BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti diketahui bersama, kondisi saat ini yang terjadi semakin padatnya sepeda motor yang ada di Indonesia terutama Jakarta. Sering kali terlihat di jalan munculnya sepeda motor yang baru. selain itu dengan diperkuat dari hasil penelitian Badan Pusat Statistik
setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah
sepeda motor di Indonesia. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan peningkatan jumlah penjualan motor baru serta grafik yang menunjukan peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor.
Tabel 1.1 Peningkatan Jumlah Sepeda Motor di Indonesia Tahun Penjualan Persentasi Kenaikan (%) (Rupiah) 2007 4.688.263 5.8 2008
6.215.831
32.6
2009
5.881.777
-5
2010
7.398.644
25.8
2011
8.043.535
8.7
Sumber: Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
1
2
Sumber: Badan Pusat Statistik Data Tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Sepeda Motor di Indonesia
Dapat dilihat bahwa grafik pengunaan kendaraan roda dua cendrung meningkat. Seiring dengan pertumbuhan jumlah sepeda motor maka muncul kebutuhan akan helm sebagai salah satu aspek pendukung dalam keselamatan dan keamanan dalam berkendara. Dengan kondisi seperti itu maka akan muncul peluang untuk para pengusaha-pengusaha baru yang terjun dalam industri helm. Selaku pemain yang sudah lama terjun di industri helm PT.MKH (Mustika Kencana Helemindo) menanggapi para pesaing baru itu sebagai sebuah tantangan untuk selalu membuat inovasi-inovasi yang baru agar dapat bertahan dalam industry ini. PT.MKH sudah masuk ke dalam industry helm sejak tahun 1995. Pada saat pertama terjun kedalam industri helm PT.MKH menggunakan nama UD Motor Helmet Indonesia (MHI). Disaat memasuki industri helm perusahaan masih sangat menggunakan cara-cara yang
3
sederhana dalam membuat helm dan juga memiliki tempat yang cukup kecil karena masih termasuk dalam skala industri rumahan kelas bawah. Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya permintaan, perusahaan ini mulai mengalami peningkatan permintaan dari tahun demi tahun sampai saat ini, Perkembangan
jumlah
permintaan
yang
terjadi
pada
perusahaan,
mengharuskan perusahaan untuk menambah wilayah pabriknya, yang dahulu proses produksinya di dalam rumah, kini mulai memiliki bangunan dengan luas hampir 2000 m2. Perusahaan ini mempunyai 2 bangunan, bangunan 1 (A) lebih difungsikan sebagai tempat penyimpanan, tetapi terdapat juga 4 stasiun kerja dalam bangunan tersebut, kemudian bangunan 2 (B) terdiri dari 3 lantai, dalam bangunan ini stasiun kerja lebih difungsikan untuk memproses helm dari barang mentah, setengah jadi hingga menjadi barang jadi.. Masalah yang terjadi dalam perusahaan ini yaitu, kurang tepatnya perencanaan tata letak perusahaan saat ini, dikarenakan adanya jarak perpindahan yang cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama antara stasiun kerja pendempulan dan pengecatan yang berada di bangunan 1 (A) dengan stasiun kerja pengecatan dibangunan 2 (B). Dari hasil observasi dan wawancara dengan SPV (supervisor) bagian produksi, ditemukan masalah bahwa tata letak yang ada kurang tepat sehingga waktu pengerjaannya menjadi tidak tepat waktu (efisien). Berikut merupakan tabel ekstimasi waktu dan waktu nyata dalam memproduksi satu buah helm.
4
Tabel 1.2 Waktu Proses Produksi PT. MKH Proses
Proses produksi
Letak (lantai)
Waktu Waktu ekspektasi (detik)
Nyata (detik)
A
Pendempulan batok
1
25
30
B
Pemotongan sub
1
30
30
komponen C
Pengamplasan batok
1
25
30
D
Pengecatan awal batok
3
25
325
E
Pemasangan sticker
3
15
15
1
60
60
batok F
Penjahitan sub komponen
G
Pengecatan akhir batok
3
25
25
H
Pengeringan batok
3
60
60
I
Perakitan sub komponen
1
60
60
J
Perakitan awal helm
2
100
100
K
Perakitan akhir helm
2
100
160
L
Pengecekan helm
2
25
30
M
Pengepakan helm
2
50
60
Karena proses pembuatan helm yang cukup kompleks tersebut dapat memungkinkan terjadinya hal masalah, salah satu masalah dalam proses produksi PT Mustika Kencana Helemindo adalah jarak antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya yang cukup jauh mengakibatkan cukup tersitanya waktu serta tenaga kerja. Seperti yang terjadi di proses pengamplasan batok menuju proses pengecatan awal batok yang memakan waktu lama karena jarak yang jauh antara proses pengecatan awal batok dilakukan di lantai 3 sedangkan pengamplasan dilakukan dilantai 1. Masalah lainnya adalah proses
5
perakitan sub komponen dengan proses perakitan akhir tidak saling berdekatan (perbedaan lantai 1 dengan lantai 2). Oleh karena itulah masalah ini dapat diangkat untuk diteliti agar dapat memberikan solusi implementatif yang bermanfaat dan juga sebagai bahan referensi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan terkait perencanaan desain dan perbaikan tata letak yang mana akan membawa perbaikan dan peningkatkan produktifitas perusahaan. Seperti yang diketahui bersama bahwa produktifitas berdampak langsung kepada penerimaan profit perusahaan. Sedangkan produktifitas sendiri dipengaruhi oleh efisiensi dan efektifitas dari proses produksi perusahaan. Tata letak menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi sehingga apabila tata letak yang dimiliki perusahaan tidak optimal maka akan berakibat pada pemborosan waktu dan tenaga. Pemborosan yang terjadi dalam proses produksi tersebut akan berdampak pada pengurangan produktifitas yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Untuk meneliti masalah perusahaan tersebut penulis memilih menggunakan pendekatan tata letak berulang dan berorientasi produk. yang di dukung dengan metode kilbridge-wester heuristic. Pendekatan dan metode tesebut digunakan perusahaan yang memproduksi produk yang sama, bervolume tinggi dan bervariasi rendah. Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi produk, yaitu lini fabrikasi dan perakitan. Lini fabrikasi (fabrication line) yaitu merupakan fasilitas berorientasi produk yang dipacu oleh mesin untuk memproduksi komponen ,sedangkan lini perakitan (assembly line) merupakan
6
pendekatan yang menggabungkan berbagai komponen terfabrikasi menjadi satu pada sejumlah stasiun kerja, digunakan pada penggunaan proses berulang. 1.2 Identifikasi Masalah Pada proses pembuatan helm yang dilakukan PT.MKH (Mustika Kencana Helemindo) terlihat tidak efektif dan efisiensi dikarenakan adanya proses produksi yang memakan waktu cukup lama akibat ketidaktepatan dalam penempatan tata letak ruang proses produksi. Berdasarkan dari uraian di atas menunjukan adanya permasalahan pada lokasi dan tata letak proses produksi PT.MKH. Untuk memperjelas dari pembahasan tersebut, maka diperlukan pengindentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah kondisi tata letak sudah mendukung proses produksi yang ada pada PT. Mustika Kencana Helemindo (MKH)? 2. Bagaimana perbaikan tata letak yang tepat untuk mendukung efisiensi lini produksi PT.MKH ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui kondisi tata letak proses produksi yang efisien pada PT.MKH (Mustika Kencana Helemindo) 2. Untuk memberi usulan tata letak yang lebih baik terhadap efisiensi proses produksi pada PT.MKH (Mustika Kencana Helemindo). 1.4 Manfaat 1. Bagi perusahaan: Dapat di jadikan referensi untuk perusahan PT.MKH dalam memutuskan strategi tata letak proses produksi yang lebih efektif dan efisien.
7
2. Bagi
penulis:
Sebagai bahan
kajian
untuk memperdalam
pemahaman penulis dalam ilmu tata letak yang mana dapat dijadikan dasar pemikiran atau landasan untuk kemajuan teori tata letak. 3. Bagi pembaca: Dapat menambah ilmu pengetahuan mereka tentang penempatan tata letak yang efisien dan dalam suatu proses produksi.