BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh semua kalangan wisatawan, mulai dari kota besar sampai kota kecil. Bukan hanya masyarakat Indonesia saja yang datang mengunjungi tempat wisata di Indonesia, melainkan turis asing banyak yang datang berkunjung, salah satunya adalah turis Tiongkok. Menurut Andi Mudhi’uddin (2013 : xiv) Pulau Jawa adalah lokasi dari salah satu budaya yang paling menarik di dunia. Secara geografis pulau ini terletak antara Eropa, Timur Tengah dan Asia Utara. Salah satu faktor yang diperhatikan dalam mewujudkan pariwisata yang baik dan berkualitas adalah atraksi wisata. Pariwisata di Indonesia telah tumbuh sangat beragam salah satunya adalah pariwisata budaya, suatu kegiatan yang bersinggungan langsung dengan tata cara kebudayaan lokal. Jika kegiatan tersebut dilaksanakan di Jawa Tengah, Yogyakarta misalnya, maka wajar wisatawan bertanya bagaimana orang Jawa diabad ke-8 mampu membangun Candi Prambanan. Pemerintah melihat, dengan banyaknya tempat wisata di Indonesia, membuat perencanaan mengenai pengenalan budaya yang dimiliki Indonesia dan peningkatan pariwisata Indonesia kepada dunia secara Internasional. Setiap tempat wisata membutuhkan pemandu wisata terhadap turis Tiongkok, tetapi
1
2
banyak tempat wisata yang tidak memiliki pemandu wisata berbahasa Mandarin secara tetap di tempat wisata tersebut. Pemandu wisata berbahasa Mandarin didapatkan bukan dari asal tempat wisatanya melainkan dari luar tempat wisata yang dikunjungi. Menurut Sylvia Tanaga (2008:1) pesatnya perekonomian China ditambah dengan besarnya jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 1,3 miliar jiwa membuat berbagai industri besar berlomba-lomba menanamkan investasinya. Prasyarat
penting
berkomunikasi
yang
bahasa
harus
Mandarin.
dipenuhi Bahasa
investor yang
adalah
telah
kemampuan
menjadi
bahasa
Internasional kedua setelah bahasa Inggris. Begitu pentingnya pemandu berbahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok. Sekarang ini banyak pemandu wisata berbahasa Mandarin yang dicari dari generasi penerus, karena lebih banyak orangtua saja yang dari dahulu mengenal bahasa Mandarin yang mau menjadi pemandu wisata bahasa Mandarin. Jika ada banyak pemandu wisata berbahasa Mandarin yang tetap di tempat wisata tersebut, turis Tiongkok lebih mudah berkomunikasi dan berminat untuk terus berkunjung ke Indonesia. Penguasaan bahasa Mandarin bukan sekedar hanya di lingkungan orang Tiongkok, tetapi menjadi salah satu sarana memperkaya kemampuan intelektual terutama menyikapi perkembangan pesat ekonomi Tiongkok dan globalisasi. Kini terdapat sekitar 3000 mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di China, dimana 90% diantaranya mempelajari bahasa Mandarin. Dari segi kualitas, Indonesia berada diurutan kelima negara yang memiliki siswa
3
terbanyak di China. Kemampuan bahasa asing dijadikan sebagai persiapan meningkatkan kompetensi saat memasuki dunia kerja. (Sylvie Tanaga, 2008:2). China adalah salah satu negara yang memiliki banyak warga negara seperti Indonesia. Turis Tiongkok lebih banyak berkunjung ke Indonesia pada saat musim semi sampai dengan musim gugur mulai dari bulan Mei sampai Oktober, sehingga tidak sedikit turis Tiongkok yang datang ke Indonesia. Akan tetapi masalah yang terjadi disini adalah banyak turis Tiongkok yang lebih memegang erat bahasa Ibu dibanding bahasa asing lainnya. Maka pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan kembali pemandu wisata berbahasa Mandarin, dengan menjalin kerja sama antara biro wisata negara China dan biro wisata di Indonesia demi meningkatkan kecakapan berbahasa Mandarin. Selain itu siap sedia di setiap tempat wisata di Indonesia. Kemampuan pemandu wisata dalam bidang bahasa merupakan salah satu syarat utama, karena bahasa adalah sarana komunikasi antar sesama manusia dalam menyampaikan suatu ungkapan yang akan diutarakan. Untuk itu, pentingnya pemandu wisata berbahasa bisa menjadi salah satu syarat utamanya dalam pelayanan kepada tamu, karena wisatawan bisa mendapatkan informasi mengenai obyek wisata yang sedang dikunjungi melalui pemandu wisata. Manfaatnya dari pemandu bahasa Mandarin dalam menjalin kerja sama biro wisata adalah Indonesia bisa mengikuti jejak negara Tiongkok, dengan mengembangkan budaya Indonesia dan memajukan tempat wisata yang ada di Indonesia. Turis Tiongkok lebih mengutamakan setiap orang yang mengerti
4
bahasa ibu sendiri. Pengembangan bahasa Mandarin di Indonesia sangat jarang ditemukan peminatnya untuk belajar bahasa tersebut dan jarang digunakan khususnya objek-objek wisata yang terdapat di Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari penulis yang mengadakan Praktik Kerja Lapangan di Candi Prambanan dan yang mempraktekkan bahasa Mandarin pada saat menjadi pemandu di Candi Prambanan. Tugas Akhir ini mengangkat permasalahan yang ada, untuk mencari solusi yang tepat dalam memecahkan permasalahannya yaitu tidak adanya pemandu wisata berbahasa Mandarin yang tetap di Taman Wisata Candi Prambanan. Berdasarkan fungsi dan peran penting Bahasa Mandarin seperti disebutkan diatas, maka penulis mengambil judul “PENTINGNYA PEMANDU WISATA BERBAHASA MANDARIN DALAM PELAYANAN KEPADA TURIS TIONGKOK DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN JAWA TENGAH.” B. Rumusan Masalah Rumusan masalah Tugas Akhir ini penulis mencoba memecahkan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Pentingkah pemandu wisata berbahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah?
5
2. Apakah hambatan yang dihadapi pemandu wisata berbahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah? 3. Bagaimanakah solusi dalam mengatasi hambatan yang dihadapi pemandu wisata berbahasa Mandarin kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Mengetahui pentingnya pemandu wisata berbahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah. 2. Mengetahui hambatan yang dihadapi pemandu wisata berbahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah. 3. Mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan yang dihadapi pemandu wisata bahasa Mandarin dalam pelayanan kepada turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan Jawa Tengah. D. Manfaat Penulisan Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis kepada penulis pada umumnya : 1. Manfaat teoritis
6
Penulisan
ini
diharapkan
dapat
menambah
wacana
tentang
kepariwisataan bagi D III bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret. Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak Taman Wisata Candi Prambanan supaya menyediakan pemandu wisata berbahasa Mandarin yang tetap, secara tidak langsung dapat meningkatkan pengunjung turis Tiongkok di Taman Wisata Candi Prambanan. 2. Manfaat Praktis : a. Memberi masukan kepada kepanitiaan organisasi pemandu wisata di Candi Prambanan untuk kemajuan dan peningkatan objek di Taman Wisata Candi Prambanan. b. Bekal mahasiswa berikutnya dalam memunculkan ide-ide baru guna meningkatkan perkembangan kepariwisataan E. Teknik Pengumpulan Data Berfungsi untuk mengukur suatu pengumpulan data dalam pengamatan dipenulisan laporan tugas akhir ini adalah : a. Observasi : Observasi yang dilakukan adalah pengamatan secara langsung yaitu dengan obyek di Taman Wisata Candi Prambanan. b. Wawancara : Wawancara merupakan metode pengumpulan data mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dan jawaban dari responden yang dibuat.
7
Jenis wawancara yang dilakukan secara bebas. Adapun narasumber yang diwawancarai sebagai berikut : 1) Drs. Murtedjo sebagai Ketua Pemandu Wisata Candi Prambanan di Himpunan Pramuwisata Indonesia.. 2) Erni sebagai staf Candi Prambanan di Himpunan Pramuwisata Indonesia. 3) Murtoyo sebagai salah satu penjaga Candi Prambanan di Himpunan Pramuwisata Candi Prambanan. c. Kuisioner (Angket) : Kuisioner
adalah
suatu
teknik
pengumpulan
informasi
yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama didalam organisasi, yang bias terpengaruh oleh system yang diajukan atau system yang sudah ada. d. Teknik analisis data : Cara menghitung atau mengelompokkan jawaban dari kuisioner yang sudah disebar dan sudah diisi. Kemudian menemukan hasil penelitian untuk menyimpulkan laporan tugas akhir ini.