BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Mengaudit laporan keuangan adalah upaya yang berorientasi pada resiko
(risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen (management assertion), tapi bisa juga disembunyikan (tidak diungkapkan dalam asersi manajemen). Audit harus direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai reasonable assurance (bukan absolute assurance) bahwa salah saji yang ada akan ditemukan. Auditor secara eksplisit harus membuat keputusan mengenai bagaimana mengumpulkan bukti yang cukup (sufficent evidence) yang akan memberikan reasonable assurance bahwa tidak ada salah saji yang material dalam laporan keuangan, dan bahwa standar akuntansi keuangan dipenuhi (Tuanakotta, 2011:150). Auditor memikul tanggung jawab untuk menanggapi risiko kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak bahwa salah saji yang material, apakah akibat kekeliruan atau kecurangan, akan terdeteksi (Arens, Elder and Beasley, 2008:436). Kekeliruan dan salah saji (errors and misstatement) dapat terjadi karena bermacam-macam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan dari sistem akuntansi, hasil akhir (laporan keuangan) dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi tidak tepat, estimasi akuntasi (misal: penyisihan piutang ragu-ragu, nilai wajar surat berharga, persediaan usang, dan lain-lain) berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasi (Tuanakotta, 2011:151).
1
2
Salah saji terjadi bukan hanya karena kekeliruan saja namun terdapat salah saji yang terjadi akibat kesengajaan yang dilakukan manajemen. Dimana salah saji yang disengaja itu dinamakan kecurangan (fraud). Arens et al (2008:430) Menyatakan bahwa kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak pihak lain. Sedangkan pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan. Kasus kecurangan selalu terjadi diseluruh dunia, terutama kasus kecurangan yang melibatkan manipulasi laporan keuangan yang dapat menyesatkan berbagai pihak. Berikut ini adalah data-data yang penulis kutip dari buku yang berjudul Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan karangan Tuanakotta, (2013:64-78). Dalam buku ini memperlihatkan data hasil kajian dari Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) atas 1.388 kasus occupational fraud (kecurangan di tempat kerja) dari beberapa negara, yang dilaporkan oleh Certified Fraud Examiners (CFEs) yang menangani kasusnya. Ringkasan jumlah kasus dan kerugian rata-rata (median loss) berdasarkan kawasan atau negara disajikan dalam tabel berikut :
3
Tabel 1.1 Kasus dan Kerugian Rata-Rata (Median Loss) Jumlah Kasus dan Kerugian Rata-Rata Kawasan/Negara Kasus % Kasus Kerugian Rata-Rata (USD) Amerika Serikat 778 57,2% 120 Asia 204 15% 195 Eropa 134 9,9% 250 Afrika 112 8,2% 134 Kanada 58 4,3% 87 Amerika Latin & Karibia 38 2,8% 325 Oceania 35 2,6% 300 Jumlah 1.359 100% Sumber: Tuanakotta (2013:64)
Fraud yang dilaporkan dalam kajian ini meliputi semua fraud dalam fraud tree, yakni corruption, asset misappropriations, dan financial statement fraud. Dilihat dari frekuensinya, fraud berupa misappropriation asset yang paling kerap terjadi, disusul dengan corruption dan akhirnya financial statement fraud. Gambar ini menunjukkan frekuensi dari ketiga fraud dalam kajian 2008, 2010, 2012. Gambar 1.1 Occupational Frauds by Category-Frequency Occupational Frauds by Category - Frequency 2012
2010
2008 86,70% 86,30% 88,70%
Asset Misappropriation
33,40% 32,80% 26,90%
Corruption
Financial Statement Fraud
7,60% 4,80% 10,30%
Sumber: Tuanakotta (2013:65)
4
Namun dari segi kerugian rata-rata (median loss) kita akan melihat keadaan sebaliknya. Gambar berikut ini menunjukan kerugian rata-rata dari ketiga fraud dalam kajian 2008, 2010, dan 2012. Urutan besarnya kerugian rata-rata ialah financial statement fraud, diikuti dengan corruption, dan terakhir asset misappropriation. Financial statement fraud umumnya dilakukan oleh eksekutif puncak (Chairman, Presiden, CEO, CFO, secara berjamaah, bahkan dengan pendiri perusahaan. Gambar tersebut dinyatan dalam nilai dolar (USD). Gambar 1.2 Occopational Frauds by Category-Median Loss Occopational Frauds by Category- Median Loss 1.000.000 Financial Statement Fraud
4.100.000 2.000.000 250.000 250.000 375.000
Corruption
120.000 135.000 150.000
Asset Misappropriation
0
1.000.000 2012
2.000.000 2010
3.000.000
4.000.000
2008
Sumber: Tuanakotta (2013:66)
Gambar berikut ini menyajikan dugaan manipulasi laporan keuangan berdasarkan AAERs untuk kurun waktu 2000-2008.
5
Gambar 1.3 Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan Berdasarkan AAERs Untuk Kurun Waktu 2000-2008 Dugaan manipulasi laporan keuangan berdasarkan AAERs untuk kurun waktu 2000-2008 2% 2% 2% Revenue Recognition (38%) 3%
Manipulation of Expenses (12%)
3%
Improper Disclosures (12%)
4%
Manipulation of Liabilities (8%) 38%
7%
Manipulation of Asset (7%) Manipulation of Reserves (7%)
7%
Bribery & Kickbacks (4%) Asset Misappropriation (3%) Manipulation of A/R (3%)
8%
Invesment (2%) 12%
12%
Aiding and Abetting (2%) Goodwill (2%)
Sumber: Theodorus M. Tuanakotta (2013:78)
Data di atas menunjukan bahwa tindak kecurangan atau fraud ini dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan bentuk. Terutama untuk kecurangan pada laporan posisi keuangan, banyak sekali akun yang digunakan untuk memanipulasi oleh berbagai pihak dan berbagai kepentingan. Selain dari itu nilai kerugian yang diakibatkan oleh tindak kecurangan ini sangat material bagi para pemakai laporan keuangan, dan dapat menyesatkan dalam upaya pengambilan keputusan. Namun pada kasus-kasus kecurangan, tidak semua kasus kecurangan terdeteksi oleh seorang auditor, bahkan auditor gagal dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi sehingga laporan keuangan dan opini audit yang diberikan menyesatkan pengguna laporan keuangan. Terdapat kasus kegagalan
6
audit yang mengakibatkan auditor di hukum dan diberikan sanksi hingga tidak bisa membuka peraktek audit kembali. Kasus gagal audit terjadi di berbagai negara di dunia ini, salah satunya ialah negara Indonesia. Dimana auditor dinyatakan telah gagal dalam melakukan audit atas suatu entitas akibat auditor tidak dapat mendeteksi kecurangan yang terjadi pada entitas tersebut. Penulis telah menyediakan beberapa kasus tentang kecurangan dan kegagalan auditor dalam proses audit. Kasus-kasus yang dimaksud ialah sebagai berikut: Tabel 1.2 Fenomena Fraud dan Respon Risiko Fraud No Nama Perusahaan 1. Cenco Incorporated, Amerika Serikat (19701975)
Fenomena Fraud
Fenomena KAP
1. Penggelembungan persediaan di divisi kesehatan medis
1. KAP Sdm & Sdm gagal mendeteksi adanya kecurangan pada manajemen 2. KAP Sdm & Sdm di tuntut oleh manajen baru cenco karena gagal mencegah tindakan fraud pada manajemen 1. KAP ZTQ gagal mendeteksi fraud dan fibrikasi yang terjadi
2.
Guangxia, China (19902001)
1. Overstatement laba 2. Pemalsuan pembelian 3. Pemalsuan penjualan kontrak 4. Pemalsuan tagihan ekspor masuk 5. Pemalsuan pajak 6. Pemalsuan tambahan nilai faktur 7. Pemalsuan dokumen bebas bea 8. Pemalsuan catatan keuangan
3.
PT. Kimia Farma,
1. Overstatement laba 2. Overstatement penjualan
1. KAP HT gagal mendeteksi kecurangan
7
4.
Indonesia (2001-2002)
3. Overstatement persediaan
Perusahaan Real Estate, Singapore (2002-2004) “Nama perusahaan tidak ada keteragan”
1. Manajer tidak menyetorkan uang perusahaan ke bank
yang terjadi pada perusahaan 2. Terjadiinya audit ulang 1. Auditor gagal untuk memperingatkan manajemen akan kecurangan yang terjadi 2. KAP dinyatakan bersalah dan di hukum denda sebesar $775.000 USD
Sumber: Berbagai Artikel
Beberapa cuplikan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa pendeteksian fraud oleh seorang auditor itu penting dan merupakan jaminan akan harapan untuk para pengguna laporan keuangan. Namun dapat dilihat banyak perusahaan melakukan tindak kecurangan menggunakan berbagai cara dan teknik untuk mengelabui para pemakai laporan keuangan termasuk auditor. Dan dapat dilihat juga bahwa tidak selamanya seorang auditor dapat mendeteksi kecurangan dan salah saji yang dilakukan oleh perusahaan. Maka dari itu seorang auditor harus tanggap dalam merespon tindak kecurangan dan mengenali gejala-geala fraud itu sendiri. Seorang auditor memiliki tanggung jawab untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa apa yang dilaporkan perusahaan itu benar dan tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Maka dari itu seorang auditor harus cermat dalam penentuan risiko audit dan merespon risiko-risiko tersebut. Sehingga auditor dapat menekan kemungkinan kegagalan dan kesalahan dalam audit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut. Auditor harus mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan,
8
kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap atau rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang (Arens et al, 2008:439). Selain itu auditor harus memastikan bahwa pekerjaan audit yang mereka lakukan mendukung pendapat yang mereka berikan pada laporan keuangan perusahaan yang diaudit dan laporan audit. Kemudian audit yang efisien biasanya akan mendeteksi salah saji material baik yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan (Mackevičius and Kazlauskienė, 2009). Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapai auditor sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat. Merespon risiko-risiko dengan baik sangat berpengaruh dalam mencapai audit yang bermutu tinggi. Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya (Arens et al, 2008:320). Kemampuan untuk menilai risiko penipuan secara positif berhubungan dengan kemampuan untuk mendeteksi kemungkinan penipuan. Kemampuan auditor eksternal untuk menilai risiko fraud memang memiliki efek signifikan pada kemampuan auditor eksternal untuk mendeteksi kemungkinan penipuan (Jaffar, Salleh, Iskandar and Haron, 2008). Beberapa data, fenomena, dan pernyataan ahli serta penelitian yang telah dilakukan. Penulis bermaksud untuk meneliti hubungan antara fraud dengan respon risiko audit. Melihat banyaknya kasus kecurangan pada perusahaan dan
9
kegagalan audit yang terjadi pada auditor, maka penulis bermaksud untuk meneliti berapa besar pengaruh antara fraud dan risiko audit ini. Maka dari itu penulis akan mencoba melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut: “Pengaruh GejalaFraud Terhadap Respon Risiko Fraud” (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung) 1.2
Identifikasi Berdasarkan latar belakang yang penulis telah kemukakan di atas maka
masalah yang penulis angkat pada penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggapan KAP di Bandung terhadap gejala fraud. 2. Bagaimana tanggapan KAP di Bandung terhadap respon risiko fraud. 3. Bagaimana pengaruh gejala fraud terhadap respon risiko fraud KAP di Bandung. 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, masalah yang penulis angkat dan maksud
penulis melakukan penelitian pada bidang ini ialah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gejala fraud terhadap respon resiko fraud pada audit. Serta bagaimana tanggapan KAP di Bandung pada gejala fraud dan respon risiko fraud. Demikianlah tujuan mengapa penulis melakukan penelitian pada bidang gejala fraud dan respon resiko fraud. 1.4
Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian yang dilakukan ini dapat memberi sedikit
kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini dan memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan informasi terhadap permasalahan yang penulis
10
angkat. Secara khusus penelitian ini mungkin akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang sering terlibat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penulis sebagai mahasiswa yang memiliki minat terhadap bidang auditing, penelitian ini dapat membantu penulis untuk menambah pengetahuan dan gambaran tentang kondisi audit dilapangan. Sehingga sedikit banyak penulis mendapat tambahan ilmu sebagi bekal saat penulis telah lulus dan memulai terjun sebagai bagian dari pelaku ekonomi. 2. Bagi Mahasiswa Penulis berharap hasil penelitian yang telah penulis lakukan ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa yang sedang mendalami keilmuannya. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya atau sebagai tambahan informasi agar lebih memahami fraud dan resiko audit. 1.5
Waktu dan Tempat Penelitian Menggingat keterbatasan waktu yang penulis miliki dalam kesempatan ini.
Penulis melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Pubik (KAP) yang berada di Bandung dengan menggunakan kuesioner. Adapun penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai dengan Juli 2014.