BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan
kegiatan
operasional
sehari-hari.
Meningkatnya
efektifitas
penggunaan modal baik jangka pendek maupun jangka panjang dan menekan biaya modal dapat tercapai dengan bauran pendanaan yang cukup dan sesuai kebutuhan perusahaan. Jumlah modal yang besar atau kecil dapat menguntungkan maupun merugikan perusahaan. Dalam hal ini juga harus diperhatikan oleh perusahaan milik Negara yang lebih dikenal dengan sebutan BUMN. BUMN merupakan aset negara yang mempunyai peran strategis sebagai pilar penyeimbang bersama-sama dengan badan usaha milik swasta (BUMS) dan koperasi dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Sehingga dalam kegiatan operasionalnya BUMN juga harus memperhatikan strategi pendanaan dan penggunaan yang tepat. Sebab strategi yang salah berakibat fatal dalam kelangsungan perusahaan. Struktur modal meliputi hutang jangka panjang dan ekuitas. Hutang jangka panjang dapat diperoleh dari penjualan surat berharga berbentuk obligasi maupun pinjaman dari pihak investor. Sedangkan ekuitas dapat diperoleh dari laba ditahan dan saham (go public). Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran sumber dana permanen dengan kontribusi hutang dan ekuitas secara optimal agar mampu memaksimalkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan dapat tercermin dari kinerja perusahaan yang salah satunya dapat dilihat dari laba bersih
10 Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Seperti halnya BUMN yang terus dituntut untuk memberikan kinerja yang baik demi meningkatkan laba bersih yang membantu pendapatan negara, karena salah satu pendapatan negara berasal dari BUMN. Berdasarkan data kementerian BUMN tahun 2011 bahwa penjualan dan asset perusahaan BUMN dari tahun 2005 sampai 2010 mengalami peningkatan yang signifikan, seperti terlihat pada Gambar 1.1: Gambar 1.1 Perkembangan Aset dan Penjualan BUMN 2005-2010 (dalam triliun rupiah)
Sumber : Kementrian BUMN, dikutip dari Majalah Investor Nov. 2011
Dapat dilihat dari Gambar 1.1 bahwa aset BUMN dari tahun 2005 sampai 2010 mengalami kenaikan, hal ini menandakan pengelolaan aset yang baik oleh BUMN. Semakin besar aset perusahaan akan berdampak terhadap tingginya likuiditas perusahaan yang memberikan petanda bahwa BUMN memiliki prospek yang baik untuk masa depan. Walaupun pada tingkat penjualan terjadi penurunan setelah tahun 2008 dari Rp. 1161,7 Triliun menjadi Rp. 987,4 Triliun pada 2009 dan Rp. 114,5 Triliun pada 2010. Hal ini harus menjadi perhatian BUMN dalam
11 Universitas Sumatera Utara
meningkatkan penjualan mengingat pasar di Indonesia yang sangat menjanjikan dengan berkisar 240 juta orang. Tabel 1.1 Pertumbuhan Laba bersih BUMN 2005-2010 (dalam triliun rupiah) Tahun Laba bersih Pertumbuhan 2005
42.3
-
2006
53.2
25.77%
2007
70.7
32.89%
2008
78.4
10.89%
2009
88
12.24%
2010
102
15.91%
Sumber : Kementrian BUMN, dikutip dari Majalah Investor Nov. 2011
Berdasarkan data laba bersih BUMN pada Tabel 1.1, terlihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2005-2010, pada tahun 2007 terdapat pertumbuhan laba bersih terbesar sebesar 32,89%. Terlihat juga bahwa penurunan penjualan pada tahun 2009 dan 2010 tidak diikuti oleh laba bersih yang terus tumbuh bahkan pada tahun 2010 laba bersih mencapai angka Rp. 102 Triliun. Hal ini mencerminkan efektifitas perusahaan dalam mewujudkan laba bersih dengan meminimalisasi beban perusahaan. Dari data dapat dilihat bahwa tercapainya hal tersebut dikarenakan manajemen dan strategi yang tepat yang dilakukan perusahaan. Salah satunya adalah manajemen modal yang baik, baik bauran pendanaan yang tepat maupun alokasi dana yang terarah.
12 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan peringkat BUMN tahun 2011 menurut majalah investor dinilai dari Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai berikut : Tabel 1.2 ROI, ROE dan NPM BUMN berdasarkan Sektor Semester I 2011 (dalam %) No.
Nama Perusahaan
ROI
ROE
NPM
4.64
43.83
22.86
24.75
36.97
35.24
1
PT Bank Rakyat Indonesia tbk
2
PT Asuransi Jasa Raharja
3
Perum Pegadaian
6.53
40.43
21.94
4
Perun Jasa Tirta I
33.09
42.74
19.23
5
PT Perkebunan Nusantara III
15.73
32.13
18.04
6
PT Semen Baturaja
29.67
48.51
24.87
7
PT Perusahaan Gas Negara Tbk
20.54
48.74
31.57
8
PT Bio Farma
17.38
22.18
20.30
9
PT Kawasan Industri Medan
17.87
22.83
58.55
10
PT Waskita Karya
3.47
31.56
2.12
11
PT Biro Klasifikasi Indonesia
24.53
31.31
12.84
12
PT Pelabuhan Indonesia II
17.00
22.18
41.69
13
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
11.68
27.78
16.81
14
PT Krakatau Steel Tbk
7.00
14.08
7.15
Sumber : Majalah Investor November 2011
Dari Tabel 1.2 terdapat 14 perusahaan BUMN yang dinilai terbaik oleh majalah investor pada tahun 2011. Penilaian ini berdasarkan nilai ROI, ROE dan NPM dan dikelompokkan berdasarkan sektornya, sehingga terlihat perbedaan yang signifikan.
13 Universitas Sumatera Utara
ROI merupakan rasio profitabilitas untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Sadalia, 2010). Tingginya ROI menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dihasilkan dibanding dengan aktiva perusahaan, sehingga ROI yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dengan pengolaan aktiva dengan efektif. ROE yang tinggi cenderung akan meningkatkan laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang menurun. PT Perusahaan Gas Negara Tbk memilki pertumbuhan ROE tertinggi sebesar 48,74% sedangkan PT Krakatau Steel Tbk memiliki pertumbuhan ROE terendah sebesar 14,08%. Kebutuhan modal perusahaan dapat di penuhi baik dari sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan, di mana pemenuhan kebutuhan modal tidak di ambilkan dari luar perusahaan melainkan dari sumber dana yang di bentuk atau di hasilkan sendiri di dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk laba yang tidak di bagi atau laba ditahan (Nugroho,2006). Laba ditahan adalah bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak di bagikan kepada pemilik perusahaan atau bagian dari laba bersih yang di tanamkan kembali di dalam perusahaan (Nugroho,2006). Sumber internal sering di pandang sebagai sumber utama dalam perusahaan untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama bagi perusahaan yang mempunyai resiko usaha besar. Sumber dana eksternal adalah sumber dana yang di ambilkan dari sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber dana eksternal meliputi
14 Universitas Sumatera Utara
hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari pemilik perusahaan di dapatkan dengan menjual surat berharga (go public) kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Melalui surat berharga maka masyarakat dapat ikut menjadi pemilik perusahaan dengan menanamkan modal dalam perusahaan. Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Tidak jarang perusahaan-perusahaan yang akhirnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Hingga kini belum ada rumus matematik yang tepat untuk menentukan jumlah optimal dari hutang dan ekuitas dalam struktur modal (Seitz,1984). Pedoman umum hanyalah mencari hutang sebanyak mungkin tanpa meningkatkan risiko atau menurunkan fleksibilitas perusahaan. Pada penelitian ini, struktur modal selalu dihubungkan dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan digambarkan melalui perubahan tingkat pengembalian investasi atau sering disebut ROI. ROI menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan (Sadalia, 2010). Semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba bersih akan meningkatkan nilai perusahaan dimata investor sehingga investor mau terlibat dalam pendanaan perusahaan. Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang menguntungkan dari modal sendiri dengan dana yang berasal dari modal jangka panjang. Komposisi itu akan membentuk struktur modal perusahaan yang akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.
15 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menganalisis apakah ada pengaruh rasio struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN dengan judul “Analisis Struktur Modal yang Optimal Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Pada Perusahaan BUMN di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah yaitu “Apakah struktur modal yang optimal berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh rasio struktur modal optimal terhadap tingkat pengembalian investasi perusahaan BUMN di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan : a. Pihak peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan begaimana pengaruh struktur modal yang optimal terhadap tingkat pengembalian investasi pada sebuah perusahaan
16 Universitas Sumatera Utara
b. Pihak stakeholder perusahaan Penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan atau referensi dalam menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan c. Pihak masyarakat Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan atau sumber informasi mengenai struktur modal yang optimal dalam perusahaan. d. Pihak akademisi Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.
17 Universitas Sumatera Utara