BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Hobi memelihara burung merupakan hal yang tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia. Alasan mereka memelihara burung pun bermacam-macam. Sebuah survei rumah tangga tentang hobi memelihara burung pada tahun 2006 yang di selenggarakan oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI) menyatakan bahwa dari 1.781 responden di 6 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, dan Denpasar menunjukan bahwa burung merupakan hewan peliharaan paling populer pada rumah tangga di enam kota besar di Jawa dan Bali. Sebanyak 35.7% (636/1781) rumah tangga yang disurvey memelihara burung (termasuk ayam) sementara 24.4% (434/1781) memelihara ikan, 12.8% (228/1781) memelihara kucing, 10.1% (179/1781) memelihara anjing, 5.6% (99/1781) memelihara mamalia kecil, 3.7% (66/1781) memelihara hewan ternak, 2.5% (45/1781) memelihara reptil dan 0.7 (12/1781) memelihara monyet (Burung Indonesia, 2007).
1
2
Gambar 1.1 Persentase binatang yang banyak di pelihara Sumber : www.burung.org Burung memiliki keunikan, keindahan suara dan kecantikan warna-warni bulunya yang mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi para pemiliknya. Suara dari beberapa jenis burung sangat merdu, yang memukau telinga para pecinta burung sehingga sering diikutsertakan dalam berbagai kontes burung berkicau. Dan memiliki burung jawara kontes akan menambah kepuasan dan kebanggaan bagi para pecinta hobi pemelihara burung. Hobi memelihara burung, semakin hari makin banyak peminatnya, meski terkadang hobi ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Tetapi bagi sebagian orang masalah biaya tidaklah begitu berarti, asalkan mereka bisa mendapatkan burung yang mereka inginkan itu sudah bisa membuat mereka senang. Hobi memelihara binatang memiliki beberapa manfaat, seperti dapat menurunkan tekanan darah. Dalam sebuah studi dalam jurnal Hypertension, dukungan sosial yang berasal dari memelihara hewan dapat membantu untuk menurunkan tekanan darah. Penelitian ini menunjukan bahwa bila seseorang
3
memiliki tekanan darah yang tinggi, maka hewan peliharaan sangat baik untuk orang tersebut ketika sedang stres dan hewan peliharaan juga sangat baik bagi orang yang memiliki sistem pendukung yang terbatas (Karen Allen, 2001). Memiliki hewan peliharaan juga dapat mengurangi depresi bagi para pria yang terkena AIDS (Warren Robak, 1999). Memiliki peliharaan juga dapat menurunkan kunjungan untuk perawatan medis di kalangan orang tua, meningkatkan umur bagi orang yang terkena serangan jantung, dan juga meningkatkan status kesehatan di antara penyandang cacat (Siegel, 1990). Burung merupakan satwa liar yang hidup di alam dan mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan contohnya sebagai pengontrol hama, pemencar biji dan sebagai polinator (perantara penyerbukan/penyebaran tanaman) (Ferianita, 2007). Lingkungan yang dianggap sesuai sebagai habitat bagi burung akan menyediakan makanan, tempat berlindung maupun tempat berbiak yang sesuai bagi burung (McKilligan, 2005). Burung mempunyai banyak jenis, dari burung kolibri yang merupakan burung paling kecil hingga burung unta yang merupakan burung paling besar. Diperkirakan terdapat sekitar 10.000 spesies burung di seluruh dunia (Avibase, 2014). Parrot atau biasa di kenal di Indonesia sebagai burung paruh bengkok merupakan istilah yang sering dipergunakan untuk merujuk kepada 350 spesies yang termasuk dalam ordo Psittaciformes yang mencakup 3 famili: 1. Psittacoidea (Parrot sejati) Seperti kebanyakan burung paruh yang lain, Psittacidae secara khusus adalah pemakan biji. Terdapat beberapa variasi dalam pola makan spesies
4
individu, dengan buah, kacang, dedaunan dan setiap serangga dan binatang lain yang dimangsa juga merupakan makanan spesies lain. Parrot sejati lebih tersebar luas daripada kakatua, dengan spesies yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia, Australia dan belahan bumi bagian timur hingga kepulauan di Samudra Pasifik seperti Polinesia. 2. Cacatuidea (Kakaktua) Kakatua (suku Cacatuidea) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah dengan lengkingan suara yang cukup nyaring. Spesies ini termasuk salah satu burung dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara-acara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya. Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih. 3. Strigopoidea (New Zealand Parrot) Terdiri dari tiga jenis burung paruh yaitu Nestor, Strigops, dan Nelepsittacus. Ketiga jenis burung Strigopoidea ini rata – rata sudah punah dan masih ada beberapa spesies yang hidup dan sekarang tidak dijual lagi, karena sudah dilindungi oleh pemerintah setempat karena spesies tersebut sudah hampir punah. Ketiga spesies ini banyak ditemukan di seluruh penjuru dunia baik tropis maupun subtropis, ada juga spesies yang ditemukan di dataran tinggi (contohnya Tierra del Fuego, Patagonia, dan Selandia Baru), dan bahkan di pulau-pulau di sekitar Antartika. Ukuran badan burung berkisar antara beberapa sentimeter hingga
5
mencapai 1 meter: dari burung-burung yang relative kecil seperti parkit, kokatil, lovebird, ukuran medium seperti conure, African grey, Amazon parrot, hingga ukuran yang besar seperti kakaktua dan macaw.
Gambar 1.2 Peta penyebaran burung paruh bengkok Source: The Encyclopedia of Animals: a complete visual guide, by Fred Cooke and Jenni Bruce, (page 296).
Burung paruh bengkok bukan merupakan jenis burung yang dapat berkicau dengan indah tapi burung paruh bengkok dikenal karena persepsi mereka, kepandaian, bulu yang berwarna warni, lidah yang kuat, mahir menirukan suara
6
manusia, paruh yang melengkung, serta kaki zygodactyl (dua ruas jari mengarah ke depan, dan dua ruas jari mengarah ke belakang) yang memungkinkan burung ini menjadi pemanjat yang baik. Burung paruh bengkok menunjukkan kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia serta kemampuan kognitif yang tinggi. Beberapa spesies burung paruh bengkok memiliki masa hidup yang panjang, beberapa spesies tercatat hidup lebih dari 100 tahun (Amazon Yellow Nape). Jalur migrasi burung paruh bengkok sangat jauh, bergantung pada siklus makanan. Kawanan burung dapat terbang sejauh puluhan atau ratusan mil per hari untuk mencari makanan. Makanan dari burung paruh bengkok terdiri dari buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, serangga, kulit pohon, nectar, serta bagian lain dari tumbuhan. Biasanya, burung paruh bengkok bersarang di lubang pohon. Sebagai spesies altricial (istilah yang merujuk kepada perkembangan organisme dimana mereka tidak dapat langsung bergerak setelah dilahirkan atau menetas). Burung paruh bengkok membutuhkan perhatian dari orang tua mereka selama 3 bulan atau lebih untuk memperoleh makanan yang kemudian diikuti dengan masa pendampingan dalam periode waktu yang lama. Burung paruh bengkok secara umum merupakan burung yang aktif pada siang hari (diurnal) dan berkerumun di dalam kelompok (sosial). Burung paruh bengkok membentuk koloni yang terdiri dari ribuan burung sejenis yang saling berpasangan secara monogamy (1 jantan dan 1 betina). Sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan secara sosial. Saling membersihkan bulu pasangan, terlibat di dalam komunikasi vokal serta interaksi dan bertukar informasi, mencari makanan, serta merawat anak. Terdapat banyak penelitian mengenai manfaat di dalam membentuk dan menjaga hubungan diantara spesies
7
sosial (sensu dubar, 1998). Selain bermanfaat bagi kemampuan bertahan hidup seperti menghindari predator atau mencari makanan, pembentukan kelompok berguna bagi kesehatan mental serta fisik bagi spesies sosial. Karenanya maka tidak heran bahwa burung paruh bengkok yang dipelihara juga memiliki hubungan yang kuat. Meskipun sebagian besar dari spesies burung paruh bengkok hidup tanpa pendampingan dari kawannya, Tetapi kecenderungan social mereka seringkali mengarah pada hubungan yang kuat dengan manusia & hewan apapun yang tinggal bersama dengan mereka. Burung paruh paruh bengkok telah di impor dari beberapa Negara untuk memenuhi kebutuhan permintaan di Indonesia sejak beberapa tahun silam. Terdapat 130 jenis dan 212.148 ekor burung paruh bengkok yang pernah di impor ke Indonesia berdasarkan data laporan Exporter CITES dari tahun 2001 sampai dengan 2013.
Table 1.1 Jumlah Burung Paruh Bengkok yang di Impor Indonesia No
Tahun
Laporan Exporter
1
2001
26642
2
2002
17572
3
2003
8055
4
2004
566
5
2005
636
6
2006
454
7
2007
204
8
2008
403
8
9
2009
396
10
2010
7700
11
2011
16205
12
2012
77803
13
2013
55512
Sumber : CITES.org 2014
Pada tahun 2005 Indonesia di gemparkan oleh kasus Avian Influenza (H5N1) atau Flu Burung. Flu Burung adalah penyakin influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Penyebab Flu Burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe A subtype H5, H7, dan H9. Kasus Flu Burung yang kini banyak dibincangkan disebabkan oleh virus influenza tipe A subtype H5N1 (Tjandra Yoga Aditama, 2006). Terdapat penurununan permintaan burung impor sejak tahun 2004 hingga tahun 2009, dan berangsur pulih pada tahun 2010. Burung impor yang di perjual belikan saat ini masih sedikit yang menawarkan burung jenis paruh bengkok, seperti Macaw dan Conure. Tentu di Indonesia sendiri mempunyai burung paruh bengkok yang khas dan tergolong langka yaitu Kakaktua Raja. 14 dari 85 jenis diantaranya merupakan burung paruh bengkok asli Indonesia yang dilindungi dan cukup sulit untuk mengurus ijin memelihara dan menangkarkan. Oleh karena itu penghobi lebih tertarik kepada burung paruh bengkok impor. Parrot Live’s berusaha memenuhi permintaan burung paruh bengkok impor hasil tangkaran sendiri untuk memudahkan penghobi mendapatkan burung. Selain itu kami juga menyediakan kebutuhan serta training bagi burung paruh bengkok agar dapat melakukan beberapa trik.
9
1.2
Ruang Lingkup Hal-hal yang akan menjadi pokok bahasan kami di dalam model bisnis ini
antara lain adalah variasi spesies burung paruh bengkok yang ada di “Parrot Live’s” diantaranya African Grey, Sun Conure, Indian Ringneck, Cockateil, Blue & Gold Macaw serta Green Winged Macaw. Kami juga menyertakan estimasi laporan keuangan yang dilengkapi dengan estimasi balik modal, termasuk cara pemasaran yang digunakan untuk membuat “Parrot Live’s” dikenal masyarakat penggemar burung khususnya di daerah Jakarta. Untuk rencana kedepannya kami berencana untuk melakukan ekspansi bisnis yang masih berkaitan dengan burung paruh bengkok.
1.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Memperkenalkan spesies burung paruh bengkok kepada masyarakat Indonesia khususnya di wilayah DKI Jakarata 2. Wadah bertukar pikiran bagi komunitas penggemar burung paruh bengkok di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 3. Membangun
bisnis
yang
menguntungkan
dan
berkembang
secara
berkesinambungan Manfaat yang bisa diambil dari penulisaan ini adalah: 1. Penulis Memberikan ide bisnis baru untuk mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan di Indonesia, yang berujung kepada perbaikan sosial ekonomi masyarakat
10
sekitar. Dalam penulisan, dijabarkan secara spesifik aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan bisnis ini. Perkembangan model bisnis yang telah diusulkan di dalam proyek ini diharapkan dapet memberikan keuntungan dan manfaat bagi banyak pihak. 2. Investor Manfaat bagi pihak investor adalah untuk dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usaha di bidang penangkaran burung paruh bengkok. Serta bermanfaat sebagai meningkatkan pendapatan untuk pihak investor. 3. Pihak lain Menciptakan dan menyediakan sebuah prasarana komunitas bagi para penghobi burung paruh bengkok di dalam bertukar pikiran maupun berinteraksi dengan burung paruh bengkok.
1.4
Metodologi Penelitian Data yang kami pergunakan di dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung (Dari tangan pertama). Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (Dari tangan pihak kedua). Data Primer diperoleh dari hasil wawancara. Target wawancara dan kuesioner akan di sesuaikan kebutuhan kami, dari mulai peternak, pegawai kantor hingga penghobi burung.
11
Untuk data sekunder kami yang pergunakan berasal dari jurnal/refrensi serta artikel ilmiah yang berasal dari internet yang mempunyai reputasi yang baik dan dalam bentuk pdf. 1.5
Sistematika Penulisan Business Model Creation Sistematika penulisan pada bisnis model yang berjudul : “Parrots Live’s
berguna untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan. Berikut sistematika penulisan laporan tugas akhir:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang dari model bisnis breeding, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan. Bab I berisi gambaran umum serta kondisi singkat mengenai keadaan yang terjadi sekarang. Dan kondisi tersebut membuat peluang bisnis yang membuat sebuah peluang bisnis pada pasar.
BAB II LANDASAN TEORI DAN ANALISIS INDUSTRI Bab ini berisi tentang berbagai teori yang di ambil dari berbagai sumber refrensi seperti teori 9 building blocks, visi dari bisnis ini serta idea generation, serta berisi tentang analisa kompetitor. Hal tersebut menjadi pokok pemikiran sis dari bab II untuk melihat apakak bisnis ini sesuai dengan apa yang di harapkan oleh penulis.
BAB III BUSINESS MODEL CANVAS Bab III berisi terntang desain dari bisnis model yang akan dijalankan, desain ini terdiri dari konsep perusahaan, serta pengenalan beberapa burung paruh bengkok
12
yang akan di breeding. Pada bab ini juga berisi gambaran secara umum konsep model bisnis dari Parrot Live’s.
BAB IV STRATEGI YANG DIGUNAKAN UNTUK BISNIS PARROT LIVE’S Bab ini membahas tentang strategi yang akan digunakan dalam menjalankan bisnis Parrots Live’s baik secara operational dan marketing dan juga financial perusahaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir akan membahas tentang kesimpulan dari bisnis model yang dijalankan bersarkan analisa dan saran mengenai bisnis yang akan di jalankan.