BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Secara umum pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan untuk mencari dana untuk mendanai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan menanamkan
ke dalam perusahaan yang sehat dan baik
pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumbersumber yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri. Menurut Sirait dan Siagian (2002), kinerja pasar modal dapat dilihat dari indikator-indikator pasar modalnya, salah satunya indeks komposit suatu Negara, dan bila di Indonesia adalah IHSG. Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan asumsi-asumsi makroekonomi. Kinerja pasar modal bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja ekonomi secara keseluruhan dan mencerminkan apa yang akan terjadi dalam
1
perekonomian secara makro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs rupiah, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan beberapa variabel ekonomi makro lainnya merupakan cermin wajah ekonomi suatu Negara. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat tahun 2008 menyebabkan keguncangan perekonomian global. Krisis yang ditandai dengan bangkrutnya perusahaan sekuritas Lehman Brothers menjadi pertanda kegagalan sistem ekonomi Kapitalis Amerika Serikat. Runtuhnya Lehman Brothers juga diikuti oleh rivalnya Merril Lynch yang harus rela diakuisisi oleh Bank of Amerika. Begitu juga dengan runtuhnya beberapa bank dan perusahaan besar lainnya di Amerika Serikat dan diikuti oleh perusahaan sekuritas, penjamin kredit dan sejumlah bank investasi lainnya yang jatuh satu per satu. Peristiwa ini menyebabkan keguncangan yang luar biasa di lantai bursa Wallstreet. Jatuhnya pasar saham terbesar di dunia tersebut ikut mengguncang pasar saham di beberapa negara lainnya termasuk Indonesia. Keadaan ini menyebabkan IHSG terkoreksi cukup tinggi. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa IHSG mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun selama periode 1994-2010. Fluktuasi IHSG sebagian diakibatkan oleh kejadian-kejadian di luar faktor fundamental perusahaan, seperti keadaan makroekonomi dalam dan luar negeri. Ada dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di Indonesia. Pertama pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finansial para pemilki modal tersebut (Tempo Interaktif,2008). Kedua,
2
ekspor impor, Amerika Serikat, Jepang dan Singapura merupakan Negara tujuan ekspor impor mencapai 35-40% dari total ekspor impor. Dengan menurunnya kinerja negara tujuan ekspor dan negara asal impor, tentu akan mempengaruhi keadaan ekonomi Indonesia. Tabel 1.1 5 Nilai Ekspor Terbesar Menurut Nilai Valuta 2005-2010 No
Jenis valuta
Nilai (Thousand of USD)
Bobot (%)
1.
Dollar Amerika Serikat
680.567.045
93.808
2.
Dollar Singapura
11.098.570
1.5
3.
Euro
9.694.164
1.33
4.
Yen Jepang
8.935.275
1.2
5.
Dollar Australia
1.604.423
0.22
Sumber : SEKI, 2010 Tabel 1.2 5 Negara Tujuan Ekspor Terbesar 2005-2010 No
Jenis valuta
Nilai (Thousand of USD)
Bobot (%)
1.
Jepang
122.669.228
18.96
2.
Amerika Serikat
61.536.530
9.51
3.
Singapura
59.200.553
9.15
4.
RRC
58.425.171
9.03
5.
Korea Selatan
49.857.209
7.24
Sumber : SEKI, 2010
3
Tabel 1.3 5 Nilai Impor Terbesar Menurut Nilai Valuta 2005-2010 No
Jenis valuta
Nilai (Thousand of USD)
Bobot (%)
1.
Amerika Serikat
490.850.095
87.42
2.
Yen
24.590.257
4.37
3.
Euro
18.684.907
3.32
4.
Dollar Singapura
13.283.385
2.36
5.
Australia
3.402.617
0.6
Sumber : SEKI, 2010 Tabel 1.4 5 Nilai Asal Impor Terbesar 2005 - 2010 No
Jenis valuta
Nilai (Thousand of USD)
Bobot (%)
1.
Singapura
105.854.390
18.85
2.
RRC
74.111.968
13.2
3.
Jepang
70.576.344
12.57
4.
Amerika Serikat
36.925.831
6.57
5.
Malaysia
35.827.355
6.38
Sumber : SEKI, 2010 Jepang dan Amerika Serikat, selain merupakan negara tujuan ekspor Indonesia, kedua negara tersebut merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia (www.kompas.com). Hal ini didasari bahwa pada tahun 2010 nilai gabungan produk domestik bruto kedua negara tersebut mewakili 32,87% dari total produk
4
domestik bruto seluruh dunia (www.imf.org). Maka jelas bahwa perubahan keadaan ekonomi di kedua negara tersebut dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, baik melalui kegiatan ekspor impor barang dan jasa, aliran dana dari investor kedua negara tersebut, atau perubahan tingkat risiko bisnis di kedua negara tersebut. Salah satu variabel ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara adalah indeks saham di negara tersebut. Hal ini dimungkinkan karena ketika negara tersebut memiliki prospek perekonomian yang cerah, otomatis investor akan tertarik untuk menanamkan dananya di pasar modal negara yang bersangkutan. Hal ini akan mendorong terjadinya masa-masa bullish yang akan mendorong pergerakan indeks saham. Demikian pula sebaliknya, ketika dirasakan suasana perekonomian kurang kondusif, akan tercermin pula dalam indeks sahamnya yang akan turun. Indeks saham yang akan dijadikan proksi Jepang adalah Indeks Nikkei. Indeks ini dipilih karena selain perhitungan indeks ini sudah dilakukan sejak tahun 1950, indeks ini juga merupakan indeks yang paling sering digunakan di Jepang sebagai patokan kinerja bursa sahamnya. Selain itu perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei juga terdiri dari berbagai macam perusahaan yang memiliki daerah operasi di Indonesia, diantaranya adalah Mitsubishi Corp, Honda Motor Co Ltd, Nikon Corp, dan masih banyak lagi. Proksi indeks untuk Amerika Serikat adalah Indeks Dow Jones. Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika Serikat dan merupakan representasi dari kinerja industri terpenting di Amerika Serikat (www.nyse.com).
5
Perusahaan yang tercatat di Indeks Dow Jones pada umumnya merupakan perusahaan multinasional. Kegiatan operasi mereka tersebar di seluruh dunia. Perusahaan seperti Coca- Cola, ExxonMobil, Citigroup, Procter & Gamble adalah salah satu contoh perusahaan yang ada dalam daftar di Indeks Dow Jones dan beroperasi di Indonesia(www.kompas.com). Perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya beroperasi secara langsung di Indonesia. Indeks Dow Jones yang bergerak naik, menandakan kinerja perekonomian Amerika Serikat secara umum berada pada posisi yang baik. Dengan kondisi perekonomian yang baik, akan menggerakkan perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal (Sunariyah,2006). Aliran modal yang masuk melalui pasar modal tentu akan memiliki pengaruh terhadap perubahan IHSG. Pada dasarnya Indonesia dan Singapura memiliki tingkat komplementaritas ekonomi yang tinggi. Di satu sisi, Singapura mempunyai keunggulan di sektor knowledge, networking, financial resources dan technological advance. Sementara Indonesia memiliki sumber daya alam dan mineral yang melimpah serta tersedianya tenaga kerja yang kompetitif. Sebagai negara yang wilayahnya kecil, pasar domestiknya sangat terbatas dan sumber daya alamnya langka, Singapura sangat menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Oleh karena itu pula Singapura sangat berkepentingan terhadap sistem perdagangan internasional yang terbuka dan bebas di bawah naungan WTO. Guna mengamankan kepentingannya, Singapura tidak hanya mengandalkan pada proses negosiasi multilateral, sejak 1999 Singapura telah mulai menjajaki
6
bentuk-bentuk pengaturan perdagangan bilateral. Belakangan dengan tersendatnya proses negosiasi di WTO, Singapura semakin gencar menempuh langkah-langkah bilateral dan regional yang diyakini dapat mengakselerasi proses liberalisasi perdagangan dan memperkuat sistem perdagangan multilateral. Indeks Straits Times (disingkat: STI: Straits Times Index) adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi di Bursa efek Singapura. Indeks ini digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Singapura. Indeks ini bersama-sama dihitung dengan Singapore Press Holdings (SPH), Singapore Exchange (SGX) dan FTSE Group (FTSE). Tabel 1.5 Perkembangan Bursa Efek Indonesia Tahun 1994 - 2010 Tahu
Rata-rata Transaksi
n
Harian
IHSG
Kapit
Emit
alisasi en
Volum Nilai
Fre
Tertinggi
Terendah
Akhir
e
(Rp.M
k
(juta)
il)
(X)
1994
21.6
104
1.5
612.88
447.040
469.640
104
217
1995
43.3
131.5
2.5
519.17
414.209
513.849
152
238
1996
118.6
304
7.1
637.43
512.478
637.432
215
253
1997
311.4
489.4
12.1 740.83
339.536
401.712
160
282
1998
366.9
403.6
14.2 554.10
256.834
398.038
176
278
7
1999
722.6
598.7
18.4 716.46
372.318
676.919
452
277
2000
562.9
513.7
19.2 703.483
404.115
416.321
260
287
2001
603.2
396.4
14.7 470.229
342.858
392.036
239
316
2002
698.8
492.9
12.6 551.607
337.475
424.945
268
331
2003
967.1
518.3
12.2 693.033
379.351
691.895
460
333
2004
1708.6 1024.9 15.5 1004.430
668.477
1000.233 680
331
2005
1653.8 1670.8 16.5 1192.203
994.770
1162.635 801
336
2006
1805.5 1841.8 19.9 1805.523
1171.709
1805.523 1249
344
2007
4225.8 4268.9 49.2 2810.962
1678.044
2745.826 1988
383
2008
3282.7 4435.5 55.9 2830.263
1111.390
1355.408 1076
396
2009
6089.9 4046.2 87
2534.356
1256.109
2534.356 2019
398
2010
5432
3786.10
2475.57
3703.51
420
4801
105
3247
Sumber : BEI, 2010 Bila dilihat dari tabel diatas, IHSG juga menunjukkan kenaikan yang luar biasa. Pada akhir tahun 1994, IHSG masih berada pada level 469,640. Meskipun sempat mengalami penurunan pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, akan tetapi pada era tahun 2000-an IHSG mengalami pertumbuhan yang luar biasa . Pada Tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level2.830,263 atau meningkat sebesar 502,65% dibandingkan penutupan tahun 1994. Tahun 1999 merupakan tahun pemulihan bagi pasar modal Indonesia setelah dalam beberapa tahun mengalami krisis ekonomi. Membaiknya pasar ditandai dengan kenaikan
8
278,88 bps menjadi 676,919 bps dibandingkan dengan tahun 1998.Dalam tahun 1999, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan 1,8% dibandingkan tahun 1998 sebesar -13,2% dan inflasi turun tajam menjadi 2,01% dibandingkan dengan inflasi pada tahun sebelumnya sebesar 77,6% (laporan tahunan BAPEPAM, 1999). Setelah mengalami peningkatan pada tahun 1999, pada tahun 2000 IHSG mengalami penurunan menjadi 416,321 bps dan pada tahun 2001 mengalami penurunan kembali menjadi 392,036 bps. Penurunan IHSG tersebut terutama dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah, naiknya tingkat suku bunga diskonto menjadi 17% serta melemahnya kinerja bursa regional (laporan tahunan BAPEPAM, 2001). Pengaruh lain krisis finansial global terhadap makroekonomi adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik turunnya nilai dolar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia (BI) akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Pengaruhnya pada investasi pasar modal, krisis global ini akan mebuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang tidak mendukung (Adiwarman, 2008). Pasar keuangan mempunyai peran yang sangat penting dan vital dalam mentransmisikan
kebijakan
moneter.
Perubahan
kebijakan
moneter
akan
mempengaruhi harga aset yang selanjutnya mendorong pelaku pasar keuangan untuk melakukan penyesuaian komposisi portofolio investasinya. Faktor pertama yang cukup mempengaruhi harga IHSG adalah BI Rate. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham
9
Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga deposito,akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan
produktivitasnya.
Peningkatan
produktivitas
akan
mendorong
peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal.Namun berkebalikan dengan itu, kenaikan BI Rate juga bias menekan inflasi, dan sebaliknya juga bias menurukan inflasi. Komposisi yang tepat untuk menentukan BI Rate adalah tugas besar yang diemban oleh Bank Indonesia. Analisis elastisitas yang dilakukan Joko Prastowo (2008) menunjukkan bahwa minat bank dan domestik non-bank untuk berinvestasi pada portofolio SBI tidak terpengaruh oleh level BI Rate. Permintaan SBI oleh bank lebih didorong oleh meningkatnya kondisi likuiditas bukan faktor harga. Namun level BI Rate dan perbedaannya terhadap suku bunga luar negeri (interest rate differential) sangat berpengaruh bagi investor asing. Semenjak
peristiwa bersejarah
bangkrutnya Lehman
Brothers
yang
mempercepat terjadinya krisis ekonomi global pada musim semi 2008, korelasi positif yang kuat terus tampak antara harga minyak dan bursa saham secara global, padahal, bukankah seharusnya harga energi yang lebih tinggi justru memberi pengaruh buruk pada kebanyakan saham? Karena hal tersebut biasanya meningkatkan
10
biaya operasi perusahaan dan berpeluang menurunkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Minyak sebagai bahan bakar produksi juga memegang salah satu peran penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi bahwa di Bursa Efek Indonesia, nilai kapitalisasi perusahaan tambang yang tercatat di IHSG mencapai 13,9% (www.idx.co.id). Selain itu berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 17 Desember 2010, transaksi perdagangan saham didominasi oleh sektor pertambangan sekitar 39,7%. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan tambang. Hal ini tentunya akan mendorong kenaikan IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Lutz Kilian dan Cheolbeom Park (2007) menunjukkan bahwa harga minyak dunia memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan indeks bursa saham. Tabel 1.6 IHSG,SBI,Harga Minyak, Harga Emas, Kurs Rupiah, Indeks dow Jones, Indeks Nikkei dan STI Periode 2005-2010 Bula
D
Indeks Nikkei
J
225
STI
IHSG n/ Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nov-05
1,045.44 1,073.83 1,080.17 1,029.61 1,088.17 1,122,38 1,182.3 1,050.09 1,079.28 1,066.22 1,096.64
10,489.94 10,766.23 10,503.23 10,192.51 10,467.48 10,274.97 10,640.91 10,481.60 10,568.80 10,440.07 10,805.87
11,387.59 11,387.59 11,668.95 11,008.90 11,276.59 11,584.01 11,899.60 12,413.60 13,574.30 13,606.50 14,872.15
2065.15 2097.66 2120.94 2141.38 2146.04 2169.46 2212.91 2353.57 2289.58 2302.03 2206.11
11
Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nov-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nov-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nov-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09
1,162.64 1,232.32 1,230.66 1,322.97 1,464.41 1,330 1,310.26 1,351.65 1,431.26 1,534.61 1,582.63 1,718.96 1,805.52 1,757.26 1,740.97 1,830.92 1,999.17 2,084.32 2,139.28 2,348.67 2,194.34 2,359.21 2,643.49 2,688.33 2,745.83 2,627.25 2,721.94 2,447.30 2,304.52 2,444.35 2,349.10 2,304.51 2,165.94 1,832.51 1,256.70 1,241.54 1,355.41 1,332.67 1,285.48 1,434.07 1,722.77 1,916.83
10,717.50 10,864.86 10,993.41 11,109.32 11,367.14 11,168.31 11,150.22 11,185.68 11,381.15 11,679.07 12,080.73 12,221.93 12,463.15 12,621.69 12,268.63 12,354.35 13,062.91 13,627.64 13,408.62 13,211.99 13,357.74 13,895.63 13,930.01 13,371.72 13,264.82 12,650.36 12,266.39 12,262.89 12,820.13 12,638.32 11,350.01 11,378.02 11,543.55 10,850.66 9,325.01 8,829.04 8,776.39 8,000.86 7,062.93 7,608.92 8,168.12 8,500.33
16,111.43 16,649.82 16,205.43 17,059.66 16,906.23 15,467.33 15,505.18 15,456.81 16,140.76 16,127.58 16,399.39 16,274.33 17,225.83 17,383.42 17,604.12 17,287.65 17,400.41 17,875.75 18,138.36 17,248.89 16,569.09 16,785.69 16,737.63 15,680.67 15,307.78 13,592.47 13,603.02 12,525.54 13,849.99 14,338.54 13,481.38 13,376.81 13,072.87 11,259.86 8,576.98 8,512.27 8,859.56 7,994.05 7,568.42 8,109.53 9,928.26 9,522.50
2299.40 2354.59 2425.67 2472.03 2542.77 2613.87 2394.36 2435.35 2436.64 2489.21 2571.45 2707.42 2843.64 3015.74 3151.27 3133.88 3240.07 3395.57 3547.64 3553.48 3516.03 3390.84 3734.94 3837.77 3549.47 3462.69 3015.90 3026.45 3007.36 3147.79 3192.62 2947.54 2929.65 2739.95 2358.91 1794.20 1732.57 1761.56 1746.47 1594.87 1699.99 1920.28
12
Jun-09 Jul-09 Agst-09 Sep-09 Okt-09 Nov-09 Des-09
2,026.78 2,323.24 2,341.54 2,467.59 2,367.70 2,415.84 2,534.36
8,4 9,171.61 9,496.28 9,712.28 9,712.73 10,334.84 10,428.05
9,958.44 10,356.83 10,492.53 10,133.23 10,034.74 9,345.55 10,546.44
2329.08 2333.14 2659.20 2592.90 2672.57 2651.13 2732.12
Sumber : Data Sekunder (Bi.go.id,Yahoo.finance.com, Ecomagic.com, Goldfixing.com) Pergerakan indeks-indeks bursa negara tujuan ekspor utama Indonesia juga memiliki pergerakan yang berbeda dengan uraian yang telah diungkapkan di atas. Untuk Indeks Dow Jones, selama periode Desember April 2008, serta September – November 2008, Indeks Dow Jones yang bergerak naik, direspon oleh IHSG dengan penurunan indeks. Sementara hubungan antara Indeks Nikkei 225 dan IHSG memberikan arah yang berlawanan pada periode Juni-Juli 2006, Desember 2006 - Februari 2007, seta Juni dan Juli 2007.Sementara STI seperti menjadi awal pergerakan dari IHSG namun dalam lagperiod 1-3 bulan mendatang, walaupun dibeberapa bulan, ada perbedaan juga. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh indeks cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini, serta pengaruh ekonomi dunia yang memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia, maka penelitian ini mengambil judul ” Analisis Pengaruh Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones dan STI terhadap IHSG ”.
13
1.2 Rumusan Masalah Investor dalam melakukan investasi di pasar modal harus memperhatikan berbagai macam faktor untuk memaksimalkan nilai investasi mereka. Dari latar belakang masalah diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasar modal . Selain itu, variabel indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones yang seharusnya berpengaruh positif terhadap IHSG, selama periode tertentu antara tahun 2000-2009 menunjukkan hasil bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap IHSG. Adanya fenomena ini diperkuat oleh kesenjangan dari hasil penelitian terdahulu tentang indeks harga saham (research gap). Berikut akan disajikan secara ringkas hasil kesenjangan penelitian dalam tabel 1.7
Tabel 1.7 Tabel Research Gap Variabel
Nama peneliti
Judul Penelitian
Hasil Peneliti
Penelitian Indeks
Bernd Hayo dan Ali M Kutan “The Impact of
Pasar modal
(2004)
News, Oil Prices,
Amerika Serikat
and Global Market
memiliki
Developments Russian
on pengaruh
terhadap
Financial pasar modal Rusia.
Markets”
14
Abbas Valadkhani, Surachai
“The Interplay
Pasar modal regional
Chancharat
Between the Thai
tidak memiliki
dan Charles Havie (2006)
and Several Other
pengaruh
International
Stock signifikan
Markets”
terhadap
pasar
modal
Thailand.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah penelitiannya adalah sebagai berikut, “ Adanya fenomena di mana terjadi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang diamati selama tahun 2000-2009 tidak sesuai dengan teori, serta adanya kesenjangan hasil penelitian yang membahas mengenai variable variabel yang mempengaruhi indeks harga saham.” Masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG di BEI? 2. Bagaimana pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG di BEI? 3. Bagaimana pengaruh Indeks STI terhadap IHSG di BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh antara Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG di BEI 2. Menganalisis pengaruh antara Indeks Dow Jones terhadap IHSG di BEI. 3. Menganalisis pengaruh antara Indeks Strait Times terhadap IHSG di BEI.
15
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan panduan bagi masyarakat awam yang tertarik untuk berinvestasi di pasar modal. 2. Memberikan sumbangan bagi pihak investor maupun pihak moneter dalam penetapan kebijakan dan keputusan berinvestasi 3. Bagi akademisi dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang. 4. Dapat menjadi sumber referensi bagi pihak-pihak terkait. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari : BAB I :
Pendahuluan Menguraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah serta pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari tesis ini.
BAB II :
Tinjauan Pustaka Menguraikan digunakan
mengenai dalam penelitian
landasan ini,
teori
yang
penelitian-penelitian
terdahulu yang memperkuat penelitian ini, serta kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis dari tesis ini. BAB III :
Metode Penelitian
16
Menguraikan mengenai deskripsi variabel penelitian yang digunakan, penentuan sampel dan populasi data yang akan digunakan. Selain itu bab ini juga berisi akan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data
yang
akan
digunakan, serta metode analisis yang digunakan dalam tesis ini. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Menguraikan mengenai pembahasan dari deskripsi obyek penelitian dan hasil analisis data. BAB 5 :
Penutup Menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian ini, implikasi manajerial dan implikasi teoritis yang timbul akibat penelitian ini, serta saran-saran bagi penelitian di masa yang akan datang.
17