BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagian saat berlangsungnya proses belajar peserta didik. Salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru di semua jenjang pendidikan adalah menghayati makna mengenai hubungan perkembangan ranah kognitif dengan proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya. Ranah psikologi peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif yakni ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak. Dalam prespektif psikologi, kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomorik (karsa). Tidak seperti organ-organ lainnya, otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal fikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.1 Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan bagaimana seorang peserta didik dapat belajar. Tanpa kemampuan berfikir mustahil peserta didik tersebut dapat memahami dan meyakini faedah-faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir juga sulit bagi peserta didik untuk menangkap pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Dengan kata lain, peserta didik akan kesulitan untuk belajar. Belajar merupakan proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya..2
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, h. 83. 2 Agus Suprijono, Cooperative Learning, Cet. IX, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012, h. 22.
1
2
Sehingga dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap peserta didik untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan mampu mengembangkan kognitif (keterampilan berpikir) peserta didik adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning disingkat PBL. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah yang efektif dalam setting dunia nyata melibatkan penggunaan proses kognitif, meliputi perencanaan penuh untuk berpikir, berpikir secara menyeluruh, sistematik, analitik dan analogis.3 Dalam proses PBL melibatkan penggunaan otak atau pikiran peserta didik untuk melakukan hubungan melalui refleksi, artikulasi dan belajar melihat perbedaan pandangan. Dengan kata lain, ketika peserta didik merencanakan, membuat hipotesis dan belajar melalui fakta dan gagasan secara sistematis, itu akan membantu peserta didik mengembangkan koneksi kognitifnya. Sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan
mengembangkan
kemampuan
berfikirnya
secara
berkesinambugan. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik pada saat ini adalah “malas berpikir”, mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisanya terhadap pertanyaan tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka peserta didik akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupann nyata. 3
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Pengembangan Profesionalisme Guru, Edisi II, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, h. 235.
3
Dengan kata lain, pelajaran di kelas adalah untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu, model PBL mungkin dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong peserta didik berfikir dan bekerja ketimbang menghafal dan bercerita. Dalam hal ini, penulis mengambil satu mata mata pelajaran yang dirasa cocok untuk diterapkannya suatu model pembelajaran berbasis masalah tersebut, yaitu mata pelajaran Fiqh. Mata pelajaran Fiqh merupakan bagian dari pelajaran agama di madrasah yang mempunyai ciri khas dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya, karena pada pelajaran tersebut memikul tanggung jawab untuk dapat memberi motivasi dan kompensasi sebagai manusia yang mampu memahami, melaksanakan dan mengamalkan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdhoh dan mu’amalah serta dapat mempraktikannya dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di samping mata pelajaran yang mempunyai ciri khusus juga materi yang diajarkannya mencakup ruang lingkup yang sangat luas dan tidak hanya dikembangkan di kelas. Penerapan hukum Islam yang ada di dalam mata pelajaran Fiqih pun harus sesuai dengan yang berlaku di dalam masyarakat, Pada mata pelajaran ini memuat ilmu hukum Islam yang menyajikan berbagai permasalahan
nyata
yang
berkaitan
dengan
kehidupan
sehari-hari.
Permasalahan-permasalahan itu perlu dipecahkan oleh peserta didik, supaya dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari dapat sesuai dengan ilmu syariat Islam yang telah dipelajari. Apabila pembelajaran ilmu Fiqh ini dimulai dengan suatu masalah, terutama yang bersifat kontekstual, maka dapat terjadi keseimbangan kognitif pada diri peserta didik. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar yang berkaitan dengan masalah seperti “apa yang dimaksud dengan…”,”mengapa bisa terjadi..”, bagaimana cara menyelesaikan permasalah itu..” dan seterusnya. Seiring dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta
4
didik, maka secara otomatis ranah kognitifnyapun ikut bekerja. Jika ini diasah terus maka tidak menutup kemungkinan kognitif peserta didik akan semakin berkembang. Atas dasar alur pikir sebagaimana yang digambarkan di atas, maka penulis mengajukan penelitian yang berjudul PENGARUH PENERAPAN PROBLEM
BASED
LEARNING
TERHADAP
PERKEMBANGAN
KOGNITIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQH DI MTs. NU RADEN UMAR SAID KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016.
B. Alasan Pemilihan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 Dari salah satu penjelasan di atas disebutkan tujuan pendidikan yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia berakhlak mulia serta berkembang kreatif. Untuk mengembangkan kekreatifan peserta didik perlu dikembangkan pula
kognitif
anak
yakni
mengembangan
fungsi
intelektual
atau
mengembangkan kemampuan kecerdasan otak anak. Oleh karenanya, dalam proses pendidikan, upaya pengembangan kognitif peserta didik secara terarah baik orang tua maupun guru, sangatlah penting. Sehingga upaya pengembangan kognitif peserta didik akan berdampak pada keterampilan kognitif peserta didik, keterampilan afektif peserta didik dan keterampilan psikomotorik peserta didik kemudian peserta didik akan berkembang menjadi peserta didik yang kreatif. 4
Permendiknas, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Cet. IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 7.
5
Untuk itu, dalam proses pembelajaran juga sangatlah diperhatikan model pembelajaran yang digunakan oleh guru, dalam hal ini penulis mengambil satu model yang mampu mengembangkan kognitif peserta didik, yakni dengan model pembelajaran problem based learning. Pembelajaran ini menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari-hari
sebagai
sarana
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis terutama pada pelajaran Fiqh. Selaras dengan model pembelajaran yang berbasis masalah, pelajaran Fiqh sengaja dibidik karena dalam ilmu Fiqih menyajikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari setiap muslim yang perlu diselesaikan berdasarkan dasar-dasar hukum syari’at Islam. Sehingga untuk memecahkan permasalahan yang ada secara tidak langsung akan berkembang pula ranah kognitif peserta didik tersebut. Maka dengan alasan tersebut penulis mengangkat judul: PENGARUH PENERAPAN
PROBLEM
PERKEMBANGAN
BASED
KOGNITIF
LEARNING
PESERTA
DIDIK
TERHADAP PADA
MATA
PELAJARAN FIQH DI MTs. NU RADEN UMAR SAID KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016.
C. Tela’ah pustaka Langkah yang penulis tempuh dalam penyusunan skripsi ialah menelaah beberapa skripsi yang bahasannya tidak jauh berbeda dengan penelitian ini. Pertama, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Bringinwareng Winong Pati Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh Niswah mahasiswi PAI Fakultas Agama Islam UNWAHAS Semarang. Skripsi ini membahas tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang sangat membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahamannya pada materi-materi pelajaran Fiqh. Peserta didik akan dilatih
6
untuk memecahkan permasalahan yang muncul sehingga lebih mudah mencerna atau memahami materi-materi yang dipelajari. Kedua, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak pada Siswa Kelas VIII MTs. I’anatut Tholibin Cebolek Kidul Margoyoso Pati Tahun Ajaran 2014/2015 M. Oleh Siti Aminah mahasiswi PAI Fakultas Agama Islam UNWAHAS Semarang. Skripsi ini membahas tentang Keberhasilan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada mata pelajaran aqidah akhlak. Ini terbukti dari meningkatnya prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah tersebut. Sebab siswa menjadi lebih jelas dengan materi yang disampaikan. Selain itu, siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahfahaman judul yang penulis ajukan, maka penulis merasa perlu menegaskan istilah sebagai berikut: 1. Pengaruh Pengaruh dapat juga diartikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang akibat adanya rangsangan tertentu.5 2. Penerapan Mempraktikkan suatu teori atau metode untuk tujuan tertentu.. 3. Problem Based Learning Problem based learning biasa disebut dengan pembelajaran berbasis masalah yang merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah autentik sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik dilatih berpikir tingkat tinggi dan mengembangkan kepribadiaannya lewat masalah dalam kehidupan sehari-hari.6 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 747. 6 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan Pailkem, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h.56.
7
4. Perkembangan Perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan.7 5. Kognitif Kognitif merupakan salah satu domain atau ranah psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.8 6. Peserta Didik Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang,
atau
sekelompok
orang
yang
menjalankan
kegiatan
pendidikan.9 7. Mata Pelajaran Fiqh Mata pelajaran Fiqh adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang hukum-hukum syariat Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaannya. Jadi,
berdasarkan
penelitian
ini
penulis
akan
mencoba
menghubungkan antara penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada pada pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.
E. Rumusan Masalah Berpijak dari judul di atas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Seberapa besar penerapan problem based learning pada pada pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
7
Muhibbin Syah, Op Cit., h. 41. Ibid. h. 66. 9 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009, h. 82. 8
8
2. Seberapa baik perkembangan kognitif peserta didik di MTs. NU Raden Umar Said Kudus tahun ajaran 2015/2016? 3. Adakah
pengaruh
penerapan
problem
based
learning
terhadap
perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
F. Tujuan Penelitian Dengan penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar penerapan problem based learning pada pada pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui seberapa baik perkembangan kognitif peserta didik di MTs. NU Raden Umar Said Kudus tahun ajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.
G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah: 1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan model pembelajaran dalam perkembangan kognitif peserta didik yang ada dalam pendidikan. 2. Memberi sumbangan pemikiran pendidikan terkait model pembelajaran dan kognitif peserta didik. 3. Memberi sumbangan informasi atau bahan acuan bagi yang berminat mengadakan penelitian tentang perkembangan kognitif peserta didik agar lebih meningkat. Sedangkan manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah:
9
1. Memberikan wacana bagi para pendidik untuk bisa menumbuhkan daya apresiasi khususnya dalam pengembangan proses pendidikan. 2. Menggugah generasi muda untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan kognitif mereka. 3. Bermanfaat bagi semua pihak pengamat pendidikan sebagai bahan rujukan.
H. Hipotesis Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.10 Untuk memberi jawaban sementara dalam penelitian ini maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut “Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016”.
I. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian Adapun Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field researd), yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan peneliti langsung terjun ke tempat penelitan. Data-data yang ada diperoleh dari penelitian ini akan dikumpulkan dari data lapangan. 11 b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 64. 11 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito, 2001, h. 145.
10
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.12 2. Menentukan Subyek Penelitian a. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Jadi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang ada di MTs. NU Raden Umar Said Kudus yang berjumlah 242 peserta didik. b. Sampel Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sasaran penelitian. Dalam hal ini Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A menyimpulkan bahwa sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. 13 Sehingga sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 15 % dari populasi yaitu 36 peserta didik dari kelas VII sampai kelas IX secara acak. 3. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.14 Dalam penelitian menentukan suatu variabel adalah sangat penting sebab dengan menentukan variabel tersebut masalah yang akan dikaji akan menjadi lebih jelas. Dalam kerangka penjabaran masalahmasalah penulis menggunakan variabel sebagai berikut: a. Variabel bebas atau variabel Independent ( X ) Yaitu penerapan problem based learning dengan indikator sebagai berikut : 1. Menemukan ide-ide baru 2. Memotivasi 3. Aktif 12 13 14
104.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007, h. 8. Sutrisno Hadi, M.A Statistik II, Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1981, h. 221. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Edisi revisi V, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h.
11
4. Memahami materi 5. Latihan soal 6. Mengeksplorasi diri 7. Bekerjasama 8. Berpendapat 9. Memecahkan masalah 10. Menarik b. Variabel terikat atau variabel dependent ( Y ) Yaitu Perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh dengan indikator sebagai berikut : 1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Penerapan 4. Analisis 5. Sintetis 6. evaluasi15 4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode Wawancara Wawancara sering disebut dengan interview atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. 16 Metode wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi
15
Muhammad Uzel Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda, 2002,
h.35. 16
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014, h.194.
12
sejarah berdirinya MTs. NU Raden Umar Said Kudus dan penerapan model PBL di MTs. NU Raden Umar Said Kudus. b. Metode Observasi Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.17 Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang letak geografis di MTs. NU Raden Umar Said Kudus. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan demikian metode ini dapat diperoleh dari catatan arsip yang berhubungan dengan penelitian.18 Dengan metode dokumentasi kita dapat membandingkan data-data yang telah ada dengan yang telah dikumpulkan. 19 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang data peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana di MTs. NU Raden Umar Said Kudus. d. Metode Angket (Kuesioner) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Metode ini cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. 20 Metode ini digunakan untuk menggali data tentang : penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 17
Ibid. h. 203. Winarno Surachmad, Pengantar Penilitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1982, h. 142. 19 Jumhur dan Muh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV, 1975, h. 52. 20 Ibid. h. 199. 18
13
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung, yakni langsung diberikan kepada subyek penelitian. 5. Metode Analisis Data Adapun dalam anlisis data ini akan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: a. Analisis Pendahuluan Untuk menganalisis data yang telah terkumpul digunakan metode statistik. Data-data yang bersifat kualitatif diubah menjadi data kuantitatif yang berupa angka-angka dengan cara memberi nilai pada semua alternatif jawaban-jawaban sebagai berikut : 1) Alternatif jawaban A dengan skor nilai 4 2) Alternatif jawaban B dengan skor nilai 3 3) Alternatif jawaban C dengan skor nilai 2 4) Alternatif jawaban D dengan skor nilai 1 Jadi untuk mencari batas-batas dipakai rumus sebagai berikut : a) Interval :
(R)+1 4
Keterangan : R (Range) : batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. 21 b) Kemudian menggunakan analisis yang sederhana yaitu dengan rumus prosentase. P
=
F
x 100%
N Keterangan : P = Angka prosentase yang dicari F = Frekuensi masing-masing sampel N = Jumlah subyek 22 c) Selanjutnya menghitung rata-rata (mean) dengan rumus :
21
Mundir, Statistik Pendidikan, Cet I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013, h. 41. M. Subana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, Cet. I, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000, h. 26. 22
14
Mean =
FX N
Katerangan : ∑ FX = Jumlah seluruh data ∑ N = Jumlah Subyek23
b. Analisis Uji Hipotesis Adapun teknik analisis yang digunakan adalah teknik "Korelasi Product Moment" yaitu :
XY rxy =
X Y N
X 2 X N
2
Y 2 Y N
2
Keterangan : X
= Angket penerapan problem based learning
Y
= Perkembangan kognitif peserta didik
N
= Jumlah responden24
c. Analisis Lanjut Analisis lanjut ini merupakan data lebih lanjut dari hasil-hasil nilai kuantitatif analisis sebelumnya, yakni membandingkan besarnya “r” observasi (ro) dengan “r” tabel (r tabel) dengan taraf signifikan 1 % dan 5 %.25 Jika “ro“ sama dengan atau lebih besar dari “r tabel“ maka hasilnya signifkan hipotesis alternatif (Ho) dapat diterima kebenarannya. Dan apabila hasilnya lebih kecil maka hipotesis ditolak, sehingga interpretasinya adalah ada atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan problem based learning terhadap
23
Mundir, Op. Cit., h. 51. Zen Amiruddin, Statistik Pendidikan, Cet. I, Yogyakarta: Teras, 2010, h. 170. 25 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Cet XIV, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, h. 201. 24
15
perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.
J. Sistematika Penyusunan Skripsi Agar penyusunan skripsi ini dapat tersaji dengan sistematis sesuai dengan prosedur penulisan ilmiah, maka sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian awal Meliputi : Halaman Judul, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Abstrak, Halaman Pernyataan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Halaman Kata Pengantar, Halaman Pedoman Transliterasi Arab Latin, Halaman Daftar Isi, dan Halaman Daftar Tabel. 2. Bagian isi Pada bagian ini terdiri dari lima bab. Sedangkan dari tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab dan selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab satu, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, telaah pustaka, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penyusunan skripsi. Bab dua meliputi penerapan problem based learning dan perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh. Penerapan problem based learning di dalamnya meliputi : pengertian problem based learning, tujuan problem based learning, intisari penerapan problem based learning, implementasi penerapan problem based learning dalam pembelajaran, peran guru dalam model problem based learning, keunggulan dan kelemahan model problem based learning. Sedangkan perkembangan kognitif peserta didik meliputi : pengertian perkembangan kognitif,
tahap-tahap
perkembangan
kognitif,
faedah-faedah
pengembangan ranah kognitif, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Serta mata pelajaran fiqh yang meliputi : pengertian Fiqh, ruang lingkup Fiqh, fungsi dan tujuan mempelajari Fiqh.
16
Pembahasan terakhir mengenai pengaruh penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh. Bab tiga meliputi hasil penelitian penerapan problem based learning dan perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus membahas tentang gambaran situasi umum meliputi: sejarah berdiri MTs. NU Raden Umar Said Kudus, landasan berdirinya MTs. NU Raden Umar Said Kudus, visi, misi dan tujuan, profil sekolah, struktur organisasi sekolah, keadaan wali kelas, guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana serta data hasil angket meliputi data tentang penerapan problem based learning di MTs. NU Raden Umar Said Kudus dan data tentang perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh di MTs. NU Raden Umar Said Kudus. Bab empat membahas tentang analisis hasil penelitian penerapan problem based learning terhadap perkembangan kognitif peserta didik pada mata pelajaran Fiqh yang meliputi : analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis lanjut. Bab lima, penutup yang merupakan bab yang terakhir yang membahas tentang : kesimpulan, saran dan penutup. 3. Bagian akhir Pada bagian ini penulis lampirkan daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan, piagam OSPEK, piagam kemampuan membaca al-qur’an, dan 5 sertifikat seminar.
