BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan ini dialami oleh semua kota-kota besar di Indonesia termasuk Kota Denpasar. Memiliki lingkungan yang bersih dan selalu terawat merupakan salah satu kriteria sebuah kota yang sehat dan indah. Karena dengan memiliki lingkungan yang bersih, dapat membuat hidup menjadi sehat serta terasa nyaman untuk ditinggali sehingga akan berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat. Lingkungan yang bersih mencerminkan penduduk yang tinggal di dalamnya memiliki pemahaman yang besar terhadap arti lingkungan hidup. Karena dengan menjaga kebersihan lingkungan secara tidak langsung telah menjaga dan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup (Kumalasari, 2006). Untuk menciptakan Denpasar sebagai kota bersih dan sehat, pada tahun 2013 pemerintah kota mengangkat tema “Kotaku Rumahku” mengandung makna bahwa Kota Denpasar merupakan rumah bagi warga yang tinggal dan bermukim di Kota Denpasar. Menurut Mantra (2013), setiap anggota masyarakat berkewajiban untuk menjaga kebersihan kota layaknya menjaga rumah sendiri baik dari segi kebersihan dan kenyamanannya. Hal ini didukung juga dengan Peraturan Walikota No. 35 Tahun 2006 pasal 4 dimana kewenangan penuh untuk 1
2
mengelola kebersihan lingkungan diberikan kepada pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Camat setempat dan para Kepala Desa/Kelurahan dan Banjar. Wilayah Niti Mandala merupakan salah satu kawasan hijau kota karena didaerah ini banyak terdapat pohon-pohon yang ditanam dan penataan taman yang indah sehingga membuat kawasan ini menjadi nyaman, kurangnya polusi dan terasa sejuk. Akan tetapi disisi lain daun – daun yang kering akan berjatuhan di jalan raya dan jika bertepatan dengan musim hujan serta kondisi lingkungan yang berangin jumlah volume sampah akan bertambah setiap harinya sehingga ikut menambah beban pekerjaan bagi para penyapu jalan. Untuk mewujudkan hal tersebut, Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Denpasar mempunyai peran yang sangat penting. Dinas ini membentuk suatu tim kebersihan dalam menjaga lingkungan kota agar tetap bersih, sehat dan indah. Tim ini terdiri dari pekerja penyapu jalan, pekerja bagian pertamanan, dan juga supir truk pengangkut sampah beserta para kru. Pekerjaan pembersihan di jalanjalan di kota Denpasar dilakukan oleh pekerja penyapu jalan dengan cara menyapu dan mengumpulkan sampah yang berada disepanjang jalan agar mudah untuk diambil dan dimasukkan ke dalam truk pengangkut sampah yang kemudian dibawah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Setiap hari pekerjaan penyapuan jalan ini terus dilakukan, dimulai pada waktu pagi sampai sore hari. Penyapu jalan bekerja selama 7 jam sehari dengan ruas jalan yang dibersihkan berkisar antara ± 1-1,5 km. Kegiatan menyapu jalan ini dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan tenaga manusia (manual) mulai dari menyapu sepanjang jalan sampai mengumpulkan sampah. Alat atau sarana yang digunakan oleh para
3
penyapu jalan yaitu berupa sapu lidi yang telah ditambahkan tangkai yang terbuat dari kayu, pengki/serok dan tong sampah. Sapu lidi yang digunakan pekerja penyapu jalan memiliki 2 komponen utama yaitu tangkai dari bahan kayu dan lidi dari pelepah pohon kelapa yang diikat menjadi satu kesatuan menggunakan pengikat/tali. Tangkai sapu lidi yang digunakan memiliki dimensi panjang tangkai ± 42 cm dengan diameter tangkai ±2,23 cm dan berat 519,06 ± 32,52 gram, Sedangkan untuk sapu lidi menggunakan lidi yang berasal dari pelepah pohon kelapa yang memiliki panjang ± 53 cm. Peralatan kerja tersebut merupakan alat kerja utama yang digunakan setiap harinya. Akan tetapi hal ini menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri dalam melakukan pekerjaan. Ketidaknyamanan itu disebabkan oleh ukuran dimensi dari tangkai sapu lidi tidak sesuai dengan penggunanya sehingga tidak bisa mengakomodasi bagi penyapu yang memiliki tubuh tinggi dan telapak tangan besar, serta menggunakan bahan kayu yang keras dan berat sehingga para pekerja merasakan panas pada bagian telapak tangan yang mengakibatkan sebagian dari pekerja penyapu jalan mengalami luka (melepuh/kapalan) di bagian telapak tangan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan penyapu jalan bekerja dengan sikap kerja yang tidak ergonomis atau fisiologis. Hal ini mengakibatkan penyapu jalan bekerja dengan postur tubuh yang sedikit membengkok ke samping, posisi kepala sedikit menunduk, dan punggung membungkuk, sehingga menimbulkan keluhan-keluhan pada tubuh, menyebabkan
4
kelelahan lebih cepat muncul dan bila dilakukan secara terus menerus setiap hari dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kelainan pada tubuh terutama pada sistem skeletal. Faktor kondisi kerja yang kurang ergonomis/fisiologi dan lingkungan seperti banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, teriknya cuaca pada siang hari yang mencapai 30-330C, ikut memberikan beban tambahan kepada para penyapu. Apabila situasi kerja tersebut terus berlangsung, akan dapat memberikan stress kepada para pekerja yang melampaui batas kemampuannya dan pada akhirnya menyebabkan gangguan kenyamanan, kesehatan dan serta keselamatan kerja. Menurut Manuaba (1992b), penggunaan alat kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerjanya menyebabkan sikap kerja menjadi tidak alamiah, keluhan otot skeletal dan beban kerja meningkat sehingga produktivitas menjadi rendah. Hasil studi penelitian pendahuluan terhadap 12 orang pekerja penyapu jalan. Hasilnya menunjukkan: (1) rerata keluhan muskuloskeletal sebesar 74,41 ± 2,42 berarti kategori tingkat gangguan muskuloskeletal adalah terganggu (2) rerata kelelahan sebesar 77,58 ± 2,13 berarti kategori tingkat kelelahan adalah lelah dan (3) rerata frekuensi denyut nadi kerja sebesar 116,95 ± 2,30 dpm (denyut/menit) berarti kategori beban kerja adalah sedang (Christensen, 1991; Tarwaka, 2011). Berdasarkan wawancara, keluhan yang dirasakan penyapu jalan setelah bekerja adalah sakit pada bagian leher atas dan bawah, punggung, lengan kanan atas dan bawah, serta jari tangan terasa panas, kram dan mati rasa dan perasaan sangat haus setelah bekerja.
5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2006) terhadap para penyapu jalan di Kramat Jati, Jakarta menunjukkan bahwa pekerja penyapu jalan merasakan adanya keluhan subjektif pada leher bagian atas sebesar 63,33%, bahu sebesar 72,20% , pinggang sebesar 82,20%, lengan kanan atas sebesar 66,67%, lengan kanan bawah sebesar 52,23, tangan kanan sebesar 96,35, tangan kiri sebesar 42,25%, dan paha kanan dan kiri sebesar 66,67 %. Adanya keluhan yang dirasakan oleh penyapu jalan tersebut disebabkan oleh kondisi alat kerja yang kurang ergonomis dalam hal ini sapu lidi bertangkai yang digunakan oleh para penyapu jalan tidak sesuai dengan ukuran antropometri penyapu jalan. Sehingga perlu dilakukan upaya pendekatan partisipatif terhadap para pekerja, sehingga setiap masalah yang ada dapat dianalisis serta dipecahkan secara bersama-sama. Menurut Manuaba (1999) Suatu alat kerja yang tak dirancang dengan baik atau tidak mengacu pada kaidah-kaidah ergonomi dapat menyebabkan kelelahan lebih cepat muncul, gangguan muskuloskeletal, beban kerja meningkat, mekanisme kerja menjadi tidak efektif dan efisien yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas pekerja. Dalam mendesain alat harus memperhatikan keseluruhan aspek ergonomi yang ada serta memperhatikan konsep teknologi tepat guna. Pendekatan ergonomi holistik atau teknologi tepat guna adalah suatu pendekatan di mana teknologi yang akan digunakan harus dikaji secara komprehensip melalui 6 kriteria yaitu secara teknis, ekonomis, ergonomis dan sosiobudaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2004a; 2005). Merujuk pada prinsip fitting the task to the
6
human (Grandjean, 2000) maka keserasian antara manusia, alat-alat untuk stasiun kerja, metode kerja dan lingkungan kerja harus sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia sehingga diharapkan para pekerja bisa lebih sehat, lebih nyaman, kelelahan tidak cepat muncul, lebih efisien dan tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dipandang perlu untuk mendesain alat kerja sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi sehingga faktor resiko akibat pekerjaan dapat berkurang. Redesain sapu lidi bertangkai akan dititikberatkan pada perubahan desain gagang sapu lidi yang digunakan oleh penyapu jalan di kota Denpasar. Melalui aplikasi ergonomi ini diharapkan tercipta kondisi kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE) yang dapat dinilai melalui penurunan indikator seperti: beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi beban kerja penyapu jalan? 2) Apakah aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal penyapu jalan?
7
3) Apakah aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi kelelahan penyapu jalan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstribusi dari penerapan aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai pada penyapu jalan di Kota Denpasar. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi menurunkan beban kerja pada penyapu jalan. 2) Mengetahui aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada penyapu jalan. 3) Mengetahui aplikasi ergonomi pada redesain sapu lidi bertangkai dapat mengurangi kelelahan pada penyapu jalan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk menyampaikan saran kepada para penyapu jalan dalam upaya penanggulangan kondisi alat kerja yang tidak ergonomis.
8
2) Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan seberapa besar penurunan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan setelah dilakukan aplikasi ergonomi. 3) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam upaya pencegahan atau pengendalian faktor resiko khususnya pada penyapu jalan. 1.4.2 Manfaat akademis Manfaat secara akademik dari penelitian penggunaan sapu lidi bertangkai ergonomis pada penyapu jalan melalui aplikasi ergonomi, ini adalah sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam mendesain sapu lidi yang ergonomis khususnya dalam kaitan dengan ergonomics hand tools. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam desain sapu lidi yang sesuai dengan kaidah ergonomi. 3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah imu pengetahuan serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut yang mendalam.