BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan berupa baliho, rontek, spanduk, pamflet dan lain sebagainya yang menempel pada dinding, pohon dan tiang listrik/telepon yang semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor, seluler/alat komunikasi, promosi event sampai iklan politik pada masa menjelang pemilu. Sampah visual yang semakin menjamur ini memunculkan gerakan aksi kolektif untuk menertibkan iklan luar ruangan yang disebut “komunitas reresik sampah visual”. Komunitas Reresik Sampah Visual ini merupakan gerakan aksi damai menertibkan dan membersihkan iklan komersil dan iklan politik yang memprivatisasi ruang publik dan ruang terbuka hijau (sampahvisual.com). Komunitas Reresik Sampah Visual ini dipelopori oleh Sumbo Tinarbuko seorang dosen jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Gerakan Reresik Sampah Visual ini lahir pada bulan Juli tahun 2012 dengan beranggotakan mahasiswa ISI Yogayakarta. Iklan luar ruangan merupakan salah satu komponen dalam Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 9 tahun 1998 dan Peraturan Walikota nomor 74 tahun 2009. Setiap tahunnya pemerintah selalu mentargetkan PAD yang didapat dari izin dan pajak reklame sebagai pendapatan utama. Gerakan komunitas Reresik Sampah
1
2
Visual ini mempunyai tujuan selain membersihkan iklan komersil dan iklan politik yang mengganggu ruang publik juga mendesak pemerintah Kota Yogyakarta tidak menjadikan izin dan pajak reklame sebagai PAD utama sehingga lebih mengedepankan estetika atau keindahan tata ruang Kota Yogyakarta. Fokus dari tulisan ini adalah melihat kegiatan dan peran yang dilakukan komunitas Reresik Sampah Visual dalam menjaga estetika keindahan kota Yogyakarta dari iklan komersil. Aksi damai membersihkan sampah visual serta mendesak pemerintah untuk segera mengesahkan regulasi reklame merupakan tujuan utama komuntas reresik sampah visual. metode yang digunakan untuk melihat fenomena yang dilakukan komunitas Reresik Sampah Visual ini adalah studi kasus.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kegiatan Komunitas Reresik Sampah Visual sebagai elemen masyarakat sipil?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kegiatan komunitas Reresik Sampah Visual sebagai elemen masyarakat sipil; 2. Mengetahui dinamika Komunitas Reresik Sampah Visual.
3
D. Kerangka Teori Eisenstadt (dalam Afan Gaffar, 2006:180) menjelaskan bahwa masyarakat sipil adalah sebuah masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dalam negara yang mampu berinteraksi dengan negara seacara independen. Eisenstadt menambahkan bahwa masyarakat harus mempunyai empat komponen jika ingin disebut masyarakat sipil diantaranya pertama otonomi, akses masyarakat kepada terhadap lembaga negara, ketiga arena publik yang bersifat otonom dan arena publik tersebut terbuka bagi semua lapisan masyakat. Eisenstadt (dalam Lipset 1996) menjelaskan bahwa masyarakat sipil mempunyai beberapa sifat umum yakni sifat mandiri, sifat sukarela, otonom dari pengaruh politik dan institusi formal negara dan lebih terbuka kepada warga negara. Ernest Gellner menekankan bahwa pendekatan masyarakat sipil merupakan bentuk jejaring informal, asosiasi-asosiasi dan lembaga masyakarat yang bersifat otonom dan mampu menjadi penyeimbang bagi negara (Ernest Gellner dalam Gaffar, 1997). Cohen dan Arato (1992) membagi masyarakat menjadi tiga jenis yakni masyakarat sipil, masyarakat ekonomi, dan masyarakat politik. Konsep masyarakat sipil meliputi asosiasi sukarela dan swadaya masyarakat yang berbeda dari negara, partai politik, birokrasi dan lainnya. Chandhoke (1992) menjelaskan bahwa masyarakat sipil penting untuk negara karena dapat menghubungkan negara dengan masyarakat untuk menunjang proses demokrasi. Larry Diamond (2003) menjelaskan bahwa masyarakat sipil melingkupi kehidupan sosial terorganisasi yang
4
terbuka, sukarela, lahir secara mandiri, setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai-nilai bersama. Larry juga menjelaskan bahwa masyarakat sipil bergerak
secara
kolektif
dalam
lingkup
ruang
publik
untuk
mengekspresikan kepentingan-kepentingan, hasrat, preferensi dan ide-ide mereka, bertukar informasi guna mencapai sasaran kolektif, untuk mengajukan permintaaan-permintaan pada negara, untuk memperbaiki struktur dan fungsi negara serta mendesak para pejabat negara bertindak akuntabel. Pada penelitian ini pendekatan yang dipakai untuk melihat masyarakat sipil yakni pendekatan yang dipakai oleh Larry Diamond dan Chandhoke. Masyarakat sipil dilihat sebagai aktor diluar negara yang dapat terhubung dengan negara dan bergerak berdasarkan ide atau inisiatif kelompok atau individu yang membela kepentingan publik dengan cara mengekspresikan kepentingan-kepentingan untuk mencapai sasaran kolektif dan memperbaiki struktur fungsi negara.
E. Definisi Konseptual Masyarakat sipil melingkupi kehidupan sosial terorganisasi yang terbuka, sukarela, mandiri, setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai-nilai bersama.
5
F. Definisi Operasional Pada tataran operasional, masyarakat sipil bersifat terbuka yakni anggotanya merupakan dari semua kalangan yang peduli pada isu ruang publik. Bersifat sukarela karena aksi yang dilakukan tidak mempunyai orientasi profit dan mengedepankan kepentingan bersama, dan bersifat otonom yakni masyarakat sipil tidak terikat dan tidak terintervensi pada pemerintah atau organisasi lain.
G. Metode Penelitian Penelitian ini adalah tentang peran masyarakat sipil dalam pengelolaan ruang publik di kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 – 2016 di kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifan dan menggunakan metode studi kasus (case study). Studi kasus biasanya lebih digunakan oleh orang-orang yang berasal dari mereka yang mempunyai kerangka pikir anti positivisme. Studi kasus sendiri mempunyai berbagai macam definisi seperti K.Yin menjelaskan bahwa Studi kasus adalah suatu penelitian empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, adapun batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak jelas dan multisumber sangat dibutuhkan (K Yin , 2003). Creswell mendefinisikan studi kasus adalah penelitian yang berfokus pada spesifikasi kasus atau beberapa kasus yang utuh pada waktu rentang tertentu dengan memanfaatkan berbagai macam sumber data atau informasi seperti wawancara, observasi, penelitian
6
lapangan, hasil rekaman berupa audio atau video serta hasil laporan penelitian. (Creswell , 1998) Studi kasus dibagi menjadi tiga tipe penelitian. Pertama studi kasus tunggal yakni penelit fokus pada satu isu dan diteliti dengan mendalam. Kemudian tipe kedua yakni studi kasus banyak yang menekankan pada satu fokus isu tetapi mengambil contoh beberapa kasus untuk menggambarkan berbagai macam variasi dari isu atau topik yang menjadi fokus peneliti. Pada penelitian ini studi kasus yang digunakan adalah studi kasus tunggal (single instrumental).
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggabungkan dua teknik sekaligus: desk study dan field study. Dalam penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara mendalam pada aktor kunci yang terlibat dalam proses kebijakan.
1. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan. Peneliti memperoleh data dengan melakukan pengamatan dengan melihat aksi atau kegiatan yang dilakukan komunitas Reresik Sampah Visual baik yang berhubungan dengan masyarakat maupun berhubungan dengan pemerintah Kota Yogyakarta. Selain itu juga mengambil data dengan mengamati pendapatan Pemerintah Kota Yogyakarta yang berasal dari sektor iklan.
7
2. Wawancara Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data secara verbal terhadap individu maupun kelompok. Pada intinya wawancara dilakukan untuk mengetahui tujuan dan strategi yang dilakukan komunitas reresik sampah visual. Wawancara akan dilakukan kepada penggagas yaitu Sumbo Tinarbuko dan satu anggota dari Komunitas Reresik Sampah Visual. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada ketua RT atau Ketua RW di lingkungan kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta yang telah ikut berpartisipasi pada gerakan ini dan pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini Kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan untuk mengetahui prosedur dan aturan terkait pemasangan iklan luar ruangan. Sehingga dari masyarakat sipil berjumlah 4 orang yakni 2 orang dari komunitas reresik sampah visual dan 2 orang dari masyarakat kecamatan Umbulharjo yang pernah terlibat secara langsung dalam kegiatan komunitas reresik sampah visual, dari sisi pemerintah berjumlah 1 orang yaitu kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta. Para informan ini ditanyai hal –hal yang menjadi porsi mereka. Pada umumnya pandangan mengenai ini kondisi penataan reklame di kota Yogyakarta, Kedua mengenai itu bentuk langkah yang dilakukan melihat kondisi reklame. Total jumlah orang yang diwawancarai 5 orang.
8
I. Teknik Analisis Data Analisis Data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian sehingga data-data yang dikumpulkan dapat digunakan sesuai kebutuhan peneliti. Menurut Gumilang (2010), ada dua tahap analisis yang dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kajian penelitian. Pertama reduksi data yakni membaca dengan hati-hati dari data yang terekam dan mengidentifikasi tema-tema utama dari proses penelitian dan kedua pengorganisasian data, yaitu penyusunan ulang data-data yang telah dikumpulkan menjadi masingmasing topik sehingga informasi yang diperoleh lebih spesifik dan menampilkan data kedalam berbagai macam format seperti format teks maupun tabel.
J. Sistematika Penulisan Bab Penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab pertama sebagai bab pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori,dan metode penelitian. Bab kedua berisi penjelasan tentang prosedur dan aturan yang menjadi dasar perizinan iklan luar ruangan, selain itu juga menjelaskan PAD yang diperoleh pemerintah Kota Yogyakarta dari sektor reklame. Di dalam bab ini juga berisi mengenai kemunculan reklame yang semakin banyak dan perkembangan teknologi untuk produksi reklame. Bab ketiga berisi mengenai profile, latar belakang dan tujuannya dibentuknya komunitas reresik sampah visual. Di dalam bab ini juga menjelaskan respon masyarakat terkait komunitas reresik sampah visual.
9
Bab empat berisi tentang kegiatan komunitas reresik sampah visual untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dan pengendalian reklame. Bab kelima merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran terkait hasil penelitian.