BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejarah Rumah sakit di Indonesia dimulai sejak didirikannya Groot Militaire Hospital pada tahun 1836, yang sekarang dikenal sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta (Jacobalis, 2000). Pendidikan Dokter dimulai pada tahun 1851 melalui pendidikan Dokter Djawa atas prakarsa dari Dr. Willem van den Bosh, bertempat di Batavia, dasar pendirian pendidikan
Dokter
Djawa
untuk
mendapatkan
tenaga
kesehatan
bagi
penanggulangan penyakit menular yang mewabah di Hindia Belanda. Tahun 1898 pendidikan Dokter Djawa berubah menjadi Shool Tot Opleiding Van Indische Artsen atau dikenal sebagai STOVIA, tahun 1917, STOVIA berubah menjadi Geneskundige Hooge School (GHS) yang merupakan sekolah tinggi Kedokteran setara dengan Fakultas Kedokteran Eropa. Sejak saat itu Rumah Sakit di Indonesia berkembang sampai dengan saat ini di mana Rumah Sakit dibagi ke dalam beberapa tipe yaitu Rumah Sakit Tipe A atau Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Tipe B, Tipe C dan Tipe D. Rumah Sakit sendiri merupakan institusi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berupa tindakan preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif serta promotif. Rumah Sakit saat ini berkembang dan menghadapi persaingan industri. Rumah Sakit merupakan industri yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi, dituntut untuk menghasilkan produk
1
unggulan yang berdaya saing dan dapat memanfaatkan peluang pasar, tapi harus memperhatikan industri pelayanan jasa kesehatan yang berlandaskan pada etika, kode etik dan moral. Dalam menetapkan strategi sebagai suatu perusahaan, manajemen Rumah Sakit juga mempertimbangkan pengaruh-pengaruh lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kondisi lingkungan perusahaan, dalam hal ini keseluruhan faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan, baik berpengaruh terhadap organisasi maupun berpengaruh terhadap kegiatannya terutama dalam menetapkan kebijakan operasional serta strategi Perusahaan. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi penetapan strategi adalah dicanangkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)oleh Pemerintah yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Menurut definisi dari Kementrian Kesehatan RI, JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.SJSN ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang SJSN, dimana SJSN meliputi : -
Jaminan Kesehatan;
-
Jaminan Kecelakaan Kerja;
-
Jaminan Hari Tua;
-
Jaminan Pensiun; dan
-
Jaminan Kematian.
2
Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) didirikan untuk mendukung pelaksanaan SJSN, BPJS dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24tahun 2011 tentang Badan Pengelola Jaminan Sosial.Badan Penyelenggara yang akan dilebur adalah PT. Asuransi Kesehatan (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT. ASABRI (Persero) dan PT. Taspen (Persero). Transformasi ini diikuti dengan adanya pengalihan aset, liabilitas, program, hak, dan kewajiban. Berdasarkan Undang-Undang tersebut ditetapkan bahwa ada dua badan hukum yang dibentuk yaitu BPJS Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan Kerja, program Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sedangkan badan hukum yang lain adalah BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Landasan hukum dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional juga tertuang dalam UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran dan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan terbagi dalam dua kelompok yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), yaitu peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah dan kelompok yang lain adalah peserta yang bukan PBI.Jumlah peserta per 1 Januari 2014 berdasarkan data BPJS Kesehatan yangberasal dari lembaga-lembaga sebelum transformasi terdaftar sebesar 112.445.191, target peningkatan jumlah peserta sampai dengan akhir Tahun 2014 sebesar 121.600.000 peserta, 96 juta diantaranya ditanggung penuh oleh pemerintah, cakupan peserta diharapkan tiap tahun akan
3
meningkat hingga tahun 2019 diharapkan seluruh penduduk akan ditanggung oleh asuransi atau disebut sebagai Universal Health Coverage. Jumlah peserta sampai dengan Bulan Agustus 2014 sudah melampaui target yaitu sebesar 127.300.000 peserta. Pada tanggal 29 November 2012, Agung Laksono, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat meluncurkan Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2012-2019. 2019.
Sumber : Kementerian enterian Kesehatan RI, Bahan Paparan JKN,2012 Gambar 1.1 Peta Jalan Menuju Universal Health Coverage
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ( ) diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan 4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.Tujuan JKNadalah memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh Pemerintah. Diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Pengelola Jaminan Kesehatan Sosial menyebabkan per tanggal 1 Januari 2014 terjadi pula perubahan dalam sistem pembayaran biaya pelayanan kesehatan dari fee for service, yaitu penyelenggara pelayanan kesehatan akan menetapkan biaya pelayanan kesehatan berdasarkan tiap jenis pelayanan yang diberikan menjadi pembiayaan sistem paket, dimana total biaya telah ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan, dikenal pula dengan sistem Case Base Groups (INA CBG’s ) yaitu menentukan biaya perawatan kesehatan berdasarkan diagnosis yang relatif sama. Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan sebagai pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional dalam memberikan pelayanan menggunakan sistem rujukan berjenjang mulai dari Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama hingga Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan berdasarkan pemetaan wilayah.
5
Rumah Sakit Tipe A atau Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Tipe B,C,D
Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Klinik, Puskesmas,Perusahaan
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, Bahan Paparan JKN,2012 Gambar 1.2. Sistem Rujukan Berjenjang
Jumlah pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama berdasarkan data Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) per Agustus 2014 adalah 17.285 ( Tabel 1.1 ). Perbandingan ideal antara jumlah pemberi layanan kesehatan tingkat pertama dan jumlah Pasien yang dapat dilayani terdapat beberapa versi, menurut World Health Organization (WHO) perbandingan ideal adalah 1:2.500, menurut organisasi Ikatan Dokter Indonesia perbandiangan 1:3.000 sedangkan menurut BPJS Kesehatan perbandingan ideal adalah 1:5.000. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan per Agustus 2014, perbandingan antara jumlah pemberi pelayanan kesehatan dan jumlah Pasien yang dapat dilayani adalah 1 : 7.365. Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan data tersebut, tiga terbanyak adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), disusul Dokter Umum dan Klinik Pratama.
6
Tabel 1.1 Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
NO
TIPE FASKES
JUMLAH
1
Puskesmas
8.633
2
Puskesmas + TT
1.137
3
Dokter Gigi
4
Dokter Umum
3.533
5
Klinik Pratama (swasta)
1.845
6
Klinik Pratama (TNI)
753
7
Klinik Pratama (Polri)
567
8
RS Kelas D Pratama
3
9
RS Kelas D Pratama (TNI)
3
Total
811
17.285
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2014
Tabel 1.2 Pemberi Layanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
NO
TIPE FASKES
JUMLAH
1
RS Kelas A
18
2
RS Kelas B
135
3
RS Kelas C
293
4
RS Kelas D
157
5
RS Khusus (Pemerintah)
129
6
RS Khusus (Swasta)
367
7
RS Swasta
612
8
RS TNI
103
9
RS POLRI
40
7
NO 10
TIPE FASKES
JUMLAH
Klinik Utama
60
Total
1.583
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2015
Data Rumah Sakit sebagai Provider BPJS di area eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 1.3 Rumah Sakit Provider BPJS Kesehatan
NO.
NAMA FASKES
ALAMAT FASKES
Tipe RS
1
RUMKIT Lanud Adi Soemarmo
Surakarta
D
2
RSU ISLAM KUSTATI
Surakarta
C
3
RS BRAYAT MINULYA
Surakarta
C
4
RS MATA SOLO
Surakarta
C
5
RSU Dr MOEWARDI
Surakarta
A
6
RUMKIT Tk IV/741 Slamet Riyadi
Surakarta
D
7
RSUD KOTA SURAKARTA
Surakarta
C
8
RS JIWA SURAKARTA
Surakarta
A
9
RSU Dr. OEN SURAKARTA
Surakarta
B
10
BBKPM Surakarta
Surakarta
C
11
RS PANTI WALUYO
Surakarta
C
12
RS KASIH IBU SURAKARTA
Surakarta
B
13
RS PKU MUHAMMADIYAH
Surakarta
C
14
RS Dr. OEN SOLO BARU
Sukoharjo
C
15
RS NIRMALA SURI
Sukoharjo
D
16
RSUD SUKOHARJO
Sukoharjo
B
17
RSO Prof. Dr. R. SOEHARSO
Sukoharjo
A
8
NO.
NAMA FASKES
ALAMAT FASKES
Tipe RS
18
RS ISLAM SURAKARTA
Sukoharjo
B
19
RS MEDIKA MULYA
Wonogiri
C
20
RS MARGA HUSADA
Wonogiri
D
21
RS MUHAMMADIYAH
Wonogiri
D
22
RS MAGUAN HUSADA
Wonogiri
D
23
RSU MULIA HATI
Wonogiri
D
24
RS AMAL SEHAT
Wonogiri
D
25
RSUD Dr. Soediran MS
Wonogiri
B
26
RS PKU MUHAMMADIYAH
Karanganyar
C
27
RSU JATI HUSADA
Karanganyar
D
28
RSUD KARANGANYAR
Karanganyar
C
Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Surakarta, 2015 Proses klaim berdasarkan diagnosa INA CBG’s disesuaikan berdasarkan Tipe Rumah Sakit dan regional wilayah, sehingga dengan diagnosa penyakit yang sama, semakin tinggi Tipe Rumah Sakit maka semakin tinggi pula nilai klaim yang didapatkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 440 Tahun 2012 tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit sesuai INA CBG’s maka tarif dibedakan menjadi empat regional yaitu Regional 1 meliputi Jawa dan Bali, Regional 2 Sumatera, Regional 3 meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Regional 4 meliputi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat. Tarif INA CBG’s dalam setiap Regional berdasarkan tipe Rumah Sakit terdiri dari Rumah Sakit Umum dan Khusus Tipe A, Tipe B Pendidikan, Tipe B Non Pendidikan, Tipe C dan Tipe D.
Sebagai contoh
perbandingan tarif INA CBG’s untuk pelayanan rawat inap Hemofilia A dan Hemofilia B berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
9
Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 1.4.
berikut
Tabel 1.4. Tarif INA CBG’s kasus Hemofilia A dan Hemofilia B
REGIONAL REG 1 REG 2 REG 3 REG 4 REG 5
RSUPN (Rp) 12.178.400
KELASRUMAH SAKIT RSKRN A (Rp) (Rp) 10.898.800 9.908.000 9.997.250 10.026.950 10.175.600 10.264.750
B (Rp) 7.914.200 7.985.450 8.009.200 8.127.700 8.199.150
C (Rp) 6.298.800 6.355.500 6.374.400 6.468.900 6.525.550
D (Rp) 5.272.750 5.320.200 5.336.000 5.415.100 5.462.550
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 59 Tahun 2014
Sedangkan contoh perbandingan Tarif INA CBG’s untuk Regional 1 dimana RS Dr. OEN SOLO BARU termasuk di dalamnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 1.5 Perbandingan Tarif INA CBG’s Kelas 1 berdasarkan Kelas RS
No
1 2 3 4 5 6
KodeINADeskripsiKodeINA-CBG CBG
A-4-10-I A-4-10-II A-4-10-III A-4-11-I A-4-11-II A-4-11-III
SeptikemiaRingan SeptikemiaSedang SeptikemiaBerat InfeksiSesudahOperasi&TraumaRingan InfeksiSesudahOperasi&TraumaSedang InfeksiSesudahOperasi&TraumaBerat
RS Kelas A
RS Kelas B
RS Kelas C
RS Kelas D
4,352,900
3,202,600
2,625,200
2,068,800
7,436,500
4,836,200
3,528,200
3,341,200
10,503,300
5,585,400
4,578,400
3,858,800
9,477,400
7,665,400
6,132,300
4,503,300
16,693,000
11,832,800
7,822,100
6,592,700
27,305,500
19,355,800
12,795,300
10,784,300
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 59 Tahun 2014
10
Sistem rujukan ini diikuti dengan tarif yang berbeda untuk jenis penyakit yang sama untuk masing-masing rumah sakit seperti contoh kasus dari Tabel 1.5 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dan variatif untuk penggantian kelompok penyakit antara Rumah Sakit Tipe A, B, C dan D, sebagai contoh dengan perbedaan yang cukup mencolok adalah kelompok penyakit dengan Kode INA CBG’s, A-4-10-11, Septikemia Berat, penggantian untuk Rumah Sakit Tipe A sebesar Rp 10.503.300,- penggantian untuk Rumah Sakit Tipe B hampir separuhnya yaitu Rp 5.585.400 sedangkan penggantian untuk Rumah Sakit Tipe C dan Tipe D lebih kecil lagi yaitu Rp 4.578.400,- dan Rp 3.858.800,- sedangkan biaya obat-obatan dan penggunaan alat medis serta jasa dokter juga relatif sama karena berada dalam 1 kota. Perubahan dalam industri pelayanan kesehatan Rumah Sakit membawa dampak bagi Rumah Sakit untuk melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya, berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU menetapkan formula strateginya dalam menghadapi era Jaminan Kesehatan Nasional. Dengan adanya perubahan dalam industri pelayanan kesehatan Rumah Sakit terkait diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional oleh Pemerintah membawa beberapa perubahan yaitu, sistem pembayaran
biaya
pelayanan
kesehatan,
sistem
pelayanan
kesehatan
menggunakan rujukan berjenjang, dan pergeseran potensial pasar dari pasar pasien umum dan Asuransi beralih ke pasien BPJS. Manajemen Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU perlu mempersiapkan strategi bersaing sehingga diperoleh langkah-langkah strategis sebagai panduan dalam menghadapi berbagai tantangan
11
perubahan ke depan sehingga Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dapat memenangkan persaingan dan memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna jasa pelayanan kesehatan.Formulasi strategi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU merupakan rencana jangka panjang yang menjadi pedoman bagi pengembangan yang menyeluruh serta berkesinambungan dengan melihat aspek internal dan eksternal. Rumah Sakit Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah salah satu badan usaha di bawah Yayasan Kesehatan Panti Kosala selain Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA, Rumah Sakit Dr. OEN SAWIT dan Akademi Keperawatan Panti Kosala. Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo, tepatnya beralamat di Kompleks Perumahan Solo Baru. Pembangunan RS dimulai pada tahun 1991, diresmikan pada tanggal 18 November 1992. Nama Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU juga tidak dapat dilepaskan dari nama besar Dr. Oen Boen Ing sebagai tokoh pendiri. Nama Dr. Oen sangat terkenal di kalangan masyarakat Solo, falsafah beliau adalah “Tugas seorang Dokter itu hanyalah menyembuhkan orang sakit, tiada lain.”Didukung dengan visi yang kuat serta jauh memandang ke depan, yaitu “Menjadi institusi pelayanan kesehatan yang terpercaya, untuk melanjutkan cita-cita luhur dan semangat almarhum dr. Oen Boen Ing dalam pengabdian kepada masyarakat.” Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU bertekad menjadi institusi pelayanan kesehatan unggulan yang mandiri dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Meneruskan cita-cita Dr. Oen, Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU mengemban Misi mulia, yakni melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
12
profesional, menjunjung tinggi kode etik, mengembangkan sumber daya manusia, melaksanakan
upaya
kesehatan
yang
dikelola
secara
sosio
ekonomis,
melaksanakan upaya layanan kesehatan yang terjangkau masyarakat luas tanpa membedakan kelompok etnik, suku, agama, aliran kepercayaan, aliran politik dan status sosial ekonomi. Motto Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah : "Teduh Untuk Sembuh" akan diwujudkan dalam dua aspek. Pertama, pembangunan fisik rumah sakit diwujudkan melalui konsep GARDEN HOSPITAL, dari 12 hektar lahan yang tersedia 35% yang akan digunakan untuk keperluan gedung, sedangkan sisanya
65% untuk taman. Aspek kedua dari Motto “Teduh Untuk
Sembuh”diwujudkan dalam suasana teduh, juga diupayakan timbul melalui sikap, perhatian dan pelayanan dari karyawan rumah sakit kepada semua pasien yang datang berobat. Diusahakan juga tersedianya tenaga Medis dan Paramedis yang memadai, seperti Tim Dokter mulai dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Sub Spesialis. Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU adalah rumah sakit dengan tipe C dan sudah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sehingga per tanggal 1 Januari 2014 sudah dapat menerima Pasien Rawat Jalan lanjutan dan Pasien Rawat Inap.Berdasarkan Tabel 1.2. Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dikategorikan sebagai pemberi layanan kesehatan tingkat lanjutan.
13
1.2. Rumusan Masalah Telah diuraikan sebelumnya bahwa perkembangan Rumah Sakit saat ini mengalami transformasi atau perubahanyang tidak dapat dihindari sehingga berdampak pada semua pelaku bisnis jasa pelayanan kesehatan. RS Dr. OEN SOLO BARU harus menghadapi perubahan yang terjadi dan dituntut untuk selalu proaktif dalam mengantisipasi adanya transformasi tersebut. Perubahan yang terjadi disebabkan adanya kebijakan Pemerintah tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang di dalamnya diatur pula tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan hal ini berdampak langsungbagi industri pelayananan kesehatan Rumah Sakit terutama dalam sistem biaya pelayanan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan yang berjenjang. Dalam Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 disebutkan bahwa penetapan SJSN berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2004 sedangkan pembentukan Badan Pengelola Jaminan Sosial didasarkan pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Secara khusus peta jalan ini disusun untuk mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan tercapainya Jaminan Kesehatan Nasional (INA-Medicare) untuk seluruh penduduk Indonesia pada Tahun 2019. Peta jalan menuju JKN 2012-2019 ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2019 terjadi perubahan dimana diprediksi akan semakin banyak Pasien BPJS Kesehatan dibandingkan dengan Pasien Umum dan pasien Asuransi Non BPJS Kesehatan, konsekuensinya Rumah Sakit harus memikirkan strategi yang tepat karena ke depan akan semakin banyak pasien kelas I, II dan III sesuai dengan jenis kepesertaan di BPJS Kesehatan. Perubahan ini juga berdampak kepada
14
pendapatan Rumah Sakit karena seiring dengan diterapkannya BPJS Kesehatan maka berdampak terhadap regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan antara lain regulasi yang berkaitan dengan obat, pelayanan jasa medik dan lain-lain, untuk itu industri Jasa Rumah Sakit dituntut untuk melakukan kendali mutu dan kendali biaya dalam era Jaminan Kesehatan Nasional. Pemerintah memberi perhatian lebih terhadap kendali mutu dan kendali biaya ini dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 dimana kendali mutu dan kendali biaya dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan. Kendali dilakukan melalui pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan, pemenuhan standar proses pelayanan, dan pemantauan terhadap iuran kesehatan peserta.Rumah Sakit yang dapat melakukan kendali mutu dan kendali biaya secara efisien dan efektif akan memenangkan persaingan.Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam era Jaminan Kesehatan Nasional menerapkan strategi Cost Leadership karena adanya tuntutan kendali mutu dan kendali biaya dalam pelaksanaan JKN tapi di sisi lain Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU harus berupaya untuk memperoleh pendapatan untuk pengembangan Rumah Sakit dari Pasien non BPJS Kesehatan dalam hal ini Kelas Utama yaitu kelas Utama, VIP dan VVIP. Strategi yang ditetapkan untuk Kelas Utama adalah strategi diferensiasi. Sistem Jaminan Kesehatan membawa banyak perubahan dalam lingkungan Rumah Sakit yang dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Rumah Sakit apabila perubahan yang terjadi tidak diantisipasi dengan penetapan formulasi strategi bersaing yang tepat.
15
Perubahan lingkungan bisnis ini juga mempengaruhi strategi yang diterapkan oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi persaingan dengan rumah sakit lain untuk mencapai visinya yaitu : “Menjadi institusi pelayanan kesehatan yang unggul, untuk melanjutkan cita-cita luhur almarhum Dr. Oen Boen Ing sebagai wujud pengabdian berbangsa dan bernegara”. Dilihat dari segi ekonomi, pelayanan jasa kesehatan di Rumah Sakit bersifat paradoxal. Seperti dua sisi dalam mata uang, di satu sisi Rumah Sakit harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan dan salah satunya mutu peralatan yang dipergunakan harus sesuai kemajuan teknologi kesehatan dan hal inimemiliki konsekuensi terhadap biaya investasi, tetapi disisi lain pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit diselenggarakan dengan penekanan terhadap fungsi sosial dan bersifat filantropis yang mengabaikan biaya. Saat ini Rumah Sakit harus diselengggarakan secara efektif dan efisien, hal ini berdampak pada rumah sakit khususnya Rumah Sakit Swasta menempatkan dirinya dalam wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan Rumah Sakit perusahaan atau korporasi. Sebagai suatu perusahaan sistem keuangan dan sistem sumber daya merupakan subsistem yang penting di rumah sakit, tercermin dalam pengakuan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi yang padat modal (capital intensive), padat teknologi (technology intensive), padat karya (labor intensive) dan padat ketrampilan (skill intensive). Dalam kenyataannya Rumah Sakit bukan lagi institusi sosial, tetapi institusi sosio ekonomi yang mandiri. Tantangan ke
16
depan semakin nyata karena adanya perubahan sistem kesehatan dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional. Berdasarkan hal-hal di atas maka Rumah Sakit. Dr. OEN SOLO BARU harus dapat menetapkan strategi bersaing yang tepat untuk dapat mengoptimalkan pengembangan keunggulan kompetitif sumber daya internalnya sebagai upaya menghadapi persaingan.Dalam menetapkan strategi bersaing Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU mengidentifikasi faktor -faktor kekuatan dan kelemahannya (strengths and weaknesses) serta faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancamannya (opportunities and threats). Dengan melakukan identifikasi terhadap faktor -faktor tersebut diharapkan Rumah Sakit Dr. OE SOLO BARU lebih mudah memahami kondisinya di dalam persaingan dan dapat menetapkan strategi bersaing yang memperkuat posisinya di dalam persaingan industri jasa pelayanan kesehatan.
1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan besar penelitian adalah “Bagaimana formulasi strategi bersaing di Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi persaingan di era Jaminan Kesehatan Nasional?”,
dimana penyusunan formulasi strategi dapat
menjadi jalan bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU mencapai Visi nya yaitu : “Menjadi instutisi pelayanan kesehatan yang unggul untuk melanjutkan cita-cita luhur almarhum Dr. OEN BOEN ING sebagai wujud pengabdian berbangsa dan bernegara. Strategi yang diformulasikan menjadi Strategi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam
17
era JKN terjadi perubahan-perubahan yang mengubah strategi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU secara signifikan. Berdasarkan pertanyaan besar tersebutmaka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalampembuatan formulasi strategi bersaing Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU? 2. Apa rumusan strategi yang diambil oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU agar dapat unggul di industri jasa pelayanan Rumah Sakit dengan memanfaatkan kekuatan serta peluang yang dimiliki sekaligus mengatasi kelemahan dan mengantisipasi ancaman yang ada. 3. Apa saja permasalahan yang akan dihadapi oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU terkait rumusan strategi yang diambil dalam implementasi strategi?
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi strategi bersaing yang tepat sehingga dapat memberikan nilai unggul bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sehingga dapat memenangkan persaingan di industri jasa pelayanan kesehatan Rumah Sakit pada era Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan juga untuk mendapatkan adanya pemahaman yang komprehensif terhadap penetapan formulasi strategi RS Dr. OEN SOLO BARU yang dianalisis secara mendalam dan menjadi tujuan penelitian sebagai berikut :
18
1. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal terutama yang dapat mempengaruhi kebijakan Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU, termasuk adanya perubahan kebijakan Pemerintah terkait diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional yang mengubah sistem pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, dan pasar potensial Rumah Sakit. 2. Memberikan alternatif strategi bersaing yang dapat ditempuh oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sehingga dapat bersaing dalam era JKN. 3. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang diperlukan oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU untuk mendukung penerapan strategi yang telah diidentifikasi
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU, memberikan alternatif strategi bersaing Rumah Sakit dalam menghadapi persaingan di era Jaminan Kesehatan
Nasional,
menghadapi
regulasi
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah terkait Rumah Sakit sebagai salah satu lembaga pelaksana BPJS Kesehatan dan diwajibkan untuk berperan penuh dalam pelaksanaan JKN serta dalam operasionalnya tetap melaksanakan nilai-nilai yang telah digunakan sebagai landasan kegiatan Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU.
19
2. Bagi Peneliti, memberikan wawasan dan pemahaman dalam menetapkan strategi bersaing dalam menghadapi persaingan di industri jasa pelayanan kesehatan. 3. Sebagai penyelesaian tugas akhir dalam penyusunan Tesis Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada.
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini bersifat sebagai studi kasus terkait penetapan strategi bersaing di Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data internal Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dan data eksternal terkait industri jasa pelayanan kesehatan untuk mendapatkan formulasi strategi yang tepat. Penelitian ini menggunakan teori yang telah ada sebelumnya, merujuk pada Analisa SWOT dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU
dan analisis lingkungan industri dengan
menggunakan model lima kekuatan bersaing dari Michael E Porter dalam mengidentifikasi persaingan yang terjadi dalam industri jasa pelayanan kesehatan Rumah Sakit.
1.7. Sistematika Penulisan Mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Tesis yang dikeluarkan oleh Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada maka sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
20
Bab I Pendahuluan Bab satu ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penulisan, dan sistematika penulisan. Dalam Bab satu ini dijelaskan juga tentang gambaran umum Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sebagai tempat penelitian.
Bab II Landasan Teori Bab dua memaparkan hasil studi literatur terkait untuk memecahkan permasalahan dalam Tesis ini, dalam Bab dua ini dijelaskan tentang teori-teori manajemen strategik yang digunakan untuk menganalisa data – data yang diperoleh. Konsep dan pengertian yang digunakan dalam Tesis ini adalah konsep strategi, strategi bersaing, analisis lingkungan eksternal, analisis lingkungan persaingan industri, analisis lingkungan internal, analisis VRIO, dan analisi formulasi strategi.
Bab III Metode Penelitian Bab tiga ini memaparkan tentang metode penelitian yang akan digunakan sehingga diperoleh gambaran umum tentang strategi yang digunakan oleh Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab empat ini diuraikan tentang analisis dan pembahasan perumusan masalah serta tujuan penulisan berdasarkan data – data yang diperoleh dari lapangan.
21
Dalam bab empat ini membahas analisis potensi lingkungan eksternal dan internal Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU sehingga mendapatkan data kekuatan perusahaan yang dapat dikapitalisasi dan data kelemahan perusahaan yang harus diminimalisasi. Pembahasan akan memberikan alternatif formulasi strategi bagi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU dalam menghadapi persaingan di era Jaminan Kesehatan Nasional.
Bab V Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi Bab lima ini berisi intisari atas simpulan hasil penelitian dan saran dari pembahasan yang dapat digunakan sebagai alternatif formulasi strategi Rumah Sakit Dr. OEN SOLO BARU. Simpulan berupa pernyataan ringkat yang diuraikan dari hasil penelitian sedangkan saran berupa pernyataan yang disampaikan oleh penulis.
1.8. Kerangka Penulisan Untuk menyederhanakan pemikiran, skema tentang rerangka penulisan dapat dilihat pada Gambar 1.3 di bawah ini
22
Gambar 1.3 Kerangka Penulisan EVALUASI VISI DAN MISI RS Dr. OEN SOLO BARU
EVALUASI PERFORMA RS Dr. OEN SOLO BARU
SEBELUM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SETELAH JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
COMPETITIVE ADVANTAGE
ANALISA EKSTERNAL The Five Forces Model of Competition Analysis
ANALISA INTERNAL Value Chain Analysis
VRIO
ANALISA FAKTOR INTERNAL Strenghts Weaknesses
ANALISA FAKTOR EKSTERNAL Threat Opportunity
SWOT Analysis
CAPITALIZED : STRENGTH AND OPPORTUNITIES
MINIMIZED : WEAKNESS AND THREATS
BAB II
Strategi Alternatif LAYANAN JKN DAN LAYANAN KELAS UTAMA
23