BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini banyak perusahaan yang telah berdiri baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor manufaktur. Perkembangan industri yang semakin pesat menimbulkan kondisi dimana terdapat persaingan yang semakin ketat antar perusahaan-perusahaan tersebut. Persaingan ini pula yang memaksa setiap perusahaan untuk berusaha meningkatkan daya saingnya dengan cara menciptakan inovasi-inovasi terbaru yang dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal ini akan membuat tujuan perusahaan dapat dicapai dengan baik. Tujuan perusahaan dianggap penting karena tujuan tersebut akan menjadi panduan atau arahan bagi perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan perusahaan dibuat untuk memotivasi para manajer serta karyawannya agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut, yang akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Tujuan
perusahaan
dalam
jangka
pendek
salah
satunya
adalah
maksimalisasi laba, dan dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Kesejahteraan pribadi pemilik perusahaan dan para manajer terhubung dengan nilai perusahaan. Menurut Salvatore (2005) dalam Hermuningsih (2013), tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui
Universitas Sumatera Utara
peningkatan nilai perusahaan. Pemilik perusahaan menginginkan nilai perusahaan yang tinggi, karena nilai perusahaan yang tinggi akan memperlihatkan tingginya tingkat kemakmuran para pemegang sahamnya. Mardiyati et al. (2012) mengemukakan bahwa nilai perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dalam harga saham perusahaan sedangkan nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual (total aktiva) dan prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha dan lain-lain. Nilai perusahaan ini dapat dilihat dari kinerja keuangan serta kemampuan
perusahaan
dalam
membayarkan
dividennya
yang
akan
menggambarkan keadaan harga saham perusahaan tersebut. Jika dividen yang dibagikan tinggi, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham, dan dapat diartikan semakin baik pula nilai perusahaan tersebut. Sebaliknya jika dividen yang dibagikan rendah, maka harga saham juga akan semakin rendah yang artinya nilai perusahaan tersebut semakin buruk. Para investor akan mengamati bagaimana pergerakan harga saham perusahaan dan akan membeli saham yang mereka anggap memiliki nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini tetapi pasar juga akan percaya pada prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini didukung dengan
pernyataan
Brealey et
al.
(2008:46)
bahwa
nilai
perusahaan
mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun proyeksi masa depannya. Oleh karena itu peningkatan harga saham akan membuat para investor memberikan
Universitas Sumatera Utara
sinyal positif kepada manajer. Harga saham yang lebih tinggi dapat membantu perusahaan dalam mendapatkan lebih banyak modal dari luar dengan persyaratan yang lebih mudah. Bagi para investor dan kreditur, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh peluang pertumbuhan (growth opportunity) yang dimiliki oleh perusahaan. Growth opportunity merupakan peluang atau harapan dari suatu perusahaan untuk dapat bertumbuh ataupun mencapai tingkat pertumbuhan di masa depan. Hal ini didukung dengan pernyataan Syafi’i (2011) yang menyatakan bahwa growth opportunity mengindikasikan adanya kemampuan perusahaan untuk berkembang di masa depan dengan memanfaatkan peluang investasi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup besar untuk mendanai biaya operasional perusahaan tersebut. Perusahaan yang memprediksi akan mengalami pertumbuhan yang tinggi ini, di masa depan akan menggunakan sahamnya dan menahan laba yang dimilikinya. Sebaliknya, perusahaan yang diprediksi memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan memilih lebih banyak menggunakan utang jangka panjang. Growth opportunity yang semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi di masa mendatang. Peluang untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi ini akan dinilai sebagai hal yang positif oleh para calon investor, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Fahmi (2014:279) menyatakan bahwa bagi investor perubahan harga merupakan hasil dari perubahan dan analisis investor terhadap harga sekuritas
Universitas Sumatera Utara
terhadap di masa depan (future). Harga saham inilah yang nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan, karena harga saham yang semakin tinggi akan diikuti dengan semakin tingginya nilai perusahaan tersebut. Sutrisno (2012:230) terdapat 5 (lima) jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu: 1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas keuangan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancer. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan-kemampuan finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. 3. Rasio leverage, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. 4. Rasio keuntungan, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari pengguna modalnya. 5. Rasio penilaian, yaitu rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. Selain growth opportunity, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (Sudana, 2011:22). Perusahaan harus memperoleh laba yang tinggi agar kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan dibayarkan dari earning. Profitabilitas dianggap sebagai indikator dalam melihat bagaimana prospek perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini dianggap penting untuk mengetahui seberapa besar suatu perusahaan dapat memberikan return kepada investor sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor. Para stakeholders akan melihat secara cermat sejauh mana kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan karena mereka mengharapkan dividen dan harga pasar dari sahamnya. Profitabilitas yang tinggi memperlihatkan prospek perusahaan yang baik di masa mendatang dan menimbulkan adanya respon positif dari para investor yang diikuti dengan meningkatnya harga saham. Dengan demikian banyak perusahaan yang semakin berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup perusahaannya lebih terjamin. Seringkali perusahaan dihadapkan dengan masalah akan keterbatasan dana yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Perusahaan yang memiliki keterbatasan dana akan mencari sumber pendanaan yang akan membantu perusahaan dalam menyediakan dana dalam jumlah yang besar. Menurut Riyanto (2011:209) sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh melalui 2 (dua) sumber yaitu sumber intern (intern sources) dan sumber ekstern (exstern sources). Sumber intern merupakan sumber dana yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan, sedangkan sumber ekstern merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan seperti pinjaman dari pihak
Universitas Sumatera Utara
kreditur atau dengan mengeluarkan saham melalui pasar modal yang akan menjadi modal sendiri. Kedua jenis sumber pendanaan tersebut berasal dari struktur modal perusahaan. Modal ini dianggap penting dalam mewujudkan tujuan perusahaan,
karena
dengan
memaksimalkan
laba
akan
meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham dan akan diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa dalam rangka mendanai investasi. Perusahaan akan mempertimbangkan kebijakan pendanaan manakah yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Apabila sumber pendanaan intern tidak mencukupi, maka sumber pendanaan ekstern seperti hutang dapat menjadi pertimbangan untuk digunakan. Struktur modal menjadi salah satu pertimbangan para investor dalam berinvestasi, karena hal ini berkaitan dengan risiko dan return yang akan diterima oleh investor. Penambahan hutang akan diikuti dengan risiko yang semakin besar dan mengakibatkan harga saham cenderung semakin menurun dan hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun sebaliknya return yang semakin besar diharapkan akan meningkatkan harga saham tersebut yang juga akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1963) dalam Budiati (2013) berpendapat bahwa semakin tinggi proporsi utang pada suatu perusahaan maka nilai perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan penggunaan hutang memiliki keuntungan bagi perusahaan yang berhasil tidak perlu membagikan kelebihan profitnya kepada pihak kreditur dan adanya pengurangan pajak (bunga
Universitas Sumatera Utara
hutang adalah pengurangan pajak). Dalam teori trade off dijelaskan bahwa peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama masih di bawah titik optimal, dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Setelah berada pada titik tertentu, penambahan hutang dapat menyebabkan turunnya nilai perusahaan karena penggunaan hutang justru tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress, seperti biaya kebangkrutan (bankrupty cost) dan biaya keagenan (agency cost). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan risiko kebangkrutannya lebih tinggi dibandingkan penghematan pajaknya. Alasan dilakukan penelitian pada perusahaan manufaktur adalah karena diantara banyaknya jenis industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jenis industri manufaktur yang memiliki sub sektor industri dan jumlah populasi perusahaan yang paling banyak dibanding dengan jenis industri lainnya. Hal ini diharapkan dapat mewakili kondisi industri di Indonesia dan dapat menunjukkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur yang melakukan sendiri proses produksinya mulai dari tahap awal hingga akhir cenderung membutuhkan sumber dana yang besar, yang biasanya akan didapatkan melalui keputusan investasi yang diambil oleh investor ataupun kebijakan hutang. Dimana dapat kita lihat minat investasi yang awalnya sering dilakukan di sektor sumber daya alam mulai beralih pada sektor manufaktur. Seperti yang dikutip dari website www.bisnis.liputan6.com, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa investasi di sektor sumber daya alam mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
sepanjang kuartal I 2013.Persentase realisasi penanaman modal asing (PMA) pada sektor pertambangan hanya mencapai 19,5%, sementara itu penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor pertambangan sebesar 21,7% dan pada industri manufaktur mencapai angka 42,5%. Hal ini membuktikan bahwa harga saham di sektor manufaktur bernilai cukup tinggi. Harga saham yang tinggi pada sektor manufaktur dapat diartikan bahwa sektor manufaktur juga memiliki nilai perusahaan yang tinggi. Alasan inilah yang mendukung untuk memilih sektor manufaktur sebagai sektor yang akan diteliti. jujju
Tabel 1.1 Harga Pasar Saham, Nilai Buku, dan Price Book Value (PBV) pada 5 (lima) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 No
Kode Emiten
1
2011
Harga Pasar Saham (Rp) 2014 2012 2013
2
AISA
495
1.080
1.430
3
SKLT
140
180
180
4 SMSM 1.360 5
2015
DLTA 111.500 255.000 380.000 390.000 5.200
BTON
335
2.525
3.450
700
550
2.095 1.210 300
370
4.750 4.760 540
435
Nilai Buku (Rp) 2013
Price Book Value (x) 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 35.778,99 37.357,44 42.250,07 47.740,25 1.061,15 3,12 6,83 8,99 8,17 4,90 1.096,18 694,96 805,46 1227,90 1.232,49 0,79 1,55 1,77 1,86 0,98 222,03 220,12 0,79 0,96 0,89 1,35 1,68 177,93 187,45 202,17 465,81
569,80
699,33
796,60
511,81
628,77
771,21
814,67
1.000,40 2,23 3,99 4,89 5,96 4,76 828,36 0,65 1,11 0,71 0,66 0,53
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana keadaan harga pasar saham, nilai buku, dan price to book value (PBV) dari 5 (lima) perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan dengan kode emiten DLTA (PT. Delta Djakarta Tbk), AISA (PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk), dan SMSM (PT. Selamat Sempurna Tbk) mengalami overvalued pada periode 2011-2015 meskipun pada tahun 2011 dan tahun 2015 perusahaan AISA pernah mengalami undervalued. Sedangkan pada komiten SKLT (PT. Sekar Laut Tbk), dan BTON (PT. Betonjaya Manunggal Tbk)
Universitas Sumatera Utara
mengalami undervalued, meskipun pada tahun 2014 dan tahun 2015 perusahaan SKLT dan pada tahun 2012 perusahaan BTON pernah mengalami kondisi overvalued. Pada dasarnya saham perusahaan yang mengalami overvalued sebaiknya tidak di beli atau di cut loss, karena saham yang overvalued menunjukkan bahwa nilai wajar saham tersebut berada di bawah harga pasar saham atau dapat dikatakan harga pasar saham lebih besar dari harga wajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan data di atas yang memperlihatkan perusahaan SKLT, dan BTON tidak terlalu diminati oleh para investor yang terlihat dari harga pasar sahamnya. Rata-rata saham perusahaan DLTA, AISA, dan SMSM memiliki PBV yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan manufaktur lainnya yang mengalami undervalued. Nilai PBV perusahaan yang tinggi memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki laba dan arus kas yang aman dan diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, hal tersebut akan dipandang baik oleh para investor dan bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk perusahaan-perusahaan tersebut. Akan lebih baik jika melakukan penelitian terhadap nilai PBV dengan menggunakan perusahaan yang berada dalam sektor yang sama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah
growth
opportunity,
profitabilitas,
dan
struktur
modal
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat menyebabkan perusahaan tersebut berada di posisi overvalued atau undervalued. Dapat dilihat berikut ini gambaran bagaimana kondisi growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal yang sebelumnya digambarkan dengan PBV pada enam perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Nilai Perusahaan, Growth Opportunity, dan Profitabilitas pada 5 (lima) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 Growth Opportunity (PER) (x) 2014 Emiten 2011 2012 2013 21,68 1 DLTA 11,77 19,13 22,50 2 AISA 9,65 12,45 12,06 17,71 3 SKLT 16,18 15,61 10,87 12,57
2015
2011
21,68
26,48
Profitabilitas (ROE) (x) 2014 2012 2013 37,68 35,68 39,98
10,42
8,18
12,47
14,71
10,52
9,42
12,74
4,86
6,15
8,19
10,75
13,20 0,74 0,93 1,16 1,16 1,48
No
Kode
Struktur Modal (DER) (x) 2015 2011 2012 2013 2014 2015 22,60 0,22 0,25 0,28 0,30 0,22 0,96 0,90 1,13 1,05 1,28
4 SMSM 8,10
14,28
14,69
16,27
14,86
32,70
32,74
33,59
36,75
32,03 0,70 0,76 0,69 0,53 0,54
5
5,11
3,86
12,43
12,38
20,78
21,88
18,65
5,20
4,24
BTON 3,16
0,29 0,28 0,27 0,19 0,23
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.2 memperlihatkan bagaimana kondisi masing-masing nilai growth opportunity yang diproksikan dengan price earning ratio (PER), profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE), dan struktur modal yang diproksikan dengan debt equity ratio (DER) pada enam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan tersebut memiliki growth opportunity, profitabilitas, dan struktur modal yang mengalami peningkatan dan penurunan. Perusahaan dengan kode emiten DLTA dan SMSM yang mengalami overvalued menunjukkan kenaikan nilai PBVnya setiap tahun dan relatif diikuti oleh kenaikan nilai growth opportunity, nilai profitabilitas dan nilai struktur modalnya. Perusahaan AISA yang juga mengalami overvalued menunjukkan kenaikan nilai PBV setiap tahunnya yang diikuti dengan kenaikan nilai profitabilitasnya, namun tidak diikuti dengan nilai growth opportunity dan struktur modalnya yang berfluktuasi tidak stastis. Sedangkan perusahaan yang mengalami undervalued yaitu perusahaan dengan kode emiten SKLT sebagian besar nilai PBVnya mengalami kenaikan yang diikuti dengan kenaikan profitabilitas dan struktur modalnya, namun hal ini
Universitas Sumatera Utara
tidak diikuti dengan growth opportunity yang menunjukkan adanya penurunan di sebagian tahunnya. Perusahaan lainnya yang mengalami undervalued yaitu perusahaan dengan kode emiten BTON yang sebagian besar nilai PBVnya mengalami penurunan, memiliki nilai growth opportunity yang berfluktuasi tidak stastis sedangkan nilai profitabilitas dan struktur modalnya sebagian besar mengalami penurunan setiap tahunnya. Dengan gambaran keberagaman data inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah growth opportunity dan profitabilitas berpengaruh pada nilai perusahaan dengan mengambil judul “Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah growth opportunityberpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah struktur modal terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah growth opportunity, profitabilitas dan struktur modalsecara simultan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh growth opportunity yang diproksikan dengan price earning ratio (PER) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal yang diproksikan dengan debt equity ratio (DER) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
growth
opportunity,
profitabilitas, dan struktur modal, secara simultan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: a.
Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan manufaktur dalam mengambil keputusan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
b.
Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor untuk menambah pengetahuan dan memberikan bahan referensi mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.
c.
Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasandalam bidang manajemen keuangan mengenai pengaruh growth opportunity, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
d.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai bahan
referensi
dan
menjadi
bahan
masukan
dalam
melakukan
pengembangan penelitian.
Universitas Sumatera Utara