BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama sebagai sebuah sistem keyakinan, berisikan ajaran-ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat (dari api neraka) dalam kehidupan setelah mati. Karena itu juga, keyakinan agama dapat dilihat sebagai orientasi pada masa yang akan datang. Agama dapat menjadi sarana manusia untuk menyangkal diri dari kehidupan dunia yang penuh penderitaan mencapai pendirian spiritual, agama memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral oleh perbuatan perorangan dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat.1 Manusia yang merupakan salah satu atom yang mengisi dunia ini dengan kemampuan dirinya semata-mata tidak mungkin mengetahui sebab keberadaannya dan tujuan hidupnya serta apa yang baik bagi dirinya karenanya Allah tidak membiarkan umatnya tersia-sia, melainkan ia membekalinya dengan akal yang menunjukkan jalan kebaikan. Dengan akal pemberian Tuhan ini manusia berusaha dan mengenal alam dan kedudukannya didalamnya serta tujuan yang harus dicapainya. Hal ini telah menghasilkan warisan kemanusiaan sebelum masa-masa kenabian yang berupa aturan-aturan pendapat-pendapat, ide-ide tentang agama, masyarakat, alam dan segi-segi kemanusiaan yang lain. Hanya saja akal bisa tersesat ketika berusaha untuk mengetahui apa yang ada diluar kemampuannya.2 Setiap manusia, sekali atau lebih banyak, suatu masa atau beberapa masa sungguh mengharapkan hendaknya di dunia ini tidak ada kematian dan kehidupan ini tidak dikeruhkan kejernihannya dengan datangnya kematian yang mengejutkan, yang dianggapnya sebagai hal yang tak disukai dan
1
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hlm. 119-120. Muhammad Yusuf Musa, Islam: Suatu Kajian Komprehensif, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), Cet I, hlm. 8 2
1
2
menakutkan. Akan tetapi apakah akal manusia itu mampu memikirkan sesuatu yang tidak ada kesudahannya dalam kehidupan dunianya? Apabila dikatakan kepadanya bahwa surga maka ia berfikir, surga itu dapat dilihat, sampai kapan berada didalamnya, apakah yang terjadi sesudahnya, hal demikian itu adalah karena manusia itu dengan akalnya tidak dapat mengetahui secara menyeluruh pada apa yang terbatas dan juga apa yang ada pada tubuhnya yang terbatas pula kecuali hanya dapat mengetahui sesuatu yang ada pendahulunya, maka manusia hanya iman dan mempercayainya tanpa adanya perdebatan dengan akalnya, bila tidak demikian tentu ia akan bertanya, apakah sesudahnya?3 Dunia ini merupakan tempat pembebasan dan perbuatan sedang akhirat merupakan tempat perhitungan dan pembalasan. Inilah yang dikatakan agama, diputuskan akal dan logika dan dibenarkan oleh orangorang yang beriman tetapi orang-orang yang mengingkari Tuhan dan risalah-risalah-Nya berpendapat bahwa tidak ada kehidupan sesudah kehidupan di muka bumi ini dan bahwa kematian merupakan awal ketidakadaan yang sama sekali tidak akan diikuti dengan keberadaan atau kehidupan yang lain. Hanya saja kematian merupakan tanda nyata untuk datangnya hari kiamat bagi orang yang telah tiba ajalnya. Baginya kematian merupakan pindahan dari dunia ke akhirat. Barangkali manusia boleh mengatakan bahwa kematian merupakan kunci akhirat itu dan jalan menuju ke sana. Dengannya, orang akan mengetahui tempatnya di akhirat, di surga atau di neraka.4 Kematian merupakan awal dari satu perjalanan panjang dalam evolusi manusia, dimana selanjutnya ia akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kenikmatan atau berbagi macam kenikmatan atau berbagai ragam siksa dan kenistaan.5
3
Abdurrazaq Naufal, Hidup di Alam Akhirat, terj. Drs. H.A Bukhari, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 48-50. 4 Muhammad Yusuf Musa, op.cit, hlm. 112-116. 5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2001), hlm. 71.
3
Kematian dan kehidupan memang merupakan proses kontinyuitas yang saling terkait. Karena itu, kedua proses yang pasti dialami manusia ini kerap kali digambarkan secara beriringan di dalam Al-Qur’an kematian dan kehidupan misalnya, sama-sama digambarkan terjadi dua kali (Q.S.40: 11).
ﺳﺒِﻴ ٍﻞ ﻣﻦ ﺝ ٍ ﻭﺧﺮ ﻬ ﹾﻞ ِﺇﻟﹶﻰ ﺎ ﹶﻓﻮِﺑﻨﺎ ِﺑﺬﹸﻧﺮ ﹾﻓﻨ ﺘﻋ ﻴ ِﻦ ﻓﹶﺎ ﺘﻨﺎ ﺍﹾﺛﺘﻨﻴ ﻴﺣ ﻭﹶﺃ ﻴ ِﻦ ﺘﻨﺎ ﺍﹾﺛﺘﻨﻣ ﺎ ﹶﺃﺑﻨﺭ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ Artinya: Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?6 Kematian
pertama
diwujudkan
ketika
roh
kehidupan
belum
dihembuskan kepada manusia dan kematian kedua terjadi ketika roh kehidupan belum dihembuskan kepada manusia dan kematian kedua terjadi ketika roh kehidupan yang telah dihembuskan tersebut dicabut kembali. Adapun tentang kehidupan, Al-Qur’an menginformasikan bahwa manusia juga mengalami dua kehidupan yang pertama adalah kehidupan yang terjadi pada saat kesaksian roh akan ketuhanan Allah dan yang kedua adalah kehidupan manusia di dunia ini. Dengan adanya kesadaran bahwa kematian bukan akhir dari kehidupan maka keyakinan akan adanya suatu alam setelah kematian adalah suatu keniscayaan. Dalam kaitan ini, doktrin akhirat menjadi sebuah wacana penting sebagai sebuah upaya untuk menyingkapinya. Keyakinan terhadap doktrin ini menyebabkan seseorang berusaha untuk menjangkau nilai-nilai jangka panjang yang boleh jadi mengantarkannya untuk hidup dengan cara meninggalkan kepentingan-kepentingan duniawi.7 Kematian dalam pandangan agama Budha, tidaklah selamanya akhir dari kehidupan. Selama benih kehidupan belum dilenyapkan kematian suatu makhluk niscaya akan berlanjut pada kehidupan mendatang. Kehidupan
6
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemahan, hlm. 760 Sibawaihi, Eskatalogi al-Ghazali dan Fazlur Rahman, (Yogyakarta: Mizan Media Utama, 2001), hlm. 71. 7
4
sekarang ini adalah hasil dari kehidupan-kehidupan lampau ditambah kehidupan sekarang ini, niscaya akan menghasilkan kehidupan mendatang.8 Menurut agama Budha, kehidupan manusia bukanlah kehidupan pertama atau terakhir yang harus kita jalani di dunia ini. Jika manusia berbuat baik, maka akan mendapatkan hidup yang lebih baik pada kehidupan mendatang. Disamping itu bila kita tidak ingin terlahir kembali, maka harus berjuang mencapai kebebasan akhir dengan selalu berusaha mengikis semua kekotoran batin yang ada pada pikiran kita.9 Berkenaan dengan kehidupan setelah kematian, manusia hanya memiliki dua alternatif kepercayaan yang pertama adalah adanya semacam kelangsungan kelanjutan hidup, sedangkan yang kedua adalah adanya kemusnahan. Bagi yang mempercayai kelanjutan hidup sesudah mati maka biasanya dipengaruhi oleh ajaran seorang guru agama atau lainnya. Sedang yang percaya kepada kemusnahan telah membuang jauh-jauh pemikiran yang bisa diterima oleh orang yang mengakui nila-nilai spiritual. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat kehidupan setelah kematian yang kita spekulasikan. Ada juga yang mengatakan kita tidak dapat membuktikan bahwa hidup kita akan tetap berlanjut atau tidak berlanjut setelah kehidupan saat ini berakhir. Beberapa agama mendalilkan penghukuman abadi di neraka atau kebahagiaan kekal di surga setelah kita mati. Tempat kediaman abadi dipercaya akan ditentukan sesuai dengan iman dan perilaku seseorang selama hidupnya yang relatif singkat dan hanya sekali di dunia. Apakah masuk akal untuk percaya bahwa kehidupan sesingkat ini merupakan satu-satunya keberadaan di antara dua keabadian , kebahagiaan abadi dan kesengsaraan abadi?10 Pertanyaan tentang hidup setelah mati adalah salah satu teka-teki yang sangat membangkitkan minat manusia, yang selalu mereka yakini,
8
Jan Sanjiva Putta, Menguak Misteri Kematian, (Thailand: LPD Publiser, 1999), hlm. 11-
16. 9
Ven K. Sri Dhammananda, Kehidupan Tidak Pasti Namun Kematian Itu Pasti, (Jakarta: Yayasan Dharma Duta Carika, 1986), cet II, hlm.8. 10 Sri Dhammananda, Tumimbal Lahir, (Jakarta: Karaniya, 2002), hlm. 9.
5
tetapi pernah mereka pahami, masyarakat yang paling primitif sekalipun percaya akan roh nenek moyang mereka dan memohonkan pertolongan dari ruh tersebut bila sedang mengalami kesulitan. Hindu juga mempercayai reinkarnasi ruh sesuai dengan apa yang dimasa hidup sebelumnya. Ringkasnya, tidak ada satu masyarakatpun di dunia tanpa konsep hidup sesudah mati.11 Dari konsep-konsep di atas maka timbullah kepercayaan akan adanya kehidupan di akhirat atau disebut juga eskatologi. Eskatologi adalah ajaran agama yang menguraikan secara teratur semua soal mati, neraka, surga, hukumann dosa dan pahala untuk kebaikan manusia, hari kiamat, pengadilannya. Sedangkan dalam agama Islam, Eskatologi dikenal dengan sebutan hari akhirat . kepercayaan terhadap hari akhirat mempunyai posisi yang sangat penting sekali sebab hal itu merupakan rukun iman (6 rukun iman) yang harus diimani oleh setiap pemeluk agama Islam. Jadi beriman terhadap akhirat mengandung arti bahwa taip-tiap perbuatan baik dilakukan secara terang-terangan maupun secara rahasia, pasti ada akibatnya. Dengan demikian kepercayaan ini akan memberi dorongan yang kuat untuk menjalankan perbuatan baik dan mulia, serta menjauhkan diri dari perbuatan jahat dan sewenang-wenang. Sedangkan eskatologi dalam agama Budha khususnya tentang kematian berdasarkan ajaran Dhammapada, menilai bahwa kematian adalah hukuman dari semua kehidupan.12 Dalam Angguttara Nikaya, Catakkanipata dikisahkan bahwa pada suatu ketika seorang brahmana bernama Janussoni menghadap Budha Gautama dan kemudian mengungkapkan pandangannya. “Tidak ada satu maakhlukpun, yang wajar mengalami kematian, tidak merasa takut dan gentar dengan kematian namun ada pula yang tidak. Beberapa orang di dunia ini yang belum terbebas dari nafsu, kepuasan, kecintaan, ketagihan, gejolak, hasrat terhadap kesenangan inderawi, manakala diserang oleh penyakit 11
KH Hasbullah Bakry, SH, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Bumi Restu, 1986), Cet I, hlm. 18. 12 Mutji Sutrisno, Budhisme Pengaruhnya Pada Abad Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 96
6
parah, niscaya akan mencemasi, “kesenangan inderawi yang tercinta niscaya akan meninggalkan saya, dan saya ini harus meninggalkannya.” Ia niscaya bersedih, bersusah hati, berkeluh kesah, memukuli dadanya sambil meratapi keterpikatan. Orang-orang inilah yang merasa takut dan gentar terhadap kematian. Mereka yang belum terbebas dari nafsu ketagihan, gejolak, hasrat terhadap tubuh jasmaniah niscaya juga merasa takut dan gentar terhadap kematian. Demikian pula orang-orang yang tidak membuat perlindungan terhadap ketakutan, yang hanya melakukan kejahatan dan perbuatanperbuatan kejam dan kotor, dan orang-orang yang penuh keragu-raguan serta kebingungan yang belum sampai pada keputusan dalam kebenaran sejati kematian adalah suatu kenyataan hidup yang perlu dihadapi decara arif. Mengapa? Alasannya ialah bahwa sebagai umat Budha, seseorang semesti mempercayai adanya kehidupan lain setelah kematian (hereafter) sepanjang benih kehidupan masih belum terputuskan.13 Dari latar belakang di atas penulis mencoba mengangkat suatu permasalahan di dalam Islam dan Budha dalam konsep eskatologinya hampir sama dan yang paling menarik adalah dalam memahami dan mempercayai adanya kehidupan mendatang dan kematian adalah bukanlah akhir dari kehidupan masih ada kehidupan yang lain. Dalam Islam misalnya kpercayaan akhirat itu telah dicantumkan dalam rukun iman yang ke-6 tentang adanya keyakinan percaya akan adanya Qodho dan Qodar, apakah di agama lain juga memahami makna kehidupan di akhirat, maka dari sini penulis mencoba membuat tulisan dengan judul: Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi) dalam Agama Islam dan Budha. Untuk menjadi suatu perbandingan antara agama Islam dan Budha apakah ada persamaan dan perbedaaannya.
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
13
Jan Sanjivaputta, op.cit, hlm. III-1-III-2.
7
1. Apakah makna kematian dalam agama Islam dan Agama Budha ? 2. Bagimana persamaan dan perbedaan konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan agama Budha? 3. Apakah implikasinya terhadap kedua umat tersebut?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian berpijak dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana makna kematian dalam agama Islam dan agama budha. 2. Membandingkan konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan agama Budha, sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya. 3. Mengetahui implikasi dari kehidupan setelah mati bagi kedua umat tersebut, dan titik akhir dari seluruh proses kematian.
D.
Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan dalam memahami konsep kahidupan setelah mati (eskatologi) yang merupakan substansi manusia yang paling penting dalam kehidupan masyarakat. 2. Dapat memberikan wacana keilmuan dan informasi baru tentang kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan agama budha.
E.
Tinjauan Kepustakaan Buku karya Sibawaihi dengan judul “Eskatologi al-Ghozali dan Fazlur Rahman, disini menjelaskan tentang eskatologi yang secara umum dikaji secara normative tekstual (khususnya eskatologi agama Islam secara umum), bahwa antara Eskatologi dalam pandangan al-Ghozali dan Fazlurrahman sangat berbeda maka diperlukan adanya studi komparatif dari keduanya.
8
Buku karya Naradha Mahatera, “Intisari Agama Budha”, buku ini mengulas tentang ajaran-ajaran Budha tentang Budha alami setelah kematian, sesudah mati akan kemana dan apa tujuan hidup manusia di dunia ini, disini penulis ingin mengetahui bagaimana manusia setelah mati dalam agama Budha dan apa tujuan akhir dari semua proses kematian itu. Buku karya Chi Passiko dengan judul “Tumimbal Lahir”, di sini menerangkan tentang terjadinya bagaimana proses kelahiran kembali dan apa yang terlahirkan kembali, apakah jiwa (jasmani) atau roh saja, dan meneragkan apa yang terjadi terhadap seseorang setelah mati. Buku karya Abu Khalid MA, dengan judul “Hidup Sesudah Mati”, menjelaskan bahwa hidup tidak hanya di dunia saja, setelah mati kita masih dihidupkan lagi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kita di dunia dan akherat kelak, di sini penulis ingin mengetahui bagaimana keadaan akhirat menurut al-Qur’an karena di buku terangkum secara jelas. Buku karya Anis Masykur, "Menyingkap Tabir Kematian Perspektif Al-Qur'an", buku ini mengulas tentang kematian dalam Islam, bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, dan juga membahas tentang alam setelah kematian meliputi shirat, mizan, surga dan neraka dalam Al-Qur'an. Disini penulis ingin mengetahui bagaimana manusia setelah mati akan mengalami beberapa hal kehidupan setelah kematian. Adapun buku-buku yang telah membahas tentang konsep eskatologis baik dalam agama Islam maupun Budha banyak ditemui. Namun yang secara khusus membahas konsep eskatologis agama Islam dan Budha dalam bentuk perbandingan, baik itu dalam bentuk buku, majalah maupun karya ilmiah yang lain, penulis belum pernah menemui.
9
F. Metode Penelitian Untuk memperoleh kesimpulan yang memuaskan. Maka proses penulisan skripsi ini memakai metode sebagai berikut. 1. Metode Pengumpulan Data Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data penulisan skripsi ini adalah library reseach, yaitu mengumpulkan data teoritis sebagai penyajian ilmiyah yang dilakukan dengan memilih literatur yang berkaitan dengan penelitian, metode ini digunakan untuk menentukan literature-literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti, dimana penulis membaca menelaahnya dari buku-buku bacaan teks (literatur) kamus, ensiklopedi dan karya-karya yang lain yang dipandang
memiliki dan berkaitan dengan obyek penelitian. Sebagai
penguat penulis mengadakan wawancara langsung dengan tokoh ketempat-tempat ibadah di Semarang. Adapun data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Sumber data primer Yang dimaksud di sini adalah sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan pokok bahasan dalam penelitian ini, yakni konsep eskatologis menurut Islam dan Budha, antara lain: "Kitab Al-Qur'an, Hadits dan Kitab agama Budha Dhammapada". b. Sumber sekunder Yaitu sumber yang diperoleh atau dikutip dari sumber-sumber yang dapat menunjang dalam penenlitian ini. Seperti buku-buku keislaman yang membahas tentang konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan Budha.
10
2. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisadengan analisis data secara sistematis, objektif dan kritis.14 Metode ini digunakan untuk menyusun data secara sistematis yang sesuai dengan sasaran yang akan dibahas oleh penulis, yaitu masalah konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan Budha. Adapun metode analisis data yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini yakni: a. Metode deskriptif Merupakan metode penulisan dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian.15 Metode ini dipakai dalam pengertian umum segi teknik untuk mendiskripsikan
yaitu
menguraikan
dan
menjelaskan
konsep
kahidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama budha dan agama Islam, pada bab II dan bab III. b. Metode deduktif dan induktif Metode deduktif merupakan proses pendekatan yang dimulai dari suatu pengetahuan yang bersifat umum yang kemudian disebutkan dalam kesimpulan yang lebih khusus. Metode induktif merupakan proses pendekatan yang dimulai dari suatu pengetahuan yang bersifat khusus yang kemudian disampaikan dalam kesimpulan yang lebih umum.16 Metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal masalah yang bersifat khusus, kemudian, menarik kesimpulan bersifat umum.17
14
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Raksasarin, 1991), hlm. 49. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hlm. 47. 16 Anton Beker dan Ahmad Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 43-44. 17 Ibid, hlm. 93 15
11
c. Metode komparatif Metode komparatif adalah studi tentang tipe-tipe yang berbeda dari kelompok-kelompok fenomena. Untuk menentukan secara analisis faktor-faktor yang membawa kesamaan-kesamaan dan perbedaanperbedaan dalam pola yang khas dan tingkah laku.18 Metode ini terutama digunakan untuk mendeskripsikan konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan Budha. Selain itu juga untuk mengetahaui persamaan dan perbedaan dari konsep kedua agama tersebut, untuk kemudian mencari implikasinya terhadap umat Islam dan Budha dalam bab IV.
G. Sistematika Penulisan Setelah sampai pada pemahaman yang menyeluruh dan memudahkan penjabaran skripsi ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab pertama, dalam bab ini tertuang latar belakang permasalahan apa yang mendorong penulis tertarik untuk menjadikan judul konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan Budha, sebagai judul skripsi. Selain latar belakang permaslahan dalam bab ini disertakan pula pokok permaslahannya, di mana pokok permasalahannya akan diuraikan dalam analisis. Selanjutnya adalah tujuan dan manfaat penulisan skripsi, penulisan karya ilmiah tentunya memiliki tujuan dan manfaat penulisan, oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini juga memiliki tujuan dan manfaat penulisan sesuai dengan tema pembahasan dalam manfaat penulisan
skripsi
ini.
Mengharapkan
penulis
mengenai
skripsinya
mendapatkan sebuah kesimpulan atau hasil yang memuaskan, maka dalam penulisan ini digunakan suatu metode, antara lain metode pengumpulan data, sumber data yang terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder dan
18
Mariasusay Dhavomony, Fenomenologi Agama, terj. Ar. Sudiarjo, dkk. (Yogyakarta: Kanisius, 1995) cet-1, hlm. 39.
12
ketiga metode analisis data. Metode penulisan data digunakan penulis untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal mengenai permasalahan yang dibahas terakhir dalam bab ini adalah sistematika penulisan skripsi yang memberikan gambaran secara umum mengenai skripsi ini. Bab kedua, merupakan landasan teori mengenai kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam. Oleh karena itu permasalahan adalah mengenai bagaimana kehidupan setelah mati dalam Islam, yakni tentang akhirat, maka perlu juga dibahas tentang kematian dalam agama Islam supaya dapat memperoleh informasi secara detail, karena seorang sebelum menuju ke akhirat mengalami kehidupan dua kali setelah kematian. Lalu dilanjutkan dengan adanya alam setelah kematian yang meliputi alam barzah, mahsyar, shirat, surga dan neraka., yang meliputi pengertian dalam al-Qur'an, makna secara umum. Bab ketiga, juga merupakan landasan materi, yakni konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Budha. Pada bab ini juga menerangkan secara singkat agama Budha, dengan tujuan untuk menghantarkan pada inti materi. Untuk mendapatkan informasi yang detail pula mengenai konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Budha, maka disertakan pula tentang kematian dalam agama Budha, kemudian dibahas mengenai tumimbal lahir, yang mana tumimbal lahir adalah proses manusia menghadapi kehidupan yang kedua kali, pada bagian ini meliputi pengertian, surga dan neraka. Bagian terakhir ini adalah tentang jalan atau cara untuk menuju ke nirwana. Bab keempat, adalah analisa. Pada bab ini adalah pokok-pokok permasalahan yang dianalisa berdasarkan data-data yang ada di bab kedua dan ketiga sebagai sumber informasi permasalahannya antara lain mengenai persamaan dan perbedaan mengenai konsep kehidupan setelah mati (eskatologi) dalam agama Islam dan Budha. Pokok permasalahan lainnya,
13
yakni tentang implikasi konsep kehidupan setelah mati kepada umat dari kedua agama tersebut. Bab kelima, adalah penutup. Bab ini meliputi kesimpulan dan saransaran. Kesimpulan ini adalah jawaban dari pokok permasalahan yang disampaikan secara singkat.