1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Ibu bersalin merupakan seorang yang sedang berjuang, bila karena suatu hal
tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan berlangsung. Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan postpartum, namun akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (Yanti, 2010, hal. 211). Perdarahan postpartum masih menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu secara global. Meskipun mayoritas (99%) kematian dilaporkan terjadi di negara berkembang, Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum (Myles, 2009, hal. 495).
Pada tahun 2008, WHO memperkirakan bahwa hampir 800 wanita meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu penyebab utamanya adalah perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan postpartum pada Negara maju sekitar 25% dari persalinan, sedangkan pada negara berkembang bisa mencapai 60% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 50% perdarahan postpartum disebabkan karena atonia uteri setelah persalinan kalatiga (Koh, et al, 2009, ¶ 1).
ii
1
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan Kekurangan Energy Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad dalam menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam persalinan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan postpartum terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran (Faisal, 2008, ¶ 1). Provinsi Sumatera Utara AKI dalam 7 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, 330 per 100.000 tahun 2004, 320 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, 315 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2006, 275 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dan pada tahun 2008 menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup yang masih lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata nasional tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provsu, 2009). Berdasarkan survey awal Mariana Pasaribu tahun 2012 di Rumah Sakit Haji Medan angka kejadian perdarahan postpartum sebanyak 30 orang dari 100 orang
Universitas Sumatera Utara
3
pasien yang bersalin pada bulan Januari – Desember tahun 2008 sebanyak (67%) atau 20 orang mengalami perdarahan akibat atonia uteri dan (34%) atau 10 orang mengalami perdarahan karena rupture uteri. Upaya yang dilakukan dalam penurunan Angka Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal. Saat ini, Manajemen Aktif Kala Tiga telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter dan bidan). Dengan demikian, Manajemen Aktif Kala Tiga, termasuk pemberian injeksi oksitosin profilaksis pasca lahirnya bayi secara rutin pada kala Tiga dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%, telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah perdarahan pascapersalinan. Seluruh tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter, bidan) diharapkan dapat melaksanakan Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia (KemenKes RI, 2011). Komplikasi utama pada kala tiga adalah perdarahan hebat. Dengan demikian maka pelaksanaan kala tiga yang tidak tepat akan membahayakan pasien. Kala tiga tidak kalah pentingnya dari kala satu dan kala dua. Kelalaian dalam memimpin kala tiga dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Berdasarkan Latar Belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul penelitian “ Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah terjadinya Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 “.
ii
Universitas Sumatera Utara
4
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah ini adalah : Bagaimana Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen
Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 ? C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum Untuk Mengetahui Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. b. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan Penegangan Tali pusat Terkendali di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. c. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan Masase Fundus Uteri di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
5
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi klinik bersalin untuk meningkatkan penerapan standar pelayanan kebidanan bagi ibu bersalin dan menambah wawasan dan pengetahuan serta mengetahui keuntungan dan tindakan-tindakan yang keliru pada manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah terjadinya atonia uteri, karena manajemen aktif kala tiga telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan.
2.
Bagi Instansi D-IV Bidan Pendidik Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan merupakan masukan dan bahan dasar melakukan penelitian selanjutnya.
3.
Bagi Peneliti Sebagai pengalaman peneliti dalam menerapkan mata ajaran metode penelitian dan menambah pengetahuan peneliti tentang Manajemen Aktif Kala Tiga dalam upaya mencegah atonia uteri.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian tentang Manajemen Aktif Kala Tiga dalam upaya mencegah atonia uteri dan sebagai bahan masukan serta sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.
ii
Universitas Sumatera Utara