1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi yang bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007). Peserta KB baru secara nasional sampai dengan bulan Oktober 2013 sebanyak 7.059.953 peserta, persentasinya adalah sebagai berikut: Intra Uterine Device (IUD) 348.134 peserta (7,85%), Metode Operatif Wanita (MOW)108.980 peserta (1,54%), implan 656.047 peserta (9,29%), Metode Operatif Pria (MOP) 9.375 peserta (0,26%), suntik 3.444.153 peserta (48,78%), pil 1.859.733 peserta (26,34%) dan kondom 423.457 peserta (6,00%). Pencapaian peserta KB Baru terhadap Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru (PPM-PB) pada bulan Oktober 2013 secara nasional telah tercapai sebesar 9,64%. Sedangkan untuk peserta KB baru Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) telah tercapai sebanyak 11,47% dari PPM-PB MKJP dan untuk peserta KB baru pria telah tercapai sebanyak 12,98% dari PPM-PB pria (BKKBN, 2013). Sampai dengan bulan Desember 2013, perolehan peserta KB baru di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1.015.041 pasangan atau 108,82% dari PPM-PB.Jumlah peserta KB baru pria telah mencapai 47.913 peserta atau 93,27% dari PPM-PB pria sebesar 51.372.
2
Kontribusi MKJP terhadap peserta KB baru total adalah IUD 9,67%, implan 13,02%, MOW 2,25% dan MOP 0,12%. Metode kontrasepsi MOP merupakan metode yang pencapaiannya di bawah sasaran yang mencapai 28,81% (BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2013). Pencapaian peserta KB baru sampai dengan bulan Desember 2013 di Kota Semarang sebesar 35.122 (111,10%) dari PPM-PB sebesar 31.614. Apabila dilihat dari kontribusinya adalah sebagai berikut: IUD sebanyak 5.136 peserta (14,62%), MOW 2.246 peserta (6,39%), MOP 108 peserta (0,30%), implan 2.686 peserta (7,64%), suntik 18.464 peserta (52,57%), pil 3.779 peserta (10,75%) dan kondom sebanyak 2.703 peserta (7,69%) (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013). Pencapaian peserta KB baru pria di Kota Semarang sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 2.811 peserta dari PPM-PB sebesar 2900. Kontribusinya yaitu MOP sebanyak 108 peserta (3,84%) dari PPM-PB sebesar 101 dan kondom sebanyak 2.703 peserta (96,16%) dari PPM-PB sebesar 2.799 (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013). Selama tahun 2013, peserta KB aktif pria hasil pembinaan di Kota Semarang sebanyak 1.721 peserta MOP dan 14.490 peserta kondom. Kecamatan Gunungpati menempati urutan paling rendah untuk peserta MOP, yaitu sebanyak 47 peserta dari 11.527 total peserta KB aktif (0,40%) bila dibandingkan tahun 2012, terjadi peningkatan sebesar 0,04% (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013).
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bapermas Kecamatan Gunungpati, cakupan MOP dari bulan Januari-Desember 2013 yaitu sebanyak
23 peserta KB baru. Namun selama tahun 2013 tidak ada
peserta KB baru MOP. Sampai dengan bulan Februari 2014 di Kecamatan Gunungpati tercatat 47 peserta KB aktif MOP dari 11.566 total peserta KB aktif. Kelurahan Mangunsari menempati urutan paling rendah prosentasenya dari 16 kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Gunungpati, karena di Kelurahan Mangunsari tidak ada akseptor MOP dari 756 total peserta KB aktif (0%). Jumlah akseptor KB terbesar yaitu di RW 4 Kelurahan Mangunsari sebanyak 201 peserta KB aktif, namun hanya 37 peserta yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (18,40%) (Bapermas Kecamatan Gunungpati 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RW 4 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, dari 4 responden semuanya hanya mengetahui pengertian MOP atau mereka menyebutnya dengan istilah steril pria, tetapi tidak mengetahui secara mendalam dan tidak berminat untuk memilih kontrasepsi MOP. Hal ini terlihat dari program Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Gunungpati pada tanggal 9 Maret 2014 untuk mengadakan program KB MOP gratis, dari Kelurahan Mangunsari tidak ada yang bersedia untuk mengikuti program tersebut. Sosialisasi mengenai kontrasepsi MOP juga telah dilakukan oleh PLKB dan Sub Klinik Desa (SKD) pada keluarga yang tidak ingin anak lagi, tetapi suami tidak berminat untuk menjadi
4
akseptor KB MOP dan menyerahkan sepenuhnya kepada istri untuk berKB. Menurut penelitian Loecy El Sera pada tahun 2013, Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Menggunakan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 50,0%, kurang 35,9% dan baik 14,1%. Kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP sebagian besar tidak bersedia yaitu sebanyak 69,2% dan yang bersedia hanya 30,8%. Ada hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP. Rendahnya partisipasi pria/ suami dalam ber-KB disebabkan karena alat kontrasepsi yang tersedia lebih banyak untuk istri. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan informasi tentang KB juga sangat berpengaruh terhadap kesertaan pria dalam ber-KB. Kesetaraan, keadilan gender dan hak reproduksi merupakan bagian integral dari hak azasi manusia yang secara bertahap harus diperbaiki dan ditingkatkan (BKKBN, 2010). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang?
5
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan
karakteristik
responden
meliputi
umur,
pendidikan, pekerjaan, lama nikah, jumlah anak dan jenis metode kontrasepsi yang digunakan. b. Menggambarkan pengetahuan suami tentang kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). c. Menggambarkan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mendapat gambaran mengenai pengetahuan suami dan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Praktik Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kajian pengetahuan tentang kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP).
6
b. Bagi Pendidikan DIII Kebidanan Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada pengetahuan dan dukungan tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). c. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan
berikutnya
terutama
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan dan dukungan tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP).
7
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian tentang kontrasepsi MOP No 1.
2.
Judul, Nama, Tahun Gambaran Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Suami Usia Reproduktif Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria (MOP) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Semarang, Wulan Maulida, 2011
Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Menggunakan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Loecy El Sera, 2013
Sasaran
Variabel
Metode
Hasil
65 suami usia reproduktif yang bertempat tinggal di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Semarang,
Karekteristik umur, pendidikan dan pengetahuan
Cross Sectional
Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 37 orang (56,9%), baik sebanyak 18 orang (27,7%) dan kurang hanya 10 orang (15,4%). Dari 65 suami sebagian besar memiliki pengetahuan cukup berumur 31-45 tahun sebanyak 17 orang (54,8%) dan yang memiliki pengetahuan cukup sebagian besar berpendidikan tamat SMA sebanyak 15 orang (65,2%)
78 pria usia reproduktif (20-45) tahun yang bertempat tinggal di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak,
Hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP
Cross Sectional
Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 50,0%, kurang 35,9% dan baik 14,1%. Kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP sebagian besar tidak bersedia yaitu sebanyak 69,2% dan yang bersedia hanya 30,8%. Ada hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP.
8
No
Judul, Nama, Tahun
Sasaran
Variabel
Metode
Hasil
3.
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vasektomi di RT 4 Desa Mranggen Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Dewi Mushoffa 2013
45 ibu yang sudah menikah, mengikuti program KB, bisa baca tulis, bersedia ikut penelitian dan bertempat tinggal di RT 4 Desa Mranggen Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vasektomi
Cross Sectional
Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 29 responden (64,4%). Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP/SMA) sebanyak 33 responden (73,3%) dan sebagian besar responden bekerja sebanyak 35 responden (77,8%). Sebagaian responden berpengetahuan kurang tentang vasektomi yaitu sebanyak 31 responden (68,9%)
4.
Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi MOP di RW 04 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Hesti Pertiwi 2014
37 pasangan akseptor MKJP, bersedia menjadi responden dan tinggal di RW 04 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri Tentang MOP
Cross Sectional
Mayoritas pengetahuan suami tentang MOP adalah kurang yaitu 25 orang (67,6%) dan sebagian besar istri tidak mendukung jika suami menjadi akseptor MOP sebanyak 21 orang (56,8%).
Penelitian terdahulu hanya menggambarkan pengetahuan responden tentang kontrasepsi MOP, sedangkan pada penelitian ini menggambarkan pengetahuan suami dan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi MOP. Sasarannya adalah pasangan MKJP yang tinggal di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.