BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penduduk lanjut usia mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan diperkirakan meningkat menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (Depkes, 2012). Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan 21% dari total populasi dunia dan sekitar 80% diantaranya hidup di negara berkembang. Populasi lansia di Indonesia terus berkembang dan dikhawatirkan
akan
meningkatkan
angka
beban
ketergantungan
atau
dependency ratio (Depkes, 2012). Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial penduduk lanjut usia di
Indonesia tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Amelia dan Endang, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Menkokesra, 2013). 1
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (apabila suatu wilayah atau Negara sebagian besar penduduknya tua tidak terdaftar lagi). Di Jawa Tengah pertumbuhan Lansia sama dengan pertumbuhan tingkat nasional. Data Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan jumlah penduduk dengan struktur tua (Lansia) mencapai 9,36%. Daerah lain yang juga masih tujuh besar diantaranya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,48%, Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan Jawa Barat 7,09%. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat setiap tahun lantaran tingkat harapan hidup di Jawa Tengah tergolong
tinggi
(49%)
sehingga
pembangunan
infrastruktur
harus
mempertimbangkan keramahan bagi lansia. Peningkatan proporsi penduduk lansia merupakan imbas dari peningkatan ekonomi, pendidikan, sistem kesehatan, sanitasi dan nutrisi (Ivan, 2012). Pada saat ini, gaya hidup penduduk Lanjut Usia (Lansia) sudah mengalami perubahan, lansia harus menyesuaikan diri karena berkurangnya fungsi alat indera dan anggota tubuh secara alamiah, baik fisik, mental maupun emosional. Menurunnya kemampuan lansia akibat adanya cacat tubuh dan berbagai penyakit degeneratif yang diderita, sehingga lansia mempunyai ketergantungan yang besar pada keluarga dan orang lain serta pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik fisik, mental, maupun sosial ekonomi (Hardywinoto, 2005). Perubahan fisik dan kemampuan fungsional yang dimiliki lansia, tidak banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga memerlukan tidur yang lebih sedikit daripada remaja. Pada lansia perempuan lebih banyak mengalami insomnia 2
dibandingkan laki-laki yang lebih banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat mengganggu tidur (Rizema, 2011). Insomnia atau gangguan sulit tidur merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kuantitas dan kualitas tidur (Lanywati, 2001). Masalah tidur mungkin memiliki dampak negatif pada kualitas hidup yang terkait kesehatan dengan peningkatan risiko kecelakaan, antibodi menjadi lemah, rentan terserang diabetes dan kelelahan kronis. Kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan memori dan konsentrasi, dan gangguan kinerja dalam uji psikomotorik. Gangguan tidur juga dikaitkan dengan peningkatan resiko jatuh, penurunan kognitif, dan tingkat kematian lebih tinggi (Poppy, 2011). Untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia, hal yang perlu dilakukan melakukan kebiasaan hidup sehat. Orang yang senantiasa menerapkan kebiasaan hidup sehat akan memperoleh tingkat kesehatan yang menjanjikan, artinya bahwa lansia yang melakukan kebiasaan hidup sehat akan terpelihara kesehatannya (Arifin, 2012). Wilayah Jawa Tengah tercatat 2.336.115 jiwa merupakan Lansia dari total penduduk 32.864.563 (Komnaslansia, 2009). Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Data Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan jumlah penduduk dengan struktur tua (lansia) mencapai 9,36%. Menurut data statistik tahun 2011, jumlah lansia di Kabupaten Karanganyar sebanyak 821.694 orang dengan 408.585 orang laki-laki dan 413.109 orang perempuan. Kecamatan Colomadu terdiri dari 14 kelurahan, yang diantaranya adalah kelurahan Blulukan. Kelurahan Blulukan mempunyai 3
jumlah penduduk sekitar 5.400 jiwa. Dari data kependudukan Kelurahan Blulukan tahun 2013, terdapat lanjut usia diatas 60 tahun mencapai 225 jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan pada Lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras kelurahan Blulukan, bahwa lansia pernah mengalami kesulitan tidur, meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada masing-masing individu. Lansia juga mengeluhkan sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang, dan sering terbangun lebih awal. Tiga dari lima lansia mengatakan bahwa setiap hari sulit untuk tertidur kembali setelah terbangun di tengah malam, adapun kegiatan dikala bangun dan sulit tidur diantaranya adalah menghisap rokok dan menonton televisi sampai pagi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013), tentang hubungan antara perilaku merokok dan kejadian insomsia pada mahasiswa, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan resiko terjadinya insomnia pada mahasiswa perokok di Fakultas Kesehatan Universitas Lampung. Menurut Rosmalawati dan Jupriyono (2008) yang meneliti tentang hubungan gangguan tidur dengan gangguan efek pada individu usia 50 tahun ke atas, di Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah, menunjukkan hasil bahwa prevalensi gangguan tidur pada individu usia 50 tahun ke atas lebih besar dibandingkan dengan prevalensi gangguan tidur menurut Word Health Organization (WHO) dan gangguan tidur mempunyai hubungan yang bermakna dengan gangguan affektif, maksudnya bahwa gangguan tidur meningkatkan
4
resiko terjadinya gangguan affektif baik pada laki-laki maupun perempuan pada usia 50 tahun ke atas. Berdasarkan dari uraian peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Kebiasaan Hidup dengan Insomnia pada Lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar”.
B. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum “Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar?”. 2. Masalah Khusus a. Apakah ada hubungan antara olahraga dengan kejadian insomnia pada lansia
di
Posyandu
Lansia
Kalurahan
Blulukan,
Colomadu
Karanganyar? b. Apakah ada hubungan antara makan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar? c. Apakah ada hubungan antara merokok dengan kejadian insomnia pada lansia
di
Posyandu
Lansia
Karanganyar?
5
Kalurahan
Blulukan,
Colomadu
d. Apakah ada hubungan antara kegiatan sosial dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia di Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis hubungan antara olahraga dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia di Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar. b. Menganalisis hubungan antara makanan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar. c. Menganalisis hubungan antara merokok dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia di Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar. d. Menganalisis hubungan antara kegiatan sosial dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia di Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar.
6
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan keilmuan tentang hubungan antara kebiasaan hidup yang terdiri dari olahraga, makanan teratur, merokok dan kegiatan sosial dengan kejadian insomnia pada lansia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatan kesejahteraan dan kesehatan bagi lanjut usia. b. Bagi peniliti lain Menambah
wacana
dan
informasi
ilmiah
pembaca,
khususnya
mahasiswa mengenai hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia. c. Bagi Lanjut Usia Dapat dijadikan masukan dan tambahan informasi bagi lanjut usia dalam meningkatkan dan menjaga status kesehatan dalam mengatasi insomnia.
7