BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desentralisasi1 di Indonesia yang mulai diterapkan pada Januari 2001 telah membawa perubahan yang signifikan mengenai kedudukan dan peranan daerah
dalam
pembangunan.
Keberhasilan
daerah
dalam
melakukan
pembangunan menjadi salah satu penentu utama keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena kebijakan pembangunan yang pada awalnya merupakan kewenangan pemerintah pusat, saat ini telah menjadi otoritas masing-masing daerah. Blakely (1989) dalam Kuncoro (2004:110) mendefinisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Adapun masalah pokok dalam pembangunan daerah menurut Arsyad (2010: 374) terletak pada penekanannya terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada ciri khas (unique value) dari sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara local (daerah).
1
Desentralisasi berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang mengatur tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah merupakan penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah. Daerah memiliki kewenangan untuk mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki. Titik tolak desentralisasi di Indonesia adalah Daerah Tingkat II (Dati II), karena Dati II merupakan ujung tombak pelaksanaan pembangunan. Dati II lebih mengetahui kebutuhan dan potensi rakyat di daerah (Kuncoro, 2004: 3).
1
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat utama bagi keberhasilan pembangunan ekonomi daerah (Kuncoro, 2004: 63). Selain itu, berdasarkan survei literatur dalam Kuncoro (2004: 114) meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu sasaran fundamental pembangunan, disamping meningkatkan pendapatan per kapita serta mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Sejak dilaksanakannya otonomi daerah, perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat (Sjafrizal, 2008: 86). Keberhasilan pembangunan daerah sangat ditentukan oleh perencanaan pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan, penentuan basis ekonomi suatu daerah merupakan salah satu bagian yang krusial. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan sumber daya pembangunan daerah. Agar dapat tercapai hasil yang optimal
seharusnya
pembangunan
diarahkan
atau
diprioritaskan
pada
sektor-sektor potensial yang merupakan sektor basis2. Sektor basis memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang (Tarigan, 2007:79). Dalam perencanaan pembangunan, selain menentukan sektor basis ekonomi suatu daerah, diperlukan juga analisis mengenai faktor determinan yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Di Indonesia penelitian tentang determinan pertumbuhan ekonomi sangat krusial sejak 2
Sjafrizal (2008: 89), dalam Model Basis Ekonomi (Economic-Base Model) perekonomian suatu daerah dibagi menjadi kelompok sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup tinggi. Sedangkan sektor basis merupakan sektor yang kurang potensial tetapi sebagai penunjang sektor basis.
2
ditemukannya bahwa pertumbuhan eksogenous secara teoritis hanya dapat menerangkan proporsi kecil dari pola pertumbuhan ekonomi regional (Hill, Resosudarmo dan Widyattana: 2008). Hal ini didukung oleh Sjafrizal (2008: 26) yang menyebutkan bahwa kemampuan daerah untuk tumbuh sangat ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi yang satu sama lain kadang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah serta besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil identifikasi sektor basis ekonomi daerah dan hasil analisis faktor determinan pertumbuhan ekonomi daerah kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan daerah. Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan oleh Vidyattama (2008), Simamora dan Sirojulizam (2008) serta Indrasari dan Poerwono (2011) tentang analisis faktor determinan pertumbuhan ekonomi regional. Serta mengembangkan lebih lanjut penelitian Sari (2009) dan Idris (2010) mengenai identifikasi sektor unggulan daerah di Indonesia. Perbedaan
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah,
bahwa
selain
mengidentifikasi sektor unggulan kabupaten/kota di Indonesia, penelitian ini menganalisis pengaruh sektor unggulan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota. Kedua, penelitian ini menggunakan data dari 497 kabupaten dan kota di Indonesia selama periode 2001-2012 dalam mengidentifikasi sektor unggulan. Ketiga, penelitian ini menggunakan dua skenario data panel yang terdiri dari beberapa model ekonometrika yang berbeda untuk menganalisis pengaruh
3
sektor unggulan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Indonesia. 1.2.
Rumusan Masalah 1.
Sektor apa sajakah yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian kabupaten dan kota di Indonesia selama periode 2001-2012?
2.
Bagaimana pengaruh sektor unggulan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota selama periode penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Mengidentifikasi dan menganalisis sektor unggulan dalam perekonomian kabupaten dan di Indonesia pada 2001-2012.
2.
Meneliti pengaruh sektor unggulan terhadap pertumbuhan
ekonomi
kabupaten/kota selama periode penelitian. 1.4. Manfaat Penelitian 1.
Memberikan identifikasi secara menyeluruh terhadap sektor unggulan dalam perekonomian kabupaten dan kota di Indonesia pada periode 2001-2012.
2.
Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan dalam pembangunan ekonomi dan dalam pengembangan sektor unggulan kabupaten/kota.
3.
Melengkapi dan memperkaya literatur penelitian tentang sektor unggulan daerah dan studi tentang pembangunan ekonomi daerah dengan studi kasus Indonesia.
4
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penelitian ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut. Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian mengenai sektor unggulan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini membahas penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penelitian serta menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian. Landasan teori tersebut meliputi teori tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, teori sektor unggulan daerah, serta teori tentang alat analisis. Bab III Data dan Metodologi Penelitian. Bab ini membahas mengenai jenis dan sumber data, definisi operasional variabel penelitian, metode, serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Hasil dan Analisis. Bab ini diawali dengan uraian analisis deskriptif mengenai hasil identifikasi sektor unggulan kabupaten/kota di Indonesia selama periode penelitian. Kemudian, dilanjutkan pembahasan dari hasil regresi model data panel. Bab V Kesimpulan dan Saran. Bagian ini selain merupakan ringkasan hasil penelitian, juga memuat saran-saran bagi pengambilan kebijakan serta pengembangan penelitian lebih lanjut.
5