BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan. Selain curah hujan yang tinggi, erosi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang saling berinteraksi, seperti topografi lahan, vegetasi, jenis tanah, serta tindakan manusia terhadap lahan. Topografi lahan dengan tingkat kecuraman yang tinggi, kegiatan pengelolaan lahan yang kurang sesuai dengan jenis tanah, serta penutupan vegetasi yang kurang rapat dapat memicu terjadinya pengikisan lapisan tanah akibat peningkatan aliran permukaan yang mengangkut sejumlah partikel tanah. Erosi dapat berdampak pada hilangnya lapisan tanah terutama lapisan tanah paling atas (top soil) yang umumnya merupakan lapisan tanah paling subur. Akibatnya, tanah menjadi kehilangan unsur hara yang penting bagi tanaman dan berdampak pada penurunan kualitas serta produktivitas lahan. Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi pengusahaan hutan terutama pada hutan produksi. Selain itu, erosi juga dapat menimbulkan pendangkalan sungai. Material yang terangkut oleh erosi, terlebih dalam skala besar, terakumulasi pada outlet-outlet aliran air yang menyebabkan pengendapan dan penurunan kualitas air sungai. Kegiatan pemanenan hutan dapat berdampak pada meningkatnya laju erosi tanah akibat adanya perubahan penutupan lahan dan sifat-sifat lahan itu sendiri. Adapun kegiatan pemanenan hutan yang dimaksud ialah kegiatan yang meliputi
1
pembukaan wilayah hutan, penebangan, maupun penyaradan. Pembukaan wilayah hutan seperti pembuatan jalan sarad dan pembuatan tempat penimbunan kayu sementara
(TPn)
maupun
Tempat
Penimbunan
Kayu
(TPK/logyard)
mengharuskan dilakukannya penebangan pohon yang menyebabkan tegakan hutan menjadi berkurang bahkan habis, sehingga areal hutan menjadi terbuka. Hal tersebut dapat memicu terjadinya erosi mengingat tajuk sebagai pelindung tanah dan penahan atau penghalang laju jatuhan air hujan berkurang atau hilang. Kegiatan penyaradan berdampak pula pada peningkatan erosi tanah terlebih apabila digunakan alat berat yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Akibat kegiatan-kegiatan tersebut limpasan aliran permukaan menjadi lebih tinggi dan material-material tanah yang terangkut menjadi lebih banyak pula. Erosi yang terjadi akibat keterbukaan lahan dapat diamati pada areal bekas pemanenan, seperti pada jalur tanam, jalur antara, jalan sarad, TPn/TPK, dan eks tebangan. Areal bekas jalan sarad dan bekas TPn merupakan areal yang dianggap memiliki potensi erosi lebih besar dibandingkan dengan areal-areal lain. Hal ini dikarenakan pada areal-areal ini tersebut terdapat aktivitas pemadatan tanah dan memiliki tingkat keterbukaan lahan yang lebih besar dibanding areal lain. Selain itu, tindakan konservasi pasca penebangan di areal tersebut juga belum maksimal. Dengan alasan-alasan di atas, maka kedua areal tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian pendugaan erosi. IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu pemegang izin pengusahaan hutan yang berada di wilayah Kalimantan Barat dan berdiri sejak tahun 1979. PT. Suka Jaya Makmur telah memperoleh sertifikat PHPL pada
2
tahun 2007 dan diadakan penilikan (surveillance) setiap tahunnya. Adapun salah satu aspek penting agar sertifikat PHPL dapat diperoleh dan dipertahankan adalah pelaksanaan kajian di bidang lingkungan misalnya mengenai erosi tanah. Pemantauan dan kajian yang berkaitan dengan erosi tanah akibat operasi pemanenan hutan khususnya pada areal bekas tebangan dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan di sekitar hutan terhadap laju erosi tanah. Dengan adanya kajian mengenai erosi maka dapat diketahui tingkat
erosi
yang
terjadi
pada
wilayah
tersebut
berada
di
tingkat
mengkhawatirkan atau tidak sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan atau penanggulangan dari pihak manajemen. Oleh karena itu, kajian berkala mengenai erosi terutama pada areal bekas pemanenan seperti jalan sarad dan bekas TPn menjadi penting untuk dilakukan sebagai dasar pengambilan kebijakan selanjutnya. 1.2. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui besarnya erosi pada areal bekas pemanenan terutama lokasi bekas jalan sarad dan bekas TPn. 2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi laju erosi pada areal bekas jalan sarad dan bekas TPn. 3. Memberikan usulan alternatif strategi pengendalian erosi di areal bekas pemanenan berdasarkan data besarnya erosi.
3
1.3. Manfaat Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang besarnya erosi yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan pemanenan di areal bekas pemanenan tersebut, khususnya penyaradan dan pembuatan TPn, serta faktor-faktor yang dapat memicu dan memengaruhi erosi. Selain itu diharapkan pula hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi dan tindakan konservasi lahan terutama di areal bekas pemanenan sesuai dengan faktor yang memengaruhi dan karakteristik tanah di lahan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi pihak pengelola hutan dalam mengurangi besaran erosi yang ada pada areal bekas pemanenan dan penerapannya sesuai dengan teknik-teknik konservasi tanah yang baik dan benar agar pengelolaan hutan yang lestari dapat tercapai. 1.4. Ruang Lingkup Pengamatan dan penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengamati besarnya erosi dan tingkat erosi yang terjadi pada lahan hutan yakni areal bekas jalan sarad dan bekas TPn sebagai hasil dari kegiatan pemanenan hasil hutan. Selain itu juga untuk mengamati tindakan konservasi tanah dan air yang telah dilakukan oleh pihak pengelola.
4
1.5.
Rumusan Masalah Setiap elemen kegiatan pemanenan hasil hutan khususnya kegiatan
penebangan, penyaradan, dan pembukaan TPn selalu menyebabkan adanya arealareal yang terbuka. Ketika hujan atau terjadi aliran permukaan di atas tanah, tentu dapat meningkatkan besarnya erosi tanah karena fungsi tajuk sebagai penahan laju jatuhan air telah hilang akibat aktivitas penebangan. Terlebih pada areal jalan sarad maupun bekas TPn yang terjadi pemadatan tanah, aliran run-off menjadi lebih besar karena kemampuan infiltrasi tanah yang berkurang. Dengan terjadinya pengikisan lapisan tanah dan hilangnya lapisan topsoil pada lahan akan mengakibatkan menurunnya produktivitas lahan yang berujung pada menurunnya bonita tanah serta pertumbuhan tanaman di atasnya. Penanganan terhadap dampak erosi di areal bekas TPn dan penyaradan masih kurang sebagai akibat dari kurangnya informasi mengenai seberapa besar erosi yang terjadi. Oleh karena itu, tindakan konservasi tanah dan air pada lahan hutan tanaman harus tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada.
5