BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu isi tujuan nasional Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (Rustopo, 2005: 3). Hal ini merupakan kewajiban sekaligus hak bagi semua warga negara Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh agar tujuan tersebut dapat tercapai. Menurut
UU
Sistem
Pendidikan
Nasional
(www.inherent-
dikti.net/file/sisdiknas.pdf, 2010: 1-2) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam KBBI (1991) dalam Sugihartono,dkk (2007: 3) diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Pendidikan dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah merupakan salah satu tempat terjadinya proses pendidikan dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang sangat berperan dalam pendidikan anak. Pembelajaran di sekolah tidak dapat terlepas dari interaksi antara siswa dan guru. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (2009: 3) “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
1
2
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Agar pembelajaran di kelas dapat berjalan optimal maka diperlukan adanya optimalisasi pelaksanaan peran guru sebagaimana yang tersebut di atas. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskret. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Di Sekolah Dasar mata pelajaran Matematika meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Apabila sejak dini ketiga aspek tersebut dapat dikuasai dengan baik, maka siswa akan dengan mudah menguasai aspek-aspek yang tingkat kesulitannya lebih tinggi di jenjang berikutnya.
3
Perkalian merupakan bagian dari aspek bilangan yang sudah dikenalkan kepada siswa sejak duduk di kelas dua sekolah dasar. Perkalian dibutuhkan oleh siswa untuk dapat memahami beberapa konsep dalam Matematika, dimana konsep-konsep tersebut senantiasa berlanjut dari satu kelas atau tingkat ke kelas berikutnya. Maka perkalian merupakan hal penting yang mutlak harus dikuasai oleh siswa, sebagai bekalnya untuk dapat menguasai dan menerapkan materi-materi mata pelajaran Matematika. Berdasarkan
wawancara
penulis
dengan
guru
yang
mengajar
Matematika di kelas III SD Negeri Tajem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, masih banyak siswa yang belum menguasai perkalian dengan baik. Dari 36 siswa, sekitar 60% siswa belum mencapai nilai 60 untuk materi perkalian. Untuk perkalian bilangan sampai dengan lima, sebagian besar siswa sudah menguasai dengan baik. Namun untuk perkalian bilangan enam sampai dengan sembilan sebagian besar siswa masih belum menguasai dengan baik. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang belum dapat menghafal perkalian sampai dengan bilangan sembilan. Beberapa siswa juga kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal operasi hitung perkalian. Mereka masih menggunakan talis dalam menghitung perkalian di lembar coret-coretannya. Ketika menghitungnya selisih satu saja, hasil akhirnya akan salah. Ketika guru melakukan wawancara dengan siswa mengenai senang atau tidak senangnya mereka dengan pelajaran Matematika, banyak yang menjawab tidak senang, bahkan bosan dengan Matematika. Mereka tidak senang karena mereka menganggap bahwa berhitung itu sulit, terutama bagi
4
yang belum menguasai perkalian dengan baik. Anak-anak merasa bosan dengan pelajaran Matematika karena penyampaian materi oleh guru yang cenderung monoton, yaitu dengan ceramah dan mengerjakan soal, sehingga siswa merasa tidak tertarik dan tertantang untuk mempelajari Matematika. Beberapa uraian di atas menjadi sebab masih banyak siswa yang belum menguasai perkalian bilangan cacah dengan baik. Padahal perkalian merupakan materi dasar yang harus dikuasai siswa agar dapat memahami materi-materi yang berhubungan dengan perkalian, baik di kelas III maupun di kelas-kelas selanjutnya. Dengan melihat keadaan tersebut, penulis ingin meningkatkan keterampilan berhitung perkalian siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode Jarimagic (metode berhitung dengan jari). Metode ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi siswa dalam berhitung perkalian, terutama bagi siswa yang kemampuan mengingatnya kurang, karena sebenarnya matematika bukan untuk dihafal tetapi dipahami.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yang ada, yaitu: 1. Masih banyak siswa yang belum menguasai perkalian bilangan cacah sampai bilangan sembilan dengan baik. 2. Banyak siswa yang kesulitan menghafal perkalian. 3. Beberapa siswa kurang teliti dalam melakukan operasi hitung bilangan.
5
4. Banyak siswa yang menganggap matematika adalah mata pelajaran yang membosankan atau tidak menyenangkan.
C. BATASAN MASALAH Mengingat luasnya aspek yang berkaitan dengan masalah, maka penulis akan memberikan batasan masalah yang akan dibahas, meliputi: 1. Subyek yang diteliti adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Tajem, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogakarta. 2. Penggunaan metode Jarimagic hanya pada mata pelajaran Matematika kelas III. 3. Materi perkalian yang dimaksud adalah perkalian bilangan cacah (0,1,2,3 sampai dengan 10) dengan hasil perkalian bilangan dua angka. 4. Metode yang akan digunakan adalah metode Jarimagic (metode berhitung dengan jari) untuk menghitung perkalian. 5. Media yang akan digunakan dalam penggunaan metode Jarimagic adalah media visual berupa gambar, sedotan, gelas plastik, dan audio visual berupa penayangan film, serta peragaan dari guru. 6. Waktu pelaksanaan penelitian adalah tahun ajaran 2011/2012.
D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya, yaitu: “bagaimana penggunaan metode Jarimagic untuk
6
meningkatkan prestasi berhitung perkalian bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika kelas III SD Negeri Tajem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman?”
E. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode Jarimagic sehingga dapat meningkatkan prestasi berhitung perkalian bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika kelas III SD Negeri Tajem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Objektif 1) Pengembangan ilmu pengetahuan, 2) Meningkatkan mutu pendidikan, khususnya Kelas III SD Negeri Tajem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. 2. Manfaat Subjektif a. Bagi Guru 1) Mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas. 2) Memperbaiki proses pembelajaran di kelas. 3) Meningkatkan kompetensi pedagogik. 4) Meningkatkan kreativitas dan semangat berinovasi. 5) Memberikan pengalaman berharga bagi sesama rekan guru.
7
6) Membudayakan kebiasaan meneliti. 7) Membiasakan berpikir sistematis, efektif dan efisien.
b. Bagi Siswa 1) Menjadi lebih terampil dalam berhitung perkalian bilangan cacah. 2) Memudahkan dalam memahami materi-materi yang lain pada pelajaran Matematika. 3) Meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika. 4) Meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan kreatifitas siswa. c. Bagi Sekolah 1) Memiliki guru yang mau berkreasi dan berinovasi dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas. 2) Meningkatkan jumlah siswa yang lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Matematika.
G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL a. Pengertian Variabel Menurut Sugiyono (2009: 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
8
tertentu, misalnya tinggi, berat badan, motivasi, kedisiplinan, dan model pendelegasian. Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dikatakan variabel karena berat badan sekelompok orang akan bervariasi dengan kelompok yang lain. Variabel yang tidak ada variasinya tidak dapat dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
b. Macam-Macam Variabel Menurut Sugiyono (2009: 61-62), berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi: 1. Varibel Independen atau Variabel Bebas Variabel independen atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
9
3. Variabel Moderator Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat
atau
memperlemah)
hubungan
antara
variabel
independen dengan variabel dependen. 4. Variabel Intervening Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati/diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi
berubahnya
atau
timbulnya
variabel
dependen. 5. Variabel Kontrol Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh
peneliti
bila
akan
melakukan
penelitian
yang
bersifat
membandingkan. c. Variabel dalam Penelitian Dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode Jarimagic Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Berhitung Perkalian Bilangan Cacah Pada Kelas III SD Negeri Tajem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman” ini variabelnya adalah:
10
1. Varibel Independen atau Variabel Bebas Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode Jarimagic. 2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi berhitung perkalian bilangan cacah. d. Definisi Operasional Variabel 1. Metode Jarimagic Menurut M. Fajar Aulia (2009) metode Jarimagic adalah metode berhitung
dengan
jari-jari
tangan.
Metode
Jarimagic
dapat
mengoptimalkan berhitung tambah, kurang, bagi, kali, kuadrat, akar kuadrat, trigonometri maupun logaritma. 2. Prestasi Prestasi adalah hasil yang telah dicapai sebagai bukti dari usaha yang telah dilakukan. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai sebagai bukti belajar. 3. Berhitung Menurut
Tim
Penyusun
(2008:
552)
berhitung adalah
mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi, dan sebagainya). 4. Perkalian Bilangan Cacah Perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Perkalian bilangan cacah berarti penjumlahan yang berulang-ulang dari bilangan cacah.
11
5. Bilangan cacah Menurut Marsudi Raharjo (2004: 1) bilangan cacah atau bilangan kardinal adalah bilangan yang dimulai dari nol, satu, dua,tiga, dan seterusnya hingga tak terbatas.