BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan industri serta meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan karakteristik pekerjaan serta bahaya yang ditimbulkannya. Bahaya tersebut mengandung risiko yang dapat mengakibatkan munculnya kerugian yang sangat besar. Berbagai macam industri memiliki karakteristik pekerjaan yang berisiko, seperti risiko keselamatan (kebakaran, ledakan, dan tumpahan minyak) dan risiko kesehatan yaitu munculnya penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi pekerja, perusahaan maupun lingkungan (Hikmatillah. 2005). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor minyak bumi serta gas alam (LNG). Bahan bakar minyak bumi dan LNG diperlukan hampir diseluruh pelosok dunia, sehingga disadari betapa pentingnya peranan minyak bumi dan LNG sebagai salah satu sumber devisa negara yang terbesar. Kebutuhan akan minyak bumi dan LNG akhir-akhir ini mengalami lonjakan yang sangat pesat. Hampir seluruh negara di dunia ini memerlukan bahan bakar jenis ini, baik untuk keperluan industri maupun untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Indonesia sebagai salah salah satu negara produsen minyak bumi sangat memperhatikan masalah ini, karena minyak bumi dan LNG berhubungan dengan kehidupan orang banyak (Hikmatillah. 2005).
Setiap aktivitas dalam melakukan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kerja dapat menimbulkan potensi/risiko bahaya yang beraneka ragam, hal ini tergantung pada sumber dan jenis bahaya yang ada dan terpapar oleh para pekerja. Sumber bahaya dapat berasal dari manusia, peralatan, material/bahan, dan lingkungan. Jenis-jenis bahaya tersebut antara lain : bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, dan bahaya psikososial. Bahaya-bahaya tersebut perlu diperhatikan oleh para pekerja maupun pihak perusahaan dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban dan kerugian, baik moril maupun materiil. Dengan melakukan langkah pengendalian dan identifikasi terhadap bahaya-bahaya yang ada agar tidak menimbulkan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan akibat kerja pekerja, dan kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan (Ginanjar. 2007). Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan yang merupakan bagian penting dari pembangunan nasional merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Dalam pembangunan
ketenagakerjaan perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam menuju peningkatan kesejahteraan tenaga kerja (Ginanjar. 2007).
Selain itu peran sumber daya manusia dalam suatu perusahaan semakin penting dan strategis, karena semua perusahaan dituntut efisien dengan produktivitas yang tinggi serta mutu yang baik. Paradigma yang lebih mengutamakan pada peningkatan kualitas dan kuantitas dirasakan kurang memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan para pekerja, sehingga banyak sekali kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dialami para pekerja. Oleh karena itu, perlu adanya paradigma baru dalam menanggulangi masalah-masalah tersebut. Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu dan efisiensi tersebut dapat dilakukan melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hal ini dapat kita lihat secara filosofis, legalitas maupun ekonomis pentingnya
program tersebut
di suatu tempat
kerja/perusahaan
(Hikmatillah. 2005). Beberapa hal yang mendasari pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain (Hikmatillah. 2005) : 1. Secara Filosofis Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu Hak Asasi Manusia (HAM), alasan ini merupakan hal yang bersifat universal, karena semua manusia memerlukan kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan segala aktivitasnya termasuk pekerjaan. Manusia merupakan aset yang paling berharga, terutama dari sumbangan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya dalam memajukan perusahaan. Oleh karena itu penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia. 2. Secara Legalitas
Agar pelaksanaan HAM tersebut berjalan baik, maka diperlukan suatu pedoman dalam bentuk aturan hukum baik ditingkat internasional, nasional maupun lokal dan perusahaan. Sehingga setiap pekerja mendapat perlakuan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. 3. Secara Ekonomis Dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan masalah efisiensi biaya atau nilai ekonomis, yang dapat menjamin keseimbangan antara pelaksaan HAM dan keberlangsungan produksi di perusahaan sehingga pekerjaan yang berorientasi pada hasil tetap berjalan lancar dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Sehubungan dengan perlindungan terhadap tenaga kerja, pemerintah telah melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan yaitu : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan (Silalahi B dan S. Rumondang, 1995). 2. Undang-undang
Nomor
1
Tahun
1970,
tentang
Keselamatan
Kerja
(Suma’mur,1996). 3. Peraturan Pemerintah No. 05 /MEN/ 1996, mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Suardi, Rudi 2005).
B. Tujuan Magang
Melalui Praktek Kerja Lapangan/Magang ini, beberapa tujuan yang hendak dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui faktor bahaya yang timbul pada proses produksi maupun lingkungan kerja di VICO Indonesia. 2. Untuk mengetahui penerapan K3L di VICO Indonesia. 3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang sudah dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan serta pencemaran lingkungan.
C. Manfaat Magang Hasil dari pelaksanaan magang
ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain bagi :
1. Perusahaan Sebagai masukan atau saran mengenai kondisi perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan untuk melaksanakan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan pencegahan kecelakaan serta peningkatan mutu pelaksanaan program-program kesehatan kerja dan keselamatan.
2. Program Diploma IV Kesehatan Kerja Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan, dan dapat memperoleh jalinan kerjasama yang baik antara program studi D IV Kesehatan Kerja dengan instansi perusahaan.
3. Bagi Mahasiswa Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan bidang kesehatan kerja, keselamatan dan lingkungan, serta pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek.
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara langsung dengan tenaga kerja, serta pengukuran di tempat kerja. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
A. Persiapan Pada tahap persiapan yang dilakukan mahasiswa adalah : 1. Tanggal 26 Oktober 2008 Mahasiswa mengajukan surat permohonan dan proposal magang/PKL kepada bagian HRD VICO Indonesia. 2. Tanggal 28 Januari 2009 Mahasiswa menerima surat balasan yang menyatakan bahwa VICO Indonesia menerima permohonan mahasiswa untuk melaksanakan magang/PKL yang terhitung mulai 1 Februari - 28 Februari 2009. 3. Tanggal 4 Februari Mahasiswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan magang.
B. Lokasi Pengambilan data dilakukan di VICO Indonesia, yang merupakan unit pengolahan minyak dan gas bumi yang berlokasi di : Jl. Cendrawasih No. 1 Muara Badak, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. C. Pelaksanaan Pengambilan data ini dilaksanakan pada tangal 5 Februari - 28 Februari 2009 setiap hari Senin sampai Minggu dengan jam kerja dari jam 07.30 – 16.30 WITA, dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Observasi dan pendataan mengenai proses produksi. 2. Observasi, pendataan, dan pengukuran faktor bahaya (kebisingan).
3. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai gizi kerja. 5. Observasi dan pendataan mengenai ergonomi. 6. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai sistem keselamatan kerja. 7. Observasi, interviu, dan pendataan mengenai manajemen K3. 8. Observasi dan pendataan mengenai emergency planning.
BAB III HASIL MAGANG
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya VICO Indonesia
VICO Indonesia merupakan salah satu perusahaan penambangan dan pengolahan minyak dan gas bumi sebagai kontraktor bagi hasil di bawah BP Migas. Perusahaan ini merupakan salah satu penyuplai gas kering hasil olahan ke PT Badak NGL Co. di Bontang untuk di proses lebih lanjut menjadi LNG (Liquified Natural Gas) dan LPG (Liquid Petroleum Gas). Produk lainnya adalah kondensant yang dicampur dengan minyak mentah (Crude Oil) dan di alirkan ke Tanjung Santan kemudian dikapalkan ke Kilang PERTAMINA Balikpapan. Sampai saat ini perusahaan telah memiliki enam lapangan penambangan minyak dan gas bumi, yaitu Badak, Nilam, Samberah, Pamaguan, Mutiara dan Wailawi dengan sumur-sumur yang tersebar di sekitar lokasi tersebut. Perusahaan ini mulai didirikan di Houston, Amerika Serikat yang ditandai dengan pengeboran minyak pertama di Pensylvania. Pada saat itu pemanfaatan minyak pada umumnya untuk pembuatan kerosin (minyak tanah). Pada awalnya perusahaan ini dikenal dengan nama HUFFCO. Perusahaan HUFFCO tersebut didirikan pada tahun 1958 oleh Roy M. Huffington. Nama HUFFCO sendiri berasal dari singkatan Huffington Companies yang merupakan nama dari pemilik perusahaan tersebut. Di Indonesia, HUFFCO berdiri pada tanggal 8 Agustus 1968 di Jakarta. Perusahaan ini merupakan divisi dari perusahaan Roy M. Huffington. Pada saat yang bersamaan dilakukan penanandatanganan kontrak bagi hasil antara HUFFCO dengan PERTAMINA. Dalam kontrak tersebut disetujui juga kesepakatan bersama bahwa HUFFCO bertindak sebagai operator pelaksana produksi dan operasi pembagian keuntungan dilakukan antara komponen-komponen berikut:
a. PERTAMINA, sebagai perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi nasional. b. HUFFCO, dengan kelompok perusahaan terdiri dari: 1) Division Roy M. Huffington sebesar 23,12 % 2) Ultamar Indonesia Limited sebesar 26,25 % 3) United Texas Cooperations sebesar 26,25 % 4) Universe Tranship Incorporation sebesar 20,00 % Kegiatan ini bermula pada tahun 1968 ketika tokoh perminyakan dari Texas, Roy M. Huffington, dan pengusaha asal Virginia, Jenderal Arch Sproul, menandatangani Kontrak Bagi Hasil dengan PERTAMINA yang meliputi areal seluas 631.000 hektar di daerah Delta Sungai Mahakam yang diperkirakan kaya akan kandungan minyak. Penyelidikan geologis dilakukan secara kontinyu di Kalimantan Timur sejak tahun 1970, sehingga ditemukannya Lapangan Badak pada tahun 1971 yang merupakan sumur minyak dan gas alam. Kemudian pada tahun 1971 beberapa sumur di eksplorasi dan eksploitasi cadangan gas berlebih, berhasil ditemukan dan sehingga dapat mendukung proyek gas yang utama. Lapangan Badak dalam menjalankan fungsinya didukung oleh fasilitasfasilitas proses seperti produksi gas, produksi minyak mentah, pemanfaatan gas, tank parm, pollution control dan power plant. Untuk mendukung kelancaran aktivitas tersebut, perusahaan tidak hanya bekerjasama dengan PERTAMINA saja, tetapi juga dengan perusahaan asing lainnya terutama untuk memenuhi kebutuhan peralatan dan eksploitasi. Perusahaan tersebut adalah : 1. NL BAROID
2. UNOCAL 3. TOTAL Indonesia 4. HALLIBURTON 5. BAKER and SCHLUMBERGER ROY M. Huffington dan Jenderal Arch Sproul kemudian mempromosikan bagian mereka dari system kontrak bagi hasil ini kepada para penanam modal lainnya, termasuk Union Texas dan mitra pendahulu LASMO, OPICOIL dan Universe Gas & Oil. Dengan kekuatan gabungan usaha bersama ini, mereka mulai mengeksplorasi daerah cekungan Kutai untuk mencari minyak. Begitu sumur tahapan pertama di bor, gas alam ditemukan bukan minyak. Inilah lapangan Badak, yang merupakan salah satu ladang gas terbesar di daerah ini. Akan tetapi karena lokasinya
ditengah
hutan
Kalimantan,
nilai
intensitif
domestik
untuk
mengkomersilkan cadangan ini hanya sedikit. PERTAMINA, dengan dukungan teknis dan komersil dari perusahaan beserta para mitra usahanya, menandatangani kontrak penjualan LNG untuk jangka waktu 20 tahun dengan lima perusahaan gas dan listrik Jepang, dan mendirikan kilang pencairan gas di Bontang, di pantai Kalimantan Timur. Pengapalan gas cair (LNG) dari Badak yang pertama dilaksanakan pada tahun 1977. Saat ini, kilang gas alam cair di Bontang merupakan salah satu yang terbesar di dunia memasok LNG dan LPG kepada para pelanggan di Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Sementara itu Perusahaan terus memainkan peranan penting dalam menumbuhkan bisnis LNG/LPG dengan tetap menyediakan dukungan komersil
kepada PERTAMINA serta dukungan teknis dalam pengoperasian minyak di Bontang. Perusahaan melakukan operasinya dari kantor pusat di Jakarta dan didukung oleh sekitar 1.700 orang karyawan. Lebih dari 470 sumur telah dibor dan menemukan cadangan gas alam sebesar 14 CTF (triliun kaki kubik) serta 457 juta barel cadangan minyak.
2. Bentuk Badan Usaha Perusahaan Perusahaan ini adalah suatu divisi dari suatu perusahaan yang merupakan afiliasi dari beberapa perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota beserta persentase kepemilikan dalam perusahaan disajikan dalam tabel berikut : No
Perusahaan
Persentase (%)
1 Union Texas East Kalimantan, Ltd 26,25 2 Lasmo Sanga-Sanga, Ltd 26,25 3 Virginia Indonesia Company (VICO) 15,625 4 Universe Gas & Oil Company, Inc 4,375 5 Opicoil Houston, Inc 20 Tabel 1. Persentase kepemilikan dalam perusahaan afiliasi VICO Indonesia Dalam operasinya di Indonesia, Perusahaan terikat kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) dengan BP Migas. Pembagian keuntungan bersih perusahaan adalah sebagai berikut: a. Gas
: 70% pemerintah RI, 30% VICO Indonesia.
b. Minyak
: 85% pemerintah RI, 15% VICO Indonesia.
3. Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan VICO Indonesia melewati beberapa tahap. Berikut adalah urutan proses produksi dimulai dari sumur produksi hingga gas dan minyak siap dikirimkan.
Well
Satellite
Separator
Gas
Oil
Water
Dehydrator
Heat Treater
Pollution control
Compessor
Oil
Badan export Manifold
Tank
Water
Water injection
Bontang
Gambar 1. Proses pengolahan gas dan minyak VICO Indonesia. a. Produksi gas Campuran gas dan fluida yang diproduksi dari setiap well dialirkan melalui flowline (pipa produksi) menuju satellit (stasiun pengumpul) untuk mempermudah proses produksi sehingga lebih ekonomis. Dari satellite campuran gas dan fluida tersebut dialirkan ke dalam separator yang berfungsi memisahkan gas, oil/kondensat, dan water. Setelah itu untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan gas, oil/kondensat, dan water harus diproses sebagai berikut : 1) Gas Gas dialirkan ke dalam dehydrator untuk mengurangi cairan yang masih terdapat di dalam gas sehingga gas yang didapat sesuai spesifikasi. Proses yang
terjadi disini hanya pemisahan secara mekanik. Proses pengurangan cairan dengan menggunakan chemical berlangsung di dalam tabung besar atau disebut glycol. Proses ini bertujuan untuk meminimalkan cairan pada gas. 2) Kondensat Kondensat merupakan hasil sampingan dari gas yang mengalami perubahan tekanan dan temperatur dari tinggi menjadi rendah pada saat mengalir dari reservoir gas ke atas (well head). Sedangkan minyak merupakan hasil yang diperoleh dari reservoir minyak dan tidak mengalami perubahan fisik saat diproduksi dari bawah ke atas. Kondensat memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada minyak. Kondensat dan minyak ini dicampurkan lalu dialirkan ke dalam heat treater untuk mengurangi kadar air yang terkandung. Dengan pemanasan ini terjadi pemisahan minyak dengan air yang lebih baik. Selain itu tejadi juga perubahan sebagian minyak menjadi gas sehingga perlu dilakukan kondensasi yang dilakukan pada kondensor. Setelah gas tersebut berubah menjadi minyak kembali maka dialirkan ke dalam pipa yang juga mengalirkan minyak dari heat treater. Minyak ini pada akhirnya dikirim nenuju Tanjung Santan. 3) Air Air merupakan produk yang ikut terbawa dari dalam sumur dan ikut dalam proses produksi untuk dipisahkan dari minyak dan gas. Sebelum dikirim ke water injection well, air harus dikurangi kadar ppm-nya pada pollution control. VICO Indonesia membuang hasil produksi air ke dalam sumur-sumur yang tidak produktif lagi.
b. Produksi minyak mentah Sumur-sumur produksi minyak yang dimiliki VICO Indonesia memiliki lokasi yang berjauhan. Setiap sumur memiliki plant-nya sendiri. Untuk mengefisienkan kegiatan produksi maka minyak dari masing-masing sumur harus dikumpulkan pada suatu tempat pengolahan yaitu Badak plant yang merupakan sentral dari plant. Sumur-sumur yang menghasilkan minyak mentah memiliki tekanan yang berbeda-beda yaitu : 1) Sumur dengan tekanan tinggi (High Pressure): > 850 psi 2) Sumur dengan tekanan sedang (Medium Pressure): 300-800 psi 3) Sumur dengan tekanan rendah (Low Pressure): 200-300 psi Proses pengambilan minyak mentah dari masing-masing sumur dilakukan dua cara. Untuk sumur bertekanan tinggi dan sedang pengambilan minyak mentah dilakukan secara alami, sedangkan untuk sumur bertekanan rendah dilakukan dengan bantun gas lift. Gas lift adalah suatu cara untuk menaikan atau mengambil minyak dari dalam sumur dengan menggunakan gas dari sumur lain. Gas yang bercampur minyak akan menurunkan berat jenis minyak. Gelembung-gelembung gas yang naik kerangkaian pipa akan membantu menaikkan minyak yang lebih kental. Minyak dari sumur dialirkan ke stasiun pengumpul (Manifold) yang dilengkapi dengan production header untuk tekanan tinggi, tekanan sedang, dan tekanan rendah. Minyak yang terkumpul di Manifold diolah dalam separator sehingga fasa minyak, air dan gas dapat terpisah. Sebelum masuk
separator minyak mentah harus di injeksi terlebih dahulu dengan Demulsifier yang berguna untuk mencegah emulsi minyak mentah dengan kondensat dan air. Minyak dari Manifold dialirkan ke separator berdasarkan tekanannya, yaitu minyak dari Manifold tekanan tinggi dialirkan ke separator tekanan tinggi, minyak dari Manifold tekanan sedang dialirkan ke separator tekanan sedang, dan minyak dari Manifold tekanan redang dialirkan ke separator tekanan rendah. Separator ini akan memisahkan fasa minyak, air dan gas. Gas yang terpisah akan akan dialirkan ke glycol contacor sedangkan fasa minyak dan air dialirkan ke Chemical Electric Heater untuk diproses lebih lanjut. Chemical Electric Heater merupakan alat yang berfungsi untuk memecah emulsi yang stabil dengan menginjeksikan kimia ke emulsi sebelum masuk ke alat berikutnya. Pada alat ini minyak dipansakan sampai 160
0
F yang
menyebabkan butiran air bergerak lebih cepat sehingga mempercepat proses pemisahaan minyak dengan air. Minyak yang di hasilkan dari proses ini kemudian dialirkan ke Degassing Boot sedangkan air hasil pemisahan dialirkan ke tangki pencuci (Gun Barrel). Degassing Boot adalah bejana tegak yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari gas yang masih tersisa. Gas hasil pemisahaan ini kemudian dialirkan ketempat pembakaran (Flare) sedangkan minyak atau kondensat ditampung di tangki penampung. Minyak mentah yang telah melewati Degassing Boot diharapakan hanya mengandung sedikit gas. Untuk menghasilkan minyak yang memenuhi standar, minyak dan kondensat
dicampur di dalam tangki pencampur. Campuran minyak dan kondensat yang telah memenuhi standar kemudian dialirakan ke terminal Tanjung Santan. Proses pemisahan minyak di Badak oil plant pada prinsipnya terdiri dari dua peralatan utama yaitu fasilitas pemisahan dan pemurnian minyak. Pemisahan dan pemurnian ini dilakukan dengan separator. Limbah yang dihasilkan dari proses ini adalah air produksi yang kemudian di alirkan ke polution control. Gas kering dari glycol contactor kemudian dialirkan ke kompresor. Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan gas yang dikirim ke Bontang atau gas yang digunakan untuk injeksi sumur (gas lift). Selain itu juga, kompresor in digunakan untuk menaikkan tekanan yang digunakan sebagai sember energi turbin untuk menghasilkan listrik bagi kepentingan seluruh karyawan lapangan Badak. c. Transportasi minyak dan gas Minyak dan gas dari masing-masing sumur dikumpulkan pada suatu tempat penampungan sementara yaitu satellite. Dari masing-masing satellite minyak dan gas dikumpulkan ke satellite sentral kemudian dikirim ke plant. Minyak yang terkumpul kemudian dikirim ke Santan melalui jalur pipa. Terdapat 3 istilah untuk jalur pipa yaitu : 1) Flowlines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari sumur ke satellit. 2) Trunklines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari satellit ke plant.
3) Pipelines, yaitu pipa untuk mengalirkan minyak dan gas dari plant ke central plant. Minyak mentah dari lapangan Badak dikirim ke Santan untuk diolah lebih lanjut melalui pipa 10” dan 12”. Sedangkan gas dari central plant Badak dikirim ke Bontang melalui 4 jalur pipa yaitu pipa 36”,36”F, 42”, dan 42”H. Pipa-pipa di VICO Indonesia menggunakan color code untuk mengetahui isi dari pipa. Color code adalah pemberian lapisan warna pada bagian luar pipa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah bilamana terjadi kebocoran, maka akan cepat diketahui pipa mana yang harus ditangani. Berdasakan color code, pipa terbagi menjadi: 1) Pipa merah untuk fire water 2) Pipa kuning untuk produk gas 3) Pipa hijau untuk crude oil 4) Pipa abu-abu untuk produk glycol 5) Pipa biru untuk produk air. Jalur pipa berada underground (bawah tanah), khususnya pipelines pada kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sedangkan pemasangan flowlines diusahakan melalui tempat yang mudah dijangkau dan dipasang di atas suatu support agar tidak cepat terkorosi.
4. Lokasi dan tata letak Lokasi VICO Indonesia adalah sekitar delta sungai Mahakam, pantai timur Kalimantan, tempatnya antara pertemuan muara sungai Mahakam dengan laut
sekitar makasar. Terletak kurang lebih 80 mil di sebelah timur laut Balikpapan dan 30 mil di sebelah timur Samarinda yang meliputi area seluas 12.617 km2. Secara geografis lapangan operasi VICO Indonesia terletak pada ketinggian 52,22 m diatas permukaan laut.
Gambar 2. Peta wilayah operasional VICO Indonesia. 5. Sistem organisasi dan manajemen a. Sistem Organisasi VICO Indonesia VICO Indonesia memiliki arti tersendiri yang menggambarkan cara kerja Perusahaan itu sendiri, yakni : 1) Vision (Visi) a) Proactive (Proaktif) b) Search for news option (Mencari peluang baru)
c) Take for action (Mengambil langkah cepat dan tepat) 2) Integrity (Integritas) a) Open and Honest (Transparan) b) Etnical (Sikap/perilaku etis) c) Mutual respect and team work (Saling menghargai dan bekerja sama) 3) Commitment (Komitmen) a) Trustworthy (Dipercaya) b) Reliable (Diandalkan) c) Accountable (Bertanggung jawab)
b. Visi dan misi perusahaan 1) Visi Diakui secara internasional sebagai perusahaan energi yang dapat diandalkan, dinamis, dan kompetitif untuk kemakmuran para pekerja, masyarakat, pemegang saham dan Pemerintah Indonesia dengan tetap mempertahankan keunggulan dibidang operasi dan HSE (Health, Safety, Environtment). 2) Misi
Perusahaan akan mengembangkan, menghasilkan dan mengirimkan gas dan minyak bumi dari Kalimantan Timur dengan cara yang dapat diandalkan untuk kemakmuran bagi Indonesia dan pemegang saham melalui: a) Penerapan Teknologi yang tepat guna dan standar HSE Internasional yang tertinggi. b) Melaksanakan
efektifitas
biaya
melalui
perbaikan
yang
berkesinambungan di segala proses bisnis. c) Menciptakan lingkungan kerja yang terbaik bagi para professional untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. d) Meningkatkan kwalitas hidup bagi semua pihak yang terkait, termasuk masyarakat sekitarnya. VICO Indonesia mempunyai semboyan yaitu “Living in Harmoni, Working Dynamically” (Hidup dengan Harmonis, Bekerja dengan Dinamis). Semboyan ini terapkan dalam pekerjaan sehari-hari sehingga tercipta suasana kerja yang dinamis dan akhirnya tujuan perusahaan tercapai dengan maksimal.
c. Susunan organisasi VICO Indonesia
VICO Organization VIC President &
Bad ak Supply Chain
Nila m
Muti ara
Operate and Corporate Provide services
Sembe rah HR & Servic
Gambar 3. Struktur organisasi VICO Indonesia.
6. Fasilitas kesejahteraan Fasilitas kesejahteraan yang disediakan di VICO Indonesia antara lain a) Tempat tinggal VICO Indonesia menyediakan mess/tempat tinggal sementara bagi karyawan yang berlokasi di badak camp. b) Sarana kesehatan Klinik umum, poli jantung, poli gigi, laboratorium dan klinik darurat yang terletak di lapangan badak sebagai sarana pertolongan pertama pada kecelakaan kerja. c) Olahraga VICO Indonesia menyediakan Sport Hall yang di dalamnya terdapat lapangan bulutangkis, lapangan badminton, lapangan basket, tempat aerobik, tempat fitnes dengan instrukturnya. d) Recreation hall VICO Indonesia menyediakan tempat hiburan yang di dalamnya terdapat bilyard, snooker, bioskop mini, karaoke, dan tempat untuk mengakses internet.
e) Perlengkapan kerja Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja, pihak VICO Indonesia menyediakan pakaian seragam, sedangkan para pekerja yang terkait langsung dengan operasi, disediakan safety shoes, ear plug, gloves, masker, dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan pinjaman alat pelindung diri sesuai dengan tempat yang tamu kunjungi.
7. Tenaga kerja VICO Indonesia mengklasifikasikan pegawai/tenaga kerja dalam dua kategori dengan, yaitu: a) Pegawai tetap Pegawai tetap adalah mereka yang nama-namanya terdaftar di VICO Indonesia dan dianggap menjadi pegawai tetap dan tidak terikat jangka waktu dalam melaksanakan pekerjaan. b) Pegawai kontrak (contractor) Pegawai kontrak adalah mereka yang terikat jangka waktu kerjanya. Bila masa kontrak habis, pegawai tersebut berhenti bekerja dari Perusahaan. Pegawai kontrak ini disediakan oleh perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga kerja terlatih dalam bidangnya.
B. FAKTOR BAHAYA DAN POTENSI 1. Faktor Bahaya Faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja VICO Indonesia sebagian besar sudah dikendalikan dengan mengadakan pemantauan lingkungan kerja secara teratur dan berkelanjutan, pemantauan tersebut meliputi :
a. Faktor bahaya fisik : 1) Iklim kerja Iklim kerja yang dirasakan cukup panas yaitu di daerah operasi produksi yang meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara, dan Pamaguan pada Unit Filling, Unit Workshop, Unit Boiler, dapur, serta unit Compressor. Namun untuk operator yang berada dalam unit, suhu kabin dibuat senyaman mungkin dengan pemasangan AC (Air Conditioner) di dalam kabin unit masing-masing. Begitu juga pada temperatur ruang kerja untuk area kantor, dilakukan pemasangan AC (Air Conditioner) di setiap ruang kerja sehingga suhu ruangan dapat diatur untuk suhu ideal antara 24-26 0C (Suma’mur, 1996). Standar pemantauan iklim kerja yang dipergunakan VICO Indonesia adalah TLV ACGIH tahun 2008. 2) Kebisingan
Pemaparan kebisingan terdapat di beberapa bagian, diantaranya adalah kebisingan yang ada pada kantor, di area workshop yaitu bagian maintenance, tyre, pit stop section, yaitu bagian whell section, tire, mine support. selain itu juga kebisingan pada unit peralatan berat (heavy equipment). Lokasi pengukuran tingkat kebisingan dibagi sesuai dengan area kerja yang ada di VICO Indonesia meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara, dan Pamaguan. Kebisingan di VICO Indonesia selalu dipantau dengan standar yang dipergunakan berdasarkan Kepmennaker. No KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ditempat kerja dan berdasarkan TLV ACGIH tahun 2007. 3) Penerangan Ruangan-ruangan perkantoran, bengkel, gudang, area pengeboran, dan ruangan-ruangan pendukung lainnya pada siang hari menggunakan penerangan buatan berupa lampu listrik selain penerangan dari alam (sinar matahari). Pemantaun penerangan di VICO Indonesia dilaksanakan berdasar Kepmenkes : 1405/MENKES/SK/XI/02 mengenai Baku mutu Intensitas Cahaya di Ruang kerja, dan berdasarkan Flynn, 1979, Reproduced, with permission, from eastman Kodak Company, Ergonomic Design for People at Work. Vol 1 Liftime lerning Publication 1983. Pengukuran dilakukan secara bertahap dimana pengukuran di setiap area tidak dilakukan dalam waktu yang sama dan diselesaikan dalam kurun waktu 1 tahun yaitu sepanjang tahun 2008.
Lokasi pengukuran pencahayaan dibagi sesuai dengan area kerja yang ada di VICO Indonesia meliputi Badak, Sambera, Nilam, Mutiara dan Pamaguan. 4) Vibrasi Getaran mekanis yang terjadi bersumber dari Compressor, Tempat kemudi kendaraan dan mesin pembangkit listrik di Unit Genset, tetapi untuk semua unit menimbulkan getaran walaupun cuma sedikit. Getaran yang ditimbulkan tidak mengganggu karena waktu papar pekerja tidak lama dan pada tempat duduk kemudi kendaraan bermotor/alat berat sudah di desain untuk mengurangi getaran yang ada. Standar yang dipergunakan di VICO Indonesia adalah TLV ACGIH tahun 2008. b. Faktor bahaya kimia Faktor bahaya kimia yang ada di VICO Indonesia salah satu produk ikutan yang secara alamiah terdapat dalam komposisi gas dan minyak mentah adalah aromatik hidrokarbon yang di dalamnya terkandung benzene, toluene dan xylene (BTX). Pada sumber dan lingkungan kerja, pengukuran dilakukan dengan metode sekali waktu pengukuran (grab sampling) sedangkan pengukuran pada penerima paparan atau dalam hal ini adalah pekerja dengan menggunakan metode pengukuran jangka panjang (long term sampling) yang mengacu pada NIOSH Manual of analytical Methods. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sample udara dengan beberapa peralatan dan analisa hasil sampel dilakukan di laboratorium yang telah ditunjuk, dalam hal ini adalah PT ALS Laboratory yang berada di Bogor.
2. Potensi Bahaya Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja VICO Indonesia.
a. Kebakaran VICO Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas bumi dimana minyak dan gas bumi dihasilkan dari ratusan sumur yang ada di beberapa lapangan yaitu lapangan Badak, Nilam, Sambera, Mutiara, dan Pamaguan. Selain itu hasil produksinya juga merupakan bahan yang mudah terbakar. Potensi bahaya kebakaran juga dapat berasal dari penggunaan energi listrik bertegangan tinggi pada unit penyediaan energi dan unit penyimpanan bahan dan hasil produksi. b. Peledakan Penggunaan boiler pada unit produksi panas dan penyediaan bahan bakar di VICO Indonesia berpotensi menimbulkan bahaya peledakan. Di tambah lagi terlibatnya bahan kimia yang dapat meledak pada konsentrasi tertentu, dan adanya gas-gas serta adanya penggunaan mesin dengan tekanan yang tinggi yang dapat meningkatkan potensi terjadinya peledakan. c. Bahaya dari peralatan proses produksi Dalam kegiatan pengoperasiannya maka VICO Indonesia terdiri dari unit-unit proses dan sarana penunjang lainnya. Setiap unit proses maupun sarana penunjang terdiri dari berbagai rangkaian tangki pemprosesan sesuai
dengan bahan yang diolah dalam tangki tersebut, sedangkan pada sarana penunjang (utilitis) terdiri dari pembangkit tenaga listrik, steam generator, Cooling Water System, Compressor, Unit Pengolahan Air. Hampir semua kegiatan pada unit-unit proses maupun sarana penunjang mengandung resiko bahaya seperti kebakaran, peledakan maupun kecelakaan kerja. Beberapa potensi bahaya yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah sebagai berikut : 1) Potensi bahaya fisik a) Hampir semua produksi memiliki faktor bahaya kebisingan. b) Udara sekitar yang panas, apalagi di dekat dapur pembakar, di beberapa tempat suhu kerja panas (furnace, pipa steam, dapur). c) Adanya pekerjaan di ketinggian yang mempunyai resiko terjatuh atau peralatan kerja yang jatuh dan mengenai pekerja di bawahnya. d) Terjatuh kedalam lubang galian. 2) Potensi bahaya mekanikal Dalam proses produksi di gunakan mesin-mesin produksi yang dalam pengoperasiannya memiliki potensi bahaya tertentu. Sebagian besar pengoperasian mesin dilakukan melalui control room, sehingga terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa karyawan dapat diminimalkan. 3) Potensi bahaya listrik Bahaya listrik yaitu bahaya akibat tersengat aliran listrik pada saat sedang melakukan perbaikan atau penggunaan alat-alat kerja yang berhubungan dengan sumber tenaga listrik.
4) Potensi bahaya kimia a) Terpapar bahan kimia (menghirup gas/ uap aromatik hidrokarbon) pada saat sedang melakukan proses produksi dan pengolahan limbah perminyakan. b) Kekurangan oksigen pada saat melakukan pekerjaan pembersihan (cleanning) pada ruang tertutup, misalnya dalam vessel, tangki minyak. c) Menghirup gas yang berasal dari thinner/cat pada saat sedang melakukan pekerjaan pengecatan pipa, furnace, stack.
C. SISTEM MANAJEMEN K3 1. Bentuk Unit yang Menangani K3 Suatu sistem manajemen yang menangani K3 adalah HSES (Health, Safety, Environment, and Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President HSES and Operation Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada dibawah pimpinan manager pada masing-masing bidangnya, dapat dilihat dalam bagan organisasi HSES and Operation Integrity pada lampiran. Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada masing-masing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing areanya, dan juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat menimpa pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi resiko dan harus malaksanakan program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masingmasing bagian dari HSES.
Sistem Manajemen HSE Perusahaan dibuat guna menyampaikan resiko yang terkait dengan operasi perusahaan yang mencakup rentangan yang luas dalam aktivitas eksplorasi dan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan resiko tinggi. Sistem ini berisi 22 Elemen utama yang terdiri dari 20 Elemen ISRS (International Safety Rating System) dengan 2 Elemen tambahan dari Perusahaan yaitu Manajemen Resiko dan Manajemen Lingkungan.
2. Dasar Program K3 yang Dijalankan a) Manajemen risiko Merupakan pusat dari aktifitas HSEMS pada perusahaan. Dalam program ini HSE berusaha untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada, mengukur risiko dan menempatkannya di tempat yang dapat dikontrol atau dengan menghilangkan risiko sampai pada batas aman. b) Kepemimpinan dan administrasi Penting bagi suksesnya HSEMS dan Work Program pada perusahaan. Semua manajemen akan berpartisipasi aktif dalam program ini. c) Pelatihan kepemimpinan Semua vice president dan manager akan di bekali training dalam HSEMS dan loss control technic, yang juga akan dilengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan memimpin. Semua Superintendent dan Supervisor juga harus mengikuti training ini. d) Inspeksi dan perawatan yang di rencanakan
Perusahaan melakukan program ini pada semua plan dan fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan operasi perusahaan. e) Analisis dan prosedur tugas kritis Mengidentifikasi semua aktivitas yang berisiko tinggi pada perusahaan. Semua kegiatan yang berisiko akan menjadi subjek dari task risk assesment sebagai dasar dari task analysis procedure. f) Laporan dan investigasi kecelakaan Metode investigasi dan pengukuran dari setiap kejadian, baik sebab langsung ataupun tidak langsung dapat diidentifikasi untuk mengoreksi aktifitas agar tidak terjadi kecelakaan yang terulang. g) Observasi tugas Program ini membantu dalam menetapkan tempat yang cukup aman untuk pelaksanaan kerja atau operasi termasuk didalam TRA atau Task Analysis Program. h) Kesiapan keadaan darurat Dalam program ini perusahaan berusaha menetapkan program pada saat emergency dan persiapan dari kemungkinan bahaya kebakaran di perusahaan dengan tujuan untuk meringankan beban perusahaan jika terjadi kebakaran.
i) Peraturan serta surat ijin kerja Untuk menghindari kecelakaan perusahaan menetapkan adanya peraturan dan sistem ijin kerja pada setiap asset di perusahaan. Selain itu prosedur juga penting untuk mengurangi angka kecelakaan pada resiko tinggi.
j) Analisis kecelakaan dan insiden Untuk mendapatkan laporan dan prosedur investigasi yang baik, penting juga untuk menguji informasi yang diterima sebagai timbal balik positif bagi manajemen perusahaan. k) Pelatihan keahlian dan pengetahuan Termasuk
ke
dalam
pelatihan
bidang
kesehatan,
keselamatan,
dan
perlindungan lingkungan. l) Alat pelindung diri Perusahaan mewajibkan setiap pekerja untuk memakai PPE guna melindungi pekerja dari bahaya kesehatan dan keselamatan yang tidak bisa dihindari. m) Pengendalian higiene kesehatan Semua pekerja diwajibkan mengikuti Medical Check Up adapun waktunya disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bahan yang dipakai dalam bekerja. Perusahaan juga mempunyai program Occupational Health yang menjamin bahwa adanya bahaya dalam semua pelaksanaan operasi di perusahaan sudah dikenali dan dikontrol.
n) Evaluasi sistem Sistem ini penting untuk memeriksa sistem manajemen pada perusahaan untuk menemukan standar yang diinginkan dan diharapkan oleh manajemen. o) Manajemen perubahan rekayasa
Penting untuk mengurangi bahaya pada saat desain mesin dari setiap perubahan yang baru. Penting juga untuk mengidentifikasi bahaya yang ada sebelum terjadi perubahan. p) Komunikasi perorangan Setiap pekerja akan menerima instruksi tentang apa yang harus mereka lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan pekerjaan apa yang harus dikerjakan selanjutnya. q) Komunikasi kelompok Termasuk dalam suatu promosi yang efektif dalam berkomunikasi antara Supervisor dan pekerja. Juga dapat mengembangkan ‘team spirit’ dalam tim kerja. r) Promosi umum Perilaku pekerja bisa menjadi pengaruh yang positif dan negatif bagi promosi HSE di perusahaan. s) Penerimaan pegawai dan penempatan Perusahaan menyadari bahwa suksesnya perusahaan tergantung dari kualitas pekerjanya. Hiring and Placement yang baik adalah bagian yang penting dari suatu manajemen yang baik. t) Manajemen material dan jasa Prosedur
material
dan
procurement
menyediakan
kesempatan
memperkenalkan standar HSE ke dalam proses procurement. u) Keselamatan di luar pekerjaan
untuk
Perusahaan bertanggung jawab untuk melindungi pekerja dan keluarganya, untuk menjamin bahwa mereka aman setiap saat. v) Manajemen lingkungan Untuk
mengidentifikasi
bahwa
perusahaan
mempunyai
manajemen
lingkungan, yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah. Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan dengan aman, tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan. Untuk mencapai komitmen tersebut, perusahaan akan terus mengamalkan Sistem Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (HSEMS) yang telah terbentuk, yang mencakup tujuan-tujuan utama sebagai berikut : 1. Tanggung jawab manajemen lini, ketaatan, dan peningkatan berkesinambungan. 2. Analisis resiko. 3. Tanggung jawab individu. 4. Pelaporan atau penyelidikan kecelakaan/insiden. 5. Komunikasi dan quality assurance. 6. Pengelolaan lingkungan. 7. Manajemen kontraktor. 8. Sumber daya, keahlian dan pelatihan. Pada perusahaan terdapat filosofi dan standar kerja yang harus menjadi pedoman dalam bekerja bagi karyawan perusahaan dan karyawan mitra kerja, yaitu ; 1. Three Safety Golden Rules a. Rencanakan terlebih dahulu (Think first). Perhitungan resiko dan rencana kerja yang rinci sebelum pekerjaan dimulai akan membantu memilih PPE yang
benar dan memastikan penyelesaian pekerjaan yang aman, tepat waktu dan hemat. b. Hentikan setiap saat (Stop immediately). Keputusan untuk menghentikan setiap pekerjaan yang membahayakan didukung oleh semua manajer. c. Laporkan segera (Report immediately). Melaporkan semua accident dan incident/near miss berarti menyelamatkan jiwa, sedang menyembunyikan akan berakibat hukuman. 2. Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja a. Izin bekerja Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah, dimana kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, di kedalaman dua meter atau pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai ijin terlebih dahulu.
b. Bekerja pada ketinggian Dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian dua meter (6 kaki) pekerjaan tidak dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan persyaratan keselamatan yang diharuskan, pekerja tidak boleh menciptakan suasana yang membahayakan orang-orang dibawah karena jatuhnya obyek dan material, jangan membiarkan perkakas berserakan dan memakai PPE dengan lengkap. c. Isolasi energi
Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku. d. Keselamatan kendaraan Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan layak pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas, sabuk pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau radio. e. Perubahan tanah Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku. f. Izin masuk ruang tertutup/terbatas Harus memiliki izin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan persyaratan keselamatan yang diharuskan. g. Operasi pengangkatan Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya tidak dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku. h. Manajemen perubahan Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk, material, bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak boleh dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat.
3. Tujuan Unit K3 Perusahaan dikenal mempunyai HSE yang bagus dan juga memiliki kebijakan untuk menjadi ‘tetangga yang baik’ dengan masyarakat sekitar. Hal tersebut menjadi hal yang sangat kritis dalam meraih bisnis yang sukses dan untuk dapat meraih misi perusahaan. Hal yang harus dicapai demi tercapainya tujuan tersebut: a. Tidak adanya kecelakaan yang terjadi. b. Tidak ada hal apapun yang berbahaya bagi manusia. c. Tidak merusak lingkungan. d. Bergotong royong. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan menempatkan beberapa organisasi untuk mendukung HSE Management System, antara lain : a. Kebijakan HSE yang berupa pernyataan untuk mengidentifikasi sistem. b. Komitmen dari line management untuk melakukan pelaksanaannya.
4. Susunan Organisasi HSE dan Tanggung Jawabnya 1) President and CEO Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua kegiatan dalam perusahaan patut mendapat perhatian dalam hal HSE, sebagai pelaksana dari kebijakan HSE Management System. 2) Badak asset vice president Bertanggung jawab dalam pelaksanaan dari HSE Management System dan HSE Work Program untuk semua operasi perusahaan di Kalimantan Timur, serta
bertanggung jawab pada Emergency Preparadness dan Crisis Management dalam perusahaan. 3) All asset vice president Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dan HSE Work Program pada masing-masing asset. 4) Vice president HSES and operation integrity a) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dalam semua aktivitas di perusahaan. b) Bertanggung jawab untuk menjamin Operational Integrity untuk semua plant dan peralatan yang digunakan dalam operasi perusahaan. c) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan monitor dan audit yang dilaksanakan secara regular di HSE perusahaan berdasarkan program yang disetujui oleh President dan CEO dan HSE Executive Commitee perusahaan. 5) Human resources and services vice president a) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System dan HSE Work Program yang diaplikasikan pada Head Office perusahaan yaitu di Jakarta. Dalam hal ini dia didukung oleh HSE Program Coordinator. b) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan HSE Management System yang dilaksanakan pada semua aktivitas di perusahaan, termasuk : Human Resources, Training, Health Service dan Information System 6) Technical support vice president
a) Bertanggung jawab dalam HSE Management System khusus untuk Support Service dalam hal Engineering dan Technical Support, termasuk didalamnya adalah pengeboran, konstruksi, dan project engineering. b) Bertanggung jawab dalam engineering code and standard (VES) pada perusahaan dalam melaksanakan 14 Engineering and Change Management. 7) Safety manajer a) Bertanggung jawab dalam Safety Department yang dilengkapi dengan technical support, dan juga berperan sebagai pimpinan dalam semua aktivitas safety. b) Bertanggung jawab dalam pengenalan dan promosi bila ada ide baru dalam technic design untuk mewujudkan norma safety ditempat kerja. 8) Medical officer chief Bertanggung jawab dalam Medical dan Occupational Health and Hygiene Services untuk perusahaan. 9) Field health and medical services manager Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Occupational and Hygiene pada perusahaan dan juga dalam permasalahan medis dilapangan bagi semua karyawan. 10) Environmental protection manager Bertanggung jawab dalam pelaksanaan Environmental Management System termasuk mempertahankan pelaksanaan ISO 14001. 11) All employees
Setiap pekerja diharuskan atau wajib bersikap aktif dalam pelaksanaan HSE Management System.
5. HSE Management System Basic Structure HSE Policy Statement (President and CEO)
Indonesia Legislation
Company & Industry Codes & Standard
HSE Management System HSE Management System Reference Manual 22 Element-Standards & Procedures
Environmental Management System Contained in 3 EMS Manual (For ISO 14001 Certification)
Occupational Health & Hygiene Management System Occupational Health & Hygiene Practice Manual (Meets Best OH&IH Standards Practice)
Gambar 4. Struktur organisasi HSE
D. PELAYANAN KESEHATAN KERJA Pelayanan kesehatan di VICO Indonesia ini bertujuan untuk memantau kesehatan tenaga kerjanya agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi. Pelayanan kesehatan yang diberikan bukan hanya untuk karyawan saja tapi juga kepada pihak ketiga/kontraktor serta untuk keluarga karyawan. Pelayanan kesehatan di VICO Indonesia ini tidak terbatas pada pelayanan umum saja melainkan adanya pelayanan poli jantung, poli gigi dan MCU. Pelayanan kesehatan untuk rumah sakit rujukan yang ada di kalimantan timur adalah rumah sakit umum Samarinda dan rumah sakit islam Dirgahayu. Upaya pelayanan kesehatan untuk pekerja yang dilaksanakan oleh VICO Indonesia adalah melalui Field Health and Medical Services Departement Field health and medical services department merupakan departemen yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Adanya departemen ini bertujuan untuk menurunkan angka mordibitas atau penyakit, menurunkan angka absentisme, mencegah penyakit akibat kerja dan mengurangi Claim karena penyakit akibat kerja. Oleh karena itu departemen ini terbagi kedalam 5 bagian atau seksi , antara lain: 1. Promotive and Preventive
Misi utama dari seksi promotive and rehabilitative adalah mencegah, menjaga, mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan karyawan sebanyak mungkin, sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas. Usaha untuk mencapai taraf kesehatan karyawan sebaik mungkin dilakukan antara lain melalui metode pencegahan dan promosi kesehatan (preventif & promotive), disamping metode-metode yang lain. Upaya yang dilakukan seksi preventive & promotive antara lain : a. Kampanye pola hidup sehat b. Pencegahan penyakit menular c. Pencegahan penyakit khronis dan degenerasi d. Pendidikan kesehatan e. Promosi kesehatan f. Informasi kesehatan. Upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, terutama ditujukan kepada pencegahan penyakit menular dan pencegahan penyakit khronis maupun degenerative dengan menerapkan beberapa metode. Metode-metode yang dilaksanakan antara lain : a. Penangan limbah B3 b. Pest control c. Penyediaan kotak P3K d. Senam kebugaran e. Fitness f. Inspeksi sanitasi dan Higiene
g. Promosi kesehatan, meliputi : pemasangan poster, pendistribusian leaflet, training, serta ceramah-ceramah tentang kesehatan, dan lain sebagainya. 2. Curative and Rehabilitative Tujuan seksi ini adalah melakukan tindakan pengobatan (curative) terhadap penyakit-penyakit dan atau kecelakaan yang timbul, baik terhadap karyawan maupun keluarganya. Pelayanan-pelayanan yang dilakukan pada bagian curative and rehabilitatitive adalah : a. Pelayanan pengobatan umum, b. Kasus gawat darurat (emergency), c. Chronic Desease Control (CDC), d. Case management, e. Pelayanan kesehatan gigi, f. Klinik Jantung (tread mill), g. Pelayanan laboratorium, h. X – Ray dan audiogram.
3. Occupational Health and Industrial Hygiene Merupakan bagian penting dari Health program yang tujuannya adalah mencegah timbulnya penyakit terutama penyakit akibat kerja. Seksi ini melakukan identifikasi dan monitoring terhadap bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga bahaya-bahaya tersebut tidak menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja pada seluruh karyawan.
Seksi-seksi dari occupational health and industrial hygiene antara lain : a. Kesehatan kerja (occupational health) : Bagian ini berfungsi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan terjadwal untuk mengetahui kondisi kesehatan para karyawan, yaitu dengan melakukan Medical Check Up. b. Higiene industri (industrial hygiene) Bagian ini berfungsi untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja dan melakukan langkah pengendaliannya. Hazard : Potensi untuk menjadikan suatu kondisi kearah lebih serius Risk
: Hazard yang menjadi kenyataan
Accident : Risk yang menjadi kenyataan c. Occupational health hazard Bagian inni berfungsi untuk mengidentifikasi biological hazard (parasit, ular kobra, lebah, dan hewan–hewan lain), physical hazard (noise, vibrasi, illuminasi), chemical hazard (BTX, zat-zat kimia lain), ergonomic hazard (kesesuaian alat kerja dengan pekerja), dan psychososial hazard. Hazardhazard tersebut diupayakan untuk dicegah (Peventif) oleh bagian atau seksi Occupational Health and Industrial Hygiene agar para pekerja tidak mengalami penyakit akibat kerja (Occupational Health), misalnya dengan melakukan kegiatan monitoring terhadap bahaya-bahaya yang ada dan menentukan langkah pengendaliannya.
4. Administrasi kesehatan (health administrator) Merupakan tulang punggung seluruh aktifitas Field Health and Medical Services, kegiatannya antara lain : a. Menyusun budget dan revisinya. b. Menyusun jadwal kerja karyawan field health and medical services departement. c. Melakukan pencatatan mengenai data kesakitan, kematian, incident dan kecelakaan kerja. d. Membuat laporan kegiatan field health and medical services departement. e. Menyiapkan dan membuat kontrak.
5. Health Benefit Bagian ini berfungsi untuk mengatur mekanisme pelaksanaan ketentuan dan peraturan kesehatan bagi para karyawan, yang dilaksanakan oleh departemen field health and medical services departement. Kegiatan atau tugas dari bagian Health Benefit adalah : a. Mengatur petunjuk pelaksanaan peraturan kesehatan. b. Menyiapkan kartu pengenal berobat untuk bekerjasama dengan bagian Kuratif dan Rehabilitatif. c. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap pelaksanaan field health and medical services departement. d. Melakukan revisi.
e. Evaluasi dan meninjau ulang pelaksanaan field health and medical services departement.
E. Higiene Perusahaan dan Gizi Kerja Pemantauan hygiene meliputi : pemeriksaan air minum, sanitasi air, sistem pembuangan air limbah (waste), pemeriksaan fasilitas kantin, pemeriksaan makanan, penjamah makanan, kebersihan kantin dan kebersihan ruangan kamar camp. Pemantauan diperlukan sebagai langkah preventive/mencegah terjadinya kejadian keracunan makanan, penyakit/alergi terhadap makanan tertentu VICO Indonesia melalui Departemen K3 (HSE Department) telah melakukan inspeksi rutin yang diadakan setiap 1 bulan sekali. Penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari di area badak berasal dari hasil pemompaan air sumur yang kemudian air tersebut telah di olah dengan teknologi water treatment. Untuk mengontrol kualitas air VICO Indonesia melakukan pengontrolan setiap bulan oleh team preventif and promotif dengan memakai standar PerMenKes No. 907 tahun 2002. VICO Indonesia menyediakan makan selama seluruh pekerja berada di asrama dan pada waktu istirahat dari makan pagi sampai makan malam disediakan di resst hall. VICO Indonesia juga menggalakkan program Gerakan Hidup Sehat dengan berbagai kegiatan seperti : 1. Motivasi hidup sehat terhadap pekerja, 2. Kegiatan contoh hidup sehat,
3. Menggalakkan olah raga secara teratur bagi pekerja yaitu menyediakan berbagai fasilitas olah raga untuk pekerja dari perusahaan, 4. Imbauan untuk tidak merokok, 5. Imbauan untuk makan yang teratur dan seimbang. Larangan untuk tidak merokok selalu digalakkan baik berupa Imbauan melalui poster ataupun melalui penyuluhan-penyuluhan.
F. Ergonomi Untuk menghindarkan Penyakit Akibat Kerja dilakukan penyesuaian mesinmesin dan peralatan kerja terhadap tenaga kerja menurut dasar-dasar hukum kerja. Untuk itu VICO Indonesia memeperhatikan masalah diantaranya: 1. Sikap Kerja Sikap kerja yang banyak dilakukan oleh karyawan VICO Indonesia adalah sikap kerja duduk. Karena mesin-mesin produksi dijalankan melalui panel-panel kontrol. Jadi untuk pekerjaan berdiri atau berjalan hanya dilakukan pada saat melakukan pengecekan ke lapangan dan juga pada saat melakukan pekerjaan perbaikan mesin-mesin. Untuk tempat duduk atau kursi kerja dapat dinaik turunkan sesuai tinggi badan pemakai, sandaran dada sudah disesuaikan, dilengkapi dengan sandaran tangan serta roda pada kaki kursi, sehingga mudah untuk berpindah posisi dan menjangkau benda yang letaknya jauh.
2. Tata Letak
Tata letak diatur sesuai dengan bentuk tubuh pekerja untuk membuat tenaga kerja bekerja secara nyaman dan ergonomis sehingga terhindar dari Penyakit Akibat Kerja serta dapat mengurangi kelelahan. Tata letak yang diperhatikan antara lain: a. Kontrol panel Panel yang digunakan untuk mesin produksi, semuanya dibuat dengan menyesuaikan tinggi badan rata-rata orang Indonesia. Dalam hal pembuatanya telah diperhitungkan dengan anthropometri orang Indonesia pada umumnya, sehingga pada saat melakukan pekerjaan tenaga kerja tidak melakukan gerakan yang berlebih dan upaya-upaya yang tidak perlu. b. Meja kerja Untuk meja kerja dibuat rata-rata sesuai tinggi siku tenaga kerja pada saat duduk dan tempat duduk dapat di atur berdasar tinggi seseorang.
G. Pengelolaan Lingkungan Sistem pengelolaan lingkungan perusahaan VICO Indonesia sesuai dengan prosedur lingkungan, yaitu : 1. Rencana dan standar pengelolaan lingkungan, 2. Penyaringan lingkungan, 3. Penilaian lingkungan, 4. Survey rona awal lingkungan, 5. Pengelolaan limbah, 6. Pemantauan lingkungan,
7. Inspeksi dan audit lingkungan, 8. Perencanaan dan penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak, 9. Pembersihan, pemulihan dan rehabilitasi lokal, 10. Dokumentasi dan pelaporan lingkungan, 11. Pengelolaan masalah sosial. Kebijakan Lingkungan Perusahaan terpadu dengan kebijakan HSE, dimana memiliki komitmen guna melaksanakan semua aktivitas dengan aman serta tanpa cidera terhadap manusia dan lingkungan dengan membuat dan mempertahankan Sistim Pengelolaan Lingkungan Perusahaan sesuai dengan International Standard ISO 14001. Strategi pengolahan limbah yang efektif diadopsi oleh perusahaan meliputi tiga komponen kunci yaitu : reduce, reuse, dan recycle. Jenis limbah yang dihasilkan oleh perusahaan adalah : 1. Limbah domestik, 2. Limbah biomedis, 3. Limbah yang tercemar oleh minyak (sludge dan limbah cair), 4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), 5. Material scrap (potongan besi) dan limbah B3 (plastik tebal, karet), Limbah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas VICO Indonesia di pisahkan menjadi empat kategori dan pemisahannya berdasarkan warna tempat pembuangan, antara lain : 1. Limbah organik
: hijau
2. Limbah anorganik
: kuning
3. Limbah metal
: merah
4. Limbah B3
: hitam
Limbah yang bersal dari proses kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi ada di VICO Indonesia sebelum di buang ke lingkungan sekitar terlebih dahulu dilakukan pengolahan limbah, meliputi ; 1. Prosedur pengolahan limbah a. Limbah yang terkontaminasi/tercemar oleh minyak, seperti produce water dan lube oil dikumpulkan dan diproses / diolah di pollution control untuk dipisahkan dengan air yang tercampur. Sludge yang dihasilkan dari aktifitas operasi dikumpulkan dalam tangki pengumpul untuk dipisahkan dengan minyak yang tercampur didalamnya dan oil water di angkut ke pollution control sedangkan sludge-nya diproses dengan tehnik bioremediasi. Drilling Cutting dan Contaminated soil diolah dengan menggunakan teknik Bioremediasi. b. Material scrap dan limbah non B3, diangkut ke nilam pipe yard untuk Badak, Nilam, dan Samberah dan ke Gelondrong Junk untuk Mutiara, yang kemudian dibawa dan diperiksa oleh BP Migas dan dilelang. c. Limbah B3, dikemas secara tertutup dan diberi label dengan jelas lalu dibawa ke nilam pipe yard sebagai tempat penyimpanan sementara untuk Badak, Nilam, Samberah dan Mutiara Central Plant Yard untuk mutiara yang kemudian dibawa oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri). d. Limbah biomedis, seperti limbah cair dibawa ke sewage treatment plant. Limbah padat dikumpulkan dan dikemas kemudian diberi label dan disimpan
ditempat yang telah ditentukan diklinik Badak yang selanjutnya dikirim ke Incenerator Bontang setiap 3 minggu. e. Limbah domestik, seperti limbah cair dialirkan dan dikelola di unit-unit sewage treatment dan septic tank yang kemudian dialirkan ke lingkungan. Limbah padat pengelolaannya ditangani oleh operation support departement. 2. Penyimpanan Kemasan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Penyimpanan kemasan limbah bahan berbahaya beracun bertujuan untuk melindungi para pekerja dan lingkungan disekitar perusahaan dari bahaya akibat tumpahan atau kebocoran limbah bahan berbahaya beracun (B3). Dengan cara : a. Penyimpanan kemasan harus dikelompokkan dengan sistem blok, jumlah disesuaikan dengan jenis dan banyaknya limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang dihasilkan disetiap area / lokasi kerja. b. Untuk pemeriksaan dan penanganan jika terjadi kebocoran, maka antar blok harus dibuat jarak minimal 1 meter. c. Semua kemasan limbah bahan berbahaya beracun (B3) harus tersimpan dalam penampungan sekunder untuk menghindari kebocoran yang dapat langsung mencemari lingkungan. d. Tempat penyimpanan kemasan limbah bahan berbahaya beracun (B3) harus dilengkapi dengan atap penutup/kanopi, untuk menghindari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara langsung e. Setiap Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus dilengkapi dengan eye/hand wash facilities.
f. Untuk memudahkan pengontrolan, maka jumlah Tempat Pembuangan Sampah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus sedikit mungkin dan fungsinya harus dioptimalkan. Penentuan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) harus dikonsultasikan dengan safety and environmental department. 3. Kebijakan Drum Kebijakan drum dilakukan untuk mengurangi resiko kesehatan dan lingkungan yang akan timbul akibat banyaknya pemanfaatan kembali drum-drum bekas oleh masyarakat sekitar. Kebijakan drum ada 3, antara lain : a. Drumless, yaitu menghindari penggunaan banyak drum dengan mengorder bahan-bahan cair yang dipakai dalam kegiatan perusahaan dengan sistem tangki yang bisa diisi kembali. b. Drum reuse, yaitu drum bekas yang dipakai untuk bahan padat atau cair, baik baru maupun limbah, dalam perusahaan harus diberi label dan yang bertanggung jawab atas bahan atau limbah tersebut, pastikan drum dalam kondisi baik dan tidak menimbulkan bahaya kesehatan. c. Records and documentation, setiap area authorities agar mencatatat pemakaian maupun pembuangan drum sebagaimana mestinya, dan harus diperbaharui serta di dokumentasikan.
H. Emergency Response Keadaan darurat di VICO Indonesia akan terkendali dengan mulainya terdengar suara sirine yang ada di area VICO Indonesia.
Ketika terjadi keadaan darurat, maka sirine akan berbunyi (sirine terputus-putus setiap lima detik). Setiap orang harus berkumpul di tempat berkumpul yang telah ditetapkan dan melapor ke petugas yang ditunjuk untuk menghitung karyawan di tempat berkumpul. Jika evakuasi diperlukan, perusahaan berhak untuk mengarahkan dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang ada. Jika tindakan medis darurat diperlukan, maka perusahaan berhak untuk mengarahkan dan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang tersedia dengan biaya yang sesuai. Perusahaan dapat menerapkan back charge atau pemotongan tagihan yang timbul sebagai akibat biaya penanganan. Klasifikasi sirine tanda keadaan darurat. 1. Keadaan darurat di plant : sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam kebakaran (badak, saliki, nilam, dan Pamaguan) akan berbunyi terputus-putus selama sepuluh detik dan jeda lima detik. 2. Evakuasi plant ; sirine listrik dan sirine yang berada di stasiun pemadam kebakaran akan berbunyi terputus-putus selama tiga puluh detik dan jeda lima detik. 3. Keadaan darurat besar di luar plant ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di stasiun pemadam kebakaran (sumur, kampung) akan berbunyi terputus-putus selama lima detik dan jeda lima detik. 4. Keadaan darurat selesai (all clear) ; sirine listrik dan sirine yang berlokasi di stasiun pemadam kebakaran akan berbunyi tanpa henti selama lima belas detik.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Potensi Bahaya VICO Indonesia telah melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
potensi bahaya yang ada ditempat kerja. Seperti : kebakaran,
peledakan, kebocoran bahan kimia serta kondisi dan tindakan yang tidak aman dengan menyediakan alat pemadam kebakaran, pengamanan tempat - tempat penyimpanan bahan kimia mudah terbakar dan meledak, pengamanan pada mesin, dan pengamanan pada tenaga kerja dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi. Hal ini telah sesuai dengan Undang - Undang
No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 yang mengatur tentang syarat syarat keselamatan kerja dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya kebakaran dan peledakan. VICO Indonesia juga telah membentuk tim pemadam dan penanggulangan kebakaran, yang melibatkan dari berbagai unsur, baik karyawan shift maupun non shift. Tim ini telah melakukan pelatihan secara terprogram, berkesinambungan dan bertahap yang terkoordinasi dari bagian Safety. Setiap shift ada tim yang selalu siap selama 24 jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186/MEN/1996 tentang Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, yang menyebutkan bahwa harus diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam termasuk hari libur, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan peralatan seperti : Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang terpasang tiap jarak 15 meter di area produksi, hidrant pada tempat-tempat tertentu yang memiliki resiko kebakaran seperti tempat tempat penyimpanan bahan baku, bahan kimia dan control room. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. 04/MEN/1980 tentang Alat Pemadam Api Ringan. Terhadap potensi bahaya lain yaitu kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman. Dalam mengantisipasi kondisi berbahaya perusahaan telah melakukan inspeksi secara rutin yang dilakukan oleh Safety Inspector. Inspeksi dilaksanakan dengan menggunakan Check List dan hasil inspeksi dibawa dalam rapat manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan. Kemudian dilakukan evaluasi atas tindakan perbaikan tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Faktor Bahaya 1. Faktor Fisik a. Kebisingan Laporan hasil pengukuran kebisingan yang terdapat pada lampiran 9 menunjukkan adanya beberapa hasil pengukuran yang melebihi nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja yaitu berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN /1999 tentang Nilai Ambang Batas faktor fisik di tempat kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan untuk waktu pemaparan kebisingan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah 85 dBA. Sebagai upaya preventif tentang bahaya kebisingan yang melebihi NAB, topik kebisingan sering dibawakan dalam safety meeting dengan karyawan. Selain itu juga ada pemberian tanda/rambu zona PPE yang memuat kewajiban untuk memakai pelindung telinga di tempat kerja. Untuk tindakan pengendalian pada tenaga kerja yang terpapar kebisingan adalah dengan penyediaan alat pelindung diri yang salah satu contohnya adalah Ear plug telah sesuai dengan UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada BAB X, Kewajiban pengurus pasal 14 ayat c yang bunyinya ”menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petujuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.”
VICO Indonesia melakukan pemantauan kebisingan di tempat kerja Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dan berdasar pada TLV ACGIH tahun 2007 di dalamnya disebutkan bahwa NAB untuk kebisingan adalah 85 dB (A) untuk pekerjaan yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu dimana tenaga kerja tidak mengalami gangguan pendengaran atau penyakit akibat kerja (VICO Indonesia, 2005). Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2008 sampai tanggal 15 Agustus 2008. Dapat diketahui bahwa ruangan yang intensitas kebisingannya tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah di bagian generator DZ – 51279 mutiara 7 boster, control room sambera 13, dan di air instrument and power generator back up C – 6200 c. Untuk mengurangi pemaparan kebisingan pada tenaga kerja, perusahaan telah melakukan rekomendasi herarki pengendalian serta menyediakan alat pelindung diri berupa ear muff dan ear plug secara cuma - cuma kepada pekerja di unit - unit yang intensitas kebisingannya telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Hal ini telah sesuai dengan Ketentuan Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. b. Penerangan Berdasarkan P.M.P. No. 7 tahun 1964 tentang Syarat – syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja, maka pada pasal 14 disebutkan bahwa penerangan di tempat kerja harus memenuhi stadard sebagai berikut :
a) Kadar penerangan di ukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum (+ 1 meter). b) Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux (0,5 ft candles) c) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft candles). d) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar seperti : 1) Mengerjakan bahan-bahan yang kasar. 2) Mengerjakan arang atau batu. 3) Menyisihkan barang-barang yang besar. 4) Mengerjakan bahan tanah atau batu. 5) Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai. 6) Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar harus paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5 ft candles) e) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan barangbarang kecil secara sepintas lalu seperti : 1) Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai (semifinished). 2) Pemasangan yang kasar. 3) Penggilingan padi. 4) Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas.
5) Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan point 4). 6) Kamar mesin dan uap. 7) Alat pengangkut orang dan barang. 8) Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal. 9) Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil. 10) Kakus, tempat mandi dan tempat kencing harus paling sedikit memiliki kekuatan 100 lux (10 ft candles). f) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti seperti : 1) Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar). 2) Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar. 3) Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang. 4) Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda. 5) Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng. 6) Pembungkusan daging. 7) Mengerjakan kayu. 8) Melapis perabot harus paling sedikit mempunyai kekuatan 200 lux (20 ft candles) g) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti dari pada barang-barang kecil dan seperti : 1) Pekerjaan mesin yang teliti. 2) Pemeriksaan yang teliti.
3) Percobaan-percobaan yang teliti dan halus. 4) Pembuatan tepung. 5) Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda. 6) Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux (30 ft candles). Rungan-ruangan perkantoran, Workshop, Warehouse, dan ruangan-ruangan pendukung lainnya pada siang hari menggunakan penerangan buatan berupa lampu listrik selain penerangan dari alam berupa pencahayaan alami dari matahari (Daily Light). Berdasarkan hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 10 menunjukkan adanya penerangan yang sudah sesuai dengan standar dan ada yang belum sesuai dengan standar. Penerangan darurat berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 adalah minimal 5 lux. Dalam hal ini VICO Indonesia hanya menempatkan lampu darurat pada kantor (office) saja. Sedangkan pada barack-barack lain seperti camp dan kantin masih belum tersedia. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 adalah minimal 20 lux. Dalam hal ini semua halaman dan jalan-jalan serta lorong sekitar lingkungan perusahaan sudah memenuhi standar yang ada, hanya ada beberapa tempat saja yang lampunya harus diganti.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja untuk pekerja kantor adalah 300 lux. Untuk penerangan di toilet dan kitchen office berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 adalah 100 lux. Sedangkan dari hasil pengukuran masih banyak yang kurang memenuhi standar tersebut. Untuk penerangan di warehouse berdasarkan PMP No.7 tahun 1964 menyebutkan bahwa untuk tempat penyimpanan barang-barang sedang atau kecil adalah minimal 100 lux dan untuk pekerjaan mesin serta bubut kasar (tempat spare part yang kecil-kecil) adalah minimal 200 lux serta untuk office di warehouse minimal 300 lux. Sedangkan dari hasil pengukuran masih banyak yang tidak sesuai dengan standar tersebut, sehingga perlu adanya penambahan lampu dan mengganti lampu yang sudah rusak atau redup. Penerangan di workshop berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 menyebutkan bahwa pekerjaan mesin dan pemeriksaan yang teliti adalah minimal 300 lux. Dari hasil pengukuran yang kami lakukan hal tersebut sudah banyak yang terpenuhi, hanya ada satu tempat genset yang tidak ada penerangannya. Pada hal pada area tersebut sangat memerlukan penerangan, dimana untuk melakukan pengecakan pada genset. Berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 menyebutkan bahwa untuk penerangan pada kamar mesin dan uap adalah 100 lux.
Jenis Kegiatan Pekerjaan kasar dan
Tingkat Pencahayaan Minimal (LUX) 100
Keterangan Ruang penyimpanan dan ruang
tidak terus menerus Pekerjaan kasar dan terus menerus Pekerjaan rutin
300
Pekerjaan agak halus
500
Pekerjaan halus
1000
Pekerjaan amat halus
200
1500 Tidak menimbulkan bayangan Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Tabel 2. Tabel intensitas cahaya di 1405/MENKES/SK/XI/02.
peralatan / instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Ruangan administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/ penyusun Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pemilihan warna, pemprosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus ruang
kerja
berdasar
Kepmenkes
:
c. Iklim kerja Di VICO Indonesia secara umum kondisi iklim kerja telah baik karena menurut pemantauan saya disini sudah ada ventilasi yang cukup dan dipasang Air Conditioner (AC) pada masing-masing ruangan kantor sehingga suhu ruangan dapat diatur untuk kenyamanan. Hal itu saya kemukakan berdasarkan pemantauan saja karena kami tidak melakukan pengukuran dengan alat yang pasti. Dimana untuk suhu yang ideal atau nikmat untuk orang Indonesia adalah 24-26 0C (Suma’mur, 1996). d. Vibrasi
Getaran mekanis/Vibrasi di area kerja VICO Indonesia timbul oleh karena mesin - mesin yang beroperasi di unit - unit kerja. Efek yang dapat ditimbulkan dari getaran mekanis antara lain gangguan kenikmatan kerja, timbulnya kelelahan dan bahaya terhadap kesehatan. Nilai Ambang batas getaran alat kerja yang kontak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja menurut keputusan menteri tenaga kerja No. 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja yaitu 4 m/dt2 untuk pemaparan 4 – 8 jam perhari kerja. Usaha yang telah dilakukan perusahaan untuk meredam getaran pada mesin - mesin yaitu dengan memberikan bantalan peredam pada bagian bawah mesin yang berhubungan dengan lantai untuk mencegah perambatan getaran melalui lantai. Karena tenaga kerja umumnya bekerja berhubungan langsung dengan lantai (berdiri), mereka hanya mencatat data - data ketika mesin beroperasi. Kegiatan tenaga kerja di sekitar mesin kurang dari 4 jam/hari dan selebihnya di ruang operator, sehingga getaran tersebut masih di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan yaitu 6 m/dt2 untuk waktu 2 - 4 jam/hari. 2. Faktor Bahaya Kimia Bahan - bahan kimia berbahaya yang ada di area kerja VICO Indonesia antara lain, benzene, toluene, xylene (BTX) yang berasal dari proses pengeboran, produksi dan pengolahan limbah, berdasarkan pemantauan saya bahwa bahan – bahan kimia berbahaya tersebut sudah berada di tempat tersendiri dengan ditandai adanya label bahaya. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
No.
Kep.
187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
pasal 3 disebutkan bahwa pengendalian bahan kimia berbahaya adalah dengan penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan Label serta penunjukan Petugas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia (HSE VICO Indonesi, 2008). Di VICO Indonesia, telah dibuat Lembar Data Keselamatan Bahan dan dipasang label untuk semua produk bahan kimia. Perusahaan juga melakukan pengendalian dengan menyediakan safety shower untuk tindakan darurat bila terkena tumpahan zat kimia dan penyediaan alat pelindung diri untuk tenaga kerja.
C. Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan lingkungan di VICO Indonesia telah dilaksanakan berdasarkan Kep.men.KLH No. KEP-02/MEN/KLH/I/1988, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan dan PP RI Nomor 188 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Serta KepmenLH No.09 Tahun 1997 perubahan KepmenLH No.42/MENLH/10/96 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi (Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, 2004). Limbah-limbah yang ada di VICO Indonesia antara lain : a. Olie Bekas Unit b. Potongan-potongan logam dari proses service dan maintenance di Workshop c. Sampah non logam dari kegiatan Workshop (Plastik, karet, ban bekas, baterai, kaleng bekas). VICO Indonesia dalam pengolahan limbah baik olie bekas, potongan logam
dan sampah non logam dari kegiatan workshop selalu memperhatikan kelestarian lingkungan. Limbah-limbah di tampung di dalam tempat penampungan yang kemudian diambil untuk dikirim dan diolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan limbah Bahan berbahaya dan beracun.
D. Sistem Manajemen K3 Sesuai dengan undang-undang N0. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk menciptakan keselamatan kerja ditempat kerja maka di VICO Indonesia telah terbentuk sistem manajemen yang menangani K3 di VICO Indonesia adalah HSES (Health, Safety, Environment, and Security), yang berada dibawah pimpinan Vice President of HSES and Operation Integrity. HSES sendiri telah terbagi secara specifik dan berada dibawah pimpinan manager pada masing-masing bidangnya. Sistem Manajemen HSE VICO Indonesia dibuat guna menyampaikan resiko yang terkait dengan operasi perusahaan yang mencakup rentangan yang luas dalam aktivitas eksplorasi dan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan resiko tinggi. Sistem manajemen K3 ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS (International Safety Rating System) dengan 2 elemen tambahan dari perusahaan yaitu manajemen resiko dan manajemen lingkungan. VICO Indonesia juga memiliki Sistem Keselamatan Kerja yang telah diterapkan, yang disebut dengan Delapan Standar Praktek Keselamatan Kerja VICO Indonesia, yaitu:
1. Izin bekerja Sebelum melaksanakan pekerjaan yang melibatkan kegiatan masuk ke ruang tertutup/terbatas, pekerjaan pada sistem energi, atau gangguan tanah dimana kemungkinan terdapat bahaya yang tersembunyi, dikedalaman dua meter atau pekerjaan panas di lingkungan yang berpotensi eksplosif, harus disertai izin terlebih dahulu. 2. Bekerja pada ketinggian Dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian dua meter (6 kaki) pekerjaan tidak dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan persyaratan keselamatan yang diharuskan, pekerja tidak boleh menciptakan suasana yang membahayakan orangorang dibawah karena jatuhnya obyek dan material, jangan membiarkan perkakas berserakan dan memakai PPE dengan lengkap. 3. Isolasi energi Isolasi sistem energi, mekanis, listrik, proses, hidrolik dan lainnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku.
4. Keselamatan kendaraan Kendaraan dapat dioperasikan dengan syarat telah diinspeksi dan dipastikan layak pakai, pengemudi yang terlatih, jumlah penumpang sesuai kapasitas, sabuk pengaman terpasang, dan pengemudi tidak boleh menggunakan HP atau radio. 5. Perubahan tanah
Pekerjaan yang melibatkan pemotongan tanah oleh manusia, lubang, parit dan lekukan pada permukaan tanah yang terbentuk karena pembuangan tanah tidak boleh dilakukan tanpa mengikuti persyaratan keselamatan yang berlaku 6. Ijin masuk ruang tertutup/terbatas Harus memiliki ijin yang berlaku untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan persyaratan keselamatan yang diharuskan 7. Operasi pengangkatan Pengangkatan memakai hoist, crane, atau alat pengangkat mekanis lainnya tidak dapat dilakukan tanpa persyaratan keselamatan yang berlaku 8. Manajemen perubahan Pekerjaan yang timbul karena terjadinya perubahan sementara atau permanen pada organisasi, karyawan, sistim, proses, prosedur, peralatan, produk, material, bahan-bahan, dan undang-undang serta peraturan yang berlaku tidak boleh dilanjutkan kecuali bila manajemen perubahan sudah dibuat. Pada masing-masing HSES perusahaan memiliki representative pada masingmasing area perusahaan, yang bertanggung jawab pada masing-masing areanya, dan juga membuat laporan tentang tahapan kerja dan bahaya yang dapat menimpa pekerja sekaligus usaha untuk menanggulangi risiko dan harus malaksanakan program HSES yang ada, laporan akan diserahkan pada masing-masing bagian dari HSES. Dengan telah diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di VICO Indonesia berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Bab III pasal 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) bahwa, ”Setiap tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatakan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”.
E. Higiene Perusahaan dan Gizi Kerja Sedangkan mengenai gizi kerja di VICO Indonesia telah bekerja sama dengan sub kontraktor PT. Rianisa yang bertanggung jawab terhadap penyajian makanan terhadap pekerja VICO Indonesia. Gizi kerja bagi pekerja berbeda menurut jenis pekerjaannya (Suma’mur, 1996). permasalahan yang dialami adalah kurangnya kontrol kalori terhadap karyawan yang mengkonsumsi makanan dari luar camp. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tenaga kerjanya VICO Indonesia telah menyediakan kantin perusahaan dengan ruangan yang cukup luas, bersih dengan penerangan serta ventilasi yang cukup. Dengan penyediaan kantin, ini telah sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. SE 01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan yang menyebutkan bahwa semua perusahaan yang memperkerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur P.K., 1996). Untuk peralatan makanan telah dilakukan sistem sterilisasi sebagai upaya untuk membunuh kuman penyakit yaitu peralatan makan yang telah dicuci kemudian direbus dengan air panas. Dalam penyusunan menu sudah dipertimbangkan nilai gizi dan kalorinya dengan persetujuan ahli gizi sehingga diharapkan telah memenuhi
unsur - unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh. Menu juga dibuat bervariasi setiap harinya untuk menghindari kebosanan dari tenaga kerja.
F. Pelayanan Kesehatan Kerja Karyawan
dan
keluarga
VICO
Indonesia
diberi
kebebasan
untuk
memeriksakan diri ke poliklinik tanpa dipungut biaya. Penyakit yang sering terjadi adalah penyakit – penyakit ringan seperti flu, batuk, panas dan sebagainya. Tenaga kesehatan terdiri dari dokter perusahaan, perawat, petugas laboratorium, farmasi dan ahli kesehatan Kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1979 pasal 1 tentang Kewajiban Latihan Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapat latihan dalam bidang Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Higene Perusahaan Kesehatan Bagi Dokter Perusahaan (Suma’mur P.K., 1996). Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan meliputi : 1. Pemeriksaan kesehatan awal, ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 1 yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima melakukan pekerjaan”.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan satu tahun sekali (general check up), ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 pasal 1 (b) yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu - waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. 3. Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan bila ada keluhan - keluhan dari tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 pasal 1 (c) yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Perusahaan juga telah mengikutsertakan semua tenaga kerjanya dalam program Jamsostek. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang No. 03 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Depnaker RI. 2001). Seperti yang disebutkan dalam pasal 3 (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982 bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Ayat (2) disebutkan bahwa pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Tujuan pelayanan kesehatan kerja berdasar Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1982 pasal 1 yaitu : 1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja. 4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit. Mengingat hal tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerjanya, VICO Indonesia telah menyediakan sebuah poliklinik yang dilengkapi dengan peralatan medis dan obat - obatan yang memadai untuk pertolongan dan pengobatan tingkat pertama. Untuk kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) disediakan setiap tempat yang ada kegiatan dari pekerja. Poliklinik memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan kerja dan bila pihak poliklinik tidak dapat menangani maka pasien dibawa ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan mobil perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam pasal 3 (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 03/MEN/1982 bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
G. Ergonomi Secara umum penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam pelaksanaan pekerjaan di VICO Indonesia telah dilaksanakan meskipun belum optimal. Jam kerja bagi pekerja 5 : 2 yaitu 8 jam kerja per hari dan libur 2 hari dengan istirahat 1 1/2 jam istirahat dan bagi pekerja 2 : 2 yaitu bekerja selama 2 minggu dan libur 2 minggu dengan istirahat 1 ½ jam perhari, ini telah sesuai dengan Undang – Undang No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat (1). Dengan adanya shift kerja yang teratur dan
terpogram dengan baik diharapkan tenaga kerja dapat terhindar dari rasa bosan dan kejenuhan. Perusahaan juga telah menyediakan alat angkat - angkut (Forklift, Troli, dan lain-lainnya) di unit - unit kerja tertentu untuk mengurangi beban kerja dalam mengangkat angkut barang, material dan memberi kemudahan pada tenaga kerja dalam bekerja. Seluruh proses produksi di VICO Indonesia telah menggunakan sistem pengendali yang ada di control room. Sistem yang digunakan adalah sistem komputerisasi sehingga lebih memudahkan pekerja dalam menangani pekerjaannya. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 huruf (m) menyatakan bahwa salah syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerjanya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diperhatikan masalah ergonomi yang meliputi jenis pekerjaan, jumlah jam kerja atau shift kerja, kesesuaian alat atau mesin dengan tenaga kerja.
H. Emergency Response Sesuai dengan Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sub (c) butir kedua mengenai prosedur menghadapi keadaan darurat dan rencana pemulihan keadaan darurat yang dapat mengancam keselamatan pekerja dan penyediaan sarana yang dibutuhkan (Tarwaka, 2008). Tim K3 juga mempersiapkan personil yang diberikan tugas untuk melakukan operasi penyelamatan dalam menghadapi keadaan darurat, menjamin bahwa personil tersebut mendapatkan latihan yang cukup sehingga mampu
melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu dibuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja. Semua hal tersebut diatas juga telah dilaksanakan oleh VICO Indonesia. BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah melakukan observasi, interviu, pendataan, dan pembahasan terhadap faktor yang ada di dalam aspek – aspek kesehatan dan keselamatan kerja, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Potensi bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : bahaya peledakan, kebakaran, kebocoran bahan kimia dan bahaya dari pengoperasian mesin serta lingkungan kerja. 2. Faktor bahaya yang ada di VICO Indonesia antara lain : kebisingan, pencahayaan, bahan kimia berbahaya dan faktor bahaya biologi. Untuk faktor – faktor bahaya yang lain misal : iklim kerja, Vibrasi, dan pencahayaan masih dalam tahap yang tidak menghawatirkan karena berada di bawah nilai ambang batas, sehingga tidak memberi pengaruh yang berarti bagi tenaga kerja, tetapi pemantauan untuk faktor bahaya tetap terus dilaksanakan guna meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 3. VICO Indonesia telah menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik, yang menggunakan sistem HSE (Health, Safety, Environment).
Sistem ini berisi 22 elemen utama yang terdiri dari 20 elemen ISRS (International Safety Rating System) dengan 2 Elemen tambahan dari perusahaan yaitu manajemen resiko dan manajemen lingkungan. 4. VICO Indonesia telah menyediakan poliklinik dan unit gawat darurat yang dilengkapi peralatan medis dan obat – obatan. Tenaga paramedis telah mendapatkan pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja. Perusahaan juga telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan program Jamsostek. 5. VICO Indonesia telah menyediakan kantin dengan menu makanan yang memiliki gizi berimbang yang dibutuhkan oleh tenaga kerja. 6. VICO Indonesia menerapkan waktu kerja 5 : 2 yaitu 5 hari kerja dan libur 2 hari selama 1 minggu, dan waktu kerja 2 : 2 yaitu kerja selama 2 minggu selama 1 bulan dan libur selama 2 minggu dengan istirahat setiap hari 1 ½ jam. 7. VICO Indonesia telah mengelola limbah-limbah industrinya sehingga lingkungan sekitar tetap sehat dan aman dari bahan berbahaya dan beracun.
B. Saran Berdasarkan
hasil
pembahasan
dan
kesimpulan
tersebut,
penulis
menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Implementasi keselamatan dan kesehatan kerja perlu lebih ditingkatkan agar seluruh pekerja sadar akan keselamatan diri sendiri dan kesehatan dengan melalui safety metting. 2. Pengawasan terhadap kedisiplinan tenaga kerja dalam hal pemakaian alat pelindung diri dan prosedur kerja lebih diperketatkan lagi.
3. Tempat cuci tangan sebelum makan yang berada di dekat ruang makan sebaiknya diperbanyak agar seluruh pekerja dapat cuci tangan sebelum makan. 4. Sosialisasi kebersihan tempat kerja dan asrama/camp sebaiknya selalu di tingkatkan, karena di asrama masih ada yang memelihara kucing. 5. Dalam hal pelayanan kesehatan kerja, hendaknya pemantauan isi kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang disediakan ditiap-tiap unit kerja dilakukan secara teratur agar obat atau peralatan yang sudah tidak berfungsi dan sudah kadaluwarsa dapat segera di ganti. 6. Pelatihan P3K kepada seluruh karyawan agar lebih ditingkatkan lagi supaya pertolongan pertama dapat segera dilakukan oleh pekerja apabila terjadi kecelakaan. 7. Peningkatan pelatihan pemadaman kebakaran kepada seluruh karyawan, sehingga seluruh karyawan dapat sigap bila terjadi kebakaran.