BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Industri perbankan dituntut untuk dinamis agar tidak tertinggal dalam persaingan antar perusahaan industri perbankan, baik yang bersifat syariah maupun konvensional. Disamping itu antara keduanya mempunyai konsep yang sedikit berbeda, namun pada asalnya keduanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Berbagai badan usaha yang tumbuh subur di indonesia ialah perbankan syariah. Sistem keuangan syariah menjadi pilihan beberapa perusahaan perbankan untuk memajukan bisnis dalam industri tersebut. Terkait dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama islam. Sistem keuangan syariah ini mengacu pada akuntansi syariah. Akuntansi Syariah adalah proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Perkembangan akuntansi syariah dari tahun ke tahun sangatlah pesat. Perkembangan akuntansi syariah dimulai pada periode sebelum tahun 2002 dimana pada periode tersebut masih mengacu pada PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan yang bertentangan dengan prinsip syariah seperti perlakuan akuntansi untuk kredit. Selanjutnya, pada periode tahun 2002-2007 yang sudah menerapkan
1
PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang dapat digunakan sebagai acuan akuntansi untuk bank-bank yang tercantum dalam ruang lingkup PSAK tersebut. Sementara dari tahun 2007- sekarang, PSAK syariah dapat digunakan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional yang juga terdapat di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) konvergensi IFRS, SAK ETAP, dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) telah menerapkan PSAK 101 – 110 tentang akuntansi perbankan syariah (Wiroso;2011). Pada tahun 1999 PT. Bank Mandiri Syariah hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual yang melandasi operasionalnya. Keharmonisan antara idealisme usaha dan nilainilai spiritual inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri
sebagai
solusi
umat
muslim
dalam
melakukan
transaksi.
Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari kontribusi Bank Syariah Mandiri yang menunjukkan kinerja terbaiknya sebagai pelopor Bank Umum Syariah (BUS) terbaik di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 2013 Bank Syariah Mandiri semakin menunjukkan eksistensinya sebagai pemain utama disegmen perbankan syariah nasional. BSM di tahun 2013 memfokuskan arah pengembangan bisnis pada bisnis retail banking, di antaranya melalui pembiayaan segmen mikro dan usaha kecil termasuk Bisnis Gadai, Warung Mikro, dan Pembiayaan Konsumer. Adapun 5 (lima) fokus utama untuk memenangkan
2
persaingan di segmen ini yaitu; pertama Peningkatan produktifitas laba per pegawai; kedua Pengendalian kualitas aset; ketiga Peningkatan kualitas layanan ; keempat Implementasi Proyek Saturn, Corporate Plan 2013, aliansi bisnis dengan PT Pos Indonesia dan Core Banking System tahap II; dan kelima Peningkatan kompetensi pegawai dan penguatan implementasi shared values ETHIC. BSM akan mempertajam fokus bisnisnya di segmen retail banking dan UMKM melalui pengembangan Bisnis Gadai, Warung Mikro, CFBC dan Commercial Banking. Untuk menghadapi tantangan bisnis yang ada, BSM telah menetapkan 5 (lima) fokus utama yang sekaligus merupakan penajaman dari fokus di tahun 2014, yaitu; pertama, pencapaian laba bersih sebesar Rp1,00 Triliun; kedua, perbaikan proses dan infrastruktur pembiayaan; ketiga, implementasi proyek Corporate Plan dan penyelesaian iBSM; keempat, pengembangan SDM; dan kelima,peningkatan kualitas layanan (peringkat 1 di perbankan syariah). Kelemahan dapat dilihat dari penerapan PSAK 107 atas pembiayaan ijarah pada PT. Bank Syariah Mandiri yang dinilai masih kurang baik yang dilihat dari identifikasi, pengukuran, pengakuan, pengungkapan, dan penyajian laporan keuangan dimana penerapannya tidak sesuai dengan PSAK 107. Selain itu, kelemahan dari penerapan PSAK 107 di Bank Syariah Mandiri yaitu pembiayaan Ijarah terhadap objek sewa yang disewakan yang dinilai masih kurang sesuai dengan penerapan PSAK 107 yang telah diterapkan di dalam laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri.
3
Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa dengan jalan membayar uang sewa atau upah sejumlah tertentu (Sabiq;2008). Hasil dari penelitian terdahulu yaitu yang dilakukan oleh Intan (2009) tentang evaluasi perlakuan akuntansi Ijarah di BMT Beringharjo Kantor 3 Terhadap PSAK No. 107 Tahun 2009. Dalam prakteknya BMT Beringharjo Kantor 3 menyajikan pendapatan ijarah yang tidak dikurangi beban yang terkait karena BMT Beringharjo tidak mengakui adanya biaya perbaikan objek sewa. Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) tentang evaluasi penerapan akuntansi pembiayaan Ijarah pada PSAK No. 107 (Studi kasus PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Banjarmasin). Sistem yang dilakukan dalam pemberian pembiayaan sudah baik, data dan informasi yang diperoleh penulis adalah melalui wawancara pada pihak Bank Syariah Mandiri, studi pustaka, serta menelaah studi kasus yang diberikan oleh pihak Bank Syariah Mandiri. Penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra (2010) tentang Analysis of Financial Accounting Treatment: Ijrah in PT Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk telah sesuai dengan PSAK No. 107 tahun 2009.
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan penelitian ini, yaitu “ Bagaimana penerapan PSAK 107 atas Pembiayaan Ijarah pada PT. Bank Syariah Mandiri? “ 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan penelitian saya yang berjudul “Analisis PSAK 107 atas pembiayaan Ijarah pada PT. Bank Syariah Mandiri” dapat diambil batasan yang berasal dari jenis Ijarah yaitu dalam bentuk manfaat atas aset yang bergerak seperti kendaraan bermotor. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dibuat tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan penerapan akuntansi ijarah pada PT. Bank Syariah Mandiri yang meliputi identifikasi, pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian dalam laporan keuangan.
5
1.5. Manfaat Penelitian Bagi bank, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan yang berkaitan dengan masalah transaksi sewa produk atau pada pembiayaan Ijarah. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pengetahuan sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
6