BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Tingkat
perekonomian
yang
terjadi
di
Indonesia
sekarang
ini
perkembangannya sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat perekonomian yang terjadi tergantung pada situasi dan kondisi yang ada baik itu yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri. Faktor luar negeri walaupun tetap berpengaruh kepada perkembangan perekonomian dalam negeri, harus didukung dengan situasi dan kondisi yang menunjang di berbagai sektor dalam negeri. Karena bagaimanapun bagusnya pengaruh luar negeri yang diterapkan di dalam negeri jika tidak ditunjang dengan sektor kehidupan yang ada, suatu kemungkinan kecil terciptanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Salah satu sektor yang potensial dalam meningkatkan perekonomian dalam negeri yaitu industri gula. Secara historis, industri gula merupakan salah satu industri terpenting dan industri tertua yang ada di Indonesia. Dengan posisinya yang penting, maka sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, industri gula berbasis tebu juga perlu melakukan berbagai upaya sehingga bisa sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian yang diharapkan. Hal ini berarti industri gula perlu melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sehingga menjadi industri yang kompetitif, mempunyai nilai tambah yang tinggi, dan memberi tingkat kesejahteraan yang memadai bagi para karyawannya. Namun ditengah berkembangnya industri gula
1
sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia dirasakan masih kurang dengan apa yang diharapkan. Sejarah menunjukan bahwa Indonesia pernah mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an dengan jumlah pabrik gula yang beroperasi adalah 179 pabrik gula, produktivitas sekitar 14,8% dan rendemen mencapai 11,0% - 13,8% dengan volume produksi mencapai 3.1 juta ton dan ekspor gula mencapai 2,4 juta ton. Hal ini didukung oleh kemudahan dalam memperoleh lahan yang subur, tenaga kerja murah, prioritas irigasi dan disiplin dalam penerapan teknologi (Simatupang et al., 1999; Tjokrodirdjo et al., 1999; Sudana et al., 2000). Namun setelah mengalami kejayaan, sekarang ini industri gula mengalami pasang surut. Industri gula Indonesia sekarang hanya didukung oleh 60 pabrik gula (PG) yang aktif yaitu 43 PG yang dikelola oleh BUMN dan 17 PG yang dikelola oleh swasta (Dewan Gula Indonesia, 2000). Dari hasil penelitian data perkembangan dan prospek produksi dan konsumsi gula dunia, negara berkembang yang didalamnya termasuk Indonesia mengalami penurunan (tabel 1.1).
2
Tabel 1.1 Perkembangan dan Prospek Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Kelompok Negara
Produksi (juta ton) 2003
Pertumbuhan (%)
Konsumsi (juta ton) 2004
Pertumbuhan (%)
2004
2004
2003
2004
Dunia
147.7 141.1
-4.5
139.2 143.3
2.9
Negara Berkembang
104.6
99.5
-4.9
91.9
95.4
3.8
Amerika Latin dan Karibia
43.0
47.1
9.5
24.8
25.7
3.6
Afrika
5.0
5.1
2.0
7.6
8.0
5.3
Near East
5.8
5.3
-8.6
10.6
10.8
1.9
Far East
50.4
41.7
-17.3
48.9
50.8
3.9
Oceania
0.4
0.4
0.0
0.1
0.1
0.0
Negara Maju
43.1
41.7
-3.2
47.3
47.9
1.3
Eropa
22.8
20.9
-8.3
20.3
20.5
1.0
Amerika Utara
7.8
8.2
5.1
10.1
10.3
2.0
CIS
3.7
4.2
13.5
11.1
11.3
1.8
Oceania
5.3
5.1
-3.8
1.4
1.4
0.0
Lainnya
3.5
3.3
-5.7
4.4
4.4
0.0
Sumber : FAO 2004 Dari fakta dan data diatas, sungguh merupakan sebuah ironi ditengah meningkatnya kebutuhan konsumen akan produksi gula namun produktivitas dalam negeri mengalami penurunan sehingga dengan keadaan seperti itu volume impor mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
3
Begitu juga yang terjadi pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang ini mengalami penurunan produksi terutama setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1999 produksinya mengalami penurunan yang sangat drastis, walaupun pada tahun 2004 telah mengalami peningkatan produksi lagi. Hal ini bisa dilihat dalam daftar produksi gula yang dihasilkan oleh PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang (tabel 1.2). Tabel 1.2 Daftar Produksi Gula PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Produksi (kwintal) 192.090,00 201.299,00 127.130,00 119.001,00 162.271,00 181.962,37 159.424,00 158.388,74 226.721,00 259.745,68
Sumber : Laporan Produksi Gula tahun 1996-2005 Penurunan produksi merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas. Penurunan produksi antara lain disebabkan oleh umur pabrik yang sudah tua, kapasitas dan hari giling gula cenderung tidak mencapai standar. Selain itu juga perkembangan produksi yang cenderung menurun tidak bisa terlepas dari kinerja pabrik gula yang berdampak pada keberadaan pabrik gula juga harga yang tidak kompetitif mengakibatkan biaya produksi tinggi sehingga pangsa ekspor menurun dan impor meningkat. Akibatnya produktivitas, efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan menurun.
4
Hasil produksi yang dihasilkan suatu perusahaan sangat tergantung dari tingkat produktivitasnya. Tingkat produktivitas suatu perusahaan tinggi maka akan menghasil produksi yang dihasilkan akan tinggi pula. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana maupun modal yang tersedia, melainkan juga tergantung pada kualitas sumber daya manusia (tenaga kerjanya). Karena tenaga kerja merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peranan penting dan perlu dihargai untuk menjamin kelangsungan aktivitas bisnis perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tenaga kerja manusia pada saat ini dianggap sebagai suatu kekayaan perusahaan sehingga harus dijaga dengan baik agar dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Tenaga
kerja
merupakan
salah
satu
komponen
penting
untuk
melaksanakan fungsi produksi yang akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Tenaga kerja juga merupakan faktor penentu naik turunnya
tingkat
produktivitas
dalam
sebuah
perusahaan.
Peningkatan
produktivitas menunjukan adanya pemanfaatan tenaga kerja secara efektif. Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang agraris, PT. PG Rajawali II merupakan perusahaan padat karya yang memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. Tenaga kerja pada PT. PG Rajawali II dibedakan menjadi beberapa bagian tenaga kerja salah satunya tenaga kerja bagian produksi. Tenaga kerja bagian produksi ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja bagian perkebunan dan tenaga kerja bagian pabrik (tenaga kerja untuk
5
memproses pengolahan bahan baku). Tenaga kerja produksi khususnya bagian pabrik harus bisa memanfaatkan dan meningkatkan kualitas kerjanya agar dapat menghasilkan produksi gula yang tinggi, karena hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dan dengan mengefisienkan biaya tenaga kerja maka akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi disebut dengan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, maka akan diketahui besarnya biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Besarnya biaya tenaga kerja yang membebani perusahaan memberikan suatu kewajiban bagi pihak manajemen agar dapat mengolah biaya tenaga kerja tersebut secara efisien. Pihak manajemen perlu mengukur sejauh mana pengeluaran biaya tenaga kerja dapat menghasilkan tenaga kerja yang produktif dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada keuntungan perusahaan dengan menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang dengan judul ″Pengaruh Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Langsung Pada PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang.″″
6
1.2
Rumusan Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran biaya tenaga kerja langsung yang terdapat pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang 2. Bagaimana tingkat produktivitas tenaga kerja langsung pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang 3. Bagaimana pengaruh biaya tenaga kerja langsung terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja langsung pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui biaya tenaga kerja langsung yang ada dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir periode 1996–2005 pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang 2. Mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja langsung yang ada dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir periode 1996–2005 pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang 3. Mengetahui pengaruh biaya tenaga kerja langsung terhadap tingkat produtivitas tenaga kerja langsung pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang
7
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan praktis (bagi perusahaan) Informasi mengenai pengaruh tingkat biaya tenaga kerja langsung terhadap produktivitas yang diperoleh dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen untuk dapat menentukan strategi perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Kegunaan teoritis (keilmuan khususnya untuk akuntansi biaya) Dapat dijadikan bahan referensi untuk pengkajian lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan masalah ilmu akuntansi khususnya akuntansi biaya.
1.5
Kerangka Pemikiran Tenaga kerja merupakan sumber daya terpenting dalam sebuah
perusahaan. Dengan kedudukannya yang penting itu, maka pihak manajemen harus memberikan perhatian khusus terutama untuk tenaga kerja yang menyangkut pelaksanaan proses produksi. Sebagai pengorbanan perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja itu maka akan timbul biaya tenaga kerja. Dalam biaya tenaga kerja terdapat biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan proses produksi. Biaya tenaga kerja ini merupakan sumber daya perusahaan yang digunakan untuk mensejahterakan karyawan atau tenaga kerjanya. Menurut Mulyadi (1999:343) ″Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia.″ Sedangkan menurut firdaus A. Dunia (1994:50) ″Biaya tenaga kerja adalah
8
merupkan harga atau jumlah yang harus dikeluarkan tertentu yang dibayarkan kepada pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian produksi.″ Sehingga jelas bahwa biaya tenaga kerja timbul sebagai akibat dari adanya pemanfaatan tenaga kerja dalam kegiatan operasional perusahaan. Menurut Mulyadi (1999:345) biaya tenaga kerja terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Gaji dan upah reguler, yaitu jumlah upah dan gaji kotor dikurangi potongan-potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua 2. Premi lembur 3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja Pihak manajemen harus mampu mengelola biaya tenaga kerja secara efisien, karena itu tenaga kerja yang menjadi beban perusahaan harus produktif dan perlu dikembangkan secara kontinu untuk mencapai tingkat produktivitas yang sesuai dengan biaya tenaga kerja yang dikorbankan. Keberhasilan suatu perusahaan banyak diperhatikan dari keluaran yang dihasilkan. Keluaran itu harus memiliki nilai yang menjadi daya tawar kepada konsumen terhadap hasil produk yang ditujukan untuk kepuasan konsumen. Setiap produk harus memiliki dua faktor penting, yang pertama faktor kualitas dan kuantitas sedangkan yang kedua harga dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk menghasilkan hasil yang diinginkan maka terkait dengan masukan dari produk itu sendiri dan yang paling utama adalah bagaimana proses produksi untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. Yang terkait dengan proses ini adalah produktivitas sebagai output yang berhubungan dengan empat unsur input
9
perusahaan yang utama, yaitu : biaya bahan baku, biaya modal, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Tenaga kerja dimanfaatkan dengan mengeluarkan biaya yang efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hal tersebut berhubungan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja. Mochdarsyah Sinungan (2003:7) mengungkapkan bahwa : Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuat rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efesien dan tetap menjaga kualitas yang tinggi. Produktivitas merupakan ukuran seberapa baik berfungsinya suatu sistem organisasi dengan cara membandingkan keluaran dan masukan, seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:466) ″Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama ditujukan kepada hubungan antara keluaran dengan masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut.″ Pengaruh biaya tenaga kerja langsung terhadap produktivitas tenaga kerja akan ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Pengaruh positif akan didapat jika selisih perubahan kuantitas nilai produksi lebih besar dari pada selisih perubahan biaya tenaga kerja langsung. Jika selisih perubahan kuantitas nilai produksi sama dengan selisih perubahan biaya tenaga kerja langsung, maka akan bernilai nol atau stagnan. Dan jika selisih perubahan kuantitas nilai produksi lebih kecil dari pada selisih perubahan biaya tenaga kerja langsung, maka akan berpengaruh negatif.
10
Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara kuantitas keluaran yang dihasilkan (output) dengan kualitas masukan yang dipakai (input). Untuk melihat pemanfaatan pengeluaran biaya tenaga kerja dilakukan dengan efektif dan efisien dapat diukur dengan produktivitas. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, bahwa jelas peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan efisiensi biaya tenaga kerja tetapi menghasilkan produksi yang tinggi. Adapun paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Variable Terikat ( Y ) Variable Bebas ( X ) • Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produktivitas Tenaga Kerja Langsung = Total kuantitas produksi setiap tahun (output) Total biaya tenaga kerja langsung setiap tahun (input)
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Dimana : Variabel bebas ( X ) : biaya tenaga kerja langsung Variabel terikat ( Y ) : produktivitas tenaga kerja langsung : menunjukan adanya pengaruh biaya tenaga kerja langsung terhadap produktivitas tenaga kerja.
11
1.6
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang perlu diuji
lebih lanjut melalui penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) ″Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.″ Dari pernyataan diatas disimpulkan bahwa benar atau tidaknya hipotesis harus dibuktikan dengan menggunakan data penelitian. Dalam hal ini hipotesis digunakan sebagai pegangan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : ″Biaya tenaga kerja langsung berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja langsung pada perusahaan PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Subang.″
12