1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah media untuk penyampaikan “pemahaman” tentang kehidupan dengan caranya sendiri. Karya sastra dapat diibaratkan “potret” atau “sketsa” kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat pendapat dan pandangan penulis dari mana dan bagaimana ia melihat kehidupan tersebut. 1 Selain itu, dalam pembuatan sebuah karya sastra pun, para sastrawan biasanya lebih mengembangkan imajinasinya. Dalam kehidupan sehari-hari, karya sastra merupakan media komunikasi yang melibatkan 3 komponen, yakni pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan. 2 Pesan yang disampaikan
1 2
Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang: IndonesiaTera), 2003, 20 Ibid.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
2
biasanya mengenai pendidikan moral yang memperlihatkan sikap dan perilaku para tokoh yang menggambarkan nuansa-nuansa perasaan dan pikiran pengarang berdasarkan pengalaman pribadi ataupun keadaan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Manga marupakan salah satu bentuk karya sastra yang ada di Jepang. Manga ditulis dengan menggunakan 2 karakter kanji, yaitu man (漫) yang berarti “tanpa sengaja” dan kanji ga (画) yang artinya “gambar, foto, lukisan atau sketsa”.3 Manga dapat didefinisikan sebagai gambar-gambar lucu dan karikatur, serta lebih spesifik lagi dikatakan sebagai komik strip 4 atau komik. 5 Manga merupakan suatu bentuk karya sastra populer yang menggabungkan gambar dan teks sehingga membentuk cerita. Orang yang menggambar manga disebut mangaka. Selain itu, ada juga yang disebut doujinshi. Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh
fans
manga yang memiliki alur cerita atau akhir yang berbeda dari manga aslinya. Doujinshi sendiri terkadang menjadi batu loncatan seseorang atau kelompok untuk menjadi mangaka.6 Sastrawan Amerika Edgar Allan Poe mengatakan bahwa fungsi sastra selain sebagai media penghibur juga di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan
3
Andrew N. Nelson. Kamus Kanji Modern: Jepang Indonesia. (Jakarta: Kesaint Blanc), 2005, 2683 dan 50. 4 Komik strip adalah komik yang diterbitkan di majalah atau koran yang t erdiri dari 4 sampai 8 panel. Terkadang di dalam komik strip ada gambar yang tidak ada dialognya, sehingga dialog antar tokoh tidak mutlak harus selalu ada 5 Louis Frederic, diterjemahkan oleh Kathe Roth. Japan Encyclopedia. (London, England: The Belknap Press of Harvard University), 2002, 697 6 “ Komik” http://id.wikipedia.org/wiki/Komik tgl 1 April 2008 pkl 21:27
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
3
penulis tentang suatu hal yang mengajarkan sesuatu. Begitu pula dengan manga Jepang yang bukan hanya sebagai media hiburan tetapi telah menjadi bagian integral dalam masyarakat sehingga dengan membaca manga, baik yang dibukukan, berbentuk majalah ataupun manga berupa komik strip, seseorang dapat melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kebudayaan Jepang secara bertahap. Manga dapat dijadikan sebagai cerminan kehidupan masyarakat Jepang. Seni manga di Jepang dimulai sejak abad 7 dan abad 8. Hal ini terbukti dari ditemukannya gambar karikatur di langit-langit ruang utama kuil Buddha Hōryūji pada abad 7 dan di kuil Toshōdaiji pada abad 8. 7 Salah satu manga kuno yang sangat terkenal adalah manga dalam bentuk lukisan gulung berupa gambar binatang yang diperkirakan merupakan cikal bakal manga, yaitu lukisan Choujūgiga, karya pendeta Toba pada abad ke-12.8 Manga muncul sejak abad 17 dalam bentuk ukiyo-e (cetakan ukiran kayu)9 sebagai salah satu bentuk kebudayaan populer. Pada abad 18 dan 19 buku-buku bergambar yang dapat memikat perhatian orang Jepang adalah Tobae (Toba artinya Toba, diambil dari nama pendeta Buddha Toba yang menciptakan Choujūgiga, E artinya gambar, lukisan) dan Kibyoushi (buku bersampul kuning). Kedua karya sastra ini sangat disukai oleh masyarakat kota
7
Richard Bowring dan Peter Kornicki,ed. The Cambrige Encyclopedia of Japan. (New York: Cambrige University Press), 1993, 101 8 Frederik L. Schodt. Dreamland Japang: Writings on Modern Manga. (Berkeley: Stone Bridge Press), 1996, 22 9 Richard Gid Powers, dalam pendahuluan dari Handbook of Japanese Popular Culture oleh Richard Gid Powers dan Hidetoshi Kato,ed. London: Greenwood Press, 1989, xiv
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
4
seperti Osaka dan Edo (sekarang Tokyo) serta merupakan buku komik pertama di dunia. 10 Pada saat Restorasi M eiji dan dibukanya Jepang bagi Negara Barat, hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi kebudayaan Jepang dan Barat yang secara tidak langsung mempengaruhi seni grafis di Jepang. Charles Wirgman (1835-1891) seniman yang berasal dari Inggris dan Geoege Bigot (1860-1927) seniman dari Prancis, keduanya memperkenalkan
gaya lukis Eropa ke Jepang. M ereka
memperkenalkan manga dengan balon-balon kata. 11 Sehingga bentuk fisik manga modern yaitu berupa rangkaian panel dengan balon-balon kata yang disusun untuk melukiskan sebuah cerita.12 Pada tahun 1902, atas pengaruh maraknya komik strip di Amerika, Kitazawa Rakuten (1876-1955) dan Okamoto Ippei (1886-1948) memperkenalkan komik strip ke Jepang. Pada tahun 1920-an salah satu komik strip untuk anak-anak Jepang dipublikasikan di koran-koran dan jurnal serta mendapat pengaruh yang kuat dari komik strip yang sama diterbitkan di koran Amerika. Selain itu, pada tahun yang sama ada beberapa komik strip Amerika yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan dimuat di koran Hōchi dan Asahi, diantaranya Bringing up Father karya George M cM anus, Mutt and Jeff karya Bud Fisher, dan Felix the Cat karya Pat Sullivan. 13
10
Frederik L., op.,cit. Frederik L. Schodt. Manga! Manga! The World of Japanese Comics (Tokyo:1983), 30 12 Ibid., 22 13 Sharon Kinsella. Adult Manga: Culture and Power in Contemporary Japanese Society. (Honolulu: University of Hawaii Press), 2000, 20 11
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
5
M enurut Havens dalam Kinsella (2000), pada tahun 1930-an menjadi masa berkembangnya kontrol pemerintah Jepang terhadap media dan sosial. Para intelektual, komikus, artis, penerbit, dan kartunis harus menyesuaikan karyanya dengan tujuan politik nasional. Dengan adanya kebijakan yang seperti itu, para komikus merasa tersiksa, terpenjara dan terbunuh semua ide-idenya (Lent, 1989:227).14 Selain itu, pemerintah Jepang membubarkan perkumpulan mangaka dan kartunis (Shin Manga Shudan) yang telah berdiri sejak tahun 1932 dan diganti namanya menjadi Shin Nippon Manga Kyoukai dibawah kontrol pemerintah. Lalu setelah Perang Dunia II namanya diganti lagi menjadi Nippon Mangaka Kyoukai.15 Dengan masuknya ideologi M arxis ke Jepang pada tahun 1920-an, manga dijadikan media kritik sosial terhadap ketidakadilan politik dan kesenjangan ekonomi. Namun karena pada tahun 1930-an pemerintah Jepang sangat mengontrol dan mensensor ketat semua hasil karya, maka banyak komikus yang bergerak di genre non politis seperti manga anak-anak.16 Manga memiliki variasi tema sehingga anak-anak dan orang dewasa dapat membacanya sesuai dengan
kebutuhan
dan
selera masing-masing. Manga
berdasarkan jenis pembacanya dibagi menjadi 5, yaitu: kodomo 子供 (anak-anak), Josei 女性 (wanita), seinen 青年 (pria), shōjo 少女 (remaja perempuan), dan shōnen 少 年 (remaja laki-laki). Selain memiliki variasi tema, manga pun mempunyai
14 15 16
Ibid., 22 Ibid., 23 Ibid., 21-23
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
6
bermacam bentuk, seperti berbentuk komik strip, berbentuk majalah dan tankōbon (manga berbentuk buku biasa yang ceritanya diambil dari majalah yang telah dikumpulkan. Biasanya dalam bentuk tankōbon inilah manga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa di berbagai Negara). Sebelum menjadi tankōbon, awalnya manga berbentuk majalah. Di dalam satu majalah terdapat beberapa tema dengan berbagai macam cerita. M ajalah manga mingguan pertama berjudul Magazine diterbitkan pada bulan M aret tahun 1959 oleh Kōdansha. Lalu disusul oleh Sunday yang diterbitkan oleh penerbit Shōgakukan pada bulan November di tahun yang sama. Tahun 1963 King, majalah manga mingguan ketiga diterbitkan oleh penerbit Shōnen Gahōsha. M ajalah berwarna untuk anak-anak pertama kali diterbitkan tahun 1947 oleh Kōdansha. M ajalah manga untuk anak laki-laki (Manga Shōnen) adalah majalah manga bulanan yang berisi cerita berseri dan dibuat oleh komikus muda, diantaranya Fujio Fujiko, Ishinomori Shōtarō dan M atsumoto Reiji. M ajalah ini mendapat kepopuleran dengan cepat. Serial yang paling populer di dalam majalah itu ialah Jungle Taitei (“Penguasa Hutan”) yang digambar oleh Tezuka Osamu, seorang komikus yang sukses dengan media akabon17. Osamu Tezuka dijuluki sebagai “dewa komik” karena dia menjadi pelopor komik modern dengan memperkenalkan gaya emonogatari (cerita bergambar) yang berisi jalinan cerita yang utuh dan panjang. Gaya seperti ini dianggap cikal bakal
17
Akabon adalah manga dalam bentuk tankōbon yang dicet ak di kertas yang berkualitas buruk dengan tinta berwarna merah dan hitam. Akabon memiliki sampul warna merah.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
7
manga modern. Osamu Tezuka dilahirkan di Toyonaka, Osaka tanggal 3 November 1928 dan memulai debutnya ketika ia berumur 17 tahun sebagai kartunis di koran Mainichi Jepang dengan serial komik strip yang berjudul Mā-chan no Nikki (Buku harian M ā). Setahun kemudian, tahun 1947 Tezuka mambuat Shintakarajima (“Pulau Harta Karun”). Shintakarajima menjadi sangat sensasional karena para pembacanya mengatakan dengan membaca cerita shintakarajima hampir sama seperti menonton film. 18 Manga ini dibuat hampir 200 halaman. Karya lain Tezuka yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (Astro Boy). Tetsuwan Atom adalah robot baik hati berbentuk manusia (anak kecil). Tema sentral manga ini ialah bahwa robot sebagai simbol teknologi dapat menjadi sahabat manusia. 19 Tetsuwan Atom dirilis menjadi serial animasi televisi Jepang pada tahun 1963. Salah satu mangaka yang terinspirasi oleh Tezuka adalah Fujimoto Hiroshi (lebih dikenal dengan sebutan Fujiko F. Fujio). Fujimoto Hiroshi lahir di Takaoka, Toyama, Jepang pada tanggal 1 Desember 1933 dan meninggal pada tanggal 23 September 1996 karena penyakit hati. Dia adalah salah satu mangaka anak-anak yang sangat terkenal dan sukses. Rekan kerja samanya bernama Abiko M otoo (dikenal dengan sebutan Fujiko Fujio (A)). Fujimoto bertemu Abiko pada saat kelas 5 SD yang baru saja pindah ke sekolahnya. M ereka berdua menyukai kartun, sehingga mereka berkolaborasi dalam pembuatan manga. Nama pena mereka yaitu Fujiko 18
Frederik.,op.cit., 235 Timothy J. Craig,ed. Japan Pop!Inside the World of Japanese Popular Culture. (New York: M.E Sharpe), 2000, 171 19
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
8
Fujio.20 Tahun 1952 manga awal yang mereka buat berjudul Tenshi no Tama-chan (Bidadari Kecil Tama). Di samping itu, manga hasil kolaborasi mereka berdua yang paling terkenal adalah Obake no Q-taro (hantu Q-Taro) yang menjadi pelopor program TV Jepang pada tahun 1960-an. 21 Walaupun mereka berkolaborasi, tetapi ternyata mereka lebih suka bekerja masing-masing. Akhirnya pada tahun 1988 mereka tidak lagi bersama sebagai partner. Adapun karya-karya utama Fujiko F. Fujio, diantaranya: P-man (1966-1968, 1983-1986), 21-emon (1968-1969, 1981), Moja-ko (1969-1970), Ume-boshi Denka (1969), Doraemon (1969-1996), Kiteretsu Daihyakka (1974-1977), Esper Mami (1977-1982). Karya Fujimoto yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Doraemon. Manga Doraemon pertama kali terbit pada tahun 1969. Manga ini terbit berkesinambungan dalam 6 judul majalah bulanan anak-anak. M ajalah-majalah tersebut yaitu: majalah Yoiko (anak baik), Yōchien (taman kanak-kanak), Shogaku Ichinensei (kelas 1 SD), Shogaku Yonnensei (kelas 4 SD), dan sejak tahun 1973 di majalah Shogaku Gonensei (kelas 5 SD), dan Shogaku Rokunensei (kelas 6 SD). Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda. Pada tahun 1979 CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon. 22
20
“ Bibliografi Fujiko F. Fujio”, http://www.imdb.com/name/nm0297742/bio tgl 1 April 2008
pkl 21:44
21
Mark Schilling. The Encyclopedia of Japanese Pop Culture. (New York: Weatherhill),
1997, 39 22
“ Doraemon” http://id.wikipedia.org/wiki/Doraemon tgl 1April 2008 pkl. 21:50
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
9
Manga Doraemon berkisah mengenai kehidupan seorang anak laki-laki pemalas kelas 4 SD yang bernama Nobi Nobita yang tinggal di kota Tokyo. Ayah Nobita seorang pegawai kantor dan ibunya seorang Ibu Rumah Tangga. Nobita digambarkan sebagai seorang anak yang selalu mendapatkan nilai terendah di kelasnya, selalu dimarahi ibunya karena tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru, tidak pernah membersihkan kamar tidur dan tidak pernah bangun tepat waktu pada pagi hari. Selain itu, dia pun tidak bisa bermain baseball dan mengendarai sepeda. Nobita menginginkan supaya orang tua dan gurunya bisa bangga terhadapnya tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu untuk dapat merubah kebiasaan buruknya itu. Dia selalu mengandalkan Doraemon dan meminta bantuannya. Doraemon adalah seorang robot kucing yang datang dari abad ke-22. 23 Doraemon berasal dari kata “dora-neko” yang berarti “kucing tersesat”, dikirim dari masa yang akan datang oleh cucu dari cucu Nobita yang bernama Sewashi untuk menolong Nobita agar keturunannya merasakan hidup yang lebih baik. Sebab, dalam kehidupan aslinya (tanpa dibantu Doraemon), Nobita selalu gagal dalam pelajaran sekolah, gagal dalam karier, dan meninggalkan keluarganya dengan masalah keuangan. Selain Nobita dan Doraemon, tokoh-tokoh lain dalam manga Doraemon, diantaranya Shizuka M inamoto, Takeshi Goda (Giant), Suneo Honekawa, Ayah Nobita (Nobisuke Nobi), Ibu Nobita (Tamako Kataoka), Nenek (dari pihak ayah), Kakek (dari pihak ayah), Nobisuke (anak Nobita di masa yang akan datang), Sewashi 23
Ibid
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
10
(cucu dari cucu Nobita), Dorami (adik perempuan doraemon), Hidetoshi Dekisugi, Jaiko (Adik perempuan Giant), Sunetsugu (Adik laki-laki Suneo), Sunekichi (Sepupu laki-laki Suneo), Pak guru, Sunetaro (Anak laki-laki Suneo), Hideyo (Anak laki-laki Dekisugi). Manga Doraemon tidak hanya digemari oleh orang Jepang saja, tetapi kepopuleran manga ini sudah meluas ke berbagai dunia, terbukti dengan diterjemahkannya manga ini ke berbagai bahasa, seperti Indonesia (penerbit Elex M edia Komputindo), Vietnam (penerbit NXB Kim Dống), M alaysia (Tora Aman), dan Thailand (penerbit Nation Edutainment). Selain dalam bentuk manga, pada tahun 1979 Doraemon diadopsi menjadi sebuah serial TV dalam bentuk anime 24. Serial TV Doraemon disutradai oleh Tsutomu Shibayama, dibuat oleh Shin-ei Animation dan ditayangkan pertama kali di stasiun TV Asahi pada tanggal 2 April 1979
25
.
Penayangan Doraemon di stasiun TV Asahi berlangsung sampai sekarang. Di samping manga, anime Doraemon pun masuk ke Indonesia yang pertama kali disiarkan oleh stasiun TV RCTI setiap hari minggu pukul 8.00 dari tahun 1991 hingga saat ini. 24
Anime adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan film animasi atau kartu Jepang. Kata tersebut berasal dari kata animation yang dalam pelafalan bahas a Jepang menjadi animeshon. Kata tersebut kemudia disingkat menjadi anime. Meskipun pada dasarnya anime tidak dimaksudkan khusus untuk komik Jepang, tetapi kebanyakan orang menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi Jepang dan non-Jepang. (http://norma_aisyah.blogs.friendster.com/normaann/2007/09/bab_02_anime.html tgl 13 Mei 2008 pkl. 19:21) 25 “ Doraemon wikipedia”.,loc.,cit
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
11
Eksistensi manga maupun anime Doraemon sangat mengagumkan. Manga Doraemon meskipun bertema robot dan awalnya merupakan manga untuk anak-anak tetapi pada akhirnya banyak para remaja bahkan sampai orang dewasa yang membaca manga ini. Berdasarkan paparan di atas, penulis menjadi tertarik untuk menjadikan manga Doraemon sebagai objek penelitian. Adapun alasan penulis memilih manga Doraemon sebagai objek penelitian, yaitu: (1) manga Doraemon banyak disukai orang, baik di negeri Jepang sendiri ataupun di berbagai negara di luar Jepang, (2) eksistensi anime Doraemon yang bisa bertahan berpuluh tahun bahkan sampai di Indonesia, (3)
kepopuleran manga Doraemon dalam bentuk tankōbon di semua
kalangan masyarakat dan berbagai usia, (4) Doraemon dijadikan Duta Besar untuk mempromosikan kebudayaan Jepang kepada orang luar negeri, (5) Doraemon menjadi ikon budaya pop di Jepang, serta (6) Keberhasilan Fujimoto menggabungkan tokoh-tokoh faktual (tokoh yang benar-benar nyata ada dalam kehidupan manusia, seperti ayah, ibu, anak) dengan tokoh-tokoh fiktif (tokoh yang sebenarnya hanya ada dalam hayalan pengarang dan tidak mungkin ada dalam kehidupan manusia, tetapi tokoh ini seolah-olah nyata dalam manga, contohnya Doraemon dan Dorami) serta menampilkannya dalam kesatuan cerita yang utuh. Kesemua hal ini yang membuat Doraemon lebih menarik.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
12
M aia Tsurumi (2000) mengatakan bahwa manga merupakan salah satu indikator mengekspresikan nilai dan norma kehidupan masyarakat Jepang. 26 Hal ini dapat diartikan bahwa secara tidak langsung dalam sebuah manga terdapat nilai-nilai yang tersirat di dalamnya yang dapat mengajarkan sesuatu kepada para pembacanya. Hal itulah yang memicu penulis untuk mengetahui nilai apa saja yang terdapat di dalam manga Doraemon sehingga manga ini manjadi manga yang bisa diterima di semua kalangan masyarakat
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas terutama yang berkenaan dengan pernyataan Tsurumi bahwa manga merupakan salah satu indikator mengekspresikan nilai dan norma kehidupan masyarakat Jepang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah nilai-nilai moral kehidupan masyarakat Jepang seperti apa yang tercemin dalam manga Doraemon sehingga manga ini masih dapat diterima hingga sekarang baik di kalangan masyarakat Jepang maupun di kalangan masyarakat Indonesia.
26
Maia Tsurumi,”Peran Gender dan Komik anak Perempuan di Jepang” dalam Japan Pop!Inside the World of Japanese Popular Culture. (New York: M.E Sharpe), 2000
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
13
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan nilai-nilai moral dalam kehidupan anak-anak Jepang yang tercermin dalam tokoh-tokoh manga Doraemon.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dalam skripsi ini penulis memfokuskan penulisan hanya mencakup nilai-nilai moral dalam manga Doraemon yang tercermin dari tingkah laku para tokohnya. Manga Doraemon karya Fujiko F. Fujio secara keseluruhan terdiri atas 45 seri dan dari setiap seri terdiri dari beberapa cerita dengan judul yang berbeda-beda. Dalam penulisan ini, penulis memilih secara acak cerita-cerita Doraemon dari manga Doraemon seri 1, 2, 4, 45 dan manga Doraemon seri campuran untuk dianalisis. Cerita-cerita yang penulis analisis berjudul: mirai no kuni kara haru baru to (dari negeri masa depan yang jauh), maruhi supai daisakusen (merahasiakan perang besar dengan menggunakan mata-mata), gosenzosama ganbare (nenek moyang, semangat), ichi sei ni ichi do wa hyaku ten wo (sekali lagi seumur hidup mendapat nilai 100) , doraemon no daiyogen (ramalan terbesar doraemon), henshin bisuketto (biskuit yang bisa membuat berubah), garapa sei kara kita otoko (laki-laki yang datang dari bintanag garapa), migi koro boushi (topi waktu kanan), kyouryuu hanta (memburu dinosaurus), obaachan no omoide (teringat kepada nenek), kagegari (bayang-bayang), sayounara doraemon (selamat tinggal Doraemon), serta boku wo tasukeron (tolong
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
14
aku). Alasan penulis mengambil cerita-cerita di atas sebagai bahan analisis karena cerita-cerita tersebut paling mencerminkan sikap moral yang akan penulis analisis.
1.5 Kerangka Teori M enurut K. Bertens (2004:141) dalam bukunya yang berjudul Etika, nilai sekurang-kurangnya memiliki 3 ciri, yaitu: 1) nilai berkaitan dengan subyek (peneliti). Dalam hal ini subjek menjadi penilai karena bila tidak ada yang menilai, hal tersebut tidak akan diketahui nilainya, 2) Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subjek ingin membuat sesuatu. Dalam pendekatan yang teoretis, nilai tidak akan ada bila tanpa ada wujud (objek penelitian), 3) Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang “ditambah” oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek. Nilai tidak dimiliki oleh obyek pada dirinya tetapi subyeklah yang menilai sehingga obyek menjadi bernilai dan dari satu obyek yang sama akan menimbulkan pelbagai penilaian yang berbeda-beda dari subyek contonya tokoh Doraemon apabila dipandang sekilas hanyalah robot kucing biasa tetapi karena ada penulis sebagai penilai, Doraemon menjadi sosok yang baik hati sebab dia selalu membantu Nobita bila sedang kesusahan. Namun, karena kebaikannya yang terlalu berlebihan, terkadang orang lain ada yang menilainya negatif yang membuat Nobita menjadi manja padanya dan tidak bisa hidup mandiri serta meminta bantuan pada Doraemon bila terbentur suatu masalah.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
15
Salah satu cara yang sering digunakan untuk menjelaskan nilai adalah membandingkannya dengan fakta. 27 Fakta yang dimaksudkan adalah semua unsurnya dapat dilukiskan satu demi satu dan uraian itu pada prinsipnya dapat diterima oleh semua orang. Contohnya: ibu Nobita dalam manga Doraemon digambarkan sebagai seorang ibu rumah tanga yang bertugas mengurus anak, pendidikan anak, menjaga rumah, mengurus keuangan keluarga, dan lain-lain (fakta), tetapi ibu Nobita seorang ibu yang galak karena sering memarahi Nobita apabila tidak belajar ataupun tidak mau membereskan kamar tidurnya sendiri. Selain itu, ibu Nobita termasuk orang yang cerewet karena sering mengomeli Nobita (nilai). Dari sini dapat terlihat perbedaan nilai dan fakta. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang, sedangkan fakta menyangkut ciri-ciri obyektif.28 Terdapat banyak macam nilai, seperti nilai ekonomis, nilai estetis, dan sebagainya. Pada bahasan kali ini penulis akan mengangkat mengenai nilai moral. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai didefinisikan sebagai sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sedangkan kata moral berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban. Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa nilai moral adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan berupa ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban.
27 28
K. Bertens. Etika. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 1993, 140. Ibid.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
16
Nilai-nilai moral dalam manga Doraemon yang akan penulis analisis yaitu nilai amae, nilai giri, nilai ninjou, nilai kejujuran, dan nilai kesetiaan. Oleh karena itu, kerangka teori yang digunakan dalam menganalisis nilai-nilai moral tersebut adalah teori amae yang dikemukakan oleh Takeo Doi, teori giri dan ninjou yang dikemukakan Ruth Benedict serta teori kejujuran dan kesetiaan menurut Izano Nitobe. M enurut Takeo Doi (1981:29) dalam bukunya yang berjudul The Anatomy of Dependence, amae ( 甘 え ) bukanlah rasa manis yang dirasakan oleh lidah melainkan watak manja atau suatu ketergantungan seseorang terhadap orang lain dalam masyarakat Jepang. Amae dijadikan landasan bagi orang Jepang dalam berperilaku. Amae dapat terjadi ketika ada orang yang bersikap manja serta ada pula orang yang memanjakannya atau adanya orang yang bergantung (mengandalkan) orang lain dan ada pula orang yang diandalkannya. Ruth Benedict (1982:140-142) menggambarkan giri sebagai suatu kewajiban yang sudah seharusnya dibayar. Giri merupakan hutang budi seseorang kepada orang lain yang mana hutang budi tersebut baik suka maupun tidak suka mesti dibayar dalam jangka waktu dekat atau lama. Seseorang tidak boleh melupakan girinya karena orang Jepang menganggap rendah orang yang tidak mau membayar giri. Dalam pelaksanaan giri, umumnya seseorang mengalami dilema. Dilema ini muncul karena kewajiban sosial yang harus dilakukannya bertentangan dengan keinginan pribadi. Keinginan pribadi atau perasaan manusiawi inilah yang disebut dengan ninjou.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
17
Ninjou merupakan perasaan kasih sayang untuk sesamanya yang tercurahkan dari hati yang paling dalam. Perbedaan yang sangat mendasar antara giri dan ninjou adalah bahwa ninjou tidak meminta balasan atas perasaan atau perbuatan yang telah dilakukan untuk orang lain sebab semuanya adalah tulus dari hati (Benedict : 142). Nilai moral yang lainnya yaitu nilai kejujuran dan kesetiaan. M enurut Izano Nitobe (1969 : 23) kejujuran adalah sifat penting yang harus dimiliki oleh seluruh manusia di dunia ini. Dengan adanya sifat jujur, semua orang akan dapat menjalankan hidup ini dengan lurus. Sifat jujur ini harus sudah diterapkan dari dini dan biasanya terbentuk dari sebuah keluarga. Sehingga keluarga menjadi faktor utama dalam pembentukan nilai moral dalam diri seseorang. Nilai kesetiaan dalam masyarakat Jepang terbentuk kokoh di dalam individu setiap samurai. Sifat ini dimilki oleh seluruh samurai pada jaman feodal akhir dimana pemerintahan berpusat pada keluarga militer Tokugawa (1573-1603), antara lain berupa kesetiaan kepada atasan. Karena kesetiaan yang sangat tinggi kepada atasan, maka seorang samurai rela mengorbankan nyawanya demi atasan. Kesetiaan terhadap atasan dalam masyarakat Jepang menduduki posisi tertinggi (Nitobe, 1969: 82&93).
1.6 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Sumber data penulis dapatkan dari buku-buku perpustakaan FIB (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), PSJ (Pusat Studi Jepang), JF (Japan Foundation) , KWJ
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
18
(Kajian Wilayah Jepang), dan Perpustakaan Pusat UI. Selain itu, penulis pun mencari data melalui internet. Bahan-bahan yang telah penulis dapatkan lalu dikumpulkan, serta dicari data-data yang relevan dengan penelitian. Setelah itu, penulis membaca dan memahami bahan tersebut. Selelah dipahami, penulis menginterpretasikan sendiri dan kemudian bahan-bahan itu penulis analisis. Data yang telah dianalisis, penulis deskripsikan kembali dalam skripsi ini.
1.7 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi dalam empat bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini. Dari latar belakang tersebut ditariklah rumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian ini. Selain itu, juga dibahas tentang ruang lingkup penelitian, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika penulisan skripsi ini. Bab kedua merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum manga Doraemon, faktor-faktor yang menyebabkan manga Doraemon masih bisa bertahan dan disukai banyak orang, serta beberapa tokoh-tokoh penting yang ada dalam manga Doraemon. Bab ketiga adalah bab yang membahas tentang kerangka teori. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai kelima konsep yang menjadi dasar dari penulisan skripsi, yaitu nilai amae, nilai giri, nilai ninjou, nilai kejujuran dan nilai kesetiaan yang melandasi perilaku orang Jepang yang tercermin dalam perilaku tokoh-tokoh dalam manga Doraemon.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia
19
Bab keempat merupakan bab analisis data penelitian. Dalam bab ini penulis akan akan mencoba untuk menganalisis nilai moral yaitu amae, giri, ninjou, kejujuran dan kesetiaan yang tercermin dari perilaku orang Jepang melalui manga Doraemon yang penulis ambil dari beberapa judul cerita di dalamnya Bab kelima adalah bab kesimpulan dari penelitian ini. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam bab II, bab III dan bab IV. Kesimpulan ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk lebih memahami nilai moral yang ada dalam sebuah manga.
Niliai-nilai moral..., Noneng Fatonah, FIB UI, 2008 Universitas Indonesia