BAB I PENDAHULUAN Dalam menjelaskan maksud pengertiannya, makna-makna hikmah dan dimensinya, ia terlebih dahulu menunjuk kepada Al-Qur’an, sebelum kepada sumber-sumber lain. Para ahli tafsir dan orang-orang yang mengkaji ilmu-ilmu dari Al-Qur’an mempunyai konsepsi dan endapan, yang mereka peroleh dengan jalan mengalami masalah-masalah atau berkenalan dengan mazhab-mazhab hikmah kemudian dengan perangkat ilmu yang dimiliki mereka berusaha menerangkan dan menerapkan konsepsi dan endapan-endapan itu pada Al-Qur’an dan meyakini pendapatnya masing-masing. Sebagian besar kajian tentang hikmah tidak memberikan kesempatan pada Al-Qur’an untuk berdialog, sebelum di terapkan dalam pandangan atau pendapat pribadi. Hikmah itu bukanlah hanya dari ilmu yang kita pelajari dari buku-buku dan bukan pula peristiwa-peristiwa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah adalah suatu renungan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu suatu ruangan dan kesungguhan memanfaatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa yang kita dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah adalah suatu renungan dan kesungguhan memanfatkan ilmu-ilmu dan peristiwa-peristiwa serta melihat hubungan atau kaitan-kaitan yang ada di dalamnya serta membahas tentang sumber dan tujuannya oleh karena itu menjadi tuigas dan kewajiban kita untuk menumbuhkan rasa cinta kepada al-hikmah itu dalam kehidupan anak didik pada tiap tingkatan pelajaran dan tingkat usia kehidupannya.1 Di sisi lain jika berbicara mengenai hal tersebut, kita bisa lihat mengenai pemikiran tentang keadilan, kearifan, bahkan tentang kebaikan dalam ajaran agama, ajaran moral dan akal justru bersumber dari Al-Qur’an.Hal ini terlihat jelas dengan di kemukakannya jenis-jenis hikmah dalam teks ajaran Islam yang 1 Al Djamaly, Menerobos Kritis Pendidikan Dunia Islam, Cet. 1, (Jakarta : Golden Terayon Press, 1988), hlm. 137.
1
2 ternyata di salah pahami tujuannya, oleh sementara pihak. Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa hikmah memberikan kontribusi dalam memenuhi dimensi kehidupan jiwa keluarga, masyarakat, dan negara. Pada hakekatnya hubungan manusia dengan manusia adalah hubungan kemitraan.
Dari
sini
dapat
dimengerti
mengapa
ayat-ayat
Al-Qur’an
menggambarkan hikmah yang berhubungan dengan kehidupan akal, keadilan, kerilmuan, pemikiran dan kebaikan sebagai hubungan saling menyempurnakan yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kebijaksanaan. Dalam hal ini,hikmah pendidikan dalam teori pendidikan berarti landasan teori yang di turunkan dari Al-Qur’an. karena.hal ini juga mengarah kepada prinsip-prinsip qur’ani yang membimbing pendidikan.2 A. Latar Belakang Sehubungan dengan agungnya kedudukan hikmah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap hikmah dalam segala aspek kehidupan, baik sekarang maupun yang akan datang serta masih semaraknya makna (pengertian) hikmah bagi sebagian kaum muslimin, maka pembahasan ini dalam lingkup Al-Qur’an dengan berpedoman pada ayatayatnya, kisah-kisahnya, perintah dan larangannya. Kemudian hikmah itu sendiri yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah, ilmu yang membahas tentang hakekat sesuatu dari yang maujud berdasarkan kemampuan, kesanggupan manusia. Jadi, hikmah adalah semacam ilmu berfikir lebih tinggi.3 Adapun yang mendasari hal tersebut dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah” (16 : 125)4 2 Abdul Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an Serta Implementasinya, Alih Bahasa M.D. Dahlan, Cet. 1, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 56. 3 Asy-Syarif Ali Ibn Muhammad Al-Jurnaji, Kitab At-Ta’rif, (Beirut : Dar Al-Kutub AlIlmiah, t.th.), hlm. 91. 4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an , 1992), hlm. 421.
3 yang dimaksud hikmah dalam ayat ini adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang baik dan yang bathil. Hikmah juga mengandung arti mengajarkan halal dan haram. Ia mengandung ilmu hakekat sesuatu apa yang diperkuat dengan ilmu pengetahuan. Ia juga membicarakan ilmu dan metodenya.5 Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsir Al-Manar mengatakan hikmah ialah ilmu yang shahih yang akan menimbulkan kehendak untuk berbuat yang bermanfaat karena padanya terhadap pandangan dan paham yang mendalam tentang hukum-hukum dan rahasia-rahasia persoalan.6 Sehingga hikmah dapat dimengerti oleh orang-orang yang menggunakan akal pikiran. Sebagai “ibrah”.7 Al-Jurjawi mengatakan ada empat unsur penting yang terkandung dalam hikmah: 1. Mengenal Allah dan meng-esakan serta memuliakan dengan sifat-sifat kesempurnaan, sifat wajib dan mustahil. 2. Bagaimana cara beribadat, memuliakan dan mensyukuri nikmat yang telah dijanjikannya. 3. Mengetahui perintah dan larangan, serta mencegah dari yang mungkar memasukkan ke adab yang mulia, menampakkan akhlak dhahir (istimewa) serta meningkatkan derajat yang baik, memelihara amanah dan sabar. 4. Menghentikan orang yang melampaui batas dari hukum-hukum Allah dengan menempatkan hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam muamalat.8
5 6
Asy-Syarif Ali Ibn Muhammad Al-Jurnaji, Ibid. Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz III, (Beirut : Dar Al-Ma’arif, t.th.),
hlm. 75.
7
Lihat Q.S. Yusuf : 111. Asy-Syech Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmah At-Tasyri’ Wafalasa Fatuna, Juz I, (Beirut : Dar Al-Fikr, t.th.), hlm. 7. 8
4 Hikmah juga bertujuan menjelaskan dan memaparkan ayat-ayat untuk menunjukkan kebenaran Tuhan dan ke-Esaan-Nya serta mendorong manusia seluruhnya serta mendorong observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.9 Al-Qur’an telah memberikan penjelasan segala hal yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pokok Al-Qur’an yaitu masalah akidah, syari’ah, dan akhlak. Ia mencakup segala ilmu pengetahuan. Adapun tujuan percikan hikmah adalah untuk membentuk akhlak dan moral dalam segala aspek, melanggengkan masyarakat, merapikan hubungan muamalah, menata hubungan antara sesama dalam berbagai perkara terutama yang bersifat material, dan menengakkan disiplin. Disamping memelihara kelanggengan masyarakat, juga merealisasikan niai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat, mengangkat derajat kemanusiaan yang luhur serta memelihara nilai-nilai akhlak. Berangkat dari sini,maka hikmah menentukan adanya pertimbangan batin pada umat manusia, disamping pertimbangan lahir. Hikmah dalam arti ibadah mengandung tanggung jawab secara akhlak. Islam tidak mengenal atau memisahkan akhlak dari penerapan hikmah. Islam tidak memisahkan hubungan politik, sosial, budaya pergaulan hidup dan pendidikan. Hikmah artinya pengetahuan tentang hal-hal yang dibalik kenyataan. Hikmah juga berarti kebijaksanaan, pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya sehingga segalanya dapat berjalan lancar dan berhasil. Ahli hikmah itu bisa dinamakan ahli pikir atau ahli filsafat.10 Jika dikaitkan, maka antara ilmu dan hikmah sangat erat sehingga dapat dikatakan, bahwa ilmu tanpa hikmah adalah dangkal dan hikmah tanpa ilmu adalam hampa. Al-Qur’an adalah sumber hikmah, siapa yang mampu menggali hikmah dalam Al-Qur’an, maka orang itu amat berutung karena disamping ia telah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, juga mengajarkan ilmu dan hikmah.
9 10
441.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Cet. 9, (Bandung : Mizan, 1995), hlm. 51. Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992), hlm.
5 Mengingat semua itu, maka penulis memperkenalkan beberapa segi hikmah-hikmah dalam Al-Qur’an apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam. Hikmah dalam pendidikan sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam AlQur’an yang menyatakan keterangan (burhan) yang kuat dalam menimbulkan keyakinan, misalnya ilmu ketuhanan yang membahas semua wujud dan halhal yang terjadi padanya sebagai (wujud). Juga membahas prinsip-prinsip burhan dalam ilmu dan teori juz’iyyah bagian-bagian (particular), yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang wujud tertentuseperti ilmu logika (al-mantiq), ilmu ukur, matematika, dan juz’iyyah lainnya yang membentuk keseluruhan ilmu-ilmu tersebut.11 Selain itu, dalam Al-Qur’an Allah banyak menyebutkan ayat-ayat yang mengajarkan tentang hikmah, misalnya : Allamal Qur’an ; Allah telah mengajarkan Al-Qur’an (55:2)12 pandai berbicara
13
Allamul bayah ; mengajarkan kepada mereka, Wayuallimuhul
kitaba wal hikmah ; dan mengajarkan kitab dan hikmah (62:2)14 Di sini dapat dicontohkan, dalam Al-Qur’an menyebutkan ilmu-ilmu hikmah yang diajarkan, misalnya kepada Luqman:
ﻦ َآ َﻔ َﺮ ْ ﺴ ِﻪ َو َﻣ ِ ﺸ ُﻜ ُﺮ ِﻟ َﻨ ْﻔ ْ ﺸ ُﻜ ْﺮ َﻓِﺈﱠﻧﻤَﺎ َﺗ ْ ﻦ َﻳ ْ ﷲ َو َﻣ ِ ِ ﺷ ُﻜ ْﺮ ْنا ِ ﺤ ْﻜ َﻤ َﺔ َا ِ ن اْﻟ َ َوَﻟ َﻘ ْﺪ َأ َﺗ ْﻴﻨَﺎ ُﻟ ْﻘﻤَﺎ 15 ( ٢ ١:ﻲ َﺣ ِﻤ ْﻴ ٌﺪ ) ﻟﻘﻤﺎن ِّ ﷲ ﻏَﻨ َ َﻓِﺈﱠﻧﻤَﺎا Artinya: “Sesungguhnya kami telah memberikan hikmah kepada Luqman; syukur lah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya, dan siapa yang toidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Terpuji” (Q.S.Luqman/31:12) Maka dalam pendidikan diperlukan hikmah kebijakan supaya tujuan berhasil dengan baik, diperlukan dengan jalan nasehat, dan bertukar pikiran dengan cara yang baik. Sehingga pendidikan Islam sebagai proses 11
121.
12 13 14
Nurchalis Madjid, Khazanah Intelektual Muslim, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), hlm. Depag RI, Op.Cit., hlm. 885. Ibid. Ibid., hlm. 932.
6 penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar mampu menyadarkan manusia tentang kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini dengan memelihara hubungan dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya. B. Pokok Permasalahan Pembicaraan dalam tulisan ini hanya pada konsep hikmah menurut Al-Qur’an, yaitu bagaimana petunjuk dan keterangan yang dinyatakan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata hikmah. Untuk itu, masalah pokok yang akan dibahas adalah bagaimana konse hikmah menurut Al-Qur’an? Pokok masalah ini dapat dirumuskan dalam beberapa sub masalah berikut: 1. Bagaimana hakekat hikmah menurut Al-Qur’an ? 2. Bagaimana implementasi hikmah dalam Al-Qur’an dalam pendidikan Islam ? C. Tujuan Penelitian Dengan rumusan dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh manakah hakekat hikmah dalam AlQur’an sebagai metode yang paling tepat dalam pendidikan Islam. Dengan harapan dapat mengetahui makna yang dalam dari segala aspek kehidupan, khususnya bagi umat Islam. Maksud mengetahui implikasi hikmah dalam pendidikan untuk mencapai universalitas, adalah melalui pandangan yang luas, cerdik, dan mengetahui pelaksanaan pengetahuan atau pengetahuan yang disertai dengan tindakan yang baik. D. Penegasan Istilah 1. Al-Hikmah Istilah hikmah berasal dari kata hakama, yahkumu, hikmatan, yang artinya kebijaksanaan.16
15
Ibid., hlm. 654. Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah, Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawir, 1984), hlm.378. 16
7 Dari kata tersebut kemudian mendasari suatu gagasan yang umum mengandung arti atau makna yang dalam, manfaat, wejangan yang penuh hikmah. Istilah hikmah itu berarti ilmu tentang hakekat sesuatu, tentang faedah dan manfaat yang terkandung didalamnya, yang membangkitkan orang untuk berusaha mengerjakannya.17 Jadi dalam hal ini hikmah itu merupakan upaya memperkuat pernyataan yang akan menggunakan argumentasi dan tujuan tertentu. 2. Al-Qur’an Istilah Al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Kata Al-Qur’an adalah sighat masdar dari qa-ra-a yang diartikan dengan isim maf’ul yaitu “maqru” artinya yang dibaca.18 Menurut Dr. Dawud AlAttas dalam kitabnya mu’jaz ulum Al-Qur’an, bahwa menurut bahasa, AlQur’an berarti sesuatu yang dibaca, menumpulkan dan nama kitab Allah SWT.19 Istilah Al-Qur’an di sini ialah nama kitab Allah. Al-Qur’an adalah nama kitab Allah sebenarnya, yang dijadikan obyek penelitian. Dari uraian diatas, maka maksud dari judul ini adalah gambaran yang bersifat umum dan komprehensif mengenai hakikat hikmah menurut Al-Qur’an dengan sudut pandang pendidikan. 3. Pendidikan Islam Menurut M. Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya, karena itu pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadan damai maupun
17
Tabib Mz dan Maftuh Ahnan, Keunggulan Syari’at Islam, (CV. Bintang Pelajar, t.th.), hlm. 129. 18 Dawud Al-Attas, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, Alih Bahasa Afif Muhammad Dan Ahsin Muhammad, Cet. 1, (Bandung : Pustaka, 1994), hlm. 18. 19 Ibid., hlm. 19.
8 perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.20 Sementara itu, Endang Syaifuddin Ansori merumuskan pendidikan Islam sebagai sesuatu proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek
didik
terhadap
perkembangan
jiwa
(pikiran,
perasaan,
kemauan,intuisi, dan lain sebagainya) dan raga obyek didik dengan bahanbahan materi tertentu dan dengan alat pelengkap yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.21 Di sini pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan dimana terjadi ketika adanya proses belajar mengajar yang dapat diaplikasikan ketika guru mengajar. E. Tinjauan Pustaka Dalam istilah hikmah yang ada dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir sebagi sumber utama, khususnya dalam kitab Al-Qur’an yang menjadi obyek penelitian, yang membahas tentang hikmah, antara lain: H.A.R. Gibb and J.H. Kramers dalam bukunya Shorter encyclo paedo of Islam, menjelaskan bahwa “hukm (a) plural ahkam, primarily, the infinitive of hakama, and so “restraining” like hikmah”.22 (Hukum bentuk jama’ dari ahkam, infenitif terutama dari hakama, dan juga menunjukkan “perintah” suka hikmah). B. Lweis U.L. Pellat and J. Scharcht, dalam bukunya The Encyelopedia Of Islam, menyebutkan “hikma, wisdom, but also science and philosophy.23
20 Yususf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, Terj. Bustami, A.Gami dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980) hlm. 39. 21 Endang Syaifudin Ansori, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta : Usaha Interprises, 1976) hlm. 184. 22 H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, Shorter Encyclopaedia Of Islam, (New York : Leiden, 1991). 23 B. Lweis U.L. Pellat and J. Scharcht, The Encyelopedia Of Islam, (London : 1971).
9 (Hikmah berarti kebijaksanaan, tetapi ada juga yang mengartikan ilmu pengetahuan dan filsafat). DR. Nashir Bin Sulaiman Al-Umur dalam bukunya Al-Hikmah, menjelaskan bahwa hikmah telah banyak dilecehkan oleh orang-orang tertentu dan orang-orang awam. Orang-orang tertentu tersebut para penuntut ilmu. Diantara mereka ada yang memiliki hikmah, dan yang mengatakan bahwa semua perbuatannya bertolak dari hikmah, padahal hanya sedikit saja yang benar-benar demikian.24 Asy-Syekh Ali Ahmad Al-Jurjani dalam bukunya Hikmah At-Tasyri Wa Falasafatuha yang menjelaskan bahwa hikmah secara balaghah itu adalah keutamaan yang utama.25 Buku-buku tersebuit masih bersifat umum mengenai hikmah, dan masih merupakan berbagai pandangan. Untuk itu penulis mengambil secara khusus dalam Al-Qur’an dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. F. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kepustakaan karena datanya terdiri atas bukubuku yang ada hubungannya langsung atau tidak langsung dengan pembahasan materi.26 Selain itu juga mengambil sumber dari kitab-kitab tafsir yang menyinggung hikmah dalam tafsirnya terhadap ayat-ayat AlQur’an. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pengumpulan data Dalam pengumpulan data ini diambil dari sumber-sumber sebagai berikut :
24
Amir Hamzah Fachruddin, Al-Hikmah, Alih Bahasa Nashir Bin Sulaiman Al-Umar, Cet 1, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1995) hlm. 25 Asy-Syekh Ali Ahmad Al-Jurjani, Hikmah At-Tasyri Wa Falasafatuha, (Beirut : Dar AlFikr t.th.), hlm. 26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid. I, (Yogyakarta : UGM, 1987) hlm. 8.
10 a. Sumber primer Sumber primer merupakan sumber pokok yang diperoleh melalui bukubuku Tafsir Al-Qur'an yang didukung dengan hadits yang relevan. b. Sumber sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang dijadikan alat bantu dalam menganalisa masalah-masalah yang muncul. Yakni dengan buku-buku hikmah filsafat pendidikan Islam dan beberapa buku keislaman yang relevan. 2. Metode analisa data a. Metode tematik atau maudhu’i Metode tematik adalah membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapka. Semua ayat yang berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yag terkait dengannya, semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumentasi itu berasal dari Al-Qur’an maupun hadits.27 Adapun langkah-langkah atau cara kerja metode Tafsir maudhu’i ini dapat dirinci sebagai berikut : 1. Memilih atau menentapkan masalah Al-Qur’an yang dikaji secara maudhu’iy (tematik) 2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan, ayat makiyah dan madaniyah. 3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa kurunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau Asbab Al-Nuzul. 4. Mengetahui korelasi (munasab) ayat-ayat tersebut didalam masingmasing suratnya.
27
Nasrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 151.
11 5. Menyusun tema bahasa didalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna, dan utuh (outline). 6. Melengkapi perubahan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas. 7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa.28 b. Metode content analysis Content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Secara teknis content analysis mencakup upaya: 1. Klarifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi 2. Menggunakan kriteria sebagai dasar klarifikasi 3. Menggunakan teknis analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.29 c. Metode komparasi Metode komparasi atau muqorrin dengan membandingkan ayatayat Al-Qur'an yang mempunyai persamaan atau kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda bagi kasus atau masalah yang diduga sama.30 3. Metode berfikir 1. Pola pikir deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran
umum
mengenai
sesuatu
fenomena
(teori)
dan
menggeneralisirkan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi).31
28 Abdul Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, Alih Bahasa Suryan A. Jamroh, Cet. 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 45. 29 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 3, (Yogyakarta: Raike Sarasin, 1996), hlm. 99. 30 M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 118 31 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm. 46.
12 2. Pola pikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori.32 Atau dengan kata lain yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran khusus kemudian menuju kepada hal-hal yang bersifat umum. Dengan menggunakan kedua metode berfikir tersebut, dapat digunakan untuk menyimpulkan pandapat mengenai al-Hikmah, baik dari mufassir danpara ulama, kemudian membandingkan yangsatu dengan yang lain kemudian dicarikan kesimpulan akhirnya. Disini peneliti hanya menggunakan satu metode, dari satu metode tersebut yang diteliti cuma kata yang berbunyi kata hikmah yang ada dalam al-Qur`an. Kemudian dari beberapa kata tersebut penulis mengambil beberapa tafsiran yang ada. Untuk
kemudian dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam memahami kata hikmah itu sendiri. G. Sistematika Penulisan Bab I
: Pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah kunci, tinjauan pustaka, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Hubungan al-hikmah dan pendidikan Islam yang meliputi pengertian hikmah, pengertian pendidikan Islam, dan hikmah dalam pendidikan Islam.
Bab III : Konsep hikmah dalam Al-Qur’an yang terdiri dari hikmah dalam Al-Qur’an, term-term hikmah dalam Al-Qur’an, hikmah dan hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya. Bab IV : Implementasi al-hikmah dalam Al-Qur’an terhadap pendidikan Islam yang meliputi hikmah dalam metode pendidikan Islam implikasi, mendidik dengan hikmah, dan contoh pendidikan hikmah dalam Al-Qur’an. Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, dan kata penutup. 32
Ibid.