BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya strategis yang lebih sustainable untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan bersaing. Bahkan pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Modal intelektual (intellectual capital) itu sendiri adalah suatu pengetahuan, informasi dan kekayaan intelektual yang mampu untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan suatu perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing dalam berbagai macam hal. Para pelaku bisnis menyadari bahwa kekuatan untuk bersaing tidak hanya terletak pada aktiva berwujud, tetapi juga pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan
kompetitif
pada
perusahaan
1
(Rupert
dalam
Sawarjuno
2
dan Kadir, 2003). Pentingnya perusahaa dalam mengelola sumber daya yang dimiliki adalah agar perusahaan dapat berajalan secara maksimal dan dapat terus berkembang. Sumber daya yang digunakan sebagai penunjang sekaligus pemacu di dalam proses produksi harus dijaga dengan baik. Sumber daya tersebut diantaranya adalah modal konkret (mesin-mesin, gedung, peralatan, dan lain-lain), sumber daya manusia, berserta orang-orang yang terlibat dalam perusahaan. Kemampuan suatu perusahaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini. Sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan telah menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern (Ulrich dalam Chen, 2005). Resource based view menyatakan bahwa IC adalah sumber daya perusahaan yang memegang peranan penting, sama halnya seperti physical capital dan financial capital
(Asni,
2007).
Berdasarkan
konteks
tersebut,
perusahaan
perlu
mengembangkan strategi untuk dapat bersaing dipasaran. Pada prinsipnya, sustainable dan kapabilitas suatu perusahaan didasarkan pada IC, sehingga seluruh sumber daya yang dimiliki dapat menciptakan nilai tambah. Intellectual Capital sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan. Modal Intelektual kini telah banyak dibicarakan dan dianggap penting oleh banyak praktisi (Stewart, 1997; Sveiby, 1997).
Modal Intelektual kini disadari
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan sebuah organisasi. Demikian
3
pula pada perusahaan kecil dan menengah, Modal Intelektual dianggap sangat penting bagi pengembangan usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan. Agar dapat bersaing dalam era knowledge based business, ketiga komponen IC tersebut (Human Capital, Structural Capital, dan Customer Capital) diperlukan untuk diciptakan bagi perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Perusahaanperusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkan masih miskin kandungan teknologi, hal ini diungkapkan oleh Abidin (2000) dalam Kuryanto (2008). Perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) mendorong meningkatnya Modal Intelektual dan akan mendorong sebuah organisasi mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business) beralih
menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan),
sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Fenomena mengenai modal intelektual di Indonesia mulai berkembang dengan munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) yang kini telah diperbaharui menjadi PSAK No. 19 (revisi 2009) tentang aset tidak berwujud yang secara tidak langsung menyinggung mengenai Intellectual Capital. Beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud telah disebutkan dalam PSAK No. 19 (revisi 2009) antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi,
4
hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Hal ini menunjukkan bahwa IC telah mendapat perhatian. Akan tetapi, dalam praktiknya perusahaan-perusahaan di Indonesia belum memberikan perhatian yang lebih terhadap ketiga komponen IC yaitu human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal dalam PSAK No. 19 (revisi 2009) menyatakan bahwa setiap entitas wajib untuk mengakui asset tidak berwujud dan menentukan pengungkapannya dengan ketentuan dan kriteria-kriteria yang ada. Bagi perusahaan, modal intelektual merupakan aspek penting dalam kelangsungan hidup perusahaan terutama terkait keunggulan kompetitif. Kurangnya kompetitif dapat menurunkan daya saing dan kurangnya kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungannya. Pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu area yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan (Purnomosidhi dalam Istanti 2009). Meskipun demikian, pengungkapan modal intelektual ini belum dilakukan oleh semua perusahaan, hal itu dikarenakan modal intelektual lebih banyak memiliki kandungan aktiva tidak berwujud (intangible asset) sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan
pengelolaan,
pengukurannya
dan
pelaporannya.
Pelaporan
dan
pengungkapan intellectual capital masih sebagian perusahaan yang mengungkap (belum menyeluruh), (Gutrie dalam Widjarnako 2006). Berdasarkan survei dari 90 perusahaan non keuangan yang listing di BEI, perusahaan yang mengungkapkan
5
intellectual capital rata-rata 28,618 dengan nilai standar deviasi sebesar 9,248 kondisi tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan intellectual capital pada perusahaan non keuangan masih sangat kecil (Istanti: 2009). Terkait dengan Surat Edaran Nomor SE-07/MBU/09/2014 tentang Kewajiban Mengumumkan Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimana dalam poin E disebutkan bahwa direksi BUMN wajib mengumumkan ikhtisar keuangan salah satunya yaitu Laporan Keuangan Tahunan sesuai dengan sektoral dan regulator tersebut. Didukung dengan PSAK No. 19 (revisi 2009) tentang asset tidak berwujud dimana dalam pernyataan ini mewajibkan entitas untuk mengakui aset tidak berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan bagi aset tidak berwujud. Maka sebagai perusahaan yang dikuasai oleh negara, BUMN seharusnya telah mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku. Penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual telah dilakukan oleh White et al (2007) yang meneliti mengenai factor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela pada perusahaan bioteknologi yang telah terdaftar di Australia pada tahun 2005, menunjukkan hasil penelitian bahwa variable komisaris independen, leverage dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Layla Wahyuni (2009) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap modal intelektual menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual,
6
sedangkan leverage, komisaris independen dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian Nugroho (2012) mengenai pengungkapan modal intelektual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, komisaris independen, leverage dan konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh secara seignifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini bertentangan dengan penelitian Suhardjanto dan Wardhani (2010) yang juga melakukan penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual yang menunjukkan dari keempat variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan length of listing on BEI), hanya ditemukan variabel ukuran (size) perusahaan dan profitabilitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital pada industri service, finance, dan manufacture termasuk mining. Dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual (intellectual capital disclosure) masih menunjukkan hasil yang berbeda bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitianpenelitian sebelumnya menyebabkan isu ini menarik untuk diteliti kembali. Beberapa variabel tersebut meliputi: Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Profitabiltas (ROA) dan Leverage. Maka penelitian ini menguji kembali bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap Intellectual Capital Disclosure. Berdasarkan
7
survey yang telah dilakukan, bahwa intellectual captal perusahaan merupakan 5 dari 10 jenis informasi yang digunakan oleh investor, namun informasi yang dipertimbangkan oleh investor tersebut tidak diungkapkan sehingga menyebabkan terjadinya “information gap” (Bozzolan et al, dalam Suhardjanto dkk, 2010) Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Intellectual Capital Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2013)”
B. Perumusan masalah penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan penulis sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Ukuran Perusahaan (size of the firm) berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure? 2. Apakah Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure? 3. Apakah Profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure? 4. Apakah
Leverage
Disclosure?
berpengaruh
signifikan
terhadap
Intellectual
Capital
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan (size of the firm) terhadap Intellectual Capital Disclosure. 2) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Komisaris Independen terhadap Intellectual Capital Disclosure. 3) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap Intellectual Capital Disclosure. 4) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Leverage terhadap Intellectual Capital Disclosure.
2. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi pihak manajemen, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengungkapan modal intelektual secara keseluruhan sesuai dengan PSAK No. 19 (revisi 2009).
9
2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
aktivitas
investasinya
dengan
memperhatikan
tingkat
pengungkapan modal intelektual. 3. Bagi Penulis, hasil penelitian ini menambah pengetahuan baru sehubungan dengan hal-hal yang diteliti serta mencoba untuk menerapkan teori-teori yang pernah diterima mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini menjadi sumber informasi dan referensi serta menambah wawasan bagi akedemik dan peneliti berikutnya yang nantinya akan mengambil topik serupa guna pengembangan penelitian lebih lanjut.