BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola, olahraga yang mempunyai banyak penggemar di dunia. Hampir di setiap benua, setiap negara ada tayangan pertandingan sepakbola. Baik itu pertandingan level nasional maupun level internasional. Sepak bola dapat menampilkan permainan atraktif yang dapat menarik minat penonton. Seperti permainan joga bonito tim nasional Brazil yang penuh gaya atraktif, tiki-taka milik FC Barcelona maupun tim nasional Spanyol, atau catenacio milik Italia. Oleh sebab itulah sepak bola mampu membius jutaan pasang mata di seluruh penjuru dunia. Dibanding cabang olah raga lain, sepak bola lebih menarik perhatian penonton. Mereka datang secara berkelompok atau sendirian untuk tujuan yang sama, menyaksikan dan mendukung laga tim kesayangannya. Meskipun sepak bola terkesan sebagai olah raga keras dan identik dengan laki-laki, namun saat ini sudah megalami pergeseran. Sepakbola bukan lagi olah raga untuk laki-laki, saat ini kaum wanita juga banyak yang menggemari jenis olahraga ini. Sepak bola juga menjadi tontonan semua usia baik tua, muda, anak anak. Bahkan penonton sepak bola juga tidak memandang strata sosial ataupun jabatan. Mereka berbaur bersama di dalam stadion untuk mendukung tim kesayangan. Sepakbola Eropa merupakan salah satu komoditas yang cukup mendominasi di dunia, termasuk Indonesia. Semakin majunya teknologi membuat
1
antusiasme para pecinta olahraga ini pun meningkat. Hampir semua di orang di penjuru benua sekarang dapat menyaksikan sepakbola dari layar kaca. Termasuk juga di Indonesia. Banyaknya tayangan langsung sepakbola (Liga Italia di TVRI, Liga Spanyol di RCTI, Liga Inggris di SCTV dan Indosiar; Liga Champion dan Piala UEFA di RCTI) membuat sepakbola Eropa sangat akrab dengan banyak orang Indonesia. Fenomena tentang permainan sepak bola tersebut seperti artikel yang tertulis dalam Jurnal International Broadcasting and Team Sports yang menyatakan bahwa : “In team sports, the number of games to be played by team is determined by league policy. Leagues typically determine the number of teams in the league and the number of games that each team will play. In some cases, leagues allow their teams to schedule nonleague games and even to belong to other league. For example, in European football team belong to a national league, play in national elimination tournaments that are sponsored by national football associations, and may participate in Europeanwide playoffs such as the Champions League. Ultimately league determine the number of games that teams can schedule, which in turn determines the maximum quantity of television rights that can be sold. Where as the number of broadcasters is growing, supply in the most popular team sports has not grown. In football the number of teams in the top leagues has been roughly the same for decades” (Noll, 2010:33). (Dalam olahraga tim, jumlah pertandingan yang dimainkan oleh tim ditentukan oleh kebijakan liga. Liga-liga biasanya menentukan jumlah tim dalam liga dan jumlah permainan yang akan dimainkan oleh setiap tim. Dalam beberapa kasus, liga-liga membiarkan tim mereka menjadwalkan permainan non liga dan bahkan yang tergabung dalam liga-liga lain. Misalnya, dalam sepak bola tim tergabung dalam sebuah liga nasional, bermain dalam turnamen penyisihan yang disponsori oleh asosiasi sepak bola nasional, dan dapat berpartisipasi dalam playoff di seluruh negara Eropa seperti Liga Champions. Pada akhirnya liga-liga menentukan jumlah pertandingan yang dapat dijadwalkan oleh tim, yang nantinya menentukan jumlah maksimal hak televisi yang dapat dijual. Ketika jumlah stasiun televisi terus bertambah, persediaan dalam olahraga popular ini tidak bertambah. Dalam sepak bola, jumlah tim pada liga-liga terbaik hampir sama selama berpuluh-puluh tahun).
2
Sepak bola sekarang ini bukan hanya sekadar olahraga. Di Jerman dan Perancis sepak bola adalah kebanggaan teritorial dan pesta. Sedangkan di Inggris sepak bola adalah sebuah ritual dan hiburan. Tidak heran jika di Old Trafford, stadion Manchester United sering dibentangkan spanduk dalam ukuran raksasa : Manchester United is My Religion, Old Trafford is My Church. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melakukan ritual di stadion dan sepak bola sebagai agamanya (Solihin, 2010)
Para suporter memiliki rasa fanatisme luar biasa tinggi terhadap tim sepak bola idolanya, mereka mewujudkannya dengan cara bergabung ke dalam kelompok suporter atau fans klub sepak bola dengan maksud untuk memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. Mereka tersebar tidak hanya ada di kota masing-masing tempat klub sepakbola itu berada. Tetapi juga di kota-kota lain bahkan di luar negeri banyak juga berdiri fans club yang mendukung tim dari luar negeri.
Menurut Martin dan Nakayama berkaitan dengan fakta bahwa sepakbola telah memiliki peran kultural yang kuat dan sepakbola telah menjadi salah satu institusi budaya dan satu bentuk budaya populer yang cukup dominan, pengaruh sepakbola terhadap identitas orang Indonesia pun tidak terelakkan. Berbagai fans club yang mendukung klub-klub sepakbola Eropa dan beranggotakan orang Indonesia menjadi satu sikap (Achmad, 2007). Terbentuknya komunitas suporter itu juga terjadi karena individu cenderung merasa aman ketika mereka
3
berkomunikasi dengan orang-orang yang mereka anggap suportif dan memiliki banyak kesamaan.
Klub yang mempunyai tradisi kuat di Eropa seperti Manchester United, Liverpool, Real Madrid memiliki cukup banyak basis penggemar di Indonesia. Kumpulan pendukung Manchester United di Indonesia antara United Indonesia. Sedangkan kumpulan para Liverpudlian (pendukung Liverpool) yaitu BigReds. Kumpulan para pendukung AC Milan bernama Milanisti Indonesia. Dan masih banyak nama-nama lain kumpulan para pecinta tim liga Eropa lainnya. Untuk mendukung tim kesayangannya sudah tentu menjadi kewajiban bagi mereka.
Anggota dari komunitas pecinta sepakbola ini berasal dari berbagai latar belakang. Tidak hanya kaum pria saja akan tetapi ada juga para wanita yang ikut dalam fans-fans club yang saat ini mulai bertebaran di Surakarta. Kebanyakan dari mereka adalah usia remaja hingga dewasa. Baik itu pelajar sekolah menengah, mahasiswa, dan juga orang yang sudah bekerja.
Namun dukungan yang mereka berikan berbeda dengan suporter sepakbola yang datang ke stadion. Jarak yang terpisah sangat jauh membuat mereka tidak dapat datang langsung untuk mendukung tim idola mereka. Biasanya mereka berkumpul di café, restoran atau tempat lainnya ketika tim kesayangan mereka bertanding dan menonton pertandingan bersama – sama (nonbar). Mereka menonton bersama-sama, menyanyikan yel-yel, dan berteriak ketika ada sebuah kejadian penting saat pertandingan. Meskipun hanya menonton melalui layar kaca dan tidak dukungan mereka tidak secara langsung ke tim yang mereka dukung.
4
Soekanto menjelaskan bahwa suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds). Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton. Akan tetapi bedanya pada spectator crowds adalah kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada umumnya tak terkendalikan. Sedangkan suatu kelompok manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi didalam kelompok itu sendiri, melainkan juga karena adanya pusat perhatian yang sama. Fokus perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter dalam hal ini adalah tim sepakbola yang didukung dan dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain, permainan bola yang bagus dari tim sepakbola yang didukungnya, ataupun tim yang berasal dari individu tersebut berasal. Keberadaan suporter sepak bola mengalami perkembangan seiring berkembangnya waktu dan kompleksitas masyarakat secara keseluruhan(Soekanto, 2010:23).
Salah satu tim yang digemari hampir di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia adalah Manchester United. United pada tahun 2013 mengumumkan jika mereka memiliki 659 juta penggemar di dunia. United menggandeng perusahaan riset pasar, Kantar, untuk melakukan survei. Survei itu dilakukan secara total karena memiliki cakupan yang luas, dengan melakukan penelitian ke seluruh benua.\ Perusahaan riset pasar Kantar mengadakan penelitan di hampir 39 negara dengan sampling 54.000 orang, dari Juni hingga Agustus 2011. Metode
5
penelitiannnya sendiri dilakukan dengan cara face to face. Namun, mengingat cakupannya yang luas, sebagian besar menjawab pertanyaan yang diajukan secara online. Dalam survei tersebut terdapat rincian untuk membuat perhitungannya jadi akurat, seperti mempertimbangkan hal-hal semacam popularitas United di negaranegara yang diteliti, serta apakah ada pemain kelahiran sana yang sedang atau pernah bermain untuk Manchester United di masa silam. Dari total 659 juta penggemar United, Kantar mengatakan jika sebagian (325 juta) hidup di wilayah Asia Pasifik, 173 juta di Timur Tengah dan Afrika, 90 juta di Eropa dan 71 di kawasan Amerika. Lebih jauh, untuk jumlah populasi Red Devils di wilayah Asia Pasifik, Cina menempati urutan satu dengan total suporter mencapai 108 juta orang, diikuti Indonesia dengan 55 juta, 35 juta di India dan 26 juta di Vietnam. Akan tetapi, jika ditilik dari segi rata-rata penduduk yang menggemari United, Indonesia menempati urutan ketiga (22,5 persen), berdiri tepat di bawah Korea Selatan yang memiliki rataan 30,6 persen dan Vietnam dengan 29,2 persen. (Makayasa, 2013) Salah satu tim Eropa yang mempunyai pendukung terbanyak di Surakarta adalah Manchester United. Jika membicarakan Manchester United sudah pasti nama United Indonesia sebagai fans club Manchester United yang ada di Surakarta maupun Indonesia menjadi yang terdepan teringat oleh fans Manchester United di Indonesia. Sejak didirikan pada tanggal 20 Agustus 2006, United 6
Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah member yang terus meningkat diiringi dengan meningkatnya basis fans United yang dikoordinir oleh United Indonesia di seluruh daerah Indonesia yang dikenal dengan sebutan chapter United Indonesia. United Indonesia telah berkembang menjadi sebuah komunitas utama dan terbesar fans Manchester United di Indonesia, kini United Indonesia telah mempunyai chapter di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Pekanbaru, Balikpapan, Medan, Bali, Palembang, Solo, Bogor, Semarang, Makasar (www.unitedindonesia.org). Dalam
sebuah
kelompok
komunitas
atau
organisasi, komunikasi
merupakan komponen yang sangat penting. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak pertama menusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan proses komunikasi. Terbentuknya komunitas - komunitas pendukung tim sepakbola Liga Eropa di Indonesia tentunya menambahkan sebuah pandangan baru akan supporter sepakbola. Supporter yang biasanya ada di dalam stadion, sekarang ada juga di restoran ataupun café. Meski berada di luar stadion, mereka tetap melakukan ritual yang sama seperti supporter di stadion. Begitu pula United Indonesia chapter Solo, komunitas fans Manchester United di Surakarta. Latar belakang yang berbeda tidak menjadi soal ketika menjalani satu tujuan yang sama, mendukung Manchester United saat berlaga. Mereka bersama-sama meneriakan yel-yel dukungan, memaki-maki tim lawan maupun wasit, dan turut bersuka cita 7
meski terpisah jarak yang sangat jauh. Namun mereka tetap melakukannya. Oleh sebab itu penulis mengajukan judul skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Organisasi Komunitas Fans Club Manchester United (United Indonesia) Chapter Solo Dalam Memperkuat Solidaritas Antar Anggota. B. PERUMUSAN MASALAH Olahraga sepakbola tidak bisa dilepaskan dari yang namanya suporter atau fans. Semakin majunya teknologi membuat antusiasme para pecinta olahraga ini pun meningkat. Hampir semua di orang di penjuru benua sekarang dapat menyaksikan sepakbola dari layar kaca. Manchester United sebagai salah satu klub terpopuler menarik minat para penggemarnya membentuk wadah untuk menyalurkan hasratnya. Di kota Surakarta sendiri fans Manchester United tergabung dalam United Indonesia chapter Solo. Yang memiliki jumlah member terbanyak di antara fans club tim Eropa lainnya. Dari latar belakang yang dipaparkan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai yaitu : Bagaimana pola komunikasi organisasi yang terbentuk di dalam kelompok fans club United Indonesia chapter Solo dalam memperkuat solidaritas antar anggota?”
C. TUJUAN Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan pola komunikasi yang terbentuk di dalam komunitas United Indonesia chapter Solo sebagai komunitas penggemar tim Manchester United di kota Surakarta. D. MANFAAT 1. Manfaat teoritis
8
Sebagai wacana tambahan dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian lain yang serupa. Hasil penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi pihak-pihak yang tertarik dengan keberadaan suporter sepak bola. 2. Manfaat praktis a. Dapat membantu dalam menganalisa pola komunikasi yang terjadi di dalam kelompok suporter sepak bola. b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk digunakan pada penelitian berikutnya yang mempunyai tema serupa E. LANDASAN TEORI 1. Komunikasi
Berbicara mengenai komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang di definisikan dan mengevaluasinya. Secara bahasa, komunikasi atau communication berasal dari kata latin communis yang berarti sama, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Secara
umum
komunikasi
dapat
diartikan
sebuah
proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
9
Dari pengertian di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang merupakan syarat terjadinya komunikasi. Onong Uchjana Effendy (Effendy, 1986:6-7) membaginya dalam beberapa komponen : a. Komunikator
: orang yang menyampaikan pesan.
b. Pesan
: pernyataan yang didukung oleh lambang.
c. Komunikan
: orang yang menerima pesan
d. Media
: sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. e. Efek
: dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Dua jenis saluran dalam melangsungkan komunikasi di antara mereka, yakni melalui tatap muka langsung dan melalui media. a. Secara tatap muka langsung atau diadik Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (Mulyana, 2008: 81), mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan pihak- pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. b. Menggunakan media Bebasnya
jaringan
komunikasi
didukung
dengan
bebasnya
menggunakan media dalam penyampaian pesan. Selain diadik atau tatap muka, sesama pedagang juga menggunakan berbagai media pendukung dalam menyampaikan pesan. Media pendukung yang digunakan seperti telepon, telepon genggam, maupun faksimili
10
membuat pedagang tidak harus mendatangi langsung pedagang lain ketika melakukan kegiatan, baik itu pemasaran maupun ketika berperilaku pasar. Hubungannya dengan pemakaian media, media menjadi salah satu bukti bahwa pedagang juga tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti kemajuan teknologi. Sutopo mengungkapkan dalam mengkomunikasikan ideide baru itu di dalam sistem sosial masih memiliki jenis pengaruh lain, inovasi yang telah disebarkan kepada masyarakat dapat diterima atau ditolak oleh individu anggota suatu sistem atau seluruh anggota suatu sistem sosial. Menurut Sutopo, hubungan antara sistem sosial dan keputusan untuk menerima suatu inovasi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Optional Decision, yaitu suatu keputusan yang dibuat oleh individu terlepas dari keputusan yang dibuat oleh individu-individu lain yang ada dalam sistem itu. Dalam kasus ini pun keputusan individual itu jelas
dipengaruhi
oleh
norma-norma
sistem
sosialnya
dan
kepentingannya untuk menyelaraskan diri dengan tekanan kelompok. Keputusan individual seorang petani untuk meningkatkan bibit unggul dan keputusan seorang ibu rumah tangga untuk menerima dan menggunakan tablet pembatasan kelahiran adalah merupakan contoh dari keputusan yang demikian. b. Collective Decision, di mana individu - individu yang ada dalam suatu sistem sosial setuju untuk membuat suatu keputusan berdasarkan suatu kesepakatan bersama. Setelah keputusan yang demikian dibuat,
11
semua orang harus menyelaraskan dirinya dengan keputusan sistem itu. Contohnya ialah pemberian flourid pada air untuk minum di suatu kota. Sekali keputusan masyarakat telah dibuat maka individu harus menerima air yang telah mengandung flourid tersebut. c. Authority menyampaikan masyarakat), komunikannya
Decision,
yaitu
informasi dengan untuk
seorang
kepada
cara
komunikan
memaksakan
memberi
komunikator (sasaran
kehendaknya
keputusan
guna
yang atau supaya
menerima
informasi/inovasi tersebut. Misalnya oleh seorang supervisor dalam suatu organisasi birokrasi. Dalam penerimaan dan penolakan inovasi tersebut, sikap individu terhadap inovasi bukan merupakan faktor yang penting. Ia hanya diberitahu dan diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan keputusan inovasi yang dibuat oleh yang berwenang. Dengan demikian proses komunikasi seperti ini pihak komunikan mengalami terjadinya dehumanisasi(Sutopo, 2009:160). Ada tiga macam konseptualisasi komunikasi yang kita kenal yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi(Mulyana, 2008:67). a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah Suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media.
12
Misalnya, seseorang itu mempunyai informasi mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang lain, orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap telah terjadi. Jadi komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuanya. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab. b. Komunikasi sebagai interaksi Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi-reaksi, yamg arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal maupun non verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Masing-masing dan kedua pihak berfungsi secara berbeda bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima. Pandangan ini selangkah lebih maju daripada pandangan pertama, yakni berkomunikasi sebagai tindakan satu-arah, namun pemahaman ini juga kurang karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.
13
c. Komunikasi sebagai transaksi Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa
komunikasi
tersebut
tidak
membatasi
komunikator
pada
komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Kehidupan manusia tak bisa dilepaskan dari komunikasi. Adanya komunikasi mempermudah manusia dalam berinteraksi maupun saling tukar informasi, pesan, gagasan dan pengalaman. Komunikasi sulit didefinisikan. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya dalam mengevaluasi fenomena yang didefinisikan. (John, 2007:6) Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”(Mulyana, 2008:46). Dalam garis besarnya, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. (Widjaja, 2000:15) Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengkataan apabila muncul. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima komunikasi.
14
Berdasarkan Laswell (Mulyana, 2007:69), terdapat lima unsur komunikasi yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu : a.
Sumber (source) atau komunikator, pihak yang mempunyai
inisiatif memberikan pesan atau informasi kepada komunikan. b.
Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber
kepada penerima baik berupa simbol verbal maupun nonverbal. c. Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima, seperti tatap muka atau lewat media cetak maupun elektronik. d. Penerima (receiver) atau komunikan, yaitu orang yang menerima pesan atau informasi dari sumber atau komunikator. e. Efek, yaitu apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari sumber, seperti penambahan pengetahuan, perubahan emosi, perubahan perilaku, dll. Komunikasi dalam perkembangannya terbagi menjadi beberapa tingkatan atau level. Deddy Mulyana membaginya dalam empat kategorisasi berdasarkan tingkat (level) untuk melihat konteks komunikasi : (Mulyana, 2007:80) a. Komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. b. Komunikasi kelompok
15
Komunikasi kelompok biasanya dilakukan di dalam sebuah kelompok kecil (small group communication) secara tatap muka. c. Komunikasi organisasi Komunikasi
organisasi
(organizational
communication)
adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. d. Komunikasi massa Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). 2. Pola Komunikasi
Pola adalah sebuah sistem maupun cara kerja sesuatu yang memiliki bentuk dan struktur tetap. Pada tingkat masyarakat, komunikasi biasanya berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran dan sikap konsepsi tentang bahasa dan penutur. Komunikasi berpola menurut peran tertentu dan kelompok tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah geografis, dan ciri-ciri organisasi sosial lainnya. Pada tingkat individual, komunikasi berpola pada tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian (Widjaja, 1993: 33). Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam berkomunikasi. Pola komunikasi identik dengan proses
16
komunikasi, karena pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi akan timbul pola, model, bentuk, dan juga bagianbagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi. Menurut Canggara pola komunikasi terdiri dari beberapa macam yaitu (Rakhmat, 1994:25) : a. Pola Komunikasi Primer Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang verbal dan nirverbal. Lambang verbal yaitu bahasa, yang paling sering digunakan karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator. Sedangkan lambang nirverbal yaitu lambang yang di gunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa, namun merupakan isyarat dengan menggunakan anggota tubuh antara lain; kepala, mata, bibir, tangan dan sebagainya. b. Pola Komunikasi Sekunder Pola Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator yang menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak
17
jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi informasi yang semakin canggih. c. Pola Komunikasi Linear Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ketitik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini, pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi. d. Pola Komunikasi Sirkular Sirkular secara harfiah berati bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi seperti ini, proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Menurut Devito (2011:382) ada lima struktur pola komunikasi dalam kelompok atau organisasi, kelima struktur tersebut adalah : 1. Struktur Lingkaran Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama
18
untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.
2. Struktur Roda Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas. Yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seseorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada di tengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam struktur roda bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah sederhana saja.
19
3. Struktur Y Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya berkomunikasi terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Pola Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada pola ini, seperti pada struktur rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.
20
4. Struktur Rantai Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat pada struktur ini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. Dalam struktur ini, sejumlah saluran terbuka dibatasi. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.
21
5. Struktur semua saluran atau pola bintang Hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota yang lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Pola terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat(Devito, 2011:382-384).
Pola komunikasi yang kemudian dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan dari suatu kelompok dalam berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Pola komunikasi
22
juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. 3. Organisasi
Istilah “organisasi” dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa Inggris bersumber pada perkataan Latin organization yang berasal dari kata kerja bahasa Latin pula, organizare, yang berarti to form as or into a whole consisting of independent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). Jadi, secara harfiah organisasi itu berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung (Effendy, 1990:114). Organisasi merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu, dan tujuan tersebut tidak dapat dicapai kalau tidak ada sistem kerjasama sekelompok orang dalam sebuah organisasi. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi, maka dalam mendirikan organisasi diibaratkan mendirikan rumah. Untuk mendirikan organisasi harus memiliki fundasi dan kerangka organisasi yang baik. Fundasi atau landasan dan kerangka yang dimaksud yaitu asas-asas organisasi organisasi. Asas organisasi harus diyakini betul-betul oleh setiap pembentuk organisasi atau pimpinan yang bertanggungjawab secara keseluruhan. Untuk menjaga kontinyuitas organisasi dan semua aktivitas bergerak ke arah tujuan yang hendak dicapai, maka asas tersebut harus betul-betul menjiwai semua anggota organisasi.
23
4. Komunikasi Organisasi
Kegiatan organisasi tidak pernah luput dari kegiatan komunikasi. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan dan aktivitas komuikasi. Komunikasi organisasi sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan(Mulyana, 2008:78). Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet M.Rogers mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas(Effendy, 2004:114). Komunikasi organisasi
(organizational communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak pada
24
struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk selentingan dan gosip(Mulyana, 2008:80). Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan semakin kompleks, maka demikian juga komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi dan ada kalanya komunikasi publik(Wiryanto, 2005:78). Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Organisasi formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan dibuat. Contoh organisasi formal yaitu lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan. Sedangkan, organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun
25
tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal yaitu arisan ibu-ibu, suporter sepak bola(Winardi, 2003:30). Di dalam organisasi ada dua macam komunikasi yaitu formal dan informal. Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga formal bersifat instruktif atau berdasarkan perintah atau berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing-masing yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan organisasi. Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dan struktur organisasi. Sedangkan, komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi. Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu, gossip, atau rumor. Tentang komunikasi informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat, carilah sumber informasi yang dapat dipercaya, selalu gunakan akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang positif. Informasi dalam komunikasi
26
informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai kalangan. Organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi yang baik dan benar. Komunikasi yang baik dan benar akan terbentuk dengan pembelajaran dan pelatihan dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat menjadi ajang latihan ketika berkecimpung di dalam sebuah organisasi, baik formal atau pun non formal. Komunikasi merupakan sarana untuk menjalin hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena manusia itu adalah makluk sosial, di antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbalk balik. Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadinya proses komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran informasi atau berita. Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selamanya berjalan lancar , hal terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik itu oleh komunikator maupun oleh komunikan, dan juga bahwa komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi.
27
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawabanjawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan. Onong Uchjana Effendy (Effendy, 1990:122) membagi dimensi-dimensi komunikasi organisasi menjadi 2 : a. Komunikasi Internal Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai : “Intercharge of tdeas among the administrators and its particular structure (organization) and intercharge of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management).“ Pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu
perusahaan
atau
jawatan
yang
menyebabkan
terwujudnya
perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas
28
(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
b. Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan kalayak di luar organisasi. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan, dan pada perusahaan-perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya ruang lingkup, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (public relations officer). 5. Fans
Ditinjau dari sejarahnya, suporter sepakbola sudah mulai muncul sejak cabang olahraga ini dikenal. Munculnya fenomena suporter terorganisir (komunitas suporter) dipelopori oleh suporter negara-negara di benua Eropa, yaitu suporter Inggris dengan sebutan Hooligan, Italia biasa dikenal sebagai Ultras. Sebenarnya komunitas-komunitas suporter telah terbentuk di berbagai Negara, bahkan hampir setiap klub sepakbola di dunia mempunyai kelompok suporter sendiri, seperti Juventus (Juventini), Liverpool (Liverpudlian), Real Madrid (Madridista) dan lain sebagainya. Sedangkan di Indonesia kita mengenal Aremania (Arema Malang), The Jak (Persija Jakarta), Bobotoh (Persib Bandung) dan sebagainya. Fans dapat diakatakan sebagai pengikut yang antusias mengikuti bidang olahraga atau seni,
yang mempunyai pikiran, perasaan serta
tingkah laku ekstrim. Kata fans sendiri dapat dikatkan dengan kata
29
fandom. Yaitu dimana seseorang menggemari sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi budaya dan perilaku penggemar secara umum (Lewis, 1992). Sedangkan Jacobson (2003:6), memiliki kesimpulan dari banyak pandangan bahwa fans berbeda dengan spectator dalam olahraga. Jones menyatakan bahwa spectator hanya menonton dan mengamati olahraga lalu melupakannya. Sementara fans akan lebih mencurahkan sebagian harinya untuk tim olahraga yang digemarinya. Pooley mengklaim bahwa perbedaan fans dan spectator terletak pada tingkat kegairahannya. Anderson mencatat bahwa fan berasal dari kata fanatik, sehingga dapat didefinisikan sebagai penggemar olahraga atau sebagai individu yang memiliki antusiasme tinggi pada olahraga. Selain itu menurut Madrigal fans mewakili sebuah asosiasi yang melibatkan individu dengan banyak makna emosional dan nilai. Ada dua faktor yang mampu menimbulkan suatu kefanatikan terhadap olahraga. Pertama adalah level interpersonal seperti pengaruh dari teman, anggot keluarga yang membentuk identitas, dan lingkungan termasuk letak geografis yang cenderung memaksa individu mendukung tim lokal di daerah tempat tinggalnya. Faktor kedua ialah level simbolik seperti faktor personel atau pemain, keunikan, nama tim, logo, warna, dan yel-yel klub.
30
F. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini difokuskan pada para anggota United Indonesia chapter Solo sebagai tempat berlangsungnya komunikasi pendukung tim Manchester United yang berada di wilayah Surakarta. Sepakbola sekarang sudah bersifat universal. Pada umumnya seorang suporter sepakbola berasal dari daerah dimana tim itu berasal. Tetapi United Indonesia chapter Solo adalah sekumpulan penggemar fanatik Manchester United yang ada di Solo. Padahal Manchester United adalah tim yang berasal dari kota Manchester yang ada di negara Inggris. Dalam
kelompok inilah individu-individu akan
melakukan proses
komunikasi, komunikasi yang terjadi apabila komunikator dan komunikan saling berinteraksi
dan terjadi
hubungan yang
timbal
balik. Sehingga mampu
terbentuk suatu pola komunikasi yang berasal dari komunikasi para anggotanya. G. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitiaan adalah ilmu membahas tentang suatu kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah ataupun sebagai pengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Metodologi penelitian membantu peneliti untuk memberikan kerangka kerja dalam memahami obyek pemikiran yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor
31
mengatakan metodelogi kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif, yang ditulis atau yang diucapkan
orang
dan
perilaku-perilaku
yang
dapat
suatu
metode
diamati
(Pawito:2007:84). Studi
deskriptif
kualitatif
adalah
untuk
menggambarkan suatu gejala-gejala sosial atau berusaha. Sebagaimana telah disebutkan dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk mencari atau menggali sumber-sumber data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian mengenai pola komunikasi di antara anggota United Indonesia chapter Solo. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada komunitas pendukung Manchester United di wilayah Surakarta yang tergabung di United Indonesia chapter Solo. 3. Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah para anggota United Indonesia chapter Solo 4. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui sumber data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi partisipatif. Sumber data sekunder yang digunakan meliputi mengutip buku, dokumen, arsip dan catatan lain yang mendukung. Foto dan rekaman digunakan
32
sebagai pendukung dari data-data sebelumnya dan memperkuat gambaran keadaan melalui bahasa audio dan visual. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (Interview) Sumber data penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Maka untuk mengumpulkan informasi diperlukan teknik wawancara untuk menambah informasi mengenai masalah yang sedang diteliti. Wawancara tidak bersifat formal, cenderung wawancara santai. Agar sumber informasi tidak merasa tegang dan mampu memberikan informasi secara jelas dan tidak ada yang disembunyikan. Adapun profil singkat narasumber yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut: 1. Muhammad Fadjrin Merupakan koordinator daerah (Korda) United Indonesia periode 2014-2015. Bertempat tingal di daerah Cemani, Sukoharjo. 2. Sulis Koordinator daerah United Indonesia Chapter Solo sebelum Muh Fadjrin. Merupakan salah satu sesepuh dari United Indonesia Chapter Solo. Tinggal di Nguter Sukoharjo.
33
3. Rhedik Rakadea Member United Indonesia Chapter Solo yang juga mahasiswa sosiologi FISIP UNS. Bertempat tinggal di daerah Manahan Solo 4. Yoga Mahayasa Member United Indonesia Chapter Solo. Bertempat tinggal di Mojosongo, Solo 5. Fandy Armayasa Member United Indonesia Chapter Solo, bertempat tinggal di Sumber, Solo. Bekerja sebagai MC event 6. Angka Weka Putra Member United Indonesia Chapter Solo yang juga mengurusi divisi futsal United Indonesia Chapter Solo 7. Heru Angga Member United Indonesia Chapter Solo yang juga mengurusi divisi membership United Indonesia Chapter Solo b. Observasi Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian ini berlangsung yang meliputi gambaran umum berupa peristiwa, tempat dan lokasi serta benda-benda dan rekaman audio. Dilakukan secara langsung dan menggunakan komunikasi interpersonal. Dikatakan secara langsung karena memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadiankejadian di lokasi (Pawito, 2007:114).
34
Observasi ini akan dilakukan secara formal ataupun non formal untuk mempermudah peneliti dalam mengorek informasi lebih jelas. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pola komunikasi dalam komunitas United Indonesia chapter Solo. c. Studi Kepustakaan Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan data yang diperoleh orang lain melalui penelitian sebelumnya. Studi kepustakaan dilakukan sebelum terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data sekunder, seperti referensi buku, surat kabar dan lain sebagainya. d. Dokumentasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu kamera untuk mengambil gambar ketika terjun ke lapangan. Gambar yang diambil adalah gambar yang berhubungan dengan penelitian ini. Gambar-gambar tersebut berguna sebagai dokumentasi. 6. Teknik Sampling Dalam penelitian komunikasi kualitatif prinsip keterwakilan dengan mendasarkan diri pada random dan probabilitas tidak dibutuhkan karena dinilai tidak efisien dan justru dapat menimbulkan kesesatan (Pawito, 2007:87). Jadi, penelitian kualitatif besarnya sampel tidak ditentukan berdasarkan ketetapan, tetapi disesuakan dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah sampel yang dijadikan informan tidak mewakili populasi. Sifat
35
metode sampling dari penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Oleh karena itu, dalam penelitian ini berdasarkan alasan-alasan tertentu. Informan yang dipilih dianggap lebih tahu dan dapat memberikan informasi secara jelas. Sampel yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah sebagian dari anggota United Indonesia Chapter Solo yang ada di kota Surakarta yang dianggap tahu dan mampu memberikan informasi secara jelas. 7. Validitas Data Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data. Teknik dimana pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. (Moleong, 2002:178). Teknik triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Dimana data tersebut dikontrol oleh data yang sama tetapi dari sumber yang berbeda dan juga mengontrol data yang sama, pada situasi yang berbeda.data yang sama tetapi dari sumber yang berbeda dan juga mengontrol data yang sama, pada situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas data digunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber. Hal ini menunjuk pada sumber-sumber yang bervariasi guna memperoleh data dengan persoalan
36
yang sama. Dalam penelitian ini selain anggota juga digunakan pengurus United Indonesia Chapter Solo sebagai sumber menguji validitas data. 8. Analisis Data Dalam proses pelaksanaannya, tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap. Di antaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain merupakan tahap analisis dan interpretasi data mencakup langkahlangkah reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan /verifikasi (Sutopo:2002:96). Bagan 1 Teknik Analisis Data
(Sumber : Sutopo, 2002:96)
37