1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu mengalami peningkatan. Pada kelompok dewasa, hasil survey yang dilakukan oleh NHANES III di Amerika prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan sebesar 23%, naik 14% dari hasil survey sebelumnya NHANES II. Pada anak dan remaja di Amerika saat ini sebesar 11% menderita kegemukan dan 14% anak terindikasi memiliki resiko kegemukan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) di antara 85 sampai 95 percentil. Di Indonesia prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan, berdasarkan RISKESDAS 2013 prevalensi obesitas pada usia > 15 tahun sebesar 7.3%. Hasil ini naik dari prevalensi obesitas sebelumnya pada RISKEDAS 2007 yang hanya 1.4%. Obesitas dan kegemukan dialami oleh berbagai kelompok usia tidak terkecuali remaja. Obesitas pada remaja beresiko dua kali lebih tinggi mengalami obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab penyakit dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan hipertensi (Syarif,2003). Pada tahun 2013 prevalensi kegemukan pada remaja usia 16 – 18 berdasarkan IMT/U secara nasional adalah 7.3% (RISKESDAS, 2013). Proporsi faktor gen dan faktor lingkungan keluarga mempengaruhi obesitas adalah 60% dan 84% (Rossner et al, 2012). Faktor hereditas memegang peranan penting dalam menjelaskan penyebab obesitas meskipun faktor hereditas tidak dapat menggambarkan secara jelas penyebab peningkatan prevalensi obesitas. Kemajuan teknologi dan pengaruh globalisasi diduga
menjadi pencetus terjadinya obesitas akibat terjadinya perubahan gaya hidup termasuk kebiasaan dan pola makan. Kebiasaan makan pada anak dan remaja salah diantaranya dibentuk dari lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Teman sepermainan dapat menularkan perilaku dan kebiasaan makan, olahraga dan status gizi. Perilaku yang ditularkan dapat ke arah positif atau negatif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gable et al (2007) menyatakan bahwa kemungkinan seseorang menjadi obes meningkat 57% apabila memiliki teman yang mengalami obesitas. Meskipun teman mempengaruhi pola makan namun keluarga yang menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi pola makan remaja (Gorman et al, 2007). Makan bersama keluarga merupakan bagian dari rutinitas keluarga dimana interaksi sosial antar keluarga terbentuk dan mempengaruhi kebiasaankebiasaan remaja (Fiese et al, 2006). Remaja yang memiliki kebiasaan makan bersama keluarga yang lebih rutin dengan suasana yang menyenangkan saat makan bersama keluarga memiliki kemungkinan lebih rendah untuk memiliki kebiasaan dan pola makan yang salah (Neumark-Sztainer et al, 2004). Menurut Hammons dan Fiese (2011), makan bersama keluarga tiga kali atau lebih dalam seminggu mengurangi resiko anak untuk obesitas sebesar 12%, konsumsi makanan yang tidak sehat 20% dan peningkatan konsumsi makanan sehat sebesar 24%. Makan bersama keluarga salah satunya dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Menurut Naamsyah (2008) pendapatan orang tua yang rendah berhubungan dengan meningkatnya angka obesitas pada anak sebab
2
orang tua dengan pendidikan dan pendapatan yang kurang cenderung membiarkan
anaknya
mengkonsumsi
makanan
yang
tinggi
kalori
dan
mengabaikan masalah dari akibat kegemukan pada anaknya. Namun di sisi lain, penelitian yang dilakukan Boutelle et al (2006) menemukan bahwa makanan cepat saji fast food saat ini telah menjadi alternatif populer keluarga-keluarga dengan kesibukan yang tinggi. Padahal konsumsi makanan cepat saji pada saat makan bersama keluarga berpotensi terhadap pembentukan kebiasaan makan yang tidak sehat pada keluarga (Boutelle et al, 2006). Penelitian mengenai makan bersama keluarga terhadap obesitas pada remaja masih belum konsisten. Beberapa penelitian menyatakan bahwa makan bersama keluarga memiliki hubungan terhadap kebiasaan makan yang baik dan berat badan yang terkontrol pada remaja (Gilman et al, 2009; Neumark et al, 2003; Boutelle, 2006). Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan remaja dengan makan bersama keluarga (Taveras et al, 2005; Larson, 2007). Selain itu di Indonesia belum banyak penelitian mengenai makan bersama keluarga terhadap obesitas remaja. Salah satu penelitian yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Podojoyo pada 2005 yang menyatakan bahwa frekuensi makan lebih dari 3 kali di rumah akan meningkatkan jumlah kalori yang dikonsumsi sehingga dapat
mengakibatkan
obesitas. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai makan bersama keluarga terhadap obesitas remaja di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan di provinsi Yogyakarta yang termasuk dalam 15 provinsi yang prevalensi obesitasnya di atas prevalensi nasional. Di Kota
3
Yogyakarta sendiri prevalensi obesitas pada anak dan remaja tahun 1999 – 2004 mengalami peningkatan dua kali lipat dari 4.2% menjadi 8.8% (Julia, 2010). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan antara frekuensi makan bersama keluarga pada remaja obes dan tidak obes? 2. Apa ada perbedaan asupan makan pada remaja obes dan tidak obes? 3. Apa status obesitas orang tua, sosial ekonomi orang tua dan makan bersama teman memiliki hubungan dengan kejadian obesitas pada remaja? C. Tujuan Penenlitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pola makan makan bersama keluarga dengan kejadian obesitas pada remaja 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui perbedaan frekuensi makan bersama keluarga remaja obes dan tidak obes. 2. Untuk mengetahui perbedaan asupan makan remaja obes dan tidak obes. 3. Untuk mengetahui perbedaan makan bersama teman remaja obes dan tidak obes 4. Untuk mengetahui hubungan status obesitas orang tua dengan kejadian obesitas pada remaja.
4
5. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan kejadian obesitas pada remaja. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan tambahan referensi mengenai pola makan keluarga dan obesitas. 2. Bagi Insitusi Pemerintah Sebagai bahan informasi untuk upaya penanggulangan obesitas pada remaja. 3. Bagi Penulis Memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai obesitas dan pengalaman penelitian di lapangan. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Rahmawati pada tahun 2008 berjudul "Perbedaan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi pada Siswa Obesitas dan Tidak Obesitas di SLTP di Kota Yogyakarta‖. Penelitian merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan case control dengan hasil terdapat perbedaan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat antara anak obesitas dan tidak obesitas dan tidak ada perbedaan pola makan (frekuensi makan makanan pokok, makan di luar rumah, makanan fast food antara anak obesitas dan tidak obesitas. Persamaan
:
1) Variabel yang diteliti Perbedaan
:
5
1) Rancangan penelitian 2) Waktu penelitian 3) Lokasi penelitian 4) Sampel penelitian 2. Penelitian yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer et al pada tahun 2010 berjudul "Family meals and adolescents: what have we learned from Project EAT (Eating Among Teens)?". Penelitian ini menggunakan desian penelitian mixed method yang meliputi observasional dan focus discussion. Hasil dari penelitian ini adalah makan bersama keluarga memiliki dampak yang positif terhadap asupan makan, perilaku makan yang teratur dan kesehatan remaja. Persamaan
:
1) Variabel yang diteliti Perbedaan
:
1) Rancangan penelitian 2) Waktu penelitian 3) Lokasi penelitian 4) Sampel penelitian 3. Penelitian yang dilakukan oleh Berge et al pada tahun 2013 berjudul "Family Functioning: Associations With Weight Status, Eating Behaviors, and Physical Activity in Adolescents”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan data sekunder dari EAT 2010 (Eating and Activity in Teens). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang lebih kuat pada remaja kulit hitam daripada kulit putih antara fungsi keluarga dan makan bersama, tidak ada hubungan antara budaya dengan makan bersama keluarga dan pada remaja laki-laki dan perempuan fungsi keluarga
6
yang baik berhubungan dengan aktifitas fisik, asupan buah dan sayur dan indeks massa tubuh. Persamaan
:
1) Sampel yang digunakan 2) Variabel yang diteliti Perbedaan
:
1) Lokasi penelitian 2) Waktu penelitian 3) Rancangan penelitian 4. Penenlitian yang dilakukan oleh Podojoyo (2005) berjudul ―Pola Konsumsi Makan di Luar Rumah sebagai Faktor Risiko Terjadinya Obesitas pada Remaja SMP‖. Penelitian ini menggunakan 2 metode penelitian yaitu crosssectional untuk mengetahui prevalensi obesitas dan case-control untuk melihat hubungan pola makan di luar rumah dengan obesitas. Hasil dari penelitian ini adalah prevalensi obesitas pada remaja SMP di Kota Palembang 6,62 %. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi total konsumsi lemak total, konsumsi karbohidrat total, frekuensi makan di rumah, status obes orang tua, status sosial ekonomi keluarga, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan kejadian obesitas dan tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan, konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat di luar rumah dengan kejadian obesitas. Persamaan
:
1) Variabel yang diteliti Perbedaan
:
1) Rancangan penelitian
7
2) Lokasi penelitian 3) Waktu penelitian
8