BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di dalam menjalankan suatu pekerjaan, manusia memegang peranan yang sangat besar dalam keberlangsungan aktivitas perusahaan. Manusia sebagai salah satu sumber daya yang bersifat dinamis dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang perlu mendapat perhatian dari pihak perusahaan. Perhatian ini perlu diingat dalam menjalankan aktivitas agar sumber daya manusia dapat bekerja dengan optimal. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Yang dimaksud dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan pasal tersebut, maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok tenaga kerja dimana perlindungan atas keselamatan karyawan dijamin dalam pasal 9 yang menyatakan bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai martabat manusia dan moral agama”. Seperti yang kita ketahui, bahwa Keselamatan kerja para pekerja termasuk didalam Undang-Undang Republik Indonesia. UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86, ayat 1). Untuk
Universitas Sumatera Utara
melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (pasal 86, ayat 2) (Kepnakertrans, 2012).Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Menteri tenaga kerja dan transmigrasi R.I sebagai pemegang polisi nasional K3, bersama para pemangku kepentingan telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pelaksanaan K3 melalui berbagai kegiatan, antara lain kampanye, seminar, lokakarya, konvensi, pembinaan dan peningkatan kompetensi personil K3, pembentukan dan pemberdayaan lembagalembaga K3 baik tingkat nasional sampai dengan tingkat perusahaan, pemberian penghargaan K3, dan perbaikan-perbaikan sistem K3 secara berkelanjutan, namun hasilnya tetap saja belum optimal (Kepmenakertrans RI No. 372 Tahun 2009).Setiap kecelakaan itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan tindakan yang tidak aman tidak memenuhi persyaratan. Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman ( Unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition) (Silalahi, 1991). Berdasarkan Undang-Undang diatas, didalam suatu pekerjaan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja, seorang karyawan membutuhkan adanya jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya (K3) dari perusahaan. Hal ini merupakan suatu kebutuhan karena dengan adanya jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja membuatnya merasa aman, dan dengan sendirinya hasil pekerjaan atau kinerjanya akan lebih baik pula sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan maupun tujuan pribadinya dapat terpenuhi serta dapat meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Ada beberapa faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi berhasil atau tidaknya tujuan tersebut, salah satu faktor pentingnya adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan aktivitas perusahaan dari perencanaan hingga evaluasi. Potensi yang dimiliki oleh setiap karyawan di dalam perusahaan harus dimanfaatkan dengan tidak melupakan aspek keselamatan dan kenyamanan kerja agar karyawan mampu memberikan kinerja yang terbaik.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dijadikan sebagai aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan yang bertujuan agar sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi Sumber Daya Manusia (SDM) dikarenakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sendiri merupakan kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintahan maupun perusahaan dimana mereka bekerja. (Yuli, 2005:211) selain itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkunganyang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun 2015 menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kasus di tahun sebelumnya yang mencapai 53.319 kasus, sementara tahun 2015 ini berjumlah 50.089 kasus. Pada tahun 2012 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun 2011 terdapat 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2010 terdapat 96.314 kasus, 2009 terdapat 94.736 kasus, dan 2008 terdapat 83.714 kasus. Saat ini perkembangan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)/ PTPN (PT Perkebunan Nusantara) sangat besar di Indonesia. Potensi sumber daya yang dihasilkan merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan Negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi dan industrialisasi. Kegiatan pegolahan PTPN memerlukan program keselamatan kerja untuk meningkatkan mutu dan kualitas hasil produksi perusahaan. PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong merupakan salah satu unit usaha PT Perkebunan Nusantara IV yang bergerak dibidang pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam. Proses kerja yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Usaha Bah Butong yaitu: a. Penerimaan pucuk teh segar (mutu halus kasar/ kegetasan dan ketidaksesuaian pucuk segar) b. Pelayuan c. Turunan Daun Layu
Universitas Sumatera Utara
d. Penggulungan e. Oksidasi Enzimatis f. Pengeringan (Kadar air, Taste, Liquor) g. Sortasi (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused Leaf) h. Pengepakan (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused Leaf) i. Penyimpanan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi para karyawannya untuk meningkatkan kinerja karyawan. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud berupa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan). Adapun resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong melalui BPJS Ketenagakerjaan untuk karyawannya yaitu, berupa perlindungan peristiwa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, cacat karena kecelakaan kerja, dan meninggal dunia. Dalam rangka menunjang aktivitas kerja karyawan serta meningkatkan produktivitas kerja, PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan maka diperlukan adanya evaluasi secara bertahap yang dilakukan oleh suatu bagian yang ada di internal perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong”.
1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong?”
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang hendak penulis akan teliti tersebut seperti yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong
2.
Untuk mnegetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan padap PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong
1.4 Manfaat Penelitian Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penullis untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pengetahuan, wawasan, serta kemampuan berfikir khususnya dalam menulis karya ilmiah tentang program keselamatan dan kesehatan kerja dan kenyamanan kinerja karyawan. 2. Bagi Akademis Bahan tambahan bacaan khusus untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan program keselamatan dan kesehatan kerja dan upaya meningkatkan kenyamanan kinerja karyawan. Dan hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang selanjutnya dapat dijadikan dasar masukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Perusahaan. Memeberikan informasi tambahan untuk perusahaan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga pelaksanaan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
1.5 Kerangka Teori Kerangka teori adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yangdidefinisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995).
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 1.5.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996). Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli tentang keselamatan kerja, diantaranya: 1. Menurut Suma’mur (2001 p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. 2. Mathis dan Jackon (2002, p.245), menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan tehadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. 3. Rivai mengemukakan (2005:413) “keselamatan kerja (safety) adalah suatu perlindungan karyawan dari cidera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan”. 4. Tim Mitra Bestari (2005:161) mengemukakan bahwa “keselamatan kerja menunjukkan kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakaan atau kerugian di tempat kerja. 5. Menurut Megginson (2005:211), keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Aman atau selamat dari penderitaan b. Bebas dari kerusakan atau kerugian ditempat kerja. 6. Menurut Husni (2005:136) Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan industri. Kecelakaan ini secara umum dapat diartikan: “suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas”. Ada 4 faktor penyebabnya yaitu: a. Faktor manusianya b. Faktor material/bahan/peralatan c. Faktor bahaya/sumber cahaya d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan mesin). 7. Menurut Swasto (2011:107) “keselamatan kerja menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan”. Swasto (2011:108) juga mengemukakan ada faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja, sehingga berakibat terhadap kecelakaan kerja. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri. Keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yang didapat dari lingkungan dan berpengaruh pada kualitas bekerja. Perasaan nyaman mulai dari dalam diri tenaga kerja, apakah dia nyaman dengan peralatan keselamatan kerja, peralatan yang dipergunakan, tata letak ruang kerja dan beban kerja yang didapat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja. 3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang keselamatan kerja:
1.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan bahaya kebakaran
3.
Mencegah dan mengurangi bahaya-bahaya peledakan
4.
Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5.
Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6.
Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran
8.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
9.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yag cukup
Universitas Sumatera Utara
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban 13. Memperoleh keserasian antara teaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya 14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang 15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan 3. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta nilai-nilai agama.
1.5.1.3Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Suma’mur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
Universitas Sumatera Utara
penyakit-penyakit/gangguan–gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Menurut Husni (2005:140) Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Menurut Moenir (2006:207) yang dimaksud kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Konradus, 2006:53), ruang lingkup kesehatan kerja meliputi: a. Kapasitas kerja Kapasitas yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. b. Beban kerja Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat ataau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. c. Lingkungan kerja Kondisi lingkungan kerja dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Tetapi kondisi lingkungan kerja yang baikdan tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan mendorong pekerja untuk melakukan pekerjaannya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mangkunegara (2011:161) Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Adapun usahausaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2011:162) adalah sebagai berikut: a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Menurut Swasto (2011:110) “kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental”. Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja. Swasto (2011:110) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain: 1. Kondisi lingkungan tempat kerja a. Kondisi fisik Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara b. Kondisi fisiologis Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan c. Kondisi Khemis Kondisi yang dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat . 2. Mental psikologis Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja dan lain-lain. Dari beberapa pengertian kesehatan kerja di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah kondisi di mana para karyawan terbebas dari berbagai penyakit fisik dan emosional yang disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukannya.
1.5.1.4 Tujuan Kesehatan Kerja Tujuan kesehatan kerja menurut Manullang (2000:87) adalah: 1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. 2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. 3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. 4. Meningkatkan produktifitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mangkunegara (2011:162) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, baik secara fisik, social dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan penungkatan kesehatan gizi karyawan. 5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
1.5.1.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja melindungi karyawan mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktifitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dan tidak meninggalkan masalah. Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi. (Husni, 2005:139)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rivai (2005:411) keselamatan dan kesehatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Menurut Mathis (Yuli, 2005: 211), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui peminaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Menurut Sculler dan Jackson (Yuli, 2005:214), Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktifitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. 6. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial. Menurut Mangkunegara (2010:161), istilah keselamatan mencakup dua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua
Universitas Sumatera Utara
istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja Menurut Sunyoto (2013:240)menyebutkan bahwa indikator dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : a. Pembiayaan kesehatan b. Pelayanan kesehatan. c. Perlengkapan. d. Prosedur. e. Tempat penyimpanan barang. f. Wewenang pekerjaan. g. Kelalaian. Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) atau sekarang disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan). Program Jamsostek harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila dilanggar. (www.Indonusa.ac.id) Dari penjelasan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya atau ancaman kecelakaan kerja selama bekerja yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.6Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Kinerja Suatu lingkungan kerja yang aman membuat pekerja menjadi sehat dan produktif. Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal yang berkaitn dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas kehiupan karyawan, maka perusahaan akan semakin efektif. Kesehatan kerja dari setiap karyawan perlu mendapat perhatian sehingga mereka dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat di sekitar lingkungannya sehingga kinerja yang optimal dapat dicapai sesuai dengan program tersebut. Demi peningkatan kinerja, pekerjaan harus dilakukan dengan cara yang memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan. Jika persyaratan tidak terpenuhi, maka terjadi ketidaknyamanan kerja, gangguan kesehatan dan kecelakaan yang menyebabkan menurunnya daya kerja. Faktor-faktor tersebut jika tdak dicegah dapat berakibat terjadinya kecelakaan, penyakit, dan gangguan kesehatan,
oleh
karena
itu
faktor-faktor
tersebut
harus
dikendalikan.
(www.Indonusa.ac.id). Menurut Hasibuan (Yuli, 2005:219), apabila perusahaan memberikan perhatian kepada keselamatan dan kesehatan kerja maka perhatian tersebut selaras dengan
fungsi
manajemen
pemeliharaan
sumber daya manusia,
yaitu:
“mempertahankan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tujuan perusahaan”. Sehingga manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan keselamatan optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti apakah pengendali secara cermat dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
atau tidak. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja membutuhkan satu asas tersendiri sebagaimana digambarkan dibawah ini:
Gambar 1.1 Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja
Kebijakan Manajemen
• Pretasi kerja • Kondisi kerja
• Pretasi kerja • Kondisi kerja
Operasional
• Perbuatan yang tidak selamat • Kondisi yang tidak selamat
Kecelakaan • Fatal • Luka-luka
Sumber: Yuli (2005:219) Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diaktakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tiak hanya sekedar bertujuan meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, atau hanya untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja. Lebih jauh dari itu K3 memiliki visi dan misi jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerj yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera dan kinerja (prestasi kerja) yang baik.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Kinerja 1.5.2.1 Pengertian Kinerja Istilahkinerjaberasaldarikatajobperformanceatauactualperformance (prestasi
kerja
atau
prestasi
sesungguhnya
yang
dicapai
oleh
seseorang).Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. MenurutRobbins(1989:439),bahwakinerjaadalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. MenurutPrawirosentono(1999:2),mengatakan
kinerjaadalah
hasilkerja
yangdapatdicapaioleh pegawai atau sekelompok pegawaidalamsuatu organisasi, sesuaidenganwewenang
dantanggungjawabmasing-masing,dalamupaya
mencapaitujuanorganisasibersangkutan
secaralegal,tidak
melanggarhukumdan
(2000:41),Kinerjamerupakan
prestasikerja,yakni
sesuaidengan moraldan etika. MenurutDessler
perbandinganantarahasilkerjayang
nyatadenganstandarkerjayangditetapkan.
Dengan demikian kinerja memfokuskan padahasilkerjanya. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).
Universitas Sumatera Utara
MenurutAnwarPrabu
Mangkunegara(2011:67),Kinerjaadalah
hasilkerjasecarakualitasdankuantitas yangdicapaiolehseorangpegawaidalammelaksanakantugasnyasesuaidengan tanggungjawabyangdiberikan kepadanya. MenurutSedarmayanti(2011:260), Kinerja merupakan terjemahan dari performanceyangberartihasilkerjaseorangpekerja,sebuahprosesmanajemen atausuatuorganisasisecarakeseluruhan,dimanahasilkerjatersebutharus
dapat
ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yangtelah ditentukan). Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang karyawan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam kurun waktu tertentu. 1.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja a. Efektifitas dan efisiensi Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27). b. Otoritas (wewenang) Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi
Universitas Sumatera Utara
kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut c. Disiplin Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono, 1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja. d. Inisiatif Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
1.5.2.3 Karakteristik Kinerja Karyawan Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002:68) : 1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. 2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi. 3. Memiliki tujuan yang realistis. 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. 6. Mencari
kesempatan
untuk
merealisasikan
rencana
yang
telah
diprogramkan.
1.5.2.4 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Mathis dan Jackson (2006)tujuan administratif penilaian kinerja adalah: 1. Untuk menentukan penyesuaian pembayaran gaji 2. Untuk membuat keputusan mengenai penempatan kerja seperti promosi, mutasi dan demosi 3. Memilih tindakan disipliner yang harus dilakukan termasuk pemutusan hubungan kerja. Sementara tujuan pengembangan penilaian kinerja bagi karyawan adalah sebagai umpan balik terhadap kinerja mereka yang mana merupakan kunci dari pengembangan masa depan mereka. Beberapa manfaat dan tujuan penilaian kinerja antara lain: (Wukir, 2013: 104) 1.
Untuk pengembangan karir.
2.
Sarana untuk konseling mengenai karir, merencanakan pengembangan karir,
mendiskusikan
tujuan
karir
dan
membuat
strategi
untuk
meningkatkan potensi karir. 3.
Untuk mengetahui pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan.
4.
Untuk menilai dan mengembangkan kemampuan individu termasuk kelemahan dan kekuatan.
Universitas Sumatera Utara
5.
Untuk menyediakan informasi yang objektif sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai pelatihan dan promosi.
6.
Sebagai bentuk umpan balik (feedback).
7.
Untuk memberikan umpan balik yang membangun terkait kinerja karyawan.
8.
Sebagai sarana formal dan terstruktur untuk mendiskusikan kinerja.
9.
Umpan balik untuk memperkuat kinerja.
10. Mengidentifikasi permasalahan kinerja dan mendiskusikan perbaikan yang dapat dilakukan. 11. Mendorong atau memberikan semangat agar mencapai kinerja yang lebih baik lagi di masa mendatang.
1.5.2.5 Indikator Kinerja Karyawan Indikator kinerja (performance indicators) sering disamakan dengan ukurankinerja(performancemeasure),
namunsebenarnya,meskipunkeduanya
merupakankriteriapengukurankinerja, terdapatperbedaan makna.Indikator kinerja mengacupadapenilaiankinerjasecara hanya merupakan
tidak
langsungyaituhal-halyang
sifatnya
indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung
kualitatif. Sedangkanukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifatkuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi (Mohammad Mahsun, 2006:71). Tolak ukur kinerja atau performance standart disusun berdasarkan tiga kriteria umum, yaitu QQC atau singkatan dari Quantity, Quality, Cost. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penerapannya, ketiga kriteria tersebut dapat digunakan seutuhnya secara bersamasama, atau cukup dipakai dua kriteria saja atau bahkan untuk alasan kemudahan dalam penerapannya, maka dapat digunakan satu kriteria saja. Perincian penjelasan mengenai ketiga kriteria umum QQC yang dapat digunakan dalam penetapan tolak ukur kinerja jabatan (job performance standart) atapun tolak ukur kinerja unit kerja organisasi (organizational unit performance standart) tersebut adalah: 1.
Quantity (kuantitas), yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka.
2.
Quality (kualitas), yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan mutu atau kualitas hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka.
3.
Cost (biaya), yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah biaya, peralatan, bahan, waktu atau sumber daya perusahaan yang terpakai untuk menghasilkan satu satuan hasil kerja. (Wungu, 2003:56) Alasan digunakannya indikator ini adalah agar dapat disesuaikan dengan
objek yang diteliti dalam hal ini pegawai di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Hipotesis MenurutSugiyono(2005:70)hipotesisadalahjawabansementara rumusan
masalah
penelitian
dinyatakan
dalambentuk
terhadap
kalimatpertanyaan.
Dikatakansementarakarenajawabanyangdiberikanbarudidasarkanpadateori
yang
relevan,belumberdasarkanfakta-faktaempirisyang diperolehmelalui pengumpulan datadan harusdiujikebenarannya melaluipengujian hipotesis. Adapun hipotesisdalampenelitian iniadalah: 1. Hipotesis Nihil(Ho): “Tidakadapengaruhpositifantarapengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadapkinerja karyawandiPT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong”. 2. HipotesisAlternatif (Ha): “Adapengaruhpositifantarapengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadapkinerja karyawandiPT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong”.
1.7
Kerangka Konseptual Keselamatan dan kesehatan adalah aset yang tidak ternilai harganya yang
merupakan bagian utama keseahteraan. Kesejahteraan tenaga kerja mustahil diwujudkan dengan mengabaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Kebanyakan
perusahaan-perusahaan
yang
sukses
menggunakan
catatan
Keselamatan dan Kesehatan sebagai pengukuran kinerja (Performance measure). Menurut Robert L. Mathis (Yuli, 2005:211) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi
Universitas Sumatera Utara
kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah mauoun perusahaan dimana mereka bekerja. Hal ini diselenggarakan agar terwujud suatu kinerja yang optimal dan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Gambar 1.2 Kerangka konseptual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) KINREJA KARYAWAN
• Keselamatan Kerja • Kesehatan Kerja Sumber: Data diolah 2016
1.8
Definisi Operasional DefenisiOperasional
menurut
Singarimbun(2006:46)adalahunsur
penelitian yang memberitahukan bagaimanacaranyamengukursuatu variabel sehinggadengan pengukuran tersebutdapatdiketahui indikator-indikator apasaja untuk mendukunganalisadarivariabel-variabeltersebut. Definisi operasional variabel akan menuntun peneliti untuk memenuhi unsur penelititan yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam penelititan ini, operasional variabelnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X) : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mathis (Yuli, 2005:211), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. 2. Variabel Dependen (Y) : Kinerja Karyawan Menurut Mangkunegara (2006:9), Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebutkan atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definisi operasonal yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan indikator variabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Indikator Variabel No
Variabel
1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X)
2
Kinerja (Y)
Indikator • Aman atau selamat dari penderitaan • Bebas dari kerusakan atau kerugian di tempat kerja • Kapasitas kerja • Beban kerja • Lingkungan kerja • Pelaksanaan tugas pokok • Pengetahuan tentang pekerjaan • Kejujuran dan integritas • Motivasi dan kemauan berprestasi • Kemampuan komunikasi • Tanggung jawab dan ketelitian
Skala Pengukuran Likert
Likert
Sumber : Data diolah 2016
Universitas Sumatera Utara
1.9
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keeluruhan
hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,kerangka konseptual, definisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
: METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisis data.
BAB III
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab
ini
menguraikan
tentang
gambaran
umum
mengenai
karakteristik lokasi penelitian di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. BAB IV
: PENYAJIAN DATA Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang di analisis.
BAB V
: ANALISIS DATA Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas masalah permasalahan yang diteliti.
BAB VI
: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang akan diperoleh dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara