BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan persalinan dan nifas mencapai 529.000 yang tersebar di Asia 47,8% (253.000), Afrika 47,4% (251.000), Amerika Latin dan Caribbean 4% (22.000), dan kurang dari 1% (2.500) di negara maju (Abid, 2009). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2005 Indonesia masih merupakan salah satu negara penyumbang AKI terbesar di dunia dan di Asia Tenggara dengan AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH, Malaysia jauh lebih baik yaitu hanya sebesar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat baik sekali hanya dengan AKI sebesar 6 per 100.000 KH. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI (2008) AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH. Angka kematian ibu (AKI) di Sumatera Utara 5 (lima) tahun terakhir secara berturut-turut adalah sebagai berikut; tahun 2002 terdapat 360 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 terdapat 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 terdapat 330 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 terdapat 315 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 tetap 315 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provsu, 2009). Berdasarkan data Depkes RI tahun 2008, secara nasional penyebab langsung kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia
1 Universitas Sumatera Utara
(24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium 8% dan partus macet 5% (Depkes RI,2008). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa perdarahan merupakan peyumbang terbesar proporsi penyebab kematian ibu. Walaupun angka kematian ibu telah menurun dengan meningkatnya pelayanan kesehatan obstetri namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam penyebab kematian ibu (Yoseph, 2008). Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan adalah; atonia uteri 60%, sisa plasenta 24%, retensio plasenta 17%, laserasi jalan lahir 5%, dan kelainan darah 0,8% (Mochtar, 1998). Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan menderita anemia berat (Faisal, 2008). WHO (2006) telah merekomendasikan program Making Pregnancy Safer yang salah satu fokus penanganannya pada pencegahan perdarahan pasca persalinan. perdarahan pasca persalinan dini seringkali dapat ditangani dengan perawatan dasar, namun keterlambatan dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi lebih lanjut sehingga memerlukan pelayanan yang komperhensif. Pencegahan, diagnosis dan penanganan pada jam-jam pertama sangatlah penting untuk mengatasi perdarahan (Wijaya, 2008).
2 Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar dari komplikasi itu dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Dengan kata lain bahwa kematian ibu sebenarnya dapat dicegah, namun banyak faktor yang mempengaruhi baik politis dan teknis yang membuat teknologi kesehatan kurang diterapkan di tingkat masyarakat. Karena berbagai alasan, termasuk ketidaktahuan dan hambatan ekonomis. Kemiskinan dan rendahnya pengetahuan dan status sosial ekonomi, perempuan yang tidak punya andil. Terbatasnya memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan yang memadai, dan kurang peka terhadap kebutuhan perempuan (WHO, 2001). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi (AKB), bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun berada (Kepmenkes RI, 2007). Menurut ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Wastidar Musbir, sebanyak 80% penduduk Indonesia bermukim di sekitar 69.061 desa. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mempunyai angggota yang tersebar di seluruh Pelosok Indonesia dengan jumlah sekitar 73.526 orang yang meliputi 30 propinsi dengan 318 cabang dan 1243 ranting, maka diharapkan profesi bidan yang berada dekat dengan masyarakat dapat memberikan pelayanan kesehatan yang seoptimal mungkin. Terutama pelayanan pada ibu dan anak (IBI, 2006). 3 Universitas Sumatera Utara
Di Kabupaten Langkat tahun 2007 kematian ibu berjumlah 13 orang dari 22.983 persalinan dengan penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 38,46%, eklamsia 30,76%, lain lain 30,76%. Tahun 2008 berjumlah 14 orang dari 23.086 persalinan dan penyebab kematian ibu adalah perdarahan 64,28%, eklamsia 21,42%, lain lain 14,28%, dengan penolong persalinan adalah bidan (Dinkes Langkat 2009) Sedangkan di Puskesmas Pantai Cermin tahun 2008 kematian ibu berjumlah 2 orang dari 1347 persalinan dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan 50%, eklamsia 50% dan tahun 2009 terdapat 31 orang ibu bersalin yang mengalami perdarahan dari 1.357 persalinan (2,28%) ( data laporan puskesmas Pantai Cermin, 2009). Faktor penyebab tidak langsung kematian ibu dapat disebabkan oleh bidan tidak memiliki kemampuan memberikan pelayanan emergensi dalam penanganan perdarahan pasca persalinan, dari survei awal yang dilakukan terhadap bidan Puskesmas Pantai Cermin dari 10 bidan terdapat 3 bidan yang tidak tahu tentang tanda-tanda, penyebab perdarahan pasca persalinan, 3 orang yang memiliki sikap kurang didalam penanganan perdarahan pasca persalinan dan 4 orang yang memiliki tindakan yang kurang tentang penanganan perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2010.
4 Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; “Bagaimana Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2010”.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan bidan tentang penanganan perdarahan pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang penanganan perdarahan pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap bidan tentang penanganan perdarahan pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura. 3. Untuk mengetahui gambaran tindakan bidan tentang penanganan perdarahan pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura.
5 Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas dalam upaya peningkatan pelayanan asuhan kebidanan, khususnya pada ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu. 2. Sebagai bahan masukan bagi Bidan untuk evaluasi dalam melakukan penatalaksanaan kala IV persalinan normal sebagai upaya pencegahan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
6
Universitas Sumatera Utara