BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis kebangkrutan adalah perusahaan Delisting. Perusahaan Delisting
adalah
perusahaan yang dihapus atau dikeluarkan dari daftar perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Perusahaan yang dikeluarkan dari lantai bursa mengakibatkan hilangnya kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan Delisting termasuk menerbitkan laporan keuangan. Bagi investor, perusahaan Delisting identik dengan bangkrut meski pun secara empiris perusahaan yang Delisting masih beroperasi, tetapi tidak lagi bisa diakses oleh publik. Perusahan Delisting sering dianggap bangkrut karena perusahan ini tidak dapat lagi dijadikan investor untuk berinvestasi, meskipun perusahan ini tidak benar-benar bangkrut.Hal ini yang menjadi indikator investor menganggap perusahaan ini sebagai perusahaan bangkrut. Berbeda dengan perusahaan Delisting, perusahaan-perusahaan yang tidak Delisting masih dapat diakses oleh investor dan dijadikan tempat untuk menanamkan modal. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas. Asumsi ini mengharuskan
perusahaan
secara
operasional
memiliki
kemampuan
mempertahankan untuk perusahaan (going concern) dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau
1 Universitas Sumatera Utara
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011:5). Opini going concern merupakan opini yang diterbitkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Penerbitan opini going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Situasi tersebut membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya. Laporan auditor yang menunjukkan opini going concern memerlukan evaluasi terhadap kemungkinan hidup perusahaan dalam setiap audit. Kemungkinan adanya kecendrungan penundaan dalam memulai proses audit. Salah satu konsep penting dalam akuntasi konvesional adalah going concern, dimana perusahaan dapat tetap beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan di masa mendatang atau perusahaan memiliki nilai eksistensi dalam jangka waktu ke depan. Kegagalan dalam mempertahankan going concern dapat terjadi dikarenakan oleh manajemen yang buruk, perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan peningkatan inflasi.Salah satu dampak dari krisis moneter adalah ditutupnya sejumlah perusahaan karena tidak mampu mempertahaan going
2 Universitas Sumatera Utara
concernya (kelangsungan usahanya).Kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kegagalan ekonomi, dan yang kedua kegagalan keuangan.Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidak seimbangnya antara pendapatan dan pengeluaran.Selain itu, kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan
oleh
biaya
historis
investasi.
Perusahaan
dikatagori
gagal
keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total asset melebihi total kewajiban (Weston dan Brigram, 2005). Menurut Muhammad Adnan dan Eka Kurniasih (2000:139), secara garis besar, faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi tiga, yaitu faktor umum, faktor eksternal perusahaan, faktor internal perusahaan. Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal biasa, kondisi yang membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan (menuju kebangkrutan) yang bisa mengarah kebangkrutan.Tingkat khawatir investor makin bertambah dengan munculnya peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 Tahun 1998 yang mengatur kepalitan. Menurut Perpu No 1, debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dipastikan bangkrut oleh dua krebitur. Kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan.Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan ekonomis.
3 Universitas Sumatera Utara
Asset merupakan bentuk penambahan modal perusahaan.Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Menurut Dyckman et al (2000:174), Asset adalah manfaat ekonomi yang dapat direalisasi dimasa depan yang diperoleh atau diakuisisi oleh entitas tertentu sebagai dari transaksi atau kejadian masa lalu. Asset adalah sumber daya yang dimiliki suatu entitas bisnis atau usaha.Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis. Fanny dan Saputra (2005) mengatakan bahwa secarade facto sebetulnya sekitar 80% dari lebih 280 perusahaan go public praktis bisa dikategorikan bangkrut. Hal ini disebabkan oleh utang perusahaan yang sudah jauh melebihi assetnya. Semakin tinggi rasio leverage yang ditandai dengan meningkatnya total utang terhadap totalasset (debt to total assets), semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan tidak pastinya mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Altman dan McGough dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82 persen dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai kelangsungan hidupnya. Pemilihan variabel probabilitas kebangkrutan dengan menggunakan alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan. Model prediksi Altman bertujuan untuk menguji kembali hasil penelitian sebelumnya dan juga bahwa perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia masih mendasarkan perhitungannya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sedangkan probabilitas kebangkrutan model Altman memilih 5 rasio keuangan dari 22 rasio keuangan yang sangat
4 Universitas Sumatera Utara
sesuai digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat membantu auditor maupun manajemen dalam membuat
keputusan
audit
maupun
keputusan
strategis
menyangkut
keberlangsungan perusahaan. Model prediksi kebangkrutan yang terkenal dengan istilah Z score merupakan suatu formula yang dikembangkan oleh Altman untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa periode sebelum terjadinya kebangkrutan, (Pratama: 2011). formulanya adalah sebagai berikut: Z-Score = 1,2T1 + 1,4T2 + 3,3T3 + 0,6T4 + 0,999T5 Keterangan: T1 = working capital / total assets T2 = retained earnings / total assets T3 = earnings before interest and taxes / total assets T4 = market capitalization / book value of debt T5 = sales / total assets Uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh total asset dan Leverage terhadap opini going concern dengan probability of bankruptcy sebagai variabel moderating pada perusahaan yang Delisting terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2013).
5 Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah total asset berpengaruh terhadap opini going concern pada perusahaan Delisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ? 2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap opini going concern pada perusahaan Delisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ? 3. Apakah berpengaruh probability of bankrupcty memoderasi pengaruh total asset dan Leverage terhadap opini going concern pada perusahaan Delisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ? 1.3 Tujuan Peneliti Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan,maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh total asset terhadap opini going concern pada perusahaanDelisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap opini going concern pada perusahaanDelisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Untuk mengetahui pengaruh probability of bankruptcy memoderasi pengaruh total asset dan Leverage terhadap opini going concern pada perusahaan Delisting yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
6 Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Peneliti Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yaitu : 1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh total asset dan Leverage terhadap opini audit going concern dan probability of bankruptcy sebagai variabel moderating, 2. Bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit, 3. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis, 4. Bagi manajemen, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit terhadap
dampaknya
bagi
kelangsungan
hidup
perusahaan
yang
dimilikinya dimasa yang akan datang.
7 Universitas Sumatera Utara