suatu problem yaitu berupa kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang dalam istilah ekonomi medern disebut double coincident. Selanjutnya, ia juga 12
Pengertian pasar menurut Peraturan menteri Perdagangan Pepoblik Indonesia Nomor:53/MDag/Per/12/2008 Tentang Pedoman dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 13 Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam indonesia, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hlm.302.
14
memperkirakan kejadian ini akan berlanjut dalam skala yang lebih luas, mencakup banyak daerah atau negara. Keadilan inilah yang pada gilirannya menimbulkan kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas pedagang regional dalam masyarakat. Motifnya tentu saja mencari keuntungan. AlGhazali tidak menolak kenyataan bahwa mencari keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan. Namun, ia memberikan banyak penekanan kepada etika dalam bisnis, di mana etika ini diturunkan dalam nilai-nilai Islam. Keuntungan yang sesunggunya adalah keuntungna yang akan diperoleh di akhirat kelak. Ia juga menyarankan adanya peran pemerintah dalam menjaga keamanan jalur
perdagangan demi kelancaran perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi.14 4. Revitalisasi Pasar Tradisional Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, revitalisasi berarti proses, cara, dan pembuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Menurut Danisworo seperti yang dikutip oleh Mirah pradnya paramita, revitalisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup,
namun
mengalami
degradasi
oleh
perkembangan
jaman.
Pendekatanrevitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula
14
Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia, Ekonomi Islam, hlm. 305-306.
15
potensi yang ada di lingkungan seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi.15 Arief Daryanto berpendapat bahwa revitalisasi pasar tradisional berarti mensinergikan sumberdaya potensial yag dimiliki oleh pasar tradisional dengan mempertimbangkanseluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi dan holistik sehingga mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan kekhasan maupun keunggulan yang dimiliki pasar tradisional tersebut. Revitalisasi Pasar tradisional dapat dilakukan dengan menata dan membenahi pasar tradisional, di mana kelemahankelemahan pada pasar tradisional yang menyebabkan penurunan daya saing pasar tradisional sendiri harus segera dibenah.Tentunya, revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan yang berpihak (affirmative action), baik pemerintah maupun seluruh stakeholder
yang terkait seperti Dinas Tata
Kelola, Asosiasi Perdagangan Pasar Tradisional dan Sebagainya. Konsep revitalisasi pasar tradisional tidak hanya sebatas dengan perubahan fisik atau pemberbaruan bangunannya saja, tetapi juga harus ada konsep bagaimana mendinamiskan pasar.16 Upaya dalam melakukan revitalisasi pasar, selain mengubah “wajah” pasar tradisional agar bisa lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur, 15
Mirah Pradnya Paramita, Efektivitas Dampak Program Revitalisasi Pasar tradisional Di pasar Agung Peninjoan, hlm.5 16 Ulfah Hayati, Analisis Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Di Kota Pekalongan Dalam Menghadapi Persaingan Dengan Pasar Modern:Ditinjau Dari Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Pekalongan: Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, STAIN Pekalongan:2012), hlm.22
16
pemerintah perlu memuat kebijakan pengelolaan pasar. Kebijakan tersebut nantinya akan mengatur pula bagaimana potensi pasar untuk dikembangkan, mulai dari jenis dan kualitas barang yang diperjual belikan, mekanisme pendistribusian barang perlu mengadakan koordinasi dan kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi keracauan dalam menyikapi kebijakankebijakan yang telah dikeluarkan.17
E. Penelitian Terdahulu Dari penelusuran berbagai literature yang ada, penulis mendapatkan berbagai penelitian terdahulu antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Mirah Pradnya Paramita dan Ketut Ayuningsari tahun 2013 dari Universitas Udayana dengan judul Efektifitas Dan Dampak Program Revitalisasi Di Pasar Agung Peninjoan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan dampak progran revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Peninjoan. Dengan jumlah sampel sebanyak 78 pedagang dari total keseluruhan 338 populasi dengan metode accidental sampling. Dengan teknik analisis deskriptif dan uji WilCoxon maka diperoleh hasil yang menunjukan bahwa tingkat efektifitas program revitalisasi pasar tradisional berjalan cukup efektif yaitu sebesar 71,79 persen. Program revitalisasi
17
Ulfah Hayati, Analisis Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Di Kota Pekalongan Dalam Menghadapi Persaingan Dengan Pasar Modern:Ditinjau Dari Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam hlm.23
17
pasar tradisional memberikan dampak positif dan signifikan bagi kondisi fisik, tata kelola pasar, peningkatan pendapatan pedagang di Pasar Agung Peninjoan.18 Penelitian yang dilakukan oleh Caroline Paskarina, Dede Mariana, dan Tjipto Atmoko tahun 2007 dari universitas Padjadjaran dengan judulKebijakan Pengelolaan Pasar Di Kota Bandung. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa perlu dilakukan perubahan paradigma pengelolaan pasar, di mana pasar tradisional ditempatkan sebagai investasi jangka panjang dalam kerangka pengembangan properti kota yang bertujuan untuk meningkatkan, menangkap, dan meredistribusikan kapital bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, peraturan-peraturan yang terkait dengan pengelolaan pasar harus ditegakan secara konsisten.19 Penelitian yang dilakukan oleh Rohmatun Nikmah, Ach. Qosjim, M. Adenan tahun 2015 dari Universitas Jember (UNEJ) dengan judul Dampak Revitalisasi Pasar Tradisional Asembagus Terhadap Pendapatan Pedagang dan Kepuasan Konsumen di Pasar Asembagus Kabupaten Situbondo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak revitalisasi pasar tradisional Asembagus terhadap pendapatan pedagang dan kepuasan pembeli di pasar Asembagus Kecamatan Asembagus kabupaten Situbondo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan analisis linier berganda untuk dampak 18
Mirah Pradnya Paramita, Efektivitas Dampak Program Revitalisasi Pasar tradisional Di pasar Agung Peninjoan, (Jurusan Ekonomi Pembangunan;fakultas Ekonomi, Universitas Udayana:2013) 19 Caroline Paskarina, Dede Mariana, dan Tjipto Atmoko,Kebijakan Pengelolaan Pasar Di Kota Bandung, (Jurusan Ilmu Pemerintahan;fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran:2007)
18
terhadap pendapatan pedagang dan menggunakan analisis deskriptif kategorisasi untuk dampak terhadap kepuasan pembeli. Hasil Analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa modal, curahan jam kerja, dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang.Sedangkan hasil dari analisis deskriptif kategori menunjukan hasil distribusi frekuensi dari karyawan, keamanan, keindahan, dan kebersihan pasar tradisional Asembagus setelah adanya revitalisasu yaitu bernilai sangat tinggi.20 Penelitian yang dilakukan oleh Eis Al Masitoh tahun 2013 dari UIN Sunan Kalijaga dengan judul Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional; Studi Revitalisasi Pasar Piyungun Bantul. Hasil Penelitian Pemerintah Kabupaten Bantul telah membuktikan dukungan kepada pasar tradisional melalui kebijakan revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi yang dilakukan tidak hanyapada fisik bangunan, tapi juga pada pengelolaan pasar tradisional dengan cara-cara yang lebih modern. Revitalisasi Pasar Piyungun Bantul merupakan salah satu contoh pasar tradisional yang telah direvitalisasi dengan baik oleh pemkab Bantul. Pasar Piyungan tidak hanya direvitalisasi secara fisik, tapi juga dikelola dengan tata kelola yang baru dan modern. Terbukti dengan adanya beberapa fasilitas penunjang berupa layanan umum dan program pendampingan. Namun khusus
20
Rohmatun Nikmah, Ach. Qosjim, M. Adenan, Dampak Revitalisasi Pasar Tradisional Asembagus Terhadap Pendapatan Pedagang dan Kepuasan Konsumen di Pasar Asembagus Kabupaten Situbondo, (Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan;Fakultas Ekonomi, universitas Jember :2015)
19
untuk kasus Piyungan, perlu diperhatikan keluhan para pedagang pasca relokasi pasar mengenai sepinya pengunjung dan menurunnya omset.21 Penelitian yang dilakukan oleh Iqom Mukhiqom, S.H.I tahun 2014 dari UIN Sunan Kalijaga dengan judul Konsep Pasar Tradisional Menurut Islam; Studi Terhadap Implementasi Pasar Tradisional Syari’ah Az-Zaitun 1 Surabaya Perspektif Hukum Islam. Hasil dari penelitian ini adalah eksistensi pasar syari’ah Az-Zaitun 1 Surabaya sangat terganggu dengan adanya illegal economy activity yaitu berupa pasar ilegal yang berada di sepanjang jalan Kutisari Selatan Indah XIII. Keberadaan pasar tersebut menganggu kebersihan lingkungan pasar syari’ah Az-Zaitun 1 Surabaya akibatnya pasar menjadi kumuh, para pedagang di pasar illegal kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan. Implementasi prinsip-prinsip syariah sebagian besar telah terealisasikan dengan baik, namun lembaga hisbah yang secara khusus bertugas untuk mengawasi langsung implementasi prinsip syariah belum terbentuk, sehingga hal tersebut berdampak pada kurang optimalnya implementasi prinsip-prinsip syari’ah di pasar syari’ah Az-Zaitun 1 Surabaya.22
21
Eis Al Masitoh,Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional; Studi Revitalisasi Pasar Piyungun Bantul, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga:2013) 22 Iqom Mukhiqom, Konsep Pasar Tradisional Menurut Islam; Studi Terhadap Implementasi Pasar Tradisional Syari’ah Az-Zaitun 1 Surabaya Perspektif Hukum Islam, Progam Studi Hukum Islam, UIN Sunan Kalijaga : 2014)
20
Perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu yaitu berada pada bagaimana proses revitalisasi ini dilakukan dan juga kemaslahatan apa yang diperoleh oleh pedagang khususnya pedagang sembako dari revitalisasi pasar tersebut.
F. Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah
sistematis.
Sedangkan
metode
penelitian
merupakan cara peneliti dalam memperoleh data untuk mengetahui kebenaran secara ilmiah.23
1. Pendekatan penelitian Pendekatan ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yakni suatu penelitian yang mengembangkan pengertian konsep, memahami realitas dan mengkonstruk realitas yang pada akhirnya akan menjadi teori. Dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dalam menggambarkan suatu karakteristik tertentu dan berakhir dengan suatu kesimpulan24.Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala alam. Mengingat orientasinya demikian, maka sifat mendasar dan naturalistis atau bersifat kealamian,serta tidak bisa dilakukan di 23
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 157 24 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), hlm.5
21
laboratorium25. Nama
naturalistis yang disebut menunjukan bahwa
pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami26. Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan atau menggambarkan tentang kemaslahatan revitalisasi pasar Bandar agar tercipta kenyamanan bagi pedagang maupun pembeli.
2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk field research atau penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala.27 Penelitian lapangan merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati budaya setempat.Banyak mahasiswa senang dengan penelitian lapangan karena terlibat langsung dalam pergaulan beberapa kelompok orang yang memiliki daya tarik khas.Tidak ada matematika yang menakutkan atau statistik yang rumit, tidak ada hipotesis deduktif yang abstrak.Sebaliknya, adanya interaksi sosial atau tatap muka langsung dengan “orang-orang yang nyata” dalam suatu lingkungan tertentu28.
25
Muhammad Ali,strategi penelitian pendidikan (Bandung,Angkasa,1993)cet. 1, h.39 Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,(Jakarta,Rineka Cipta,2006) cet,13, hlm.12 27 M. Iqbal Hasan,pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasiya,(Jakarta:Ghalia Indonesia,2002)h.11 28 http://natiazuriahms.blogspot.co.id/2014/10/field-research-penelitian-lapangan.html,di akses 20 februari 2016 26
22
3. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.Status peneliti dalam mengumpulkan data diketahui sebagai peneliti. Peneliti dalam hal ini sebagai pengamat penuh , Jadi peneliti tidak akan ikut secara penuh dalam kegiatan objek, namun peneliti hanya melakukan fungsi pengamatan. Dilapangan peneliti membaur dengan objek dan mewawancara objek sehingga data yang dikumpulkan dapat maksimal. 4. Lokasi Penelitian Dari judul yang diangkat untuk skripsi ini maka untuk mengetahui bagaimana hasil revitalisasi di Pasar Bandar dalam pengelolaan pasar Tradisional Peneliti mengambil lokasi di Pasar Tradisional Kecamatan Bandar kab. Batang.Peneliti memilih lokasi ini karena Pasar Tradisional di pasar Bandar yang sudah ada sejak dulu dan sudah banyak mengalami perubahan setelah dilakukan Revitalisasi Pasar dan belum banyak diketahui oleh karena itu menarik untuk diteliti. 5. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitin ini menggunakan teknik mengambil sampel atau responden dipilih berdasarkan penunjukan / rekomendasi sebelumnya, sehingga: a.
Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber, yakni berupa kata-kata dan tindakan dari narasumber. Kemudian dari
23
sumber data utama ini dicatatat dan direkam. Data primer dalam penelitian ini adalah: 1) Laporan
atau
hasil
wawancara
dari
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan, Dan Koperasi (PERINDAKOP) dan Dinas Pasar. 2) Wawancara dengan pedagang pasar yang sebelumnya sudah ditunjuk untuk menjadi informan/narasumber. Dengan mengambil sejumlah pedagang Sembako yang kios/losnya sudah direvitalisasi. b.
Sumber data sekunder, yaitu data-data yang didapatkan dari dokumentasi kegiatan di daerah pasar serta buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut : a. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti.29 Secara Luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi observasi atau pengamatan diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan
indera
penglihatan
yang
berarti
tidak
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
29
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseaerch (Yogyakarta:UGM PRESS, 1973), hlm.156
24
b. Wawancara Wawancara atau interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara ( pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden di cacat atau direkam dengan alat perekam.
30
Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah
jenis wawancara semi terstruktur karena peneliti ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada terwawancara. Pada jenis wawancara ini dalam pelaksanaanya lebih bebas yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya.31 c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan kegiatan atau aktivitas mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, surat kabar, majalah, notulen agennda, dan lain-lain.32 Peneliti mengumpulkan dan menganalisis bahan keputusan yang relevan dengan kajian, seperti artikel, berita surat kabar atau dari internet, dan peraturan perundang-undangan terkait.
30
Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial;Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, hlm.67-68 31 Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:CV, Alfabeta,2008), hlm.232-234 32 Suharsimi Arkantoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2001), hlm.78.
25
7. Teknik Analisis Data Langkah-langkah
yang
dilakukan
untuk
menganalisis
data
menggunakan analisis interaktif, berpedoman pada Miles dan Huberman yang diikuti oleh Sugiono yang meliputi tiga kegiatan, yaitu sebagai berikut,33 a.
Reduksi Data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat membantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
b.
Penyajian Data Selain Direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategor, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman dikutip oleh Sugiono mengatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative”. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
33
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, hlm.247,249,252
26
dipahami tersebut. Dalam melakukan display data, dengan teks narative, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. c.
Menarik Simpulan / Verifikasi Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Akan tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
G. Sistematika Penulisan Untuk memperjelas dan mempermudah pembaca dalam pemahaman yang dibahas maka konsep sistem yang telah disusun ini dibagi menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut : Bab I: Pendahuluan; pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah yang berkaitan dengan kondisi pasar sebelum dan sesudah direvitalisasi,
27
bentuk revitalisasipasar, berapa jumlah pedagang sebelum dan sesudah di revitalisasi, ,rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, kerangka teori dan sistematika penulisan. BabII teori
yang
: Landasan Teori; pada bab ini menjelaskan mengenai teoriberhubungan
dengan
pengertian
mashlahah,
unsur-unsur
kemaslahatan, pembagian mashlahah, nilai mashlahah, teori ini yang nanti akan digunakan sebagai landasan atau dasar dari penulisan skripsi. Bab III : Gambaran Umum Daerah Penelitian yaitu pasar Bandar sebelum di revitalisasi; pada bab ini menjelaskan gambaran umum Kecamatan Bandar, Gambaran umum Pasar Bandar yang berisi tentang latar belakang, Struktur Kepegawaian, Luas Lahan Bangunan Pasar, Jumlah Pedagang, Kondisi Pasar Sebelum dan Sesudah di revitalisasi dan bagaimana pengelolaan pasarnya. Bab IV : Hasil Dan Pembahasan; pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan yang membahas bagaimana proses revitalitasi dan masalah maslahah yang diperoleh oleh pedagang kemudian menganalisa kemaslahatan dalam rangka menyusun kesimpulan. Bab V
: Penutup; pada bab ini berisi uraian kesimpulan dan saran dari
penelitian yang telah dilakukan dan juga saran untuk penelitian selanjutnya.