BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang imajinatif dan kreatif sehingga ia harus diciptakan dengan suatu daya kreatifitas untuk melahirkan pengalaman batin dalam bentuk karya sastra, tetapi lebih dari itu. Ia harus pula kreatif dalam memilih unsur-unsur terbaik dari pengalaman hidup manusia yang dihayatinya. Karya sastra merupakan gambaran kehidupan rekaan seseorang. Karya sastra seringkali menghadirkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampakkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh. Sebagai salah satu produk sastra, novel memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara imajinatif. Hal ini memungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kehidupannya. Menurut Sugiarti ( 2002:114 ) novel adalah suatu cerita prosa fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
1
2
Novel sebagai salah satu karya sastra diharapkan memiliki nilai-nilai positif bagi penikmatnya, sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Novel juga ungkapan dari fenomena sosial yang dalam aspek-aspek kehidupan dapat digunakan sebagai sarana mengenal manusia dan zamannya. Novel adalah cerita yang berkelanjutan tentang manusia yang dipoles sedemikian rupa oleh penulis-penulis kreatif. Salah satu karya sastra yang mengangkat realitas kehidupan manusia dengan segenap permasalahannya adalah novel. Pengarang dalam membuat suatu karya sastra memerlukan suatu imajinasi. Melalui tokoh yang diciptakannya, pengarang dapat mengajak pembaca masuk ke dalam suatu cerita sehingga pembaca dapat merasakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut. Tokoh dalam sebuah novel merupakan suatu yang sangat penting karena dapat mengalihkan pandangan pembaca yang hanya tertuju pada tokoh tersebut. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki watak-watak tertentu. Menurut Sugiarti (2002:50) tokoh dalam cerita harus menggambarkan seintens mungkin, artinya apa yang diucapkan, yang diperbuat, yang dipikirkan, dan apa yang dirasakannya harus betul-betul menunjang penggambaran wataknya yang khas. Untuk itu, pengarang dapat berusaha menghidupkan cerita dengan menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki kepribadian atau sifat yang mungkin dijumpai dalam kehidupan nyata.
3
Pemilihan novel Semusim, dan Semusim Lagi dilatar belakangi oleh adanya keinginan untuk memahami bagaimana pikiran dan tingkah laku yang tercermin dari perilaku tokoh dalam novel tersebut. Tokoh pada novel Semusim, dan Semusim Lagi memiliki kepribadian yang sangat unik, imajinasi daya berpikirnya sangat tinggi, apapun yang dilakukannya disangkut pautkan dengan ilmu pengetahuan. Pada novel tersebut juga menggambarkan tentang tokoh yang memiliki sifat individualis, melambangkan sosok yang kesepian, kurangnya suatu perhatian dari keluarga dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Selain itu, dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi memiliki kelebihan baik dari segi isi maupun bahasa. Dari segi isi, novel Semusim, dan Semusim Lagi memiliki banyak kelebihan diantaranya: (1) pada novel tersebut menggambarkan hubungan antara anak dan orang tua yang tidak harmonis, tokoh utama mencari sosok ayah kandungnya dan mengalami kejadian di luar pikiran manusia, mendapatkan pengalaman-pengalaman panjang yang mengantarkannya ke rumah sakit jiwa, (2) pemikiran cerdas, imajinasi yang tinggi, manusia yang hidup mandiri dan kepolosan tokoh utama digambarkan dengan jelas sehingga membuat pembaca dapat merasakan kekosongan dan kehampaan pada novel tersebut, (3) novel tersebut juga menggambarkan dengan jelas bagaimana kondisi tokoh utama merasa kesepian, cemas dan takut namun mampu mengendalikan dirinya ditengah-tengah perasaan sadar dan tidak sadar, sehingga muncul kesadaran diri yang dibangun oleh tokoh utama karena peristiwa dilingkungannya, (4) berbagai konflik di lingkungan penjara
4
dan rumah sakit jiwa menjadi daya pikat bagi novel tersebut, pengarang benar-benar menunjukkan bagaimana kondisi di penjara dan rumah sakit jiwa, cara penanganan pasien saat memberontak juga terlihat jelas sehingga membawa tokoh utama pada novel tersebut memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan. Dari segi bahasa, novel tersebut menggunakan gaya bahasa yang disesuaikan, lugas, mudah dipahami, serta pencitraannya mudah diekspresikan dan diinterpretasikan oleh pembaca. Adapun alasan diangkatnya psikologis eksistensial pada novel tersebut karena novel Semusim, dan Semusim Lagi menggambarkan latar di lingkungan penjara dan rumah sakit jiwa memberikan informasi bahkan pengetahuan tentang bagaimana kehidupan di tempat tersebut, bagaimana cara untuk bertahan, bagaimana tingkah laku dan kepribadian tokoh tersebut. Psikologi sangat berkaitan dengan tingkah laku dan kejiwaan dengan tujuan memahaminya lebih dalam. Novel tersebut menjelaskan bagaimana keadaan kejiwaan tokoh utama pada novel, serta bagaimana tingkah laku dan kepribadian tokoh utama tersebut dalam menanggapi konflik atau masalah yang dialaminya, selain itu novel tersebut juga menceritakan cara tokoh utama untuk tetap diakui keberadaannya, oleh karena itu psikologi sangat cocok untuk menganalisis novel tersebut. Salah satu teori psikologi eksistensial yang mengkaji tentang psikologi kepribadian dan suatu sikap psikoterapi adalah Rollo May. Menurut May (dalam Koeswara, 1987:5), psikologi eksistensial yaitu suatu pendekatan terhadap manusia dan suatu sikap terhadap psikoterapi. Menurut teorinya, May mengemukakan gagasan
5
tentang kepribadian dan psikoterapi eksistensial meliputi kekosongan, kesepian dan kecemasan, kesadaran diri dan perkembangannya serta mempertingi kesadarannya. Pada novel Semusim, dan Semusim Lagi karya Andina Dwifatma, tokoh utama mengalami kondisi tersebut, sehingga teori Rollo May cocok digunakan untuk mengkaji novel tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan berjudul “Analisis Psikologi Eksistensial Tokoh Utama Pada Novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma (Tinjauan Psikologi Rollo May)”. Penelitian yang mengkaji tentang kepribadian sebelumnya dilakukan oleh Sari (2012) dengan judul “Kajian Psikologi Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari (Tinjauan Teori Kepribadian Carl Rogers)”. Penelitian tersebut menggunakan teori Carl Rogers yang menitikberatkan pada karakteristik pribadi yang berfungsi sepenuhnya yaitu pengalaman sebagai tolak ukur dalam perkembangan pribadi seseorang yang mencakup adanya keterbukaan pada pengalaman, berada dalam kehidupan eksistensial, kepercayaan terhadap organism diri sendiri, memiliki perasaan bebas, dan senantiasa kreatif serta cara pengarang mengungkapkan kepribadian tokoh dalam novel “Akar” Karya Dewi Lestari. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Mufidah (2013) dengan judul “Telaah Eksistensialisme Tokoh Utama Dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana Kejora”. Penelitian tersebut lebih menekankan kepada eksistensi tokoh utama
6
yang dilihat berdasarkan konsep eksistensialisme yang berhubungan dengan konsep dasar keberadaan manusia dan tema eksistensialisme yang berhubungan erat dengan pengalaman hidup manusia. Konsep eksistensialisme tersebut meliputi, ada dan nonada, ada dalam dunia, relasi aku-kamu dan kebebasan-tanggung jawab. Tema eksistensialisme meliputi, tema mayor yaitu kebersamaan, dan tema minor yaitu cinta, pertentangan, kesepian-keterasingan, dan kematian. Penelitian pertama lebih menekankan pada kepribadian tokoh yang tercermin berdasarkan teori Carl Rogers. Sementara itu, penelitian kedua lebih menekankan eksistensi dilihat dari konsep dan tema. Kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan pendekatan eksistensialisme. Adapun penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan yang signifikan khususnya pada teori yang digunakan yaitu teori Rollo May yang mengkaji tentang psikologi kepribadian eksistensial yaitu psikoterapi eksistensial yang dialami oleh tokoh utama pada novel Semusim dan Semusim Lagi karya Andina Dwifatma. Pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis membahas lebih dalam tentang kondisi psikologis tokoh utama dalam menanggapi segala macam problema.
7
1.2 Fokus Masalah Fokus masalah pada penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi kepribadian yang dikemukakan oleh Rollo May. Adapun gagasan-gagasan May untuk mengetahui kondisi psikologi tokoh utama tentang kepribadian dan psikoterapi eksistensial meliputi : 1) Jiwa kosong tokoh utama, hidup sepi tokoh utama dan rasa cemas tokoh utama 2) Kesadaran diri dan perkembangannya 3) Mempertinggi kesadaran diri Adapun alasan mengambil masalah kondisi psikologi tokoh utama tersebut dikarenakan pada novel Semusim, dan Semusim Lagi menggambarkan kepribadian tokoh utama yang berusaha memiliki kesadaran diri dan eksistensi diri. Novel tersebut juga menjelaskan rasa kesepian yang dialami tokoh dan kepribadian tokoh yang terlihat begitu cemas, ketakutan serta merasa sendiri bahkan tokoh utama pada novel tersebut merasa takut akan kehilangan kesadarannya sehingga tokoh utama berusaha untuk mempertinggi kesadarannya. Selain itu, penulis juga mengkaji cara pengarang dalam mengungkapkan psikologi eksistensial dengan cara mengetahui dialog tokoh lain, tingkah laku tokoh utama serta perasaan tokoh utama untuk memperjelas bagaimana eksistensi tokoh utama dalam novel.
8
1.3 Rumusan Masalah 1)
Bagaimana kondisi psikologi tokoh utama pada novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma?
2)
Bagaimana cara pengarang mengungkapkan psikologi eksistensial tokoh utama pada novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan hal-hal tentang : 1)
Kondisi psikologi tokoh utama pada novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma
2)
Cara pengarang mengungkapkan psikologi eksistensial tokoh utama pada Novel Semusim, Dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma
1.5 Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat Teoretis a. Memperluas hasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang bahasa dan sastra Indonesia
9
b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca tentang psikologi eksistensial. 2) Manfaat Praktis a. Memahami tentang psikologi eksistensial tokoh utama yang terdapat pada novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma. b. Memahami karakter tokoh yang ada dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma, menangkap apa yang diharapkan oleh penulis setelah novel dibaca atau diinterpretasikan oleh para pembacanya. c. Sebagai referensi penelitian karya sastra Indonesia agar setelah peneliti melakukan penelitian ini muncul penelitian-penelitian baru sehingga dapat menumbuhkan inovasi dalam kesusastraan. d. Pembaca diharapkan mampu menangkap maksud, amanat yang disampaikan oleh penulis dalam Novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma.
1.6 Penegasan Istilah 1)
Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks. Karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam pula (Sumardjo, 1997: 29)
10
2)
Tokoh utama merupakan tokoh yang sangat berperan penting dalam suatu cerita yang bersifat atau memiliki karakter dominan. Tokoh yang sering muncul dalam setiap peristiwa dalam cerita (Sugiarti, 2002: 48)
3)
Psikologi eksistensial yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha perilaku manusia untuk memahami manusia dengan mengatasi jurang pemisah antara subjek dan objek, suatu pendekatan terhadap manusia dan suatu sikap terhadap psikoterapi (May dalam Koeswara, 1987: 5)
4)
Analisis eksistensial yaitu suatu metode atau pendekatan yang digunakan baik untuk mengungkap gejala eksistensi dan pengalaman manusia, maupun untuk terapi psikiatris dan psikologis terhadap subjek atau klien yang membutuhkan penanganan psikiatris dan psikologis atau kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris (Binswanger dalam Abidin, 2002: 1)
5)
Filsafat Eksistensial adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Eksistensi manusia dapat dilihat dari bentuk estetis, etis, dan religious (Kierkegaard dalam Sutaryat, 2010)
6)
Kekosongan merupakan kondisi individu yang tidak mengetahui lagi apa yang diinginkannya dan tidak lagi memiliki kekuasaan terhadap apa yang terjadi dan dialaminya (May dalam Koeswara, 1987:29)
11
7)
Kesepian merupakan kondisi seseorang yang takut merasa sendiri, kesendirian ditakuti bukan karena dalam kesendirian itu keamanan individu menjadi tidak terjamin, melainkan karena dalam kesendirian itu individu mengalami ancaman kehilangan diri dari keberadaannya, (May dalam Koeswara, 1987:29)
8)
Kesadaran diri merupakan kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan manusia mampu menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau dan masa depan), (May dalam Koeswara, 1987:31)
9)
Karakterisasi merupakan cara penggambaran tokoh dan pemberian watak serta kepribadian yang sesuai, cara menghidupkan, dan mengindualisasikan diri tokoh, (Sugiarti, 2002: 47)